Anda di halaman 1dari 25

Peran bidan sebagai praktisi

yang otonom,teori otonomi,


akuntabilitas,Regulasi

Iit Ermawati.,Amd.Keb.,S.Kep.,Ners.,M.Kes.
TEORI OTONOM
PENGERTIAN OTONOMI
• Secara etimologi, otonomi berasal dari bahasa
yunani outos yang artinya sendiri, dan nomos
yang bearti hukuman atau aturan, jadi
pengertian otonomi adalah pengundang
sendiri
OTONOMI BIDAN DALAM PELAYANAN
KEBIDANAN
• Profesi yang berhubungan dengan keselamatan jiwa
manusia,adalah pertanggung jawaban dan tanggung
gugat (accountability)atas semua tindakan yang
dilakukannya
• Accountability diperkuat dengan satu landasan hukum
yang mengatur batas-batas wewenang profesi yang
bersangkutan
• Dengan adanya legistimasi kewenangan bidan ,bidan
memeiliki hak otonomi dan mandiri untuk bertindak
sesuai stndard profesi dan etika profesi
• Peningkatan mutu Praktik kebidanan melalui
– Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan
– Penelitian dalam bidang kebidanan
– Pengembangan ilmu dan tekhnologi dalam
kebidanan
– Akreditasi
– Sertifikasi
– Registrasi
– Uji kompetensi
OTONOMI DAN ASPEK LEGAL TERKAIT
PELAYANAN KEBIDANAN
• Kepmenkes Republik Indonesia 900/menkes/SK/VII/2002 Tentang registrasi dan praktik bidan
• Standard Pelayanan Kebidanan, 2001
• Kepmenkes Republik indonesia nomor 369/menkes/SK/III/2007 Tentang Standard Profesi
Bidan
• UU Kesehatan no. 23 tahun 1992 tentang kesehatan
• PP no 32/Tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
• Kepmenkes Republik Indonesia 1277/Menkes/SK/XI/2001 tentang organisasi dan tata kerja
Depkes.
• UU no 22/199 tentang otonomi daerah
• UU no 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan.
• UU tentang aborsi,adopsi,bayitabung dan transplantasi
• KUHAP, dan KUHP, 1981
• Peraturan Menteri kesehatan republik indonesia Nomor: 595/Menkes/Per/IX/1989 Tentang
Persetujuan Tindakan Medik.
• UU yang terkait dengan hak reproduksi dan keluarga berencana
– UU no.10/1992 tentang pengembangan kependudukan dan pebangunan keluarga sejahtera
– UU no 23/2003 tentang penghaspusan kekkerasan terhadap perempuan di dalam rumah tangga
Beberapa Perubahan Kebijakan
• Undang-Undang Nomor 04 Tahun 2019 Tentang Kebidanan
• Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan
• Permenkes Nomor 28 Tahun 2017 Tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik
Bidan
• Permenkes Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Tentang Keselamatan Pasien
• Permenkes Nomor 52 Tahun 2017 Tentang Eliminasi Penularan Human
Immunodeficiency Virus, Sifilis, Dan Hepatitis B Dari Ibu Ke Anak
• Permenkes Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi
• Permenkes Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
• Permenkes Nomor 17 Tahun 2017 Tentang Rencana Aksi Pengembangan
Industri Farmasi Dan Alat Kesehatan
• Permenkes Nomor 97 Tahun 2014 Tentang Pelayanan Kesehatan Masa
Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, Dan Masa Sesudah Melahirkan,
Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, Serta Pelayanan Kesehatan Seksual
• Permenkes Nomor 25 Tahun 2014 Tentang Upaya Kesehatan Anak
TUJUAN OTONOMI DALAM PELAYANAN
KEBIDANAN
• Mengkaji kebutuhan masalah kesehatan
• Untuk menyususn rencana Asuhan kebidanan
• Untuk mengetahui perkembangan kebidanan
melalui penelitian
• Berperan sebagai anggota tim kesehatan
• Untuk melaksanakan dokumentasi kebidanan
• Untuk mengelola perawatan sesuai dengan
lingkup tanggung jawabnya
BENTUK-BENTUK OTONOMI DALAM
PELAYANAN KEBIDANAN
• Mengkaji kebutuhan dan masalah kesehatan
• Menyusun rencana asuhan kebidanan
• Melakukan asuhan kebidanan
• Melaksanakan asuhan kebidanan
• Melaksanakan dokumentasi kebidanan
• Mengelola keperawatan pasien dengan
lingkup tanggung jawab
PERSAYARATAN DALAM OTONOMI
KEBIDANAN
• Administrasi
• Dapat diobservasi dan diukur
• Realistik
• Mudah dilakukan dan dibutuhkan
KEGUNAAN OTONOMI DALAM PELAYANAN
KEBIDANAN
• Otonomi pelayanan kesehatan meliputi
pembangunan kesehatan, meningkatkan
kesadaran,kemauan dan kemampuan hidup
sehat dalam upaya promotif, preventif,
kuratif,rehabilitatif untuk meningkatkan
sumber daya manusia berkualitas
TUGAS DAN WEWENANG BIDAN
UU Kebidanan No.4/2019 Pasal 46 dan 48

• Tugas Bidan meliputi:


– pelayanan kesehatan ibu;
– pelayanan kesehatan anak;
– pelayanan kesehatan reproduksi perempuan & keluarga berencana;
– pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang;
– pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.
• Tugas Bidan dapat dilaksanakan secara bersama atau
sendiri.
• Bidan dalam penyelenggaraan Praktik Kebidanan harus
sesuai dengan
kompetensi dan kewenangannya.
Pelayanan Kesehatan Ibu
UU Kebidanan No.4/2019 Pasal 49
• Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan ibu,
Bidan
berwenang:
1) memberikan Asuhan Kebidanan pada masa sebelum hamil;
2) memberikan Asuhan Kebidanan pada masa kehamilan normal;
3) memberikan Asuhan Kebidanan pada masa persalinan dan
menolong persalinan normal;
4) memberikan Asuhan Kebidanan pada masa nifas;
5) melakukan pertolongan pertama kegawatdaruratan ibu hamil,
bersalin, nifas, dan rujukan; dan
6) melakukan deteksi dini kasus risiko dan komplikasi pada masa
kehamilan, masa persalinan, pascapersalinan, masa nifas, serta
asuhan pascakeguguran dan dilanjutkan dengan rujukan.
Pelayanan Kesehatan Anak
UU Kebidanan No.4/2019 Pasal 50
• Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan anak,

Bidan berwenang:
1) memberikan Asuhan Kebidanan pada bayi baru lahir, bayi,
balita, dan anak prasekolah;
2) memberikan imunisasi sesuai program Pemerintah Pusat;
3) melakukan pemantauan tumbuh kembang pada bayi, balita,
dan anak prasekolah serta deteksi dini kasus penyulit, gangguan

tumbuh kembang, dan rujukan; dan;


4) memberikan pertolongan pertama kegawatdaruratan pada bayi
baru lahir dilanjutkan dengan rujukan.
Pelayanan Kesehatan Reproduksi
UU Kebidanan No.4/2019 Pasal 51
• Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan
reproduksi perempuan dan keluarga berencana Bidan
berwenang
– melakukan komunikasi, informasi,edukasi, konseling, dan memberikan
pelayanan kontrasepsi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pelimpahan wewenang
UU Kebidanan No.4/2019 Pasal 53,54 dan 55
a. Pelimpahan secara mandat;
– diberikan oleh dokter kepada Bidan sesuai
kompetensinya.
– harus dilakukan secara tertulis.
– tanggung jawab berada pada pemberi pelimpahan
wewenang.
– Harus melakukan pengawasan dan evaluasi secara berkala.
b. Pelimpahan secara delegatif.
– diberikan oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah
kepada Bidan. Dalam rangka:
• pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan
tertentu; atau
• program pemerintah.
– diberikan dengan disertai pelimpahan tanggung jawab.
Pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan
UU Kebidanan No.4/2019 Pasal 56
• merupakan penugasan pemerintah yang dilaksanakan pada keadaan tidak
adanya tenaga medis dan/atau tenaga kesehatan lain di suatu wilayah tempat
Bidan bertugas.
• ditetapkan oleh Pemerintah Daerah
• dilaksanakan oleh Bidan yang telah mengikuti pelatihan dengan
memperhatikan Kompetensi Bidan.
• Pelatihan sebgaimana dimaksud yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat
dan/atau Pemerintah Daerah.
• Dalam rrrenyelenggarakan pelatihan Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah
Daerah dapat melibatkan Organisasi Profesi Bidan dan/atau organisasi profesi
terkait yang diselenggarakan oleh lembaga yang telah terakreditasi.
• Ketentuan lebih lanjut mengenai pelimpahan wewenang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 53 sampai dengan Pasal 57 diatur dengan Peraturan
Menteri.
AKUNTABILITAS
• Akuntabilitas ditujukan untuk mencari jawaban terhadap
pertanyaan yang berhubungan dengan pelayanan apa, siapa,
kepada siapa, milik siapa, yang mana,dan bagaimana.
Akuntabilitas juga merupakan instrument untuk kegiatan
kontrol terutama dalam pencapaian hasil pada pelayanan
publik. Berdasarkan pernyataan tersebut prinsip akuntabilitas
dan pelayanan publik ini saling berhubungan. Hal ini
dikarenakan bahwa pemerintah sebagai penyedia layanan bagi
masyarakat harus mempertanggungjawabkan kinerja yang telah
dilakukanya. Masyarakat sendiri sebagai penerima layanan dari
pemerintah juga berhak untk mengetahui kinerja yang
dilakukan pemerintah dalam pemberian layanan
REGULASI DALAM PELAYANAN KEBIDANAN
• Hak atas pelayanan dan perlindungan kesehatan bagi ibu dan anak
merupakan hak dasar sebagaimana termaktub dalam Undang-Undang Dasar
Negara republik Indonesia tahun 1945 menemtukan bahwa setiap org hidup
sejahtera lahir dan batin bertempat tinggal dan mendpat lingkungan hidup
yang baik dan sehat serta berhak memeperoleh pelayanan kesehatan.
Menurut pasal 46 Undang-Undang republik Indonesia nomor 4 tahun 2019
disebutkan bahwa tenaga kesehatan berwenang untuk menyelanggarakan
pelayanan kesehatan, pada pelayanan kesehatan anak yang tercantum pada
pasal 50 Undang-Undang republik Indonesia nomor 4 tahun 2019 tentang izin
dan penyelanggraan praktik bidan, bidan berwenang memberikan asuhan
kebidanan pada bayi baru lahir, bayi, balita dan anak prasekolah melakukan
peamntauan tumbuh kembang bayi,anak dan balita, namun ada beberapa
bidan praktik mandiri yang memberikan pelayanan kesehatan pada balita
sakit berupa pemberian obat, seperti obat flu, pilek dan sebagainya
Lanjutan….
• Berdasarkan penyeenggaraannya tersebut bidan dikenakan hukum administratif
menurut Undang-Undang republik Indonesia nomor 4 tahun 2019 tentang izin
penyelanggaraan praktek bidan pasal 41,42, 43,44,45
• Pasal 44 Bidan yang tidak memasang papan nama praktik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi
– administratif berupa:
– a. teguran lisan;
– b. peringatan tertulis;
– c. denda administratif; dan/atau
– d. pencabutan izin
• Pasal 45 Bidan yang tidak melengkapi sarana dan prasarana pelayanan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi administratif berupa:
– a. teguran lisan;
– b. peringatan tertulis;
– c. denda administratif; dan/atau
– d. pencabutan izin.

Anda mungkin juga menyukai