• Malpraktek Yuridik
Soedjatmiko membedakan malpraktek yuridik ini menjadi :
Malpraktek Perdata (Civil Malpractice)
Malpraktek Pidana (Criminal Malpractice)
Malpraktek Administratif (Administrative Malpractice)
1. Malpraktek Perdata (Civil Malpractice)
• Ada kerugian
1. Malpraktek Perdata (Civil Malpractice)
Sedangkan untuk dapat menuntut pergantian kerugian (ganti rugi) ka
rena kelalaian dokter, maka pasien harus dapat membuktikan adanya
empat unsure berikut :
• Adanya suatu kewajiban dokter terhadap pasien.
• Sanksi pidana
dijerat dengan Pasal 351 KUHP.
• Sanksi administrative
Sanksi administratif diatur dalam Pasal 13 PERMENKES
CARA PEMBUKTIAN MALPRAKTEK
1. Cara langsung
Doktrin res ipsa loquitur dapat diterapkan apabila fakta-fakta yang ada
memenuhi kriteria:
• Fakta tidak mungkin ada/terjadi apabila tenaga perawatan tidak lalai
• Fakta itu terjadi memang berada dalam tanggung jawab tenaga pera
watan
• Fakta itu terjadi tanpa ada kontribusi dari pasien dengan perkataan l
ain tidak adacontributory negligence. gugatan pasien .
TANGGUNG JAWAB HUKUM
• Tidak menjanjikan atau memberi garansi akan keberhasilan upayanya, karena perja
njian berbentuk daya upaya (inspaning verbintenis) bukan perjanjian akan berhasil
(resultaat verbintenis).
• Sebelum melakukan intervensi agar selalu dilakukan informed consent.
• Mencatat semua tindakan yang dilakukan dalam rekam medis.
• Apabila terjadi keragu-raguan, konsultasikan kepada senior atau dokter.
Upaya Pencegahan Dan Menghadapi Tuntutan Malpraktek
• Informal defence
• Formal/legal defence
KESIMPULAN
Berdasarkan kasus yang telah disebutkan dan telah kami pelajari, dapat
disimpulkan bahwa masih kurang jelas apakah pada kasus tersebut ada
unsur sengaja atau tidak sengaja.Masih banyak hal yang harus dibuktikan
dalam kasus ini. Jadi bidan hendaknya menjelaskan pada proses keadilan
tentang hal sebenarnya.
Ada banyak penyebab mengapa persoalan malpraktik medik mencuat akhir-akhir ini d
imasyarakat diantaranya pergeseran hubungan antara tenaga medis dan pasien yang t
adinya bersifat paternalistic tidak seimbangdan berdasarkan kepercayaan (trust, fiducia
ry relationship) bergantidengan pandangan masyarakat yang makin kritis serta kesada
ranhukum yang makin tinggi. Selain itu jumlah dokter di Indonesia.
dianggap belum seimbang dengan jumlah pasien sehingga seorang tenaga medis me
nangani banyak pasien (berpraktek di berbagai tempat) yang berakibat diagnosa menj
adi tidak teliti.
Apresiasi masyarakat pada nilai kesehatan makin tinggi sehingga dalam melakukan hu
bungan dengan dokter, pasien sangat berharap agar dokter dapat memaksimalkan pe
layanan medisnya untuk harapan hidup dan kesembuhan penyakitnya.
KESIMPULAN
Selama ini masyarakat menilai banyak sekali kasus dugaan malpraktik medi
k yang dilaporkan media massa atau korban tapi sangat sedikit jumlahnya
yang diselesaikan lewat jalur hukum.