Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

-UUD No. 4 TAHUN 2019 Tentang Kebidanan-

Disusun oleh :
Kelompok 1

Adonia Parinding

Herma Yanti

Ni Kadek Arniati

POLTEKKES KEMENKES PALU

PRODI D-IV KEBIDANAN

1
Kata Pengantar

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan nikmatnya serta hidayah-
Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami biasa menyelesaikan tugas
makalah dalam mata kuliah “Etikolegal”. Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama
penulisan makalah ini.Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Mamboro, 28 april 2021

Penulis

2
Daftar Isi

BAB I
BAB II
A. Pengertian……………………………………………………………………………….5
B. Dasar Hukum……………………………………………………………………………5
C. Status UU no.4 tahun 2019……………………………………………………………..5
D. Penjelasan umum tentang UU Kebidanan………………………………………………5
E. Isi UU no.4 tahun 2019……………………………………………………………...7-20
F. Contoh-contoh…………………………………………………………………………21

BAB III
Daftar pustaka.……………………………..…………………………………………………….26

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertimbangan sebagai latar belakang lahirnya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2019 tentang
Kebidanan adalah:
a. bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan agar dapat hidup sejahtera lahir
dan batin, sehingga mampu membangun masyarakat, bangsa, dan negara sebagaimana
diamanatkan dalam Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. bahwa pelayanan kesehatan kepada masyarakat khususnya perempuan, bayi, dan anak yang
dilaksanakan oleh bidan secara bertanggungjawab, akuntabel, bermutu, aman, dan
berkesinambungan, masih dihadapkan pada kendala profesionalitas, kompetensi, dan
kewenangan;
c. bahwa pengaturan mengenai pelayanan kesehatan oleh bidan maupun pengakuan terhadap
profesi dan praktik kebidanan belum diatur secara komprehensif sebagaimana profesi
kesehatan lain, sehingga belum memberikan pelindungan dan kepastian hukum bagi bidan
dalam melaksanakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf
c, perlu membentuk Undang-Undang tentang Kebidanan;

1.2 Perumusan Masalah


1. Apa itu pengertian kebidanan?
2. Apa dasar hukum UU no.4 tahun 2019?
3. Apa status UU no.4 tahun 2019?
4. Apa penjelasan Umum UU tentang Kebidanan?
5. Apa isi dari UU no.4 tahun 2019?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian kebidanan
2. Mengetahui isi dari UU Kebidanan
3. Mengetahui hukum-hukum UU tentang Kebidanan

4
BAB II
PEMBAHASAN

-Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan-

A. Pengertian
Kebidanan memiliki Undang-Undang tersendiri. Undang-Undang Nomor 4 Tahun
2019 tentang Kebidanan disahkan oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 13 Maret
2019. UU 4 tahun 2019 tentang Kebidanan diundangkan dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 56 dan Penjelasan Atas UU 4 Tahun 2019
tentang Kebidanan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6325
oleh Menkumham Yasonna H. Laoly pada tanggal 15 Maret 2019 di Jakarta.
Kebidanan dalam UU 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan adalah segala sesuatu
yang berhubungan dengan bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan kepada
perempuan selama masa sebelum hamil, masa kehamilan, persalinan, pascapersalinan,
masa nifas, bayi baru lahir, bayi, balita, dan anak prasekolah, termasuk kesehatan
reproduksi perempuan dan keluarga berencana sesuai dengan tugas dan wewenangnya.
Bidan adalah seorang perempuan yang telah menyelesaikan program pendidikan
Kebidanan baik di dalam negeri maupun di luar negeri yang diakui secara sah oleh
Pemerintah Pusat dan telah memenuhi persyaratan untuk melakukan praktik Kebidanan.
Pelayanan Kebidanan menurut ketentuan umum Undang-Undang Nomor 4 Tahun
2019 tentang Kebidanan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan
bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidct.n secara
mandiri, kolaborasi, dan/atau rujukan. Praktik Kebidanan adalah kegiatan pemberian
pelayanan yang dilakukan oleh Bidan dalam bentuk asuhan kebidanan. Kompetensi
Bidan adalah kemampuan yang dimiliki oleh Bidan yang meliputi pengetahuan,
keterampilan, dan sikap untuk memberikan Pelayanan Kebidanan.
B. Dasar hukum
Dasar Hukum sebagai landasan yuridis lahirnya Undang-Undang Nomor 4 Tahun
2019 tentang Kebidanan adalah Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28C, dan Pasal 28H ayat (1)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
C. Status UU no.4 tahun 2019
Undang-Undang Baru. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 56 dan Penjelasan Atas
UU 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6325. Berlaku mulai 15 Maret 2019.
D. Penjelasan Umum UU Kebidanan

5
Pemenuhan pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin secara
konstitusional dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Hal
ini merupakan tujuan nasional bangsa Indonesia yaitu untuk melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, serta keadilan sosial.
Untuk mencapai tujuan nasional tersebut diselenggarakanlah upaya pembangunan
yang berkesinambungan yang merupakan suatu rangkaian pembangunan yang
menyeluruh, terarah, dan terpadu, termasuk pembangunan kesehatan. Pembangunan
kesehatan pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat sehingga dapat terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya.
Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan dilakukan berbagai
upaya kesehatan, salah satunya dalam bentuk pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan
bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan
penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan, kelompok dan masyarakat. Pelayanan
Kebidanan, yang merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan ditujukan khusus
kepada perempuan, bayi baru lahir, bayi, balita, dan anak prasekolah termasuk kesehatan
reproduksi perempuan dan keluarga berencana. Pelayanan Kebidanan harus diberikan
secara bertanggung jawab, akuntabel, bermutu, dan aman.
Profesi Bidan di Indonesia masih dihadapkan oleh berbagai macam kendala
seperti persebaran Bidan yang belum merata dan menjangkau seluruh wilayah terpencil
di Indonesia, serta pendidikan Kebidanan yang sampai saat ini sebagian besar masih pada
jenis pendidikan vokasi yang menyebabkan pengembangan profesi Bidan berjalan sangat
lambat. Dalam hal praktik Kebidanan, masih terdapat ketidaksesuaian antara kewenangan
dan kompetensi yang dimiliki oleh Bidan. Selain itu, Bidan sebagai pemberi Pelayanan
Kebidanan perlu dipersiapkan kemampuannya untuk mengatasi perkembangan
permasalahan kesehatan dalam masyarakat.
Bidan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan berperan sebagai pemberi
Pelayanan Kebidanan, pengelola Pelayanan Kebidanan, penyuluh dan konselor bagi
Klien, pendidik, pembimbing, dan fasilitator klinik, penggerak peran serta masyarakat
dan pemberdayaan perempuan, serta peneliti. Pelayanan Kebidanan yang diberikan oleh
Bidan didasarkan pada pengetahuan dan kompetensi di bidang ilmu Kebidanan yang
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan Klien.
Ketentuan mengenai profesi Bidan masih tersebar dalam berbagai peraturan
perundang-undangan dan belum menampung kebutuhan hukum dari profesi Bidan
maupun masyarakat. Hal ini mengakibatkan belum adanya kepastian hukum bagi Bidan
dalam menjalankan praktik profesinya, sehingga belum memberikan pemerataan
pelayanan, pelindungan, dan kepastian hukum bagi Bidan sebagai pemberi Pelayanan
Kebidanan dan masyarakat sebagai penerima Pelayanan Kebidanan. Pengaturan
Kebidanan bertujuan untuk meningkatkan mutu Bidan, mutu pendidikan dan Pelayanan
6
Kebidanan, memberikan pelindungan dan kepastian hukum kepada Bidan dan Klien,
serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Undang-Undang ini mcngatur mengenai pendidikan Kebidanan, Registrasi dan
izin praktik, Bidan warga negara Indonesia lulusan luar negeri, Bidan Warga Negara
Asing, Praktik Kebidanan, hak dan kewajiban, Organisasi Profesi Bidan, pendayagunaan
Bidan, serta pembinaan dan pengawasan.

E. Isi UU no.4 tahun 2019


Berikut adalah isi dari UU no.4 tahun 2019 :

BAB I pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk


KETENTUAN UMUM memberikan Pelayanan Kebidanan.

Pasal 1 7. Uji Kompetensi adalah proses pengukuran


pengetahuan, keterampilan, dan perilaku
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: peserta didik pada perguruan tinggi yang
menyelenggarakan program studi Kebidanan.
1. Kebidanan adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan bidan dalam memberikan 8. Sertifikat Kompetensi adalah surat tanda
pelayanan kebidanan kepada perempuan pengakuan terhadap Kompetensi Bidan yang
selama masa sebelum hamil, masa kehamilan, telah lulus Uji Kompetensi untuk melakukan
persalinan, pascapersalinan, masa nifas, bayi Praktik Kebidanan.
baru lahir, bayi, balita, dan anak prasekolah,
termasuk kesehatan reproduksi perempuan dan 9. Sertifikat Profesi adalah surat tanda pengakuan
keluarga berencana sesuai dengan tugas dan untuk melakukan Praktik Kebidanan yang
wewenangnya. diperoleh lulusan pendidikan profesi.

2. Pelayanan Kebidanan adalah suatu bentuk 10. Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap
pelayanan profesional yang merupakan bagian Bidan yang telah memiliki Sertifikat
integral dari sistem pelayanan kesehatan yang Kompetensi atau Sertifikat Profesi dan telah
diberikan oleh bidct.n secara mandiri, mempunyai kualifikasi tertentu lain serta
kolaborasi, dan/atau rujukan. mempunyai pengakuan secara hukum untuk
menjalankan Praktik Kebidanan.
3. Bidan adalah seorang perempuan yang telah
menyelesaikan program pendidikan Kebidanan 11. Surat Tanda Registrasi yang selanjutnya
baik di dalam negeri maupun di luar negeri disingkat STR adalah bukti tertulis yang
yang diakui secara sah oleh Pemerintah Pusat diberikan oleh konsil Kebidanan kepada Bidan
dan telah memenuhi persyaratan untuk yang telah diregistrasi.
melakukan praktik Kebidanan.
12. Surat Izin Praktik Bidan yang selanjutnya
4. Praktik Kebidanan adalah kegiatan pemberian disingkat SIPB adalah bukti tertulis yang
pelayanan yang dilakukan oleh Bidan dalam diberikan oleh Pemerintah Daerah
bentuk asuhan kebidanan. kabupaten/kota kepada Bidan sebagai
pemberian kewenangan untuk menjalankan
5. Asuhan Kebidanan adalah rangkaian kegiatan Praktik Kebidanan.
yang didasarkan pada proses pengambilan
keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh 13. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu
Bidan sesuai dengan wewenang dan ruang alat dan/atau ternpat yang digunakan untuk
lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan
Kebidanan. baik promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif yang pelayanannya dilakukan oleh
6. Kompetensi Bidan adalah kemampuan yang pemerintah dan/atau masyarakat.
dimiliki oleh Bidan yang meliputi

7
14. Tempat Praktik Mandiri Bidan adalah Fasilitas f. pelindungan; dan
Pelayanan Kesehatan yang diselenggarakan
oleh Bidan lulusan pendidikan profesi untuk g. keselamatan Klien.
memberikan pelayanan langsung kepada klien. Pasal 3
15. Bidan Warga Negara Asing adalah Bidan yang
a. meningkatkan mutu pendidikan Bidan;
berstatus bukan Warga Negara Indonesia.
b. meningkatkan mutu Pelayanan Kebidanan;
16. Klien adalah perseorangan, keluarga, atau
kelompok yang melakukan konsultasi c. memberikan pelindungan dan kepastian hukum
kesehatan untuk memperoleh pelayanan kepada Bidan dan Klien; dan
kesehatan yang diperlukan secara langsung
maupun tidak langsung oleh Bidan. d. meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,
terutama kesehatan ibu, bayi baru lahir, bayi,
17. Organisasi Profesi Bidan adalah wadah yang balita, dan anak prasekolah.
menghimpun Bidan secara nasional dan
berbadan hukum sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
18. Konsil Kebidanan yang selanjutnya disebut
BAB II
Konsil adalah bagian dari Konsil Tenaga
PENDIDIKAN KEBIDANAN
Kesehatan Indonesia yang tugas, fungsi,
wewenang, dan keanggotaannya sesuai dengan Pasal 4
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pendidikan Kebidanan terdiri atas:
19. Wahana Pendidikan Kebidanan adalah
Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang digunakan a. pendidikan akademik;
sebagai tempat penyelenggaraan pendidikan
Kebidanan. b. pendidikan vokasi; dan

20. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik c. pendidikan profesi.


Indonesia yang memegang kekuasaan
Pasal 5
pemerintahan negara Republik Indonesia yang
dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri 1. Pendidikan akademik sebagaimana dimaksud
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang dalam Pasal 4 huruf a terdiri atas:
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
a. program sarjana;
21. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan b. program magister; dan
daerah yang memimpin pelaksanaan urusan
c. program doktor.
pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah otonom. 2. Lulusan pendidikan akademik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat
22. Menteri adalah menteri yang
melanjutkan program pendidikan profesi.
menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang kesehatan. Pasal 6
Pasal 2 1. Pendidikan vokasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 huruf b merupakan program
Penyelenggaraan Kebidanan berasaskan:
diploma tiga kebidanan.
a. perikemanusiaan;
2. Lulusan pendidikan vokasi sebagaimana
b. nilai ilmiah; dimaksud pada ayat (1) yang akan menjadi
Bidan lulusan pendidikan profesi harus
c. etika dan profesionalitas; melanjutkan program pendidikan setara sarjana
ditambah pendidikan profesi.
d. manfaat;
e. keadilan;

8
Pasal 7 2. Standar Nasional Pendidikan Kebidanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengacu
Pendidikan profesi sebagaimana dimaksud dalam Pasal pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi.
4 huruf c merupakan program lanjutan dari program
pendidikan setara sarjana atau program sarjana. 3. Standar Nasional Pendidikan Kebidanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun
Pasal 8 secara bersama oleh kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di
Lulusan pendidikan akademik, vokasi, dan profesi bidang kesehatan, kementerian yang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 mendapatkan menyelenggarakan tugas pemerintahan di
gelar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- bidang pendidikan tinggi, asosiasi institusi
undangan. pendidikan, dan Organisasi Profesi Bidan.
Pasal 9 4. Ketentuan mengenai Standar Nasional
Pendidikan Kebidanan sebagaimana dimaksud
1. Pendidikan Kebidanan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri
dalam Pasal 4 diselenggarakan oleh perguruan
yang menyelenggarakan tugas pemerintahan di
tinggi sesuai dengan ketentuan peraturan
bidang pendidikan tinggi.
perundang-undangan.
2. Perguruan tinggi dalam menyelenggarakan Pasal 12
pendidikan Kebidanan sebagaimana dimaksud 1. Dalam rangka menjamin mutu lulusan,
pada ayat (1) harus menyediakan Fasilitas penyelenggara pendidikan Kebidanan hanya
Pelayanan Kesehatan sebagai Wahana dapat menerima mahasiswa sesuai dengan
Pendidikan Kebidanan. kuota nasional.
3. Penyediaan Fasilitas Pelayanan Kesehatan 2. Kuota nasional sebagaimana dimaksud pada
sebagai Wahana Pendidikan Kebidanan ayat (1) didasarkan pada kebutuhan Bidan di
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat daerah masing masing.
dilakukan melalui:
3. Ketentuan mengenai kuota nasional
a. kepemilikan; atau penerimaan mahasiswa sebagaimana dimaksud
b. kerja sama. pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri
yang menyelenggarakan tugas pemerintahan di
4. Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagai Wahana bidang pendidikan tinggi setelah berkoordinasi
Pendidikan Kebidanan sebagaimana dimaksud dengan Menteri.
pada ayat (2) merupakan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan yang memenuhi persyaratan. Pasal 13

5. Ketentuan lebih lanjut mengenai Fasilitas 1. Perguruan tinggi yang menyelenggarakan


Pelayanan Kesehatan sebagai Wahana pendidikan Kebidanan harus memiliki dosen
Pendidikan Kebidanan sebagaimana dimaksud dan tenaga kependidikan sesuai dengan
pada ayat (2) sampai dengan ayat (4) diatur ketentuan peraturan perundang-undangan.
dengan Peraturan Menteri.
2. Dosen sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Pasal 10 berasal dari:

Perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan a. perguruan tinggi; dan/atau


Kebidanan diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat atau b. Wahana Pendidikan Kebidanan.
masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. 3. Dosen sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mempunyai hak dan kewajiban sesuai dengan
Pasal 11 ketentuan peraturan perundang-undangan.
1. Penyelenggaraan pendidikan Kebidanan harus Pasal 14
memenuhi Standar Nasional Pendidikan
Kebidanan. 1. Dosen yang berasal dari Wahana Pendidikan
Kebidanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
13 ayat (2) huruf b melakukan pendidikan,

9
penelitian, pengabdian kepada masyarakat, dan Pasal 19
pelayanan kesehatan.
1. Mahasiswa pendidikan vokasi Kebidanan yang
2. Dosen yang berasal dari Wahana Pendidikan lulus Uji Kompetensi memperoleh Sertifikat
Kebidanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal Kompetensi yang diterbitkan oleh perguruan
13 ayat (2) huruf b memiliki kesetaraan, tinggi.
pengakuan, dan angka kredit yang
memperhitungkan kegiatan pelayanan 2. Mahasiswa pendidikan profesi Kebidanan
kesehatan. yang lulus Uji Kompetensi memperoleh
Sertifikat Profesi yang diterbitkan oleh
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai kesetaraan, perguruan tinggi.
pengakuan, dan angka kredit dosen yang
berasal dari Wahana Pendidikan Kebidanan Pasal 20
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur
dalam Peraturan Pemerintah. Tata cara Uji Kompetensi dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 15
BAB III
Tenaga kependidikan sebagaimana dimaksud dalam REGISTRASI DAN IZIN PRAKTIK
Pasal 13 ayat (1) dapat berasal dari pegawai negeri sipil
atau nonpegawai negeri sipil sesuai dengan ketentuan Bagiam Kesatu
peraturan perundang-undangan. Registrasi

Pasal 16 Pasal 21

1. Mahasiswa Kebidanan pada akhir masa 1. Setiap Bidan yang akan menjalankan Praktik
pendidikan vokasi atau pendidikan profesi Kebidanan wajib memiliki STR.
harus mengikuti Uji Kompetensi yang bersifat 2. STR sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
nasional. diberikan oleh Konsil kepada Bidan yang
2. Uji Kompetensi sebagaimana dimaksud pada memenuhi persyaratan.
ayat (1) merupakan svarat kelulusan 3. Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat
pendidikan vokasi atau pendidikan profesi. (2) meliputi:
Pasal 17 a. memiliki ijazah dari perguruan tinggi
yang menyelenggarakan pendidikan
1. Uji Kompetensi sebagaimana dimaksud dalam Kebidanan sesuai dengan ketentuan
Pasal 16 diselenggarakan oleh perguruan tinggi peraturan perundang undangan;
bekerja sama dengan Organisasi Profesi Bidan,
lembaga pelatihan tenaga kesehatan, atau b. memiliki Sertifikat Kompetensi atau
lembaga sertifikasi profesi tenaga kesehatan Sertifikat Profesi;
yang terakreditasi.
c. memiliki surat keterangan sehat fisik
2. Uji Kompetensi sebagaimana dimaksud pada dan mental;
ayat (1) ditujukan untuk mencapai standar
kompetensi Bidan. d. memiliki surat pernyataan telah
mengucapkan sumpah/janji profesi;
Pasal 18 dan

1. Standar kompetensi Bidan sebagaimana e. membuat pernyataan tertulis untuk


dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) disusun oleh mematuhi dan melaksanakan
Organisasi Profesi Bidan dan Konsil ketentuan etika profesi.
berkoordinasi dengan Konsil Tenaga
Kesehatan Indonesia. Pasal 22

2. Standar kompetensi Bidan sebagaimana 1. STR berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat
dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian dari diregistrasi ulang setelah memenuhi
standar profesi Bidan yang disahkan oleh persyaratan.
Menteri.

10
2. Persyaratan untuk Registrasi ulang b. tempat praktik.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
6. SIPB berlaku apabila:
a. memiliki STR lama;
a. STR masih berlaku; dan
b. memiliki Sertifikat Kompetensi atau
Sertifikat Profesi; b. Bidan berpraktik di tempat
sebagaimana tercantum dalam SIPB.
c. memiliki surat keterangan sehat fisik
dan mental; Pasal 26

d. membuat pernyataan tertulis 1. Bidan paling banyak mendapatkan 2 (dua)


mematuhi dan melaksanakan SIPB.
ketentuan etika profesi;
2. SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
e. telah mengabdikan diri sebagai tenaga berlaku untuk:
profesi atau vokasi; dan
a. 1 (satu) di Tempat Praktik Mandiri
f. memenuhi kecukupan dalam kegiatan Bidan dan 1 (satu) di Fasilitas
pelayanan, pendidikan, pelatihan, Pelayanan Kesehatan selain d1
dan/atau kegiatan ilmiah lainnya. Tempat Praktik Mandiri Bidan; atau

Pasal 23 b. 2 (dua) Praktik Kebidanan di Fasilitas


Pelayanan Kesehatan selain di
Konsil harus menerbitkan STR paling lama 30 (tiga Tempat Praktik Mandiri Bidan.
puluh) hari kerja terhitung sejak pengajuan STR
diterima. Pasal 27

Pasal 24 SIPB tidak berlaku apabila:

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara Registrasi a. Bidan meninggal dunia;
dan Registrasi ulang sebagaimana dimaksud dalam b. habis masa berlakunya;
Pasal 21 sampai dengan Pasal 23 diatur dalam Peraturan
Konsil. c. dicabut berdasarkan ketentuan perundang-
undangan ; atau
Bagian Kedua
Izin Praktik d. atas permintaan sendiri.

Pasal 25 Pasal 28

1. Bidan yang akan menjalankan Praktik 1. Setiap Bidan harus menjalankan Praktik
Kebidanan wajib memiliki izin praktik. Kebidanan di tempat praktik yang sesuai
dengan SIPB.
2. Izin praktik sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diberikan dalam bentuk SIPB. 2. Bidan yang menjalankan Praktik Kebidanan di
tempat praktik yang tidak sesuai dengan SIPB
3. SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai
diberikan oleh Pemerintah Daerah sanksi administratif berupa:
kabupaten/kota atas rekomendasi pejabat
kesehatan yang berwenang di kabupaten/kota a. teguran tertulis;
ternpat Bidan menjalankan praktiknya.
b. penghentian sementara kegiatan; atau
4. Pemerintah Daerah kabupaten/kota
c. pencabutan izin.
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus
menerbitkan SIPB paling lama 15 (lima belas) Pasal 29
hari kerja sejak pengajuan SIPB diterima.
Ketentuan lebih lanjut mengenai izin praktik Bidan
5. Untuk mendapatkan SIPB sebagaimana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 sampai dengan
dimaksud pada ayat (3), Bidan harus memiliki: Pasal 28 diatur dengan Peraturan Menteri.
a. STR yang masih berlaku; dan
Pasal 30

11
1. Penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatan c. surat pernyataan tertulis untuk
harus mendayagunakan Bidan yang memiliki mematuhi dan melaksanakan
STR dan SIPB. ketentuan etika profesi.
2. Penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatan 3. Penilaian kemampuan melakukan Praktik
yang mendayagunakan Bidan yang tidak Kebidanan sebagaimana dimaksud pada ayat
memiliki STR dan SIPB sebagaimana (1) huruf b dilakukan melalui Uji Kompetensi
dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
administratif berupa: undangan.
a. teguran tertulis; 4. Bidan warga negara Indonesia lulusan luar
negeri yang telah memenuhi penilaian
b. penghentian sementara kegiatan; atau kelengkapan administratif dan lulus penilaian
c. pencabutan izin kemampuan melakukan Praktik Kebidanan
memperoleh surat keterangan lulus evaluasi
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara kompetensi.
pengenaan sanksi administratif sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diatur dengan 5. Bidan warga negara Indonesia lulusan luar
Peraturan Menteri. negen yang telah memperoleh surat keterangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat
BAB IV rnemperoleh STR.
BIDAN WARGA NEGARA INDONESIA
LULUSAN LUAR NEGERI 6. STR sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
diberikan oleh Konsil setelah memenuhi
Pasal 31 persyaratan.

1. Bidan warga negara Indonesia lulusan luar 7. Ketentuan lebih lanjut mengenai evaluasi
negeri yang akan menjalankan Praktik kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat
Kebidanan di Indonesia wajib memiliki STR (1) sampai dengan ayat (4) diatur dengan
dan SIPB. Peraturan Menteri.

2. STR dan SIPB sebagaimana dimaksud pada Pasal 33


ayat (1), diperoleh setelah Bidan warga negara
Indonesia lulusan luar negeri mengikuti 1. Ketentuan mengenai tata cara Registrasi, masa
evaluasi kompetensi. berlaku STR, dan Registrasi ulang STR bagi
Bidan warga negara Indonesia lulusan luar
Pasal 32 negeri berlaku secara mutatis mutandis sesuai
Pasal 21 sampai dengan Pasal 23.
1. Evaluasi kompetensi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 31 ayat (2) dilakukan melalui: 2. Ketentuan mengenai izin Praktik Kebidanan
bagi Bidan warga negara Indonesia lulusan
a. penilaian kelengkapan administratif; luar negeri berlaku secara mutatis mutandis
dan sesuai Pasal 25 sampai dengan Pasal 30.
b. penilaian kemampuan melakukan BAB V
Praktik Kebidanan. BIDAN WARGA NEGARA ASING
2. Penilaian kelengkapan administratif Pasal 34
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
meliputi: 1. Bidan Warga Negara Asing dapat menjalankan
Praktik Kebidanan di Indonesia berdasarkan
a. penilaian keabsahan dan penyetaraan permintaan pengguna Bidan Warga Negara
ijazah oleh menteri yang Asing.
menyelenggarakan tugas
pemerintahan di bidang pendidikan 2. Penggunaan Bidan Warga Negara Asing harus
tinggi; mendapatkan izin Pemerintah Pusat dengan
mempertimbangkan ketersediaan Bidan yang
b. surat ketcrangan sehat fisik dan ada di Indonesia.
mental; dan

12
3. Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) 5. Selain mengikuti evaluasi kompetensi, Bidan
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Warga Negara Asing harus memenuhi
peraturan perundang-undangan di bidang persyaratan lain sesuai dengan ketentuan
ketenagakerjaan. peraturan perundang-undangan.
4. Bidan Warga Negara Asing yang 6. Ketentuan lebih lanjut mengenai evaluasi
menyelenggarakan Praktik Kebidanan di kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat
Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (1) sampai dengan ayat (4) diatur dengan
hanya dilakukan untuk alih teknologi dan/atau Peraturan Menteri.
ilmu pengetahuan.
Pasal 37
Pasal 35
1. Bidan yang telah memperoleh surat keterangan
1. Bidan Warga Negara Asing yang akan lulus evaluasi kompetensi sebagaimana
menjalankan Praktik Kebidanan di Indonesia dimaksud dalam Pasal 36 ayat (4) dapat
wajib memiliki STR sementara dan SIPB. mengajukan permohonan STR sementara.
2. STR sementara dan SIPB sebagaimana 2. STR sementara sebagaimana dimaksud pada
dimaksud pada ayat (1), diperoleh setelah ayat (1) diberikan oleh Konsil setelah
Bidan Warga Negara Asing mengikuti evaluasi memenuhi persyaratan.
kompetensi.
3. STR sementara sebagaimana dimaksud pada
Pasal 36 ayat (2) merupakan persyaratan untuk
memperoleh SIPB.
1. Evaluasi kompetensi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 35 ayat (2) dilakukan melalui: Pasal 38

a. penilaian kelengkapan administratif; 1. STR sementara bagi Bidan Warga Negara


dan Asing berlaku paling lama 1 (satu) tahun dan
dapat diperpanjang hanya untuk 1 (satu) tahun
b. penilaian kemampuan melakukan berikutnya.
Praktik Kebidanan.
2. SIPB bagi Bidan Warga Negara Asing berlaku
2. Penilaian kdengkapan administratif paling lama 1 (satu) tahun dan dapat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diperpanjang hanya untuk 1 (satu) tahun
meliputi: berikutnya.
a. penilaian keabsahan dan kesetaraan
Pasal 39
ijazah oleh menteri yang
menyelenggarakan tugas 1. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
pemerintahan di bidang pendidikan Registrasi STR sementara dan Registrasi ulang
tinggi; STR sementara bagi Bidan Warga Negara
Asing diatur dalam Peraturan Konsil.
b. surat keterangan sehat fisik dan
mental; dan 2. Ketentuan lebih lanjut mengenai SIPB bagi
Bidan Warga Negara Asing diatur dalam
c. surat pernyataan tertulis untuk
Peraturan Menteri.
mematuhi dan melaksanakan
ketentuan etika profesi. Pasal 40
3. Penilaian kemampuan melakukan Praktik 1. Penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Kebidanan sebagaimana dimaksud pada ayat dapat mendayagunakan Bidan Warga Negara
(1) huruf b dilakukan mclalui Uji Kompetensi. Asing yang telah memiliki:
4. Bidan Warga Negara Asing yang telah a. STR sementara;
memenuhi penilaian kelengkapan administratif
dan lulus penilaian kemampuan melakukan b. SIPB; dan
Praktik Kebidanan memperoleh surat
keterangan lulus evaluasi kompetensi.

13
c. Izin sesuai dengan ketentuan Praktik Mandiri Bidan dan di Fasilitas
peraturan perundang-undangan di Pelayanan Kesehatan lainnya.
bidang ketenagakerjaan.
3. Praktik Mandiri Bidan sebagaimana dimaksud
2. Penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatan pada ayat (2) dilakukan hanya pada 1 (satu)
yang mendayagunakan Bidan Warga Negara Tempat Praktik Mandiri Bidan.
Asing yang tidak sesuai dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai Pasal 44
sanksi administratif berupa:
1. Bidan lulusan pendidikan profesi yang
a. teguran tertulis; menjalankan Praktik Kcbidanan di Tempat
Praktik Mandiri Bidan wajib memasang papan
b. penghentian sementara kegiatan; atau nama praktik.
c. pencabutan izin. 2. Ketentuan mengena1 papan nama praktik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
pengenaan sanksi administratif sebagaimana
peraturan perundang-undangan.
dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan
Menteri. 3. Bidan yang tidak memasang papan nama
praktik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
BAB VI
dikenai sanksi administratif berupa:
PRAKTIK KEBIDANAN
a. teguran lisan;
Bagian Kesatu
Umum b. peringatan tertulis;

Pasal 41 c. denda administratif; dan/atau

1. Praktik Kebidanan dilakukan di: d. pencabutan izin.

a. Tempat Praktik Mandiri Bidan; dan 4. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
pengenaan sanksi administratif sebagaimana
b. Fasilitas Pelayanan Kesehatan dimaksud pada ayat (3) diatur dengan
lainnya. Peraturan Menteri.
2. Praktik Kebidanan sebagaimana dimaksud Pasal 45
pada ayat (1) harus dilakukan sesuai dengan
kompetensi dan kewenangan serta mematuhi 1. Bidan yang menjalankan Praktik Kebidanan di
kode etik, standar profesi, standar pelayanan Tempat Praktik Mandiri Bidan wajib
profesi, dan standar prosedur operasional. melengkapi sarana dan prasarana pelayanan
sesuai dengan standar pelayanan dan ketentuan
Pasal 42 peraturan perundang-undangan.
1. Pengaturan, penetapan dan pembinaan Praktik 2. Bidan yang tidak melengkapi sarana dan
Kebidanan dilaksanakan oleh Konsil. prasarana pelayanan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dikenai sanksi administratif
2. Konsil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berupa:
merupakan bagian dari Konsil Tenaga
Kesehatan Indonesia yang diatur dengan a. teguran lisan;
Peraturan Presiden.
b. peringatan tertulis;
Pasal 43
c. denda administratif; dan/atau
1. Bidan lulusan pendidikan diploma tiga hanya
dapat melakukan Praktik Kebidanan di d. pencabutan izin.
Fasilitas Pelayanan Kesehatan. 3. Ketentuan mengenai tata cara pengenaan
2. Bidan lulusan pendidikan profesi dapat sanksi administratif sebagaimana dimaksud
melakukan Praktik Kebidanan di Tempat pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.

14
Bagian Kedua Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan
Tugas dan Wewenang kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46
ayat (1) huruf a, Bidan berwenang:
Pasal 46
a. memberikan Asuhan Kebidanan pada masa
1. Dalam menyelenggarakan Praktik Kebidanan, sebelum hamil;
Bidan bertugas memberikan pelayanan yang
meliputi: b. memberikan Asuhan Kebidanan pada masa
kehamilan normal;
a. pelayanan kesehatan ibu;
c. memberikan Asuhan Kebidanan pada masa
b. pelayanan kesehatan anak; persalinan dan menolong persalinan normal;
c. pelayanan kesehatan reproduksi d. memberikan Asuhan Kebidanan pada masa
perempuan dan keluarga berencana; nifas;
d. pelaksanaan tugas berdasarkan e. melakukan pertolongan pertama
pelimpahan wewenang; dan/atau kegawatdaruratan ibu hamil, bersalin, nifas,
dan rujukan; dan
e. pelaksanaan tugas dalam keadaan
keterbatasan tertentu. f. melakukan deteksi dini kasus risiko dan
komplikasi pada masa kehamilan, masa
2. Tugas Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat
persalinan, pascapersalinan, masa nifas, serta
(1) dapat dilaksanakan secara bersama atau
asuhan pascakeguguran dan dilanjutkan
sendiri.
dengan rujukan.
3. Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan secara bertanggung Paragraf 2
jawab dan akuntabel. Pelayanan Kesehatan Anak

Pasal 47 Pasal 50

1. Dalam menyelenggarakan Praktik Kebidanan, Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan


Bidan dapat berperan sebagai: kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46
ayat (1) huruf b, Bidan berwenang:
a. pemberi Pelayanan Kebidanan;
a. memberikan Asuhan Kebidanan pada bayi
b. pengelola Pelayanan Kebidanan; baru lahir, bayi, balita, dan anak prasekolah;
c. penyuluh dan konselor; b. memberikan imunisasi sesuai program
Pemerintah Pusat;
d. pendidik, pembimbing, dan fasilitator
klinik; c. melakukan pemantauan tumbuh kembang pada
bayi, balita, dan anak prasekolah serta deteksi
e. penggerak peran serta masyarakat dan dini kasus penyulit, gangguan tumbuh
pemberdayaan perempuan; dan/atau kembang, dan rujukan; dan
f. peneliti. d. memberikan pertolongan pertama
2. Peran Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat kegawatdaruratan pada bayi baru lahir
(1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dilanjutkan dengan rujukan.
peraturan perundang-undangan. Paragraf 3
Pasal 48 Pelayanan Kesehatan Reproduksi Perempuan dan
Keluarga Berencana
Bidan dalam penyelenggaraan Praktik Kebidanan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 dan Pasal 47, Pasal 51
harus sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya. Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan
Paragraf 1 kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
Pelayanan Kesehatan Ibu berencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat
(1) huruf c, Bidan berwenang melakukan komunikasi,
Pasal 49 informasi, edukasi, konseling, dan memberikan

15
pelayanan kontrasepsi sesuai dengan ketentuan 3. Pelimpahan wewenang sebagaimana dimaksud
peraturan perundang-undangan. pada ayat (1) diberikan dengan disertai
pelimpahan tanggung jawab.
Pasal 52
Pasal 56
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelayanan kesehatan
ibu, pelayanan kesehatan anak, dan pelayanan 1. Pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan
kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46
berencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (1)huruf e merupakan penugasan
sampai dengan Pasal 51 diatur dengan Peraturan pemerintah yang dilaksanakan pada keadaan
Menteri. tidak adanya tenaga med is dan/atau tenaga
kesehatan lain di suatu wilayah tempat Bidan
Paragraf 4 bertugas.
Pelimpahan Wewenang
2. Keadaan tidak adanya tenaga medis dan/atau
Pasal 53 tenaga kesehatan lain sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditetapkan oleh Pemerintah
Pelimpahan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Daerah.
Pasal 46 ayat (1) huruf d terdiri atas:
3. Pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan
a. pelimpahan secara mandat; dan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
b. pelimpahan secara delegatif. dilaksanakan oleh Bidan yang telah mengikuti
pelatihan dengan memperhatikan Kompetensi
Pasal 54 Bidan.

1. Pelimpahan wewenang secara mandat 4. Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 huruf a dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan/atau
diberikan oleh dokter kepada Bidan sesuai Pemerintah Daerah.
kompetensinya.
5. Dalam rnenyelenggarakan pelatihan
2. Pelimpahan wewenang secara mandat sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah
dilakukan secara tertulis. dapat melibatkan Organisasi Profesi Bidan
dan/atau organisasi profesi terkait yang
3. Pelimpahan wewenang secara mandat diselenggarakan oleh lembaga yang telah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan terakreditasi.
tanggung jawab berada pada pemberi
pelimpahan wewenang. Pasal 57
4. Dokter yang memberikan pelimpahan 1. Program pemerintah sebagaimana dimaksud
wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat dalam Pasal 55 ayat (2) huruf b merupakan
(1) harus melakukan pengawasan dan evaluasi penugasan Pemerintah Pusat atau Pemerintah
secara berkala. Daerah untuk melaksanakan program
pemerintah.
Pasal 55
2. Program pemerintah sebagaimana dimaksud
1. Pelimpahan wewenang secara delegatif pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 huruf b ketentuan peraturan perundang-undangan.
diberikan oleh Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah kepada Bidan. 3. Pelaksanaan program pemerintah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh
2. Pelimpahan wewenang secara delegatif Bidan yang telah mengikuti pelatihan dengan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang memperhatikan Kompetensi Bidan.
diberikan oleh Pemerintah Pusat atau
Pemerinlah Daerah dalam rangka: 4. Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan/atau
a. pelaksanaan tugas dalam keadaan Pemerintah Daerah.
ketcrbatasan tertentu; atau
b. program pemerintah.

16
5. Dalam menyelenggarakan pelatihan c. menolak keinginan Klien atau pihak lain yang
sebagaimana dimaksud pada ayat (4), bertentangan dengan kode etik, standar profesi,
Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah standar pelayanan, standar prosedur
dapat melibatkan Organisasi Profesi Bidan operasional, dan ketentuan peraturan
dan/atau organisasi profesi terkait yang perundang-undangan;
diselenggarakan oleh lembaga yang telah
terakreditasi. d. menerima imbalan jasa atas Pelayanan
Kebidanan yang telah diberikan;
Pasal 58
e. memperoleh fasilitas kerja sesua1 dengan
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelimpahan wewenang standar; dan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 sampai dengan
f. mendapatkan kesempatan untuk
Pasal 57 diatur dengan Peraturan Menteri.
mengembangkan profesi.
Paragraf 5
Pasal 61
Keadaan Gawat Darurat
Bidan dalam melaksanakan Praktik Kebidanan
Pasal 59
berkewajiban:
1. Dalam keadaan gawat darurat untuk pemberian a. memberikan Pelayanan Kebidanan sesuai
pertolongan pertama, Bidan dapat melakukan dengan kompetensi, kewenangan, dan
pelayanan kesehatan di luar kewenangan mematuhi kode etik, standar profesi, standar
sesuai dengan kompetensinya. pelayanan profesi, standar prosedur
2. Pertolongan pertama sebagaimana dimaksud operasional;
pada ayat (1) bertujuan untuk menyelamatkan b. memberikan informasi yang benar, jelas, dan
nyawa Klien. lengkap mengenai tindakan Kebidanan kepada
3. Keadaan gawat darurat sebagaimana dimaksud Klien dan/atau keluarganya sesuai
pada ayat (1) merupakan keadaan yang kewenangannya;
mengancam nyawa Klien. c. memperoleh persetujuan dari Klien atau
4. Keadaan gawat darurat sebagaimana dimaksud keluarganya atas tindakan yang akan
pada ayat (1) ditetapkan oleh Bidan sesuai diberikan;
dengan hasil evaluasi berdasarkan d. merujuk Klien yang tidak dapat ditangani ke
keilmuannya. dokter atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
5. Penanganan keadaan gawat darurat e. mendokumentasikan Asuhan Kebidanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai sesua1 dengan standar;
dengan ayat (4) dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. f. menjaga kerahasiaan kesehatan Klien;

BAB VII g. menghormati hak Klien;


HAK DAN KEWAJIBAN
h. melaksanakan tindakan pelimpahan wewenang
Bagian Kesatu dari dokter sesuai dengan Kompetensi Bidan;
Hak dan Kewajiban Bidan
i. melaksanakan penugasan khusus yang
Pasal 60 ditetapkan oleh Pemerintah Pusat;

Bidan dalam melaksanakan Praktik Kebidanan berhak: j. meningkatkan mutu Pelayanan Kebidanan;

a. memperoleh pelindungan hukum sepanjang k. mempertahankan dan meningkatkan


melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi, pengetahuan dan/atau keterampilannya melalui
kewenangan, dan mematuhi kode etik, standar pendidikan dan/atau pelatihan; dan/atau
profesi, standar pelayanan profesi, dan standar l. melakukan pertolongan gawat darurat.
prosedur operasional;
Bagian Kedua
b. memperoleh informasi yang benar, jelas, jujur, Hak dan Kewajiban Klien
dan lengkap dari Klien dan/atau keluarganya;

17
Pasal 62 1. Bidan berhimpun dalam satu wadah Organisasi
Profesi Bidan.
Dalam Praktik Kebidanan, Klien berhak:
2. Organisasi Profesi Bidan berfungsi untuk
a. memperoleh Pelayanan Kebidanan sesuai meningkatkan dan/atau mengembangkan
dengan kompetensi, kode etik, standar profesi, pengetahuan dan keterampilan, mertabat, dan
standar pelayanan, dan standar operasional etika profesi Kebidanan.
prosedur;
Pasal 66
b. memperoleh informasi secara benar dan jelas
mengenai kesehatan Klien, termasuk resume Organisasi Profesi Bidan bertujuan untuk
isi rekam medis jika diperlukan; mempersatukan, membina, dan memberdayakan Bidan
dalam rangka menunjang pembangunan kesehatan.
c. meminta pendapat Bidan lain;
Pasal 67
d. memberi persetujuan atau penolakan tindakan
Kebidanan yang akan dilakukan; dan 1. Untuk mengembangkan cabang ilmu dan
e. memperoleh jaminan kerahasiaan kesehatan standar pendidikan Kebidanan, Organisasi
Klien. Profesi Bidan dapat membentuk kolegium
Kebidanan.
Pasal 63
2. Kolegium Kebidanan sebagaimana dimaksud
1. Pengungkapan rahasia kesehatan Klien hanya pada ayat (1) merupakan badan otonom di
dilakukan atas dasar: dalam Organisasi Profesi Bidan.

a. kepentingan kesehatan Klien; 3. Ketentuan lebih lanjut mengenai kolegium


Kebidanan sebagaimana dimaksud pada ayat
b. permintaan aparatur penegak hukum (2) diatur oleh Organisasi Profesi Bidan.
dalam rangka penegakan hukum;
BAB IX
c. persetujuan Klien sendiri; dan/atau PENDAYAGUNAAN BIDAN
d. ketentuan peraturan perundang- Pasal 68
undangan.
1. Dalam rangka pemerataan dan pemenuhan
2. Pengungkapan rahasia kesehatan Klien
kebutuhan Pelayanan Kebidanan, Pemerintah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terbatas
Pusat, Pemerintah Daerah, dan/atau
pada tindakan yang dilakukan oleh Bidan.
masyarakat melakukan pendayagunaan Bidan
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai sesuai dengan tugas dan fungsi masing-
pengungkapan rahasia kesehatan Klien diatur masing.
dalam Peraturan Menteri.
2. Pendayagunaan Bidan sebagaimana dimaksud
Pasal 64 pada ayat (1) memperhatikan aspek
pemerataan, pemanfaatan, dan pengembangan.
Dalam Praktik Kebidanan, Klien berkewajiban:
3. Pendayagunaan Bidan sebagaimana dimaksud
a. memberikan informasi yang benar, jelas, dan pada ayat (1) dan ayat (2) terdiri atas
jujur mengenai kondisi kesehatannya; pendayagunaan Bidan di dalam dan luar
negeri.
b. mematuhi nasihat dan petunjuk Bidan;
4. Pendayagunaan Bidan sebagaimana dimaksud
c. mematuhi ketentuan yang berlaku di Fasilitas pada ayat (1) sampai dengan ayat (3)
Pelayanan Kesehatan; dan dilaksanakan melalui penempatan sesuai
d. memberi imbalan jasa atas Pelayanan dengan ketentuan peraturan perundang-
Kebidanan yang diterima. undangan.

BAB VIII BAB X


ORGANISASI PROFESI BIDAN PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 65 Pasal 69

18
1. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah masih tetap dapat melakukan Praktik Kebidanan untuk
melakukan pembinaan dan pengawasan Bidan jangka waktu paling lama Bulan Oktober Tahun 2020.
dengan melibatkan Konsil dan Organisasi
Profesi Bidan sesuai dengan kewenangan Pasal 76
masing-masing.
1. Bidan lulusan pendidikan diploma tiga dan
2. Pembinaan dan pengawasan sebagaimana Bidan lulusan pendidikan diploma empat yang
dimaksud pada ayat (1) diarahkan untuk: telah melaksanakan Praktik Kebidanan secara
mandiri di Tempat Praktik Mandiri Bidan
a. meningkatkan mutu Pelayanan sebelum Undang Undang ini diundangkan,
Kebidanan; dapat melaksanakan Praktik Kebidanan secara
mandiri di Tempat Praktik Mandiri Bidan
b. melindungi masyarakat dari tindakan
untuk jangka waktu paling lama 7 (tujuh)
Bidan yang tidak sesuai standar; dan
tahun setelah Undang-Undang ini
c. memberikan kepastian hukum bagi diundangkan.
Bidan dan masyarakat.
2. Dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud
Pasal 70 pada ayat (1), Bidan lulusan pendidikan
diploma tiga yang melaksanakan praktik
Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud mandiri Bidan dapat mengikuti penyetaraan
dalam Pasal 69 dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Bidan lulusan pendidikan profesi melalui
peraturan perundang-undangan. rekognisi pembelajaran lampau.
BAB XI 3. Rekognisi pembelajaran lampau sebagaimana
KETENTUAN PERALIHAN dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
Pasal 71 undangan.
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, setiap Pasal 77
orang yang sedang mengikuti pendidikan Kebidanan
diploma empat dapat berpraktik sebagai Bidan lulusan Pelaksanaan Registrasi ulang untuk Bidan yang lulus
diploma empat di Fasilitas Pelayanan Kesehatan setelah pendidikan sebelum Tahun 2013 melampirkan ijazah
lulus pendidikan kecuali praktik mandiri Bidan sebagai pengganti Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat
Profesi.
Pasal 72
BAB XII
Bidan lulusan pendidikan diploma empat sebelum KETENTUAN PENUTUP
Undang-Undang m1 mulai berlaku dapat berpraktik di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan kecuali praktik mandiri Pasal 78
Bidan.
Peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang ini harus
Pasal 73 ditetapkan paling lama 2 (dua) tahun terhitung sejak
Undang-Undang ini diundangkan.
STR dan SIPB yang telah dimiliki oleh Bidan sebelum
Undang-Undang ini diundangkan, dinyatakan tetap Pasal 79
berlaku sampai jangka waktu STR dan SIPB berakhir.
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua
Pasal 74 peraturan perundang-undangan yang mengatur
mengenai Kebidanan, dinyatakan masih tetap berlaku
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, penerbitan sepanjang tidak bertentangan berdasarkan Undang-
STR yang masih dalam proses, diselesaikan Undang ini.
berdasarkan prosedur sebelum Undang-Undang ini
diundangkan. Pasal 80

Pasal 75 Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal


diundangkan.
Bidan lulusan pendidikan Kebidanan di bawah diploma
tiga Kebidanan yang telah melakukan Praktik Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
Kebidanan sebelum Undang-Undang ini diundangkan pengundangan Undang-Undang ini dengan

19
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.

20
F. Contoh-contoh
1. Seorang bidan yang telah mengikuti pendidikan kebidanan dan telah lulus dari
pendidikan tersebut harus memberikan pelayanannyadalam praktiknya yang telah
memiliki kompetensi serta keterampilan serta telah teregistrasi memiliki sertifikat
kompetensi dan mempunyai surat izin praktik bidan sehingga dapat melakukan
pelayanan kebidanan kepada perempuan pada masa sebelum hamil masa kehamilannya,
persalinan, pasca persalinan, masa nifas, bayi baru lahir, bayi, balita dan anak prasekolah
termasuk remaja dan kesehatan reproduksi serta pelayanan keluarga berencana sesuai isi
dari UU no.4 tahun 2019 Bab I. Dalam menjalankan tugasnya,contohnya diperdesaan,
seorang bidan itu harus harus memiliki asas-asas sebagaimana tercantum didalam pasal
2.

2. Sesuai dengan isi bab II-UU tentang Kebidanan, seseorang yang ingin menjadi seorang
bidan harus melalui jenjang pendidikan kebidanan yang sekarang ini telah tersedia di
Indonesia di beberapa propinsi sekolah kesehatan yang didalamnya terdapat pendidikan
kebidanan. Seseorang harus bersekolah awalnya masuk kedalam pendidikan vokasi yang
waktu pendidikannya selama 3 tahun atau bisa langsung mengambil pendidikan
akademik yaitu program sarjana/S1 selama 4 tahun masa perkuliahan krmudian melanjut
ke pendidikan profesi yang merupakan lanjutan dari program pendidikan setara sarjana
atau program sarjana dan ketika masuk program profesi ini harus mengikuti Uji
Kopetensi yang merupakan syarat agar bisa lulus dari pendidikan profesi sebagaimana
tercantum dalam pasal 16 UU Kebidanan. Kemudian setelah itu bisa juga mengambil
lagi program pendidikan akademik yaitu Magister/S2 dan doctor/S3. Ketika sudah lulus
dari pendidikan vokasi, akademik dan profesi bisa mendapatkan gelar sesuai peraturan
perundang-undangan.

3. Dalam sebuah desa ada seorang bidan yang ingin membuka tempat praktik mandirinya
sendiri diumah, mengenai hal ini seorang bidan tersebut diwajibkan mempunyai STR
(Surat Tanda Registrasi) agar dapt membuka praktik mandirinya. Pembuatan STR ini
memiliki beberapa syarat yang tercantum pada pasal 21 ayat (3). Saat STR sudah ada
bidan itu dapat membuka praktik mandirinya dan akan memiliki surat izin praktik bidan
(SIPB) yang diterbitkan oleh pemerintah. Satu orang bidan paling banyak memiliki 2
SIPB yaitu satu tempat praktik mandiri bidan dan satu di fasilitas pelayanan kesehatan
seperti di Puskesmas, rumah sakit. STR dan SIPB ini berlaku selama 5 tahun. Ketika
bidan tersebut tidak mempunyai STR dan SIPB maka dapat dikenakan sanksi sesuai
pasal 30 ayat (2). Menurut UU no.4 tahun 2019 Bab III

21
4. Sesuai Bab IV UU no.4 tahun 2019, ketika ada seseorang bidan warga Indonesia yang
mengikuti pendidikan kebidanan di luar negeri dalam menjalankan praktik kebidanan di
Indonesia harus juga mempunyai STR dan SIPB. Syarat bagi bidan Indonesia lulusan
luar negeri untuk memiliki STR dan SIPB tercantum dalam pasal 32 dengan beberapa
penilaian-penilaian.

5. Sesuai Bab V UU no.4 tahun 2019 tentang bidan warga negara asing, yaitu seorang
bidan warga negara asing dapat menjalankan praktik kebidanan di Indonesia dengan
wajib memiliki STR sementara dan SIPB. Yang diperoleh setelah bidan warga negara
asing mengikuti evaluasi kompetensi. Evaluasi kompetensi dilakukan melalui penilaian
kelengkapan administratif dan penilaian kemampuan melakukan praktik kebidanan.
Selain megikuti kompetensi, bidan warga negara asing harus memenuhi persyaratan lain
sesuai ketentuan perundang-undangan.

6. Sesuai Bab VI UU no 4 tahun 2019 tentang praktik kebidanan, yaitu praktik kebidanan
dilakukan di tempat praktik bidan mandiri dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
Dan harus dilakukan sesuai dengan kompetensi dan kewenangan serta mematuhi kode
etik, standar profesi, standar pelayanan profesi, dan standar prosedur operasional. Dalam
menyelenggarakan praktik kebidanan, bidan bertugas memberikan pelayanan,
contohnya: pelayanan kesehatan ibu seperti memberikan asuhan kebidanan pada masa
sebelum hamil,pada masa kehamilan normal,masa nifas dan lain sebagainya. Pelayanan
kesehatan anak seperti memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir, bayi, balita
dan anak prasekolah dan jiga bisa memberikan imunisasi sesuai program pemerintah
pusat. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana seperti bidan
berwenang melakukan komunikasi, informasi, edukasi, konseling dan memberikan
pelayanan kontrasepsi sesuai dangan ketentuan perundang-undangan. Pelimpahan
wewenang seperti pelimpahan secara mandate dan pelimpahan secara delegasi.
Pelimpahan wewenang secara mandate yaitu diberikan oleh dokter kepada bidan sesuai
kompetensinya dan dilakukan secara tertulis. Pelimpahan wewenang secara delegatif
yaitu diberikan oleh pemerintah pusat atau pemerintah daerah kepada bidan. Pemberian
tugas dalammmm keadaan keterbatasan tertentu, seperti dalam keadaan gawat darurat
untuk pemberian pertolongan pertama,bidan dapat melakukan pelayanan kesehatan
diluar kewenangan sesuai kompetensinya yaitu bertujuan untuk menyelamatkan pasien.

7. Sesuai Bab VII UU no 4 tahun 2019 tentang hak dan kewajiban, yaitu bidan dalam
melaksanakan praktik kebidanan berhak memperoleh perlindungan hikum sepanjang
melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi,kewenangan dan mematuhi kode etik,
standar profesi, standar pelayananprofesi dan standar prosedur operasional dan
memperoleh informasi yang benar dan jelas, jujur , ddan lengkap dari klien dana tau

22
keluarganya sesai dengan pasal 60. Dan pada pasal 61 yaitu bidan dalam melaksanakan
praktik kebidanan berkewajiban memberikan pelayanan kebidanan sesuai dengan
kompetensi, kewenangan, dan mematuhi kode etik, standar profesi, standar pelayanan
profesi, standar prosedur operasional serta memberikan informasi yang benar, jelas, dan
lengkap mengenai tindakan kebidanan kepada klien dana tau keluarga sesuai
kewenangannya. Dan pada pasal 62 dalam praktik kebidanan, klen berhak memperoleh
pelayanan kebidanan sesuai dengan kompetensi, kode etik, standar profesi,standar
pelayanan dan standar operasional prosedur seta memperoleh informasi secara benar dan
jelas mengenai kesehatan klien, termasuk resume isi rekam medis jika diperlukan.
Dalam praktek kebidanan, klien berkewajiban memberikan informasi yang benar, jelas
dan jujur mengenai kondisi kesehatannya dan mematuhi nasihat dan petunjuk bidan
sesuai pasal 64

8. Sesuai Bab VIII no 4 tahun 2019 tentang organisasi profesi bidan yaitu bidan yang
telah mengikuti pendidikan kebidanan dan telah lulus akan masuk ke organisasi profesi
bidan yang ada di Indonesia yaitu organisasi (IBI) yang bertujuan untuk meningkatkan
dan atau mengembangkan pengetahuan dan keterampilan, mertabat dan etika profesi
kebidanan sesuai pasal 65.dan pada pasal 66 bertujuan untuk mempersatukan, membina,
dan memperdayakan bidan dalam rangka menunjang pembagunan kesehatan. Dan
Organisasi profesi bidan dapat membentuk kolegium kebidanan untuk mengembangkan
cabang ilmu dan standar pendidikan kebidanan.

9. Sesuai Bab IX no 4 tahun 2019 tentang pemberdayagunaan bidan yaitu pemerintah


pusat,pemerintah daerah ,dan/atau masyarakat melakukan pendayagunaan masing-
masing. Pada pemberdayagunaan bidan,bidan perlu memperhatikan aspek
pemerataan,pemanfaatan dan pengembangan. Contohnya: dalam pelayanan kebidanan
bidan itu harus menjaga sang pasien tetap selamat,melakukan prosedur dengan benar,
memberikan pelayanan yang baik, serta bidan tersebut telah memiliki izin tugas.

10. Sesuai Bab X no 4 tahun 2019 tentang pembinaan dan pengawasan yaitu dalam
melakukan pembinaan dan pengawasan bidan. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah
melibatkan konsil dan orgnisasi profesi bidan sesuai dengan kewenangan masing-
masing. Contohnya: memberikan acuan agar lebih meningkatkan pelayanan kesehatan.
Dalam menjalankan praktiknya bidan dalam menangani pasien terdapat beberapa yang
tidak sesuai dengan kewenangannya namun bidan selalu mengutamakan hak-hak pasien
sebagai bentuk perlindungan hukum jika terjadi kelelaian atau kerugian pada pasien.

23
11. Sesuai Bab XII no 4 tahun 2019 tentang ketentuan penutup yaitu pada saat uu ini mulai
berlaku bahwa semua peratutan perundang-undangan yang mengatur kebidanan
dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan berdasarkan uu ini.

24
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kebidanan dalam UU 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan kepada perempuan
selama masa sebelum hamil, masa kehamilan, persalinan, pascapersalinan, masa nifas, bayi
baru lahir, bayi, balita, dan anak prasekolah, termasuk kesehatan reproduksi perempuan dan
keluarga berencana sesuai dengan tugas dan wewenangnya. Bidan adalah seorang perempuan
yang telah menyelesaikan program pendidikan Kebidanan baik di dalam negeri maupun di
luar negeri yang diakui secara sah oleh Pemerintah Pusat dan telah memenuhi persyaratan
untuk melakukan praktik Kebidanan.
Pelayanan Kebidanan menurut ketentuan umum Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2019
tentang Kebidanan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidct.n secara mandiri,
kolaborasi, dan/atau rujukan. Praktik Kebidanan adalah kegiatan pemberian pelayanan yang
dilakukan oleh Bidan dalam bentuk asuhan kebidanan. Kompetensi Bidan adalah
kemampuan yang dimiliki oleh Bidan yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap
untuk memberikan Pelayanan Kebidanan.

B. Saran
Saran kami, semoga makalah ini dapat membantu para pembaca dan mengetahui pasal-
pasal tentang kebidanan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dan khususnya
bagi bidan itu sendiri, ia harus memahami betul tentang isi UU no.4 2019 ini untuk memberikan
pelayanan kebidanan kepada perempuan selama masa sebelum hamil, masa kehamilan,
persalinan, pascapersalinan, masa nifas, bayi baru lahir, bayi, balita, dan anak prasekolah,
termasuk kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana sesuai dengan tugas dan
wewenangnya agar bidan dapat memberikan pelayanan yang profesional bagi masyarakat.

25
Daftar Pustaka

https://jdih.bssn.go.id/wp-content/uploads/2019/10/UU-Nomor-4-Tahun-2019.pdf

26

Anda mungkin juga menyukai