Anda di halaman 1dari 35

BAB IV

ETIKOLEGAL DALAM PELAYANAN KEBIDANAN

Pengurus Daerah Ikatan Bidan Indonesia Provinsi Jawa Timur

Midwifery Update
TUJUAN SESI

a. Pencegahan Konflik dan Dilema Moral


dalam Praktik Kebidanan

a. Penanganan Masalah Konflik dan Dilema


Moral dalam Praktik Kebidanan

Midwifery Update 2
PENCEGAHAN KONFLIK DAN DILEMA MORAL
DALAM PRAKTIK BIDAN

• Konflik Etik
Pertentangan antara dua atau lebih prinsip moral profesional
Contoh: dalam pemeriksaan ditemukan Down Syndrome? Perlu
pemeriksaan lanjutan untuk memastikan? Diberitahu?

• Dilema Moral
Pertentangan antara dua pilihan alternatif, kedua pilihan tersebut
seakan-akan sama.
Contoh: primipara akan melahirkan bayi, tampak perineum tipis dan
kaku  perlu episiotomi, namun belum ada persetujuan dari klien,
demi keselamatan terpaksa dilakukan episiotomi tanpa meminta
persetujuan
Midwifery Update 3
ASAS UMUM ETIKA

1. Beneficence : Kewajiban berbuat baik dalam memberikan pelayanan

2. Non maleficence : Tidak menambah penderitaan

3. Respect for person


• Autonomi : Menghormati hak pasien mengambilkeputusan
• Privacy : Hak pasien untuk dilayani secara pribadi
• Telling the truth : Berkata jujur dan benar
• Confidentiality : Menjaga kerahasiaan kondisi penyakit pasien

4. Justice : Keadilan

(Beauchamp, Childress, 1983)


4
BEBERAPA CONTOH MASALAH
KONFLIK DAN DILEMA MORAL DALAM KEBIDANAN & KESEHATAN REPRODUKSI

KONFLIK & DILEMA CONTOH MASALAH PEMECAHAN MASALAH


MORAL
Berkaitan dengan Bayi Tabung, Skrining Bayi, Cari landasan hukum dan
IPTEK Donor Sperma, Penelitian dg peraturannya
menggunakan klien,
transplantasi
Berkaitan dengan Transfusi darah, Penggunaan Perlu advokasi & konseling
Sosial-Budaya, Agama Alat Kontrasepsi, Adopsi anak, yang tepat
atau Kepercayaan Aborsi, Larangan-larangan,
Tindik, Sunat Perempuan
Berkaitan dengan Managemen Aktif Kala III, SC, Informed choice & informed
Tindakan Episiotomi, Penggunaan USG, Concent
Medis/Intervensi Vakum Ekstrasi/Forsep,
Kebidanan Pengawasan persalinan,
Percepatan Proses Persalinan,
Rujukan 6
PENCEGAHAN DUGAAN MALPRAKTIK

7
PENYEBAB DUGAAN MALPRAKTIK/LALAI
a. Gagal melakukan tugas/kewajiban terhadap klien
b. Tidak melaksanakan tugas sesuai standar
c. Melakukan tindakan yg mencederai klien
d. Klien cidera

PERILAKU YANG DPT MENIMBULKAN MALPRAKTIK


a. Kecerobohan
b. Lupa
c. Gagal mengkomunikasikan
Pencegahan Konflik Etik

1. Informed Choice
2. Informed Concent (Tertulis & Tidak Tertulis)
3. Negosiasi (Tawar menawar)
4. Persuasi (Komunikasi, Informasi, Edukasi)
5. Komite Etik
Undang-Undang Tenaga Kesehatan no 36 tahun 2014 Pasal 68

1) Setiap tindakan pelayanan kesehatan perseorangan yang dilakukan oleh Tenaga


Kesehatan harus mendapat persetujuan.
2) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah mendapat
penjelasan secara cukup dan patut.
3) Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya mencakup:
a.Tata cara tindakan pelayanan;
b.Tujuan tindakan pelayanan yang dilakukan;
c. Alternatif tindakan lain;
d.Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dan
e. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.
4) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diberikan, baik secara
tertulis maupun lisan.
5) Setiap tindakan Tenaga Kesehatan yang mengandung risiko tinggi harus diberikan
dengan persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak memberikan
persetujuan. 10
INFORMASI YANG HARUS DIBERIKAN
(Kode Etik Profesi Bidan)

•Kondisi kesehatan pasien


•Maksud dan tujuan tindakan
•Tindakan/asuhan yang akan dilakukan
•Alternatif tindakan/asuhan
•Prosedur tindakan/asuhan
•Risiko tindakan/asuhan
•Biaya yang diperlukan
MENJADI BIDAN SEBAGAI PROFESI LUHUR
PROFESIONAL & BERETIKA
NIAT BAIK, BAIK HATI,
TANGGUNGJAWAB: KOMPETEN TULUS IKHLAS, RELA
a. Pelaksanaan tindakan & ( MAMPU MENGATASI BERKORBAN, JUJUR,,
hasil MASALAH SECARA RAMAH, PERHATIAN,
b. Dampak TUNTAS) SALING PERCAYA, ADIL,
MENGHARGAI PERBEDAAN

MEMPRIORITASKAN MENGIKUTI
KEUNTUNGAN PASIEN, MENJAGA RAHASIA
PERKEMBANGAN ILMU
TIDAK MEMBAHAYAKAN & JABATAN
DAN TEKNOLOGI
MEMINIMALISIR RISIKO

MEMANFAATKAN BUDAYA
LOKAL YANG MENJAGA OTONOMI
MENGUNTUNGKAN PROFESI
KESEHATAN
LAMPIRAN CONTOH- CONTOH KASUS

Midwifery Update 13
CONTOH KASUS

KASUS 1. Bidan tidak ramah

Seorang perempuan usia 30 tahun hamil aterm dan mengeluh mules datang ke TPMB,
saat dikamar bersalin, berteriak kesakitan, mendengar teriakan tersebut bidan berkata,
tidak usah teriak teriak berisik, tiup tiup saja supaya tenaga tdk terbuang sia – sia,
mendengar perkataan bidan keluarga tidak berkenan dan merasa kurang nyaman
sehingga melaporkan pada pihak yang berwajib dengan delik aduan perbuatan tidak
menyenangkan

Secara etika :seharusnya bidan tetap menggunakan prinsip–prinsip etik, kode etik & asas
umum etika

Secara aspek legal bidan masuk dalam ketentuan perbuatan tidak menyenangkan dalam
pasal 315 KUHP perbuatan yang tidak menyenangkan terhadap seseorang baik dimuka
umum dengan lisan maupun tulisan, diancam karena penghinaan ringan dengan pidana
penjara 4 bulan 2 minggu. Midwifery Update 14
CONTOH KASUS

KASUS 2. ASI Ekslusif VS Susu Formula

Seorang Ibu muda usia 22 tahun ,1 ( satu ) hari yang lalu melahirkan bayi perempuan
sehat , di tempat praktik mandiri bidan, dengan ASI lancar . Namun saat bayi menangis
bidan tidak menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya melainkan mebuatkan dan
memberikan susu formula karena mengejar target untuk menfapatkan bonus untuk
UMROH

Pertanyaan Apakah sikap bidan dapat di benarkan ?Jelaskan regulasi / sanksi apa yang
akan dikenakan terhadap bidan tersebut !
SANKSI ETIKA : Bidan mengabaikan Asas Umum Etika (Non maleficence) , seharusnya
bidan menerapkan Beneficence.

Midwifery Update 15
TANGGUNG JAWAB HUKUM PIDANA
-> ASI EKSLUSIF

SANKSI HUKUM

Pasal 128 UU Kesehatan No.. 36/2009


Ayat (1) Setiap bayi berhak mendapatkan ASI EKSLUSIF sejak dilahirkan selama 6
(enam) bulan kecuali atas indikasi medis

Ayat (2) Selama pemberian ASI EKSLUSIF, pihak jekuarga, pemerintah, pemda dan
masyarakat harus mendukung ibu bayi secara penuh dengan penyediaan waktu dan
fasilitas khusus

Ayat(3) Penyediaan fasilitas khusus sbgmn dimaksud pada ayat 2 diadakan ditempat
kerja dan tempat sarana umum

Pasal 200 UU Kesehatan


Setiap orang yang dengan sengaja senghalangi program pemberian ASI EKSLUSIF
sebgmn dimaksud dlm pasal 128 ayat (2) di pidana paling lama 1 tahun dan denda
paling banyak Rp 100.000.000,- Midwifery Update 16
CONTOH KASUS
KASUS 3. ABORSI

Seorang remaja putri usia 20 tahun datang ke tempat praktik mandiri bersama ibunya,
dengan keluhan hamil 2 bulan dan ingin digugurkan karena pacarnya tidak mau
bertanggung jawab.
Pertanyaan bagaimana sikap bidan?

Jelaskan regulasi/sanksi apa yang akan dikenakan apabila bidan melakukan pertolongan
Aborsi !

ABORSI bukan kewenangan dan kompetensi bidan-> harus berani menolak, perhatikan
etika dan regulasi/sanksi tercantum dalam UU Kesehatan dan KUHP

Midwifery Update 17
REGULASI TENTANG ABORSI (UU KESEHATAN)

PASAL 75 ayat (1) UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan


Setiap orang dilarang melakukan Aborsi dengan dalih apapun

Ketentuan pidana LARANGAN ABORSI


PASAL 194
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 75 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling
lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp.1000,000,000(1 milyar rupiah)

PASAL 75 ayat (2)


Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang
mengancam nyawa ibu dan/atau janin,yang menderita penyakit genetik berat dan/atau
cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tsb hidup
diluar kandungan atau kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma
psikologis bagi korban perkosaan.
Midwifery Update 18
REGULASI TENTANG ABORSI (KUHP)

Pasal 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan/mematikan kandunganya atau menyuruh orang lain
untuk itu diancam dengan pidana paling lama 4 tahun
KUHP pasal 347 (1)
Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita tanpa
persetujuan wanita itu, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun. (2) Bila
perbuatan itu mengakibatkan wanita itu meninggal, ia diancam dengan pidana penjara paling lama
lima belas tahun.
KUHP pasal 348
Sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seseorang wanita dengan persetujuannya
diancam pidana penjara paling lama 5 tahun atau mengakibatkan matinya wanita tersebut, di ancam
pidana penjara paling lama 7 tahun.
KUHP pasal 349
Seseorang dokter, bidan dan apoteker membantu melakukan kejahatan tersebut dalam pasal 346,
347 dan 348 maka pidana yang di tentukan dalam pasal tersebut di tambah dengan sepertiga dan
dapat di cabut hak nya untuk menjalankan mata pencaharian dalam mana kejahatan di lakukan

Midwifery Update 19
CONTOH KASUS
Kasus 4. ADOPSI

Jika berbicara mengenai konsep pengangkatan anak


yang ilegal, kita mengacu pada Pasal 79 UU
Perlindungan Anak yang mengatur mengenai sanksi.

Jika pengangkatan dilakukan tidak sesuai dengan


aturan/ilegal, yaitu pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp
100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

Pengangkatan anak secara ilegal masuk ke ranah


hukum pidana.
Midwifery Update
20
CONTOH KASUS
Dalam khazanah istilah perundang-undangan yang berlaku di Indonesia,
kata Adopsi tidak dikenal. Hukum di Indonesia hanya mengenal
Pengangkatan Anak. Pada dasarnya perbuatan Pengangkatan Anak
merupakan perbuatan hukum perdata menurut undang-undang
terhadap hak-hak dan kewajiban-kewajiban hukum seorang anak dari
orang tua kandungnya dan dialihkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban
yang serupa kepada orang tua angkat, sebagaimana ditentukan prosedur
dan tata caranya menurut undang-undang.

Dalam Pasal 1 angka 2 Peraturan Pemerintah No. 54 tahun 2007 tentang


Pelaksanaan Pengangkatan Anak disebutkan bahwa : "Pengangkatan
anak adalah anak yang haknya dialihkan dari lingkungan kekuasaan
keluarga, orang tua, wali yang sah, atau orang lain yang bertanggung
jawab atas perawatan, pendidikan dan membesarkan anak tersebut, ke
dalam lingkungan keluarga orangtua angkatnya berdasarkan keputusan
atau penetapan pengadilan"
21
Midwifery Update
CONTOH KASUS
Menurut Pasal 39 UU No. 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan atas UU No.
23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak diatur ketentuan-ketentuan
sebagai berikut:
(1) Pengangkatan Anak hanya dapat dilakukan untuk kepentingan yang
terbaik bagi Anak dan dilakukan berdasarkan adat kebiasaan setempat
dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Pengangkatan Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
memutuskan hubungan darah antara Anak yang diangkat dan Orang
Tua kandungnya.
(2a) Pengangkatan Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
dicatatkan dalam akta kelahiran, dengan tidak menghilangkan
identitas awal Anak.
(3) Calon Orang Tua angkat harus seagama dengan agama yang dianut
oleh calon Anak Angkat.
(4) Pengangkatan Anak oleh warga negara asing hanya dapat dilakukan
sebagai upaya terakhir.
22
Midwifery Update
CONTOH KASUS
Kasus 5. BAYI TIK-TOK

Midwifery Update 23
TANGGUNG JAWAB HUKUM PIDANA (UUPA)

Postingan Bayi Tik-Tok dapat dikenakan sanksi

I . ETIKA
MPEB dapat memanggil bidan bersangkutan dengan
mengingatkan bahwa bidan harus menerapkan
- Prinsip-prinsip etika
- Kode etik bidan, dan
- Asas umum etika

II. HUKUM
Pasal 76 c UU no 35 tahun 2014 tentang perlindungan anak
Setiap orang dilarang menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh
melakukan, atau turut serta melakukan kekerasan terhadap Anak.
Pasal 80: Setiap orang yang melanggar ketentuan/sebagaiman dimaksud dalam
pasal 76 c, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 tahun 6 bulan dan/atau
denda paling banyak Rp 72.000.000,-
Midwifery Update 24
CONTOH KASUS
Kasus 6. VAKSIN PALSU

Pada tahun 2016 viral pemberian imunisasi dengan menggunakan vaksin yang tidak
sesuai program pemerintah, sehingga bidan terkena sanksi pidana dalam pemberian
vaksin tersebut.

Ketentuan pidana yang dikenakan kepada bidan tersebut adalah pasal 196 UU
Kesehatan No. 36 tahun 2009:
Pasal 196 menentukan bahwa setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau
mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak memenuhi standard
dan/atau persyaratan keamanan, khasiat atau kemanfaatan, dan mutu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 98 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Pasal 98 ayat (2): Setiap orang yang tidak memiliki keahlian dan kewenangan dilarang
mengadakan, menyimpan, mengolah, mempromosikan, mengedarkan obat dan bahan
yang berkhasiat obat.

25
Midwifery Update
CONTOH KASUS
Kasus 7. Distosia Bahu

Seorang perempuan hamil aterm anak ke 2 datang ke FKTP


dengan pembukaan lengkap kepala bayi sudah didasar
panggul, diagnosa distosia bahu, bidan melaporkan kepada
dokter yang saat itu sedang tidak berada di tempat dan untuk
penyelamatan jiwa (life saving) maka bidan menolong bersama
bidan jaga lainnya. Keluarga menuntut bidan karena bayi tidak
dapat diselamatkan.

UNTUK PENYELAMATAN JIWA


BAB VI pasal 59 ayat (1- 4) UU No. 4 tahun 2019 tentang
kebidanan.

Midwifery Update 26
BAB VI PASAL 59 UU NO 4 TAHUN
2019 TENTANG KEBIDANAN

1. Dalam keadaan gawat darurat untuk pemberian pertolongan


pertama, Bidan dapat melakukan pelayanan Kesehatan diluar
kewenangan sesuai dengan kompetensinya.

2. Pertolongan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


bertujuan untuk menyelamatkan nyawa Klien.

3. Keadaan gawat darurat sebagaimana di maksud pada ayat (1)


merupakan keadaan yang mengancam nyawa Klien.

4. Keadaan gawat darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


ditetapkan oleh Bidan sesuai dengan hasil evaluasi berdasarkan
keilmuannya.

Midwifery Update 27
CONTOH KASUS
kasus 7 :
Kasus 8. Penjahitan laserasi grade ¾

Seorang perempuan melahirkan bayi pertamanya di TPMB


dengan berat badan lahir 4000 gr, mengalami laserasi jalan
lahir grade 4 dan dilakukan penjahitan oleh bidan.

Dalam kasus diatas akhirnya bidan dikenakan sanksi perdata


sesuai pasal 58 ayat (1) UU kesehatan no 36 tahun 2009:
Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang,
tenaga kesehatan, dan/atau penyelenggara kesehatan yang
menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam
pelayanan kesehatan yang diterimanya.

Midwifery Update 28
CONTOH KASUS
Kasus 9. Memfasilitasi surat keterangan kelahiran

Seorang perempuan datang ke TPMB meminta dibuatkan surat


keterangan lahir untuk anak laki lakinya yang berusia tujuh (7)
tahun yang lahir dengan dukun didesanya ,karena akan masuk
sekolah maka bidan membantu membuatkan surat tersebut .
Dalam kasus ini apakah ada sanksi bagi bidan apabila
dikemudian hari terbukti bahwa bukan bidan yang menolong
persalinan anak laki-laki tsb

Pasal 266 ayat (1) KUHP :


Barangsiapa menyuruh memasukan keterangan palsu ke dalam
sebuah akta otentik mengenai sesuatu hal yang kebenarannya
harus dinyatakan oleh akta itu, dengan maksud untuk memakai
atau menyuruh orang lain pakai akta itu seolah-olah
keterangannya sesuai dengan kebenaran, diancam, jika
pemakaian itu menimbulkan kerugian, dengan pidana penjara
paling lama tujuh tahun.
Midwifery Update 29
CONTOH KASUS
Kasus 10. PENCEMARAN NAMA BAIK

Seorang perempuan melaporkan kepihak berwajib, bahwa


dirinya di fitnah menggunakan uang organisasi profesi
yang dipimpinnya yang disebarkan baik secara lisan dan
media elektronik.

Apabila tuduhan tsb tidak terbukti maka pelapor dapat


dikenakan sanksi pidana dengan merujuk:
Pasal 310 ayat (1) KUHP, pencemaran nama baik diartikan
sebagai perbuatan menyerang kehormatan atau nama baik
seseorang dengan menuduhkan sesuatu hal yang
maksudnya terang supaya hal itu diketahui umum.

Dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan

Midwifery Update 30
TANGGUNG JAWAB HUKUM PIDANA (UU ITE)

Postingan dapat dikenakan sanksi

I . ETIKA :
MPEB dapat memanggil bidan yang bersangkutan
dengan mengingatkan bahwa bidan harus menerapkan:
- Prinsip-prinsip etika
- Kode etik bidan, dan
- Asas umum etika

II. HUKUM :
Pasal 27 ayat (3): Setiap orang uang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan
dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik
dan/atau dokumen elektronik yang memiiki muatan penghinaan dan/atau pencemaran
nama baik sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 ayat (3) dipidana dengan pedana penjara
paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 750.000.000,00 ( tujuh ratus
lima puluh juta rupiah)

Midwifery Update 31
DISKUSI KASUS

• Bagaimana saudara menyikapi ibu yang tidak ingin menggunakan


kontrasepsi tetapi tidak ingin hamil.
• Seorang ibu hamil yang ke 3, ketika dilakukan pemeriksaan diduga
janinnya mengalami Down Syndrome, ibu termasuk keluarga
kurang beruntung, ibu telah mempunyai 2 orang anak yang
masih balita.
• Ibu membawa bayinya yang baru dilahirkan 1 minggu yang lalu,
meminta bayinya untuk di sunat.
• Sepasang remaja datang kepada saudara, mengaku baru saja
melakukan hubungan intimdan takut hamil.

Midwifery Update 32

Anda mungkin juga menyukai