Anda di halaman 1dari 22

Pertemuan 9

ETIKA, KEWENANGAN, DAN


RUANG LINGKUP PRAKTIK BIDAN
DALAM ASUHAN KEHAMILAN

OLEH :
FAFELIA ROZYKA MEYSETRI, S.ST,M.Keb
PENGERTIAN ETIKA

Etika adalah nilai-nilai atau norma-norma moral yang menjadi


pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur
tingkah lakunya, arti ini bisa dirumuskan sebagai sistem nilai.

Dalam kamus besar bahasa indonesia Etika dirumuskan dalam 3 arti


yaitu tentang apa yang baik dan apa yang buruk, nilai yang
berkenaan dengan akhlak , lalu nilai mengenai benar dan salah yang
dianut suatu golongan atau masyarakat.
Praktek Kebidanan oleh Bidan meliputi:

• Pemeriksaan kehamilan
• Pertolongan persalinan
• Pelayanan keluarga berencana
• Pemeriksaan ginekologi
• Pelayanan asuhan kebidanan
• Pendokumentasian
• Bidan komunitas
Persoalan hukum dalam kebidanan
• Hak-hak pasien
• Rekam medis
• Rahasia medis
• Informed consent
• Sistem rujukan
• Perbuatan melawan hukum
• Tindakan malpraktek
Hak-hak pasien

1. Mendapatkan informasi
2. Memberikan persetujuan
3. Kerahasiaan
4. Dibuatkan rekam medis
5. Mendapatkan pendapat kedua
Hak atas informasi

• Permenkes RI No.11 Tahun 2017 tentang Keselamatan pasien. Hak atas


informasi yang tercantum dalam Pasal 6 ayat (1). merupakan hak pasien
dan keluarganya untuk mendapatkan informasi tentang diagnosis dan
tata cara tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan,
risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, prognosis terhadap tindakan
yang dilakukan, dan perkiraan biaya pengobatan.
• Tenaga kesehatan wajib memberikan informasi kepada pasien, baik
diminta ataupun tidak oleh pasien.
• Tenaga kesehatan berhak untuk tidak memberikan seluruh informasi,
apabila diduga pasien tidak sanggup menerima informasi tersebut
Hak atas persetujuan
• Persetujuan atas suatu tindakan dapat dilakukan secara diam-diam
• Penolakan atas sesuatu harus dinyatakan secara tegas
• Apabila ibu hamil menolak suatu pemeriksaan atau tindakan, maka harus
dihormati sebagai hak pasien untuk menentukan diri sendiri
• Setelah memberikan penjelasan secara jelas, maka tenaga kesehatan
harus menerima apapun keputusan pasien
• Jika pada ibu hamil, Yang memberikan persetujuan adalah ibu hamil
sendiri bukan suami/keluarganya
• Dalam hal bertentangan dengan suami, maka pendapat ibu hamil yang
diikuti
• Hak perempuan atas alat reproduksi
Rahasia Medis
• Rahasia pribadi yang diberitahukan oleh ibu hamil adalah rahasia yang harus
dipegang teguh oleh bidan dan tidak boleh disebarluaskan.
• Harus dirahasiakan bahkan sampai yang bersangkutan meninggal dunia
• Hukuman membuka rahasia jabatan diatur dalam pasal 322 ayat (1) KHUP,
menyatakan bahwa: “Barang siapa dengan sengaja membuka rahasia yang
wajib disimpannya karena jabatan atau pencahariannya, baik yang sekarang
maupun yang dahulu, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan
bulan atau pidana denda paling banyak sembilan ribu rupiah.
• Bila dipanggil oleh pihak kepolisian untuk menjadi saksi terhadap ibu hamil,
bila menyangkut rahasia jabatan, maka harus dirahasiakan dan MENOLAK
untuk membukanya, Sekalipun di pengadilan juga harus menolak
• Hakim yang menentukan, bila harus membuka rahasia jabatan maka harus
membuat surat keputusan, bila tanpa perintah hakim, maka tenaga
kesehatan dapat diadukan membuka rahasia jabatan
Pendapat kedua

• Hak pasien untuk mendapatkan pendapat kedua (second


opinion)
• Pendapat kedua biasa berlaku untuk profesi dokter
• Apabila bidan minta pendapat dokter kandungan  bukan
disebut pendapat kedua tetapi rujukan
• Antara tenaga kesehatan pertama dan kedua harus ada
komunikasi dan kerjasama
• Tanpa komunikasi bukan pendapat kedua
Rekam Medis
• Diatur dalam permenkes 749 dan berlaku untuk seluruh tenaga kesehatan
• Berisi catatan tentang pasien mulai dari identitas sampai dengan seluruh
kegiatan yang dilakukan
• Sebaiknya dibuat lengkap, selain sebagai pegangan dapat juga digunakan
sebagai alat bukti
• Isi milik pasien dan berkas milik tenaga kesehatan atau sarana kesehatan
• Harus dijaga kerahasiaannya dan disimpan dengan baik (min sampai 5
tahun)
• Apabila pasien meninggal  tidak boleh diberikan kepada keluarga
kecuali jika diminta oleh kepolisian, kejaksaan atau pengadilan
• Bukan merupakan barang warisan, terlebih bila ada rahasia yang harus
dijaga
Hak Reproduksi
• Pasal 71 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang
menyatakan bahwa kesehatan reproduksi merupakan keadaan sehat secara
fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak semata- mata bebas dari
penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses
reproduksi pada laki-laki dan perempuan. Setiap orang berhak untuk
mendapatkan keturunan, termasuk juga hak untuk tidak mendapatkan
keturunan, hak untuk hamil, hak untuk tidak hamil, dan hak untuk
menentukan jumlah anak yang diinginkan.
• Pasal 126 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
menyebutkan bahwa upaya kesehatan ibu ditujukan untuk menjaga
kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat dan
berkualitas serta mengurangi angka kematian ibu.
Keluarga Berencana
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) tahun 1997 keluarga Berencana
merupakan salah satu upaya untuk  mencapai kesejahteraan dengan cara memberikan nasehat
perkawinan pengobatan kemandulan, dan penjarangan waktu kehamilan. Menurut UU RI No 52
tahun 2009, KB merupakan bentuk usaha dalam mengatur jarak maupun angka kelahiran anak,
dan usia yang ideal ketika melahirkan, mengatur waktu kehamilan melalui promosi,
perlindungan serta bantuan yang sesuai hak reproduksi untuk mewujudkan keluaga yang
berkualitas.
Tujuan KB
Menurut UU RI. No 52 tahun 2009 mengenai perkembangan kependudukan dan
pembangunan keluarga, kebijakan keluarga berencana bertujuan untuk:
• Mengatur waktu kehamilan yang sesuai dengan keiinginan.
• Menjaga kesehatan dan mengurangi angka kematian ibu dan bayi.
• Mengembangkan kualitas informasi, dan konseling pelayanan keluarga berencana dan
kesehatan reproduksi.
• Mengembangkan partisipasi dan kesertaan pria dalam praktek keluarga berancana.
• Mempromosikan penyusuan bayi sebagai usaha untuk menjarangkan jarak kehamilan
Kewenangan Bidan
Sebagai salah satu tenaga kesehatan, bidan dalam menjalankan praktik
harus sesuai dengan kewenangan yang didasarkan pada kompetensi yang
dimilikinya. Menurut penjelasan Pasal 62 ayat (1) huruf c UU Tenaga
Kesehatan, yang dimaksud dengan "kewenangan berdasarkan kompetensi"
adalah kewenangan untuk melakukan pelayanan kesehatan secara mandiri
sesuai dengan lingkup dan tingkat kompetensinya, antara lain untuk bidan
adalah ia memiliki kewenangan untuk melakukan pelayanan kesehatan ibu,
pelayanan kesehatan anak, dan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan
dan keluarga berencana.
Jika bidan tidak melaksanakan ketentuan dalam Pasal 62 ayat (1) UU
Tenaga Kesehatan, ia dikenai sanksi administratif. Ketentuan sanksi ini diatur
dalam Pasal 82 ayat (1) UU Tenaga Kesehatan.
Kewenangan bidan dalam permenkes 28/2017 tentang izin
penyelenggaraan praktik bidan

• Bab I pasal 1 butir 2:


Praktik kebidanan adalah kegiatan pelayanan yang diakukan
oleh bidan dalam bentuk asuhan kebidanan

• Bab III kewenangan pasal 18 :


Dalam penyelenggaraan praktik kebidanan. Bidan memiliki
kewenangan untuk memberikan :
a. Pelayanan kesehatan ibu
b. Pelayanan kesehatan anak
c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana
Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu berwenang untuk: (Pasal 10
ayat 3 permenkes 1464/2010)
a. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
b. Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan
c. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
d. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
e. Fasilitas/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu ibu ekslusif
f. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum
g. Penyuluhan dan konseling
h. Bimbingan pada kelompok ibu hamil
i. Pemberian surat keterangan kematian
j. Pemberian surat keterangan cuti bersalin
Sedangkan bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak berwenang
untuk (Pasal 11 ayat (2) Permenkes 1464/2010):
a. Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan
hipotermi, inisiasi menyusu dini, injeksi vitamin K 1, perawatan bayi baru
lahir pada masa neonatal (0 - 28 hari), dan perawatan tali pusat;
b. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk;
c. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan;
d. Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah;
e. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah;
f. Pemberian konseling dan penyuluhan;
g. Pemberian surat keterangan kelahiran; dan
h. Pemberian surat keterangan kematian.
Ruang Lingkup Praktek Bidan

Defenisi
Secara umum : luas area praktek suatu
profesi
Secara khusus : digunakan untuk
menentukan apa yang boleh/tidak
boleh dilakukan oleh bidan
Ruang Lingkup Praktek Kebidanan menurut International
Confederation of Midfiwery (ICM) & IBI

Meliputi Asuhan :
• Asuhan mandiri (otonom) pada anak perempuan, remaja putri dan
wanita dewasa sebelum, selama kehamilan dan selanjutnya
• Bidan menolong persalinan atas tanggung jawab sendiri dan merawat
BBL
• Pengawasan pada kesehatan masyarakat di posyandu (tindakan
pencegahan), penyuluhan dan pendidikan kesehatan pada ibu,
keluarga dan masyarakat
• Konsultasi dan rujukan
• Pelaksanaan pertolongan kegawatdaruratan primer dan sekunder
Sasaran praktek kebidanan

• Bayi baru lahir (BBL)


• Bayi
• Balita
• Anak perempuan
• Remaja putri
• Wanita pranikah
• Wanita selama hamil, bersalin dan nifas
• Wanita masa interval dan menopause
Pelayanan kebidanan haruslah berdasarkan Standar
Pelayanan kebidanan

Adapun ruang lingkup standar pelayanan kebidanan


meliputi 24 standar
• Standar pelayanan umum (2 standar)
• Standar pelayanan antenatal (6 standar)
• Standar pertolongan persalinan (4 standar)
• Standar pelayanan nifas (3 standar)
• Standar penagnanan kegawatdaruratan obstetri
nepnatus (9 standar)
Bidan dalam menjalankan praktiknya harus :
• Memiliki tempat dan ruangan praktik yang memenuhi persyaratan
kesehatan
• Menyediakan tempat tidur untuk persalinan (1-5 tempat tidur)
• Memiliki peralatan minimal sesuai dengan ketentuan dan melaksanakan
prosedur tetap (protap) yang berlaku
• Menyediakan obat-obatan sesuai dengan ketentuan peraturan yang
berlaku
• Bidan yang menjalankan praktik harus mencantumkan SIPB atau fotocopy
izin praktiknya di ruang praktik atau tempat yang mudah dilihat
• Bidan yang dalam praktiknya menyediakan lebih dari lima tempat tidur
harus mempekerjakan tenaga bidan lain yang memiliki SIPB untuk
membantu tugas pelayanannya.

Anda mungkin juga menyukai