Anda di halaman 1dari 70

ISU KEBIDANAN

INDONESIA
BIDAN
“ tenaga profesional yang bertanggung jawab dan akuntabel, bekerja sebagai mitra perempuan, memberikan
dukungan, asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas, memfasilitasi persalinan
atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru lahir dan bayi”

Hari Bidan Internasional pada 5 Mei


IKATAN BIDAN INDONESIA (IBI)

24 Juni 1951
MAKNA LOGO IBI
▪Bentuk bundar dan dilingkari dengan garis berwarna merah dan putih: melambangkan
persatuan abadi
▪Gambar dua buah delima: melambangkan kesuburan
▪Gambar daun dua helai: melambangkan kemampuan dari pasangan laki-laki dan
perempuan melanjutkan tumbuhnya bibit.
▪Gambar ular dan cawan: symbol dewa Aesculapius dan Dewi Hygea yang berarti
pelayanan kebidanan harus memelihara dan mempertahankan bibit agar dapat tumbuh
dan berkembang dengan baik
▪Gambar buah delima yang merekah: melambangkan buah delima yang sudah matang
dan mengandung benih yang telah matang dan sehat sehingga dapat melanjutkan
generasi penerus baru yang sehat berkualitas.
IKATAN BIDAN INDONESIA (IBI)
Ikatan Bidan Indonesia (IBI) merupakan organisasi profesi berbentuk kesatuan,
bersifat nasional, berazaskan Pancasila.
▪Tujuan:
1. menggalang persatuan dan persaudaraan antara sesama bidan serta kaum Wanita
pada umumnya dalam rangka memperkokoh persatuan bangsa.
2. Membina pengetahuan dan keterampilan anggota dalam profesi kebidanan,
khususnya dalam pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
3. Membantu pemerintah dalam pembangunan nasional, terutama dalam
meningkatkan derajat Kesehatan masyarakat.
4. Meningkatkan martabat dan kedudukan bidan dalam masyarakat.
IKATAN BIDAN INDONESIA (IBI)
▪IBI disahkan oleh Kementerian Hukum dan HAM RI pada tanggal 15 Oktober 1954
▪IBI disahkan oleh ICW (International Confederation of Midwives) pada 1956
▪Ketua IBI yang pertama kali (1951) adalah Ibu Fatimah Muin (Ketua I) dan Ibu
Sukarno (Ketua II)
▪Ketua Umum IBI 2018 – 2023: Dr. Emi Nurjasmi, M.Kes
▪Ketua I IBI 2018 – 2023: Yetty Leoni Irawan, MSc
▪Ketua II IBI 2018 – 2023: Heru Herdiawati, SST, SH, MH
IKATAN BIDAN INDONESIA (IBI)
▪VISI IBI:
“Menjadikan organisasi profesi yang handal dalam mewujudkan bidan professional berstandar global”
▪MISI IBI:
1. Meningkatkan kekuatan organisasi berbasis Informasi Teknologi (IT)
2. Meningkatkan peran IBI dalam meningkatkan mutu Pendidikan kebidanan
3. Meningkatkan peran IBI dalam meningkatkan mutu pelayanan kebidanan
4. Meningkatkan kesejahteraan anggota
5. Mewujudkan Kerjasama dengan stakeholders
6. Meningkatkan inovasi pelayanan kebidanan
7. Meningkatkan pengembangan pelayanan berbasis reseacrh
UNDANG-UNDANG
▪ Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun
2019 Tentang Kebidanan
▪ Keputusan Menteri Kesehatan RI

KEBIDANAN Nomor
HK.01.07/MENKES/320/2020
Tentang Standar Profesi Bidan
UNDANG-UNDANG RI NOMOR 4
TAHUN 2019 TENTANG KEBIDANAN
UNDANG-UNDANG RI NOMOR 4
TAHUN 2019 TENTANG KEBIDANAN
Pasal 1
▪Kebidanan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan bidan dalam
memberikan pelayanan kebidanan kepada perempuan selama masa sebelum hamil,
masa kehamilan, persalinan, pascapersalinan, masa nifas, bayi baru lahir, bayi, balita,
dan anak prasekolah, termasuk Kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana sesuai dengan tugas dan wewenangnya.
▪Bidan adalah seorang perempuan yang telah menyelesaikan program pendidikan
Kebidanan baik di dalam negeri maupun di luar negeri yang diakui secara sah oleh
Pemerintah Pusat dan telah memenuhi persyaratan untuk melakukan praktik
Kebidanan.
UNDANG-UNDANG RI NOMOR 4
TAHUN 2019 TENTANG KEBIDANAN
Pasal 2
▪Penyelenggaraan kebidanan berasaskan:
1.Perikemanusiaan
2.Nilai ilmiah
3.Etika dan profesionalitas
4.Manfaat
5.Keadilan
6.Perlindungan
7.Keselamatan pasien
UNDANG-UNDANG RI NOMOR 4
TAHUN 2019 TENTANG KEBIDANAN
Pasal 4 dan 5
▪Pendidikan kebidanan terdiri atas
1. Pendidikan akademik (program sarjana, magister, dan doktor)
2. Pendidikan vokasi
3. Pendidikan profesi
Pasal 6
▪Pendidikan vokasi (DIII) harus melanjutkan Pendidikan sarjana + profesi
UNDANG-UNDANG RI NOMOR 4
TAHUN 2019 TENTANG KEBIDANAN
Pasal 16
▪Mahasiswa kebidanan pada akhir masa Pendidikan vokasi atau Pendidikan profesi
harus mengikuti uji kompetensi yang bersifat nasional sebagai syarat kelulusan
Pendidikan vokasi atau Pendidikan profesi
Pasal 17
▪Uji kompetensi tersebut diselenggarakan oleh perguruan tinggi bekerja sama dengan
Organisasi Profesi Bidan, Lembaga pelatihan tenaga Kesehatan, atau Lembaga
sertifikasi profesi tenaga Kesehatan yang terakreditasi
UNDANG-UNDANG RI NOMOR 4
TAHUN 2019 TENTANG KEBIDANAN
Pasal 21
▪Setiap bidan yang akan menjalankan praktik kebidanan wajib memiliki STR (Surat Tanda Registrasi)
▪Persyaratan STR:
1. Memiliki Ijazah dari perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan Kebidanan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan
2. Memiliki Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi
3. Memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental
4. Memiliki surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji profesi
5. Membuat pernyataan tertulis untuk mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi.
Pasal 22
STR berlaku selama 5 tahun
UNDANG-UNDANG RI NOMOR 4
TAHUN 2019 TENTANG KEBIDANAN
Pasal 25
▪Bidan yang akan menjalankan praktik kebidanan wajib memiliki izin praktik
▪SIPB diberikan oleh Pemerintah Daerah kabupaten/kota atas rekomendasi pejabat
kesehatan yang berwenang di kabupaten/kota tempat Bidan menjalankan praktiknya
▪Pemerintah Daerah kabupaten/kota harus menerbitkan SIPB paling lama 15 hari
kerja sejak pengajuan SIPB diterima.
▪Untuk mendapatkan SIPB, Bidan harus memiliki:
1.STR yang masih berlaku
2.Tempat praktik
UNDANG-UNDANG RI NOMOR 4
TAHUN 2019 TENTANG KEBIDANAN
Pasal 26
▪Bidan paling banyak mendapatkan 2 (dua) SIPB .
▪SIPB yang dimaksud berlaku untuk:
1. Satu di Tempat Praktik Mandiri Bidan dan satu di Fasyankes selain di tempat
praktik mandiri Bidan
2. Dua praktik kebidanan di Fasyankes selain di Tempat Praktik Mandiri Bidan
UNDANG-UNDANG RI NOMOR 4
TAHUN 2019 TENTANG KEBIDANAN
Pasal 41
▪Praktik Kebidanan dilakukan di
1. Tempat Praktik Mandiri Bidan
2. Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) lainnya.
Pasal 43
▪Bidan lulusan DIII hanya dapat melakukan praktik kebidanan di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan
▪Bidan lulusan Pendidikan profesi dapat melakukan praktik kebidanan di Tempat Praktik
Mandiri Bidan dan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya.
▪Praktik Mandiri Bidan hanya pada satu Tempat Praktik Mandiri Bidan.
UNDANG-UNDANG RI NOMOR 4
TAHUN 2019 TENTANG KEBIDANAN
Pasal 44
▪Bidan lulusan Pendidikan profesi yang menjalankan praktik kebidanan di Tempat
Praktik Mandiri Bidan wajib memasang papan nama praktik.
Pasal 45
Bidan yang menjalankan praktik kebidanan di Tempat Praktik Mandiri Bidan wajib
melengkapi sarana dan prasarana pelayanan sesuai dengan standar pelayanan dan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
UNDANG-UNDANG RI NOMOR 4
TAHUN 2019 TENTANG KEBIDANAN
Pasal 46
▪Bidan bertugas memberikan pelayanan yang meliputi:
1. Pelayanan Kesehatan Ibu
2. Pelayanan Kesehatan Anak
3. Pelayanan Kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
4. Pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang
5. Pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan
▪Tugas bidan dapat dilaksanakan secara bersama atau sendiri
▪Pelaksaan tugas secara bertanggung jawab dan akuntabel
UNDANG-UNDANG RI NOMOR 4
TAHUN 2019 TENTANG KEBIDANAN
Pasal 47
▪Dalam menyelenggarakan Praktik Kebidanan, Bidan dapat berperan sebagai:
1. Pemberi pelayanan Kebidanan
2. Pengelola pelayanan kebidanan
3. Penyuluh dan konselor
4. Pendidik, pembimbing, dan fasilitator klinik
5. Penggerak peran serta masyarakat dan pemberdayaan perempuan
6. Peneliti
UNDANG-UNDANG RI NOMOR 4
TAHUN 2019 TENTANG KEBIDANAN
Pasal 49
Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan ibu, Bidan berwenang:
▪Memberikan Asuhan Kebidanan pada masa sebelum hamil
▪Memberikan Asuhan Kebidanan pada masa kehamilan normal
▪Memberikan Asuhan Kebidanan pada masa nifas
▪Melakukan pertolongan pertama kegawatdaruratan ibu hamil, bersalin, nifas, dan
rujukan
▪Melakukan deteksi dini kasus risiko dan komplikasi pada masa kehamilan, masa
persalinan, pascapersalinan, masa nifas, serta asuhan pascakeguguran dan dilanjutkan
dengan rujukan
UNDANG-UNDANG RI NOMOR 4
TAHUN 2019 TENTANG KEBIDANAN
Pasal 50
Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan anak, Bidan berwenang:
▪Memberikan Asuhan Kebidanan pada bayi baru lahir, bayi, balita, dan anak
prasekolah
▪Memberikan imunisasi sesuai program Pemerintah Pusat
▪Melakukan pemantauan tumbuh kembang pada bayi, balita, dan anak prasekolah
serta deteksi dini kasus penyulit, gangguan tumbuh kembang, dan rujukan
▪Memberikan pertolongan pertama kegawatdaruratan pada bayi baru lahir dilanjutkan
dengan rujukan
UNDANG-UNDANG RI NOMOR 4
TAHUN 2019 TENTANG KEBIDANAN
Pasal 51
Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana, Bidan berwenang melakukan komunikasi, informasi, edukasi, konseling, dan
memberikan pelayanan kontrasepsi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 53
Pelimpahan wewenang terdiri atas:
▪Pelimpahan secara mandat (berdasar pasal 54: diberikan dokter kepada Bidan sesuai
kompetensinya dan dilakukan pengawasan dan evaluasi berkala)
▪Pelimpahan secara delegatif (berdasarkan pasal 55: diberikan oleh Pemerintah Pusat atau Daerah
kepada Bidan dalam rangka pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu dan program
pemerintah).
UNDANG-UNDANG RI NOMOR 4
TAHUN 2019 TENTANG KEBIDANAN
Pasal 60
Bidan dalam melaksanakan Praktik Kebidanan berhak:
▪Memperoleh pelindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi,
kewenangan, dan mematuhi kode etik, standar profesi, standar pelayanan profesi, dan standar
prosedur operasional
▪Memperoleh informasi yang benar, jelas, jujur, dan lengkap dari Klien dan/atau keluarganya
▪Menolak keinginan Klien atau pihak lain yang bertentangan dengan kode etik, standar profesi,
standar pelayanan, standar prosedur operasional, dan ketentuan peraturan perundang-undangan
▪Menerima imbalan jasa atas Pelayanan Kebidanan yang telah diberikan
▪Memperoleh fasilitas kerja sesuai dengan standar
▪Mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan profesi
UNDANG-UNDANG RI NOMOR 4
TAHUN 2019 TENTANG KEBIDANAN
Pasal 61

Bidan dalam melaksanakan Praktik Kebidanan berkewajiban:


▪ memberikan Pelayanan Kebidanan sesuai dengan kompetensi, kewenangan, dan mematuhi kode etik, standar profesi, standar
pelayanan profesi, standar prosedur operasional
▪ memberikan informasi yang benar, jelas, dan lengkap mengenai tindakan Kebidanan kepada Klien dan/atau keluarganya sesuai
kewenangannya
▪ memperoleh persetujuan dari Klien atau keluarganya atas tindakan yang akan diberikan

▪ merujuk Klien yang tidak dapat ditangani ke dokter atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan

▪ mendokumentasikan Asuhan Kebidanan sesuai dengan standar

▪ menjaga kerahasiaan kesehatan Klien

▪ menghormati hak Klien

▪ melaksanakan tindakan pelimpahan wewenang dari dokter sesuai dengan Kompetensi Bidan

▪ melaksanakan penugasan khusus yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat

▪ meningkatkan mutu Pelayanan Kebidanan

▪ mempertahankan dan meningkatkan pengetahuan dan/atau keterampilannya melalui pendidikan dan/atau pelatihan
UNDANG-UNDANG RI NOMOR 4
TAHUN 2019 TENTANG KEBIDANAN
Pasal 62
Dalam Praktik Kebidanan, Klien berhak:
▪memperoleh Pelayanan Kebidanan sesuai dengan kompetensi, kode etik, standar
profesi, standar pelayanan, dan standar operasional prosedur
▪Memperoleh informasi secara benar dan jelas mengenai kesehatan Klien, termasuk
resume isi rekam medis jika diperlukan
▪Meminta pendapat Bidan lain
▪Memberi persetujuan atau penolakan tindakan Kebidanan yang akan dilakukan
▪Memperoleh jaminan kerahasiaan kesehatan Klien.
UNDANG-UNDANG RI NOMOR 4
TAHUN 2019 TENTANG KEBIDANAN
Pasal 64
Dalam Praktik Kebidanan, Klien berkewajiban:
▪Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi kesehatannya
▪Mematuhi nasihat dan petunjuk Bidan
▪Mematuhi ketentuan yang berlaku di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
▪Memberi imbalan jasa atas Pelayanan Kebidanan yang diterima.
UNDANG-UNDANG RI NOMOR 4
TAHUN 2019 TENTANG KEBIDANAN
Pasal 65
▪Bidan berhimpun dalam satu wadah organisasi Profesi Bidan
▪Organisasi Profesi Bidan berfungsi untuk meningkatkan dan/atau mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan, martabat, dan etika profesi Kebidanan.
Pasal 66
Organisasi Profesi Bidan bertujuan untuk mempersatukan, membina, dan
memberdayakan Bidan dalam rangka menunjang pembangunan kesehatan.
UNDANG-UNDANG RI NOMOR 4
TAHUN 2019 TENTANG KEBIDANAN
Pasal 69
▪Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah melakukan pembinaan dan pengawasan
Bidan dengan melibatkan Konsil dan Organisasi Profesi Bidan sesuai dengan
kewenangan masing-masing.
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR
HK.01.07/MENKES/320/2020 TENTANG STANDAR
PROFESI BIDAN
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI
NOMOR HK.01.07/MENKES/320/2020
TENTANG STANDAR PROFESI BIDAN
▪Standar Profesi Bidan Terdiri atas:
1. Standar kompetensi
2. Kode Etik Profesi
▪Standar kompetensi bidan yang disusun ini merupakan penyempurnaan dari Standar
Kmpetensi Bidan dan Ruang Lingkup Praktik Kebidanan yang tertuang dalam
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 369/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar
Profesi Bidan dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahin 2017 tentang Izin
dan Penyelenggaraan Praktik Bidan.
▪Standar Kompetensi ini memuat standar kompetensi lulusan Pendidikan profesi
bidan dan lulusan Pendidikan DIII Kebidanan.
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI
NOMOR HK.01.07/MENKES/320/2020
TENTANG STANDAR PROFESI BIDAN
▪Tujuan Khusus adanya dokumen ini adalah:
1. Tersedianya referensi untuk:
a. Penyusunan kurikulum Pendidikan kebidanan
b. Penyusunan pedoman program pengembangan profesi secara berkelanjutan
c. Akreditasi institusi Pendidikan kebidanan
2. Tersedianya acuan untuk:
d. Penyusunan standar praktik dan pelayanan kebidanan
e. Kegiatan pembinaan dan evaluasi pelayanan kebidanan
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI
NOMOR HK.01.07/MENKES/320/2020
TENTANG STANDAR PROFESI BIDAN
Skema Susunan Standar Kompetensi Bidan
Berdasarkan Pedoman Pelayanan Antenatal, Persalinan, Nifas, dan Bayi Baru Lahir di Era Adaptasi Kebiasaan
Baru
PELAYANAN KEBIDANAN
DIMASA PANDEMI COVID-19
PENCEGAHAN UMUM
▪Pencegahan umum yang dilakukan oleh ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru
lahir di masyarakat dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Cuci tangan dengan antiseptik/sabun selama 40 – 60 detik atau gunakan
handsanitizer (terutama mengandung alcohol 70%) selama 20 – 30 detik.
PENCEGAHAN UMUM
PENCEGAHAN UMUM
2. Diusahakan untuk menghindari kontak dengan orang yang sedang sakit
3. Tetap gunakan masker saat sakit baik dirumah maupun di luar rumah
4. Batasi kegiatan di luar rumah
5. Lakukan etika bersin dan batuk ketika bersin atau batuk
6. Bersihkan dan lakukan desinfeksi rutin
7. Masker medis digunakan untuk ibu yang sedang sakit dan ibu yang sedang
bersalin.
8. Masker kain digunakan untuk ibu yang sehat dan keluarganya.
PENCEGAHAN UMUM
9. Penggunaan masker kain tidak lebih dari 4 jam, setelahnya harus dicuci dengn sabun dan
air dan dipastikan bersih
10. Keluarga yang menemani ibu hamil, bersalin, nifas harus menggunakan masker dan jaga
jarak.
11. Menghindari kontak dengan hewan pembawa virus COVID – 19 seperti kelelawar dan
sebagainya.
12. Hindari pergi ke negara atau daerah terjangkit COVID -19 (konsultasikan dengan
praktisi Kesehatan jika mendesak)
13. Apabila terdapat gejala COVID-19, dapat menghubungi 119 ex 9 untuk dilakukan
penjemputan di tempat sesuai SOP atau langsung ke RS rujukan
14. Aktif dalam mengupdated pengetahuan mengenai COVID-19.
PELAYANAN ANTENATAL IBU
DI ERA ADAPTASI BARU
▪Program Kelas Ibu Hamil
A.Zona Hijau:
Dapat dilaksanakan dengan metode tatap muka (maks. 10 peserta) dengan prokes ketat
B. Zona Kuning – Merah:
Ditunda pelaksanaannya di masa pandemic COVID-19 atau melalui daring (zoom dan lain sebagainya)
▪P4K
A.Zona Hijau:
Pengisian stiker P4K dilakukan oleh tenaga Kesehatan pada saat pelayanan antenatal
B. Zona Kuning – Merah:
Pengisian stiker P4K dilakukan oleh ibu hamil atau keluarga yang dibimbing oleh nakes melalui media
komunikasi
PELAYANAN ANTENATAL IBU
DIAnamnesis
ERAdilakukan
ADAPTASI BARU
dengan mendatangi keluarga atau melalui telepon dan pengkajian
dapat melalui media komunikasi secara daring.
ALUR PELAYANAN
ANTENATAL DI ERA
ADAPTASI KEBIASAAN
BARU
PELAYANAN PERSALINAN
▪ Semua persalinan dilakukan di fasilitas pelayanan Kesehatan

▪ Pemilihan tempat pertolongan persalinan ditentukan berdasarkan:

1. Kondisi ibu pada saat skrining risiko persalinan

2. Kondisi ibu saat inpartu

Pasien dengan kondisi inpartu/emergensi harus diterima di semua Fasyankes walaupun belum diketahui status COVID-19

3. Status ibu dikaitkan dengan COVID-19

a. Persalinan di RS rujukan COVID-19 untuk ibu dengan status suspek, probable, dan terkonfirmasi COVID-19 ditangani
oleh tim multidisiplin

b. Persalinan di RS non rujukan COVID-19 untuk ibu dengan status suspek, probable, dan terkonfirmasi COVID-19 jika RS
rujukan penuh maka persalinan dengan APD yang sesuai.

c. Persalinan di FKTP untuk ibu dengan rapid tes non reaktif dilakukan dengan APD yang sesuai dan dapat menggunakan
delivery chamber.
PELAYANAN PERSALINAN
▪Ibu hamil melakukan isolasi mandiri minimal 14 hari sebelum tanda bersalin
▪Pada zona kuning – merah ibu hamil pada H-14 sebelum tanda bersalin dilakukan
skrining COVID-19. Skrining ini dilakukan dengan anamnesa, pemeriksaan NLR
atau rapid tes.
▪Pada zona hijau, skiring COVID-19 dilakukan pada ibu hamil yang memiliki kontak
erat atau gejala.
▪Hasil skiring dilampirkan di buku KIA dan dikomunikasikan ke Fasyankes tempat
rencana persalinan.
▪Pelayanan KB pasca persalinan tetap dilakukan sesuai prosedur, diutamakan
menggunakan metode kontrasepsi jangka Panjang.
PELAYANAN PASCA SALIN
▪Jenis pelayanan:
A. Kunjungan 1 (6 jam – 2 hari setelah persalinan)
Kunjungan nifas 1 bersamaan dengan kunjungan neonatal 1 dilakukan di Fasyankes
B. Kunjungan 2 ( 3-7 hari setelah persalinan)
C. Kunjungan 3 (8-28 hari setelah persalinan)
D. Kunjungan 4 (29 – 42 hari setelah persalinan)
Pada kunjungan 2-4 bersamaan dengan kunjungan neonatal 2 dan 3. Apabila ibu pada
zona hijau maka dilakukan kunjungan rumah oleh nakes didahului janji temu dan protocol
Kesehatan. Apabila pada zona kuning – merah maka melalui media komunikasi/ daring
kecuali keadaan mendesak maka rumah pasien dapat dilakukan kunjungan oleh nakes
dengan janji temu dan prokes.
PELAYANAN PASCA SALIN
▪Ibu nifas dengan status terkonfirmasi COVID-19 setelah pulang ke rumah melakukan
isolasi mandiri selama 14 hari.
▪Ibu nifas beserta keluarga diminta mempelajari dan menerapkan buku KIA
▪Ketentuan yang disampaikan pada kunjungan pasca salin:
1. Higiene sanitasi diri dan organ genitalia
2. Kebutuhan gizi ibu nifas
3. Perawatan payudara dan cara menyusui
4. Istirahat
5. KB pasca persalinan.
ALUR PELAYANAN
ANTENATAL DI RUMAH
SAKIT
PELAYANAN ANTENATAL
DI RS MELALUI IGD
PELAYANAN PERSALINAN DI
RUMAH SAKIT
▪Ibu dengan status COVID-19 yang dirawat di ruang idolasi di ruang bersalin, dilakukan penanganan tim
multidisiplin yang meliputi dokter paru/ penyakit dalam, dokter kebidanan dan kandungan, anestesi, bidan,
dokter spesialis anak, dan perawat perinatologi.
▪Hanya satu orang keluarga yang dapat menemani pasien.
▪Pengamatan dan penilaian ibu harus dilanjutkan sesuai praktik standar dengan tambahan pemeriksaan saturasi
oksigen
▪Pemantauan janin dilakukan secara kontinyu
▪Persiapan operasi terencana dilakukan sesuai standar.
▪Antibiotik intrapartum harus dinberikan sesuai protokol.
▪Plasenta harus ditangani sesuai praktik normal apabila perlu untuk pemeriksaan histologi dapat diinformasikan
pada petugas lab bahwa pasien suspek
▪Dokter spesialis anak dan tim harus diinformasikan terlebih dahulu mengenai rencana pertolongan persalinan
ibu dengan COVID-19.
ALUR PEMULANGAN
BAYI BARU LAHIR
TANPA GEJALA DARI
IBU TERKONFIRMASI
COVID-19
ALUR PEMULANGAN
BAYI BARU LAHIR
DENGAN GEJALA DARI
IBU TERKONFIRMASI
COVID-19
KESIMPULAN PELAYANAN KEBIDANAN
DI MASA PANDEMI COVID-19
▪Pelayanan antenatal, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir di era adaptasi kebiasaan
baru mempertimbangkan pencegahan penularan COVID-19.
▪Pelaksanaan kunjungan antenatal dan pasca bersalin didahului dengan janji temu/
teleregistrasi melalui media komunikasi untuk mencari faktor risiko dan gejala
covid-19.
▪Protokol Kesehatan harus dilaksanakan dan dipatuhi.
▪Diharapkan ibu dan keluarga mendapat edukasi dan pengetahuan lebih mengenai
buku KIA untuk mengenali tanda bahaya dan menerapkan perawatan selama
kehamilan dan pasca persalinan dalam kehidupan sehari – hari.
REFERENSI
▪ibi2015. (2012, November 17). Info Kegiatan IBI. Retrieved from
ikatanbidanindonesia.wordpress.com:
https://ikatanbidanindonesia.wordpress.com/2012/11/17/arti-lambang-ibi-ikatan-bidan-indonesia
/
▪Kongres Wanita Indonesia. (n.d.). KOWANI. Retrieved from kowani.or.id:
https://kowani.or.id/ikatan-bidan-indonesia/
▪Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia. (2018, 12 03). Ikatan Bidan Indonesia. Retrieved from
ibi.or.id: https://ibi.or.id/id/article_view/A20150113002/history_ibi.html
▪Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia. (2018, 12 05). Ikatan Bidan Indonesia. Retrieved from
ibi.or.id:
https://ibi.or.id/id/article_view/A20181220001/susunan-pengurus-pusat-ikatan-bidan-indonesia.ht
ml
▪Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia. (2018, 12 03). Ikatan Bidan Indonesia. Retrieved from
ibi.or.id: https://www.ibi.or.id/id/article_view/A20150113003/visi-dan-misi.html
LATIHAN SOAL
1.
Kapan hari jadi Bidan Indonesia?
A. 24 Mei 1951
B. 24 Mei 1954
C. 24 Juni 1951
D. 24 Juni 1954
E. 24 Juli 1951
2.
Kapan hari jadi bidan internasional?
A. 5 Mei
B. 7 Mei
C. 24 Mei
D. 25 Mei
E. 25 Juni
3.
Menurut UU No. 4 tahun 2019 tentang ke Kebidanan, Pendidikan akademik
kebidanan terdiri dari…
A. D3-D4/S1-S2
B. Akademik, vokasi, profesi
C. D3-D4/S1-Profesi
D. D3-S1-Profesi
E. Vokasi, profesi, magister
4
Logo IBI terdiri dari bentuk bundar dan dilingkari dengan garis berwarna merah dan
putih, gambar dua buah delima, gambar daun dua helai, gambar ular dan cawan, dan
gambar buah delima yang merekah. Gambar dua buah delima melambangkan:
a) persatuan abadi
b) pasangan
c) kesuburan
d) kebidanan memelihara
e) generasi penerus
5
▪Logo IBI terdiri dari bentuk bundar dan dilingkari dengan garis berwarna merah dan
putih, gambar dua buah delima, gambar daun dua helai, gambar ular dan cawan, dan
gambar buah delima yang merekah. Gambar buah delima yang merekah
melambangkan:
a) persatuan abadi
b) pasangan
c) kesuburan
d) bidan memelihara
e) generasi penerus
6
▪Kebidanan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan bidan dalam
memberikan pelayanan kebidanan kepada perempuan selama masa:
A. Sebelum hamil.
B. Balita.
C. Remaja.
D. Lansia.
E. Semua benar.
7
▪Bidan adalah seorang perempuan yang telah menyelesaikan program pendidikan
Kebidanan baik di dalam negeri maupun di luar negeri yang diakui secara sah oleh
Pemerintah Pusat dan telah memenuhi persyaratan untuk melakukan praktik
Kebidanan. Penyelenggaraan kebidanan tidak berasaskan pada:
a) Perikemanusiaan dan nilai ilmiah
b) Etika dan profesionalitas
c) Pelayanan dan kedaruratan
d) Manfaat dan keadilan
e) Perlindungan dan keselamatan pasien
8
Setiap bidan yang akan menjalankan praktik kebidanan wajib memiliki STR (Surat
Tanda Registrasi), yang bukan persyaratan STR adalah:
a) Memiliki Ijazah dari perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan
Kebidanan
b) Memiliki Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi
c) Memiliki surat izin praktik
d) Memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental
e) Memiliki surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji profesi
9
▪Setiap bidan yang akan menjalankan praktik kebidanan wajib memiliki STR (Surat
Tanda Registrasi), masa berlaku STR adalah:
a) 1 tahun
b) 2 tahun
c) 3 tahun
d) 4 tahun
e) 5 tahun
10
▪Bidan yang akan menjalankan praktik kebidanan wajib memiliki izin praktik (SIPB)
yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kabupaten/kota atas rekomendasi pejabat
kesehatan yang berwenang di kabupaten/kota tempat Bidan menjalankan praktiknya.
Untuk mendapatkan SIPB, Bidan harus memiliki:
a) Ijazah dari perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan Kebidanan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan
b) Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi
c) Surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji profesi
d) STR yang masih berlaku dan tempat praktik
e) Pernyataan tertulis untuk mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi.
11
▪Tugas bidan dapat dilaksanakan secara bersama atau sendiri yang dilaksanakan
secara bertanggung jawab dan akuntabel, pelayanan yang bukan tugas bidan adalah:
a) Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
b) Pelayanan Kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
c) Pelayanan Kesehatan rekayasa genetika dan kesuburan
d) Pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang
e) Pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan
12
Berikut ini yang bukan kewenangan bidan dalam menjalankan tugas memberikan
pelayanan kesehatan ibu:
a) Memberikan Asuhan Kebidanan pada masa sebelum hamil, kehamilan normal, dan nifas
b) Melakukan pertolongan pertama kegawatdaruratan ibu hamil, bersalin, nifas, dan rujukan
c) Melakukan deteksi dini kasus risiko dan komplikasi pada masa kehamilan, masa persalinan,
pascapersalinan, masa nifas
d) Melakukan asuhan pada masa pascakeguguran dan dilanjutkan dengan rujukan
e) Memberikan Asuhan Kebidanan pada masa sebelum hamil, kehamilan normal dan tidak normal,
serta nifas
13
Berikut ini yang bukan kewenangan bidan dalam menjalankan tugas memberikan
pelayanan kesehatan anak:
a) Memberikan Asuhan Kebidanan pada bayi baru lahir, bayi, balita, dan anak prasekolah
b) Memberikan imunisasi sesuai program Pemerintah Pusat
c) Melakukan pemantauan tumbuh kembang pada bayi, balita, dan anak prasekolah serta
deteksi dini kasus penyulit, gangguan tumbuh kembang, dan rujukan
d) Memberikan pelayanan rekayasa genetika dan kesuburan pasangan agar dapat memiliki
keturunan
e) Memberikan pertolongan pertama kegawatdaruratan pada bayi baru lahir dilanjutkan
dengan rujukan
14
Ny. A usia 34 tahun G2P1A0 ingin memeriksakan kandungannya ke Puskesmas.
Sesampai disana, ia diperiksa suhu tubuhnya 38,0 C dan dilakukan anamnesis oleh
petugas. Ia mengatakan sedikit flu dan pening karena itu ia iingin periksa
kandungannya karena takut terjadi apa-apa pada janinnya. Apa Tindakan selanjutnya
yang dilakukan petugas kesehatan?
A. Atur ulang jadwal pemeriksaan
B. Melakukan pemeriksaan ANC dengan protocol Kesehatan yang ketat
C. Meminta ibu untuk mencuci tangan dan memakai masker lalu menuju ruang KIA
D. Meminta ibu untuk melakukan rapid test/PCR
E. Meminta ibu untuk ke RS saja
15
Ny. L usia kehamilan 38 minggu, mengeluh mulas teratur, mengeluarkan lender dan darah
dari vagina, saat ini sedang berada di VK RS Stella Maris Makasar. Setelah dilakukan
pemeriksaan hasilnya: TD:120/80 mmHg, N:70x/menit, S: 36,5 C, teraba bulat keras
melenting dibagian bawah perut ibu dan DJJ: 143x/menit. Hasil pemeriksaan dalam: VT: 9
cm, ketuban (+), HD III. Hasil pemeriksaan PCR: positif dan ibu tanpa gejala. Berikut yang
bukan persiapan alat pelindung diri yang dipakai bidan untuk menolong persalinan tersebut?
A. Masker N95
B. Googles
C. Gown
D. Boots
E. Apron
TERIMA KASIH.
SEMOGA SUKSES.

Anda mungkin juga menyukai