By Farida Kartini
Dasar Asuhan Kebidanan Persalinan
Juni 2019
Bekerjalah sesuai kewenangan dan prosedur
yang ada, jangan lupa setiap melakukan
tindakan/prosedur selalu diiringi do'a minta
selalu dilindungi Allah pada setiap
tindakan/prosedur yang kita kerjakan.
Capaian Pembelajaran
9
- Aspek keperdataan, menyagkut hubungan
bidan dengan klien/ pasien, terkait hak dan
kewajiban masing masing pihak.
- Aspek pidana, menyangkut hal-hal yg bisa
dikenai sanksi pidana terkait dengan
tindakan/ kejadian-kejadian dalam
menjalankan prakktik bidan.
10
ASPEK AMINISTRATIF
Aspek administrasi pada praktik bidan
berpokok pada perijinan dan kewenangan
seseorang untuk berpraktik sebagai bidan. Hal
tersebut bermula dari persyaratan pendidikan
minimal, dan dilanjutkan dengan ketentuan-
ketentuan adminstrasi lain.
Ingat!
A. Pendidikan
1. Pendidikan akademik (S1, S2, S3) => Ps 4 jo. Ps 5 (1)
2. Pendidikan vokasi (D III) => Ps 4 jo. Ps 6 (1)
3. Pendidikan Profesi => Ps 4
4. Pendidikan setara sarjana (D IV) Ps 6 (2)
B. Uji kompetensi
Uji kompetensi ditujukan untuk mencapai standar kompetensi
bidan, diselenggarakan oleh perguruan tinggi bekerjasama dg
organsisasi profesi, lembaga pelatihan tenaga kesehatan, atau
lembaga sertifikasi profesi tenaga kesehatan yg terakreditasi.
Uji kompetensi ini diperuntukan bagi pendidikan jenjang D III
dan pendidikan profesi.
Standar kompetensi bidan yang ada sampai saat ini, merujuk
Pasal 79 UU Kebidanan, masih mengacu pada Kepmenkes RI
No. 369/Menkes/SK/III/2007.
C. Registrasi & Ijin Praktik
Registrasi dan Ijin Praktik diatur dalam Bab III Pasal
21 sampai dengan Pasal 30 UU Kebidanan. Secara
umum ketentuan mengenai registrasi dan ijin praktik
menurut UU tersebut tidak banyak berbeda dengan
ketentuan yang ada sebelumnya, yaitu Permenkes
No. 1464/Menkes/Per/X/2010. Yang berbeda pada
jenjang pendidikan kebidanan yang boleh praktik
mandiri. Permenkes 1464/Menkes/Per/X/2010
DIII, UU Kebidanan pendidikan profesi kebidanan.
Bidan DIII yang berpraktik mandiri sebelum lahirnya UU
kebidanan diberi waktu untuk mengadakan
penyesuaian selambat-lambatnya 7 tahun sejak UU
kebidanan di undangkan.
D. Kewenangan
Secara kronologis, kewenangan bidan diatur dg peraturan-
peraturan sebagai berikut :
1. Tahun 1963, Permenkes No. 5380/IX/1963, wewenang
bidan terbatas pada pertolongan persalinan normal
secara mandiri di samping tugas yang lain.
2. Tahun 1980 diterbitkan Permenkes Nomor
363/Menkes/Per/X/1980 yang kemudian diubah dengan
Permenkes 623/1989, wewenang bidan dibagi menjadi 2
yaitu wewenang umum dan khusus dalam hal ini bidan
melaksanakan tindakan dibawah pengawasan dokter.
3.Tahun 1996 kewenangan bidan diatur dalam
Permenkes no 572/VI/1996 tentang registrasi dan
praktek bidan.
4.Tahun 2002, Permenkes 572/96 dinyatakan tidak
berlaku dengan dikeluarkannya Keputusan Meneteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor
900/MENKES/SK/VII/2002 Tentang Registrasi dan
Praktek Bidan. Kewenangan bidan dalam regulasi
tahun 2002 lebih luas dibandingkan dengan regulasi
dalam peraturan sebelumnya.
5. Tahun 2010, kewenangan yang luas menurut Kepmenkes No.
900 tersebut kemudian dikurangi dengan diterbitkannya
peraturan yang menggantikannya yaitu Peraturan Menetri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1464/Menkes/Per/X/2010 Tentang Ijin dan Penyelenggaraan
Praktek Bidan.
6. Tahun 2019 diterbitkan UU No. 4 Tahun 2019 Tentang
Kebidanan. Namun karena peraturan pelaksana dari UU
tersebut belum diterbitkan, maka Permenkes No. 1464 masih
berlaku, sejauh ketentuannya tidak bertentangan dg UU.
Dari berbagai aturan hukum di atas, kewenangan bidan pada
asuhan persalinan dapat diuraikan sebagi berikut :