Anda di halaman 1dari 12

DILEMA ETIK FREE SEX

KELOMPOK 4
Ria Putri Liana 2014201042
Halimah 2014201047
Siti Alfiatun Lailatul Fajrin 2014201050
Sri Silpi Indriyani 2014201065
Arlinisa Khaira Putri 2014201067
Bella Putri Indah 2014201059
Uus Nur Hotimah 2014201080
Erwin Dwi Riyadi Hermawan 2014201166
Pengertian

Dilema etik keperawatan merupakan suatu masalah yang dihadapi seorang perawat ketika hendak
mengambil keputusan yang mana melibatkan dua atau lebih moral akan tetapi tidak ada alternatif
yang dapat dilakukan dan memuaskan. Ketika perawat mengalami dilema etik, tidak ada benar dan
salah dalam pengambilan keputusan. Akan tetapi keputusan tersebut harus diambil dengan
pemikiran yang rasional bukan secara emosional (thompson & thopson).
Lanjutan…

Free sex tidak hanya ditujukan untuk perilaku dikalangan remaja atau seseorang yang belum menikah, namun dikalangan
orang yang sudah menikah dan apabila dia melakukan dengan orang lain selain pasangan suami atau istrinya, itu juga
termasuk free sex.

Dampak fisik free sex untuk perempuan dibawah usia 17 tahun yang pernah melakukan hubungan seks bebas akan beresiko
tinggi terkena kanker serviks. Beresiko tertular penyakit kelamin dan HIV-AIDS yang bisa menyebabkan kemandulan
bahkan kematian. Terjadinya KTD (kehamilan yang tidak diinginkan) hingga tindakan aborsi yang dapat menyebabkan
gangguan kesuburan, kanker rahim, cacat permanen bahkan berujung pada kematian.

Dampak psikologis sex bebas yang seringkali terlupakan ketika melakukan free sex adalah akan selalu muncul rasa bersalah,
marah, sedih, menyesal, malu, kesepian, tidak punya bantuan, binggung, stress, benci pada diri sendiri, benci pada orang
yang terlibat, takut tidak jelas, insomnia (sulit tidur), kehilangan percaya diri, gangguan makan, kehilangan konsentrasi,
depresi, berduka, tidak bisa memaafkan diri sendiri, takut akan hukuman tuhan, mimpi buruk, merasa hampa, halusinasi,
sulit mempertahankan hubungan.
Contoh Kasus Dilema Etik

Nn M berusai 16 tahun dibawa oleh sahabatnya ke poliklinik rumah sakit jiwa untuk konsultasi
mengenai masalahnya. Nn. M mengatakan bahwa dia sudah sering melakukan seks bebas sejak
kelas dua sekolah menengah pertama seksual. A. Nn M sudah dua kali melakukan aborsi, yang
pertama ketika dia berusia14 tahun an yang terakhir kira – kira 6 bulan yang lalu. Nn M
menyatakan tidak berani mengungkapkan kejadian yang ia alanmi kepada kedua orang tuanya. Ia
khawatir nantinya orang tuanya syok dan jatuh sakit bahkan ia mengusir ia dari rumah. Nn M
menyatakan sangat menyesal telah melakukan tindakan aborsi,tetapi ia sangat menyukai seks
bebas, dan ia melakukan semuai ini hanya unutk mancari uang untuk memenuhi kebutuhan sehari –
harinya. Ia mengungkapakan “saya berasal dari keluarga yang sederhana akan tetapi saya
menginginkan kekayaan”. Nn M meminta kepada perawat untuk memberikan alat kontrasepsi yang
tepat bagi dia dan memohon penjelasana tentang pencegahan penyakit menular.
Kasus diatas menjadi suatu dilema etik bagi perawat tersebut berusaha untuk memberikan
pelayanan keperawatan yang sesuai dengan etika dan legal yaitu dia menghargai keputusan yang
dibuat oleh pasien. Selain itu dia juga harus melaksanakan kewajibannya sebagai perawat dalam
melakukan yang terbaik bagi keselamatan jiwa dan kesehatan klien. Keputusan pasien yang
berlawanan dengan tujuan penyelamatan jiwa pasien tersebut maka perawat harus memikirkan
alternatif-alternatif atau solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan berbagai
konsekuensi dari masing-masing alternatif tindakan. Penyelesaian kasus dilema etik seperti ini
diperlukan strategi untuk mengatasinya karena tidak menutup kemungkinan akan terjadi perbedaan
pendapat antar tim medis yang terlibat termasuk perawat dengan pihak pasien sendiri. Jika
perbedaan pendapat ini terus berlanjut maka akan timbul masalah komunikasi dan kerjasama tim
medis dengan pasien menjadi tidak optimal. Hal ini jelas akan membawa dampak ketidaknyamanan
pasien dalam mendapatkan pelayanan keperawatan.
Tahapan tindakan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Identifikasi masalah etik:

• Autonomi ( sebenarnya Nn M berhak mendapatkan seutuhnya informasi yang sesbenarnya dari pihak
perawat sehingga perawat juga berkewajiban memberikannya untuk memnuhi standart pelayanan yang
berkualitas, akan tetapi disisi lain dari segi undang – undang dan peraturan disebutkan bahwa informasi
yang berkenaan dengan penggunaan alat kontrasepsi hanya boleh diberikan kepada seseorang yang sudah
memiliki status pernikahan.)

• Beneficience ( ketika perawat memberikan informasi terkait dengan penggnaan kontrasepsi maka ia akan
meminimalkan tindakan aborsi yang dilakukan oleh nn m sehingga selain menyelamatkan Nn M dari
tindakan kriminal juga menghindari tindakan pengahiran hidup pada janin yang dikandung, begitu juga
tekat dengan informasi penyakit menular seksualnya. Akan tetapi ii tidak dibenarkan dalam kode etik
keperawatan dan undang – undang yang berlaku )
• Veracity ( Nn M sebenarnya berhak tau tentang jenis kontrasepsi yang tepat untuk dirinya akan tetapi ketika
informasi ini diberikan maka akan membuat perilaku Nn M menjadi lebih tidak baik secara sosial dan moral

• Fidelity ( secara sebagi seorang perawat harus lebih peduli terhadap damapk yang ditimbulkan dengan seks
bebas yang dilakukan oleh Nn M salah satunya resko PMS yang mungkin akan dideritanya, sehingga
seyogyanya perawat memberikan informasi terkait dengan cara pencegahannya.)

• Justice ( sebenarnya seorang perawat tidak boleh memedakan jenis pelayana yang ia berikan temasuk
memnberikan informasi terkait dengan penggunaan kontrasepsi dan cara pencegahan penyakit menular
seksual, akan tatapi dalam hal ini nn m masih dalam keadaan belum menikah dan ini bertentangan dengan
undang undang yang ada).
Dalam Hal Ini, Perawat Dapat Memberikan Pelayanan Kesehatan Dan Informasi Kesehatan
Yang Tepat Bagi Pasien

1. Beberapa pilihan keuntungan dan konsekuensi

2. Tidak memberikan informasi kepada pasien dan kompromi nilai – nilai yang terdapat pada keperawatan
holistik dengan alasan Nn. M masih dibawah umur 17 tahun dan belum menikah

3. Merujuk pasien ke rumah sakit yang lain dan resiko mendapat teguran dari supervisor rumah sakit

4. Memberikan informasi kepada pasien perawat menghargai hak otonomi pasien dan menuruti keinginan
Nn. M untuk memasang alat kontrasepsi dan memberikan informasi tentang penyakit menular seksual
namun dengan persetujuan orangtua

5. Perawat menolak melakukan pemasangan alat kontrasepsi dan menolak memberikan informasi tentang
pencegahan penyakit menular seksual
Pemecahan Masalah :

 Memperbaiki cara pandang

 Menjaga keseimbangan pola hidup

 Jujur pada diri sendiri

 Memperbaiki cara berkomunikasi

 Perlunya remaja berpikir untuk masa depan

 Menanamkan nilai ketimuran

 Mengurangi menonton televisi

 Banyak beraktivitas secara positif

 Sosialisasi bahaya pergaulan bebas

 Menegakkan aturan hukum


Batasan Sosial Dan Hukum Yang Berlaku Adalah: UUD RI 1945 Menyatakan Bahwa Kesehatan
Merupakan Hak Asasi Manusia Yang Harus Diwujudkan Oleh Bangsa Indonesia

1. Undang undang no 36 tahun 2009 menyatakan bahwa kesehatan adalah merupakan kondisi yang sehat
secara fisik, mental, spiritual sehingga dapat lebih produktif khususnya dalam hal sosial dan ekomoni

2. Undang – undang NO 29 tahun 2004 BAB II ASAS dan TUJUAN pasal 2 menyatakan bahwa
pembangunan kesehatan diselenggaakan berdasarkan perikemanusiaan yang bersdasarkan ketuhanan
yang maha esa, manfaat bersaama dan kekeluargaan, adil dan merata, perikehidupan dalam
keseimbangan, serta kepercayaan akan kemampuan dan kekuatan sendiri ( tim redaksi fokusmedia,
2004 )

3. Undang – undang NO 29 tahun 2004 BAB IV SUMBER DAYA KESEHATAN bagian kedua yang
menyatakan bahwa tenaga kesehatan bertugas menyelenggarakan kegiatan kesehatan sesuai dengan
keahlian
Dalam upaya mendorong kemajuan profesi keperawatan agar dapat diterima dan dihargai oleh
pasien, masyarakat atau profesi lain, maka perawat harus memanfaatkan nilai-nilai keperawatan
dalam menerapkan etika dan moral disertai komitmen yang kuat dalam mengemban peran
profesionalnya. Dengan demikian perawat yang menerima tanggung jawab, dapat melaksanakan
asuhan keperawatan secara etis profesional. Sikap etis profesional berarti bekerja sesuai dengan
standar, melaksanakan advokasi, keadaan tersebut akan dapat memberi jaminan bagi keselamatan
pasien, penghormatan terhadap hak-hak pasien, dan akan berdampak terhadap peningkatan kualitas
asuhan keperawatan. Selain itu dalam menyelesaikan permasalahan etik atau dilema etik
keperawatan harus dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai