Anda di halaman 1dari 31

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung

MODUL 2 KOMUNIKASI DAN EMPATI

PANDUAN SKILLS LAB LBM 3 - 4

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Alamat: JL. Raya Kaligawe Km. 4 Semarang 50112 PO Box 1054/SM Telepon. (024) 6583584 Facsimile: (024) 6594366

LBM 3 Informed Consent Skill lab 1

PANDUAN TUTOR : Waktu skill lab2 x 2 jam. a. Meminta mahasiswa untuk membaca teori mengenai informed consent dan refusal consent (30 menit) dan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk bertanya apabila ada hal-hal yang kurang dimengerti b. Pada 1 jam I skill labmahasiswa diberi tugas untuk menganalisa suatu kasus dan memutuskan akan meneruskan atau menolak tindakan medis bagi pasien c. Pada jam ke-2 mahasiswa mendiskusikan hasil penulisan rujukan beserta alasannya. Instrukstur menilai berdasarkan keaktifan mahasiswa (sesuai format penilaian). TUGAS MAHASISWA : Tugas praktikum Analisa kasus informed consent dan refusal consent, dan kemudian lakukan role playing bersama rekan sejawat anda apakah anda akan meneruskan atau menolak pasien yang datang kepada anda dalam kasus tersebut.

. TEORI Komunikasi dengan teman sejawat & inform consent Arti informed consent? Informed consent berarti suatu izin (consent) atau pernyataan setuju dari pasien yang diberikan dengan bebas dan rasional, sesudah mendapatkan informasi dari dokter yang dimengertinya. Istilah di Indonesia dinamakan Persetujuan Tindakan Medik. Beberapa bentuk informed consent? a. Bentuk dinyatakan (express) secara lisan (oral) secara tertulis ( written) b. Tersirat atau dianggap diberikan (implied or tacit consent) dalam keadaan biasa (normal or constructive consent) dalam keadaan gawat darurat (emergency) Fungsi informed consent ? Fungsinya adalah antara mana : a. Promosi dari hak otonomi perorangan b. Proteksi dari pasien dan subjek c. Mencegah terjadinya penipuan atau paksaan

d. Menimbulkan rangsangan kepada profesi medis untuk mengadakan introspeksi terhadap diri sendiri (self-secrunity) e. Promosi dari keputusan-keputusan yang rasional f. Keterlibatan masyarakat (dalam memajukan prinsip otonomi sebagai suatu nilai sosial dan mengadakan pengawasan dalam penyelidikan bio-medik (Alexander Capron). Ukuran yang telah dipegang pengadilan pada kasus-kasus yang menyangkut tentang cara pemberian penjelasan ini Bahwa penjelasan itu harus diberikan sedemikian rupa, sehingga pasien dapat mengerti apa yang dijelaskan kepadanya. Adalah termasuk kewajiban dokter untuk bertindak secara hati-hati dalam hal ini. Hal ini berarti ia harus benar-benar yakin bahwa pasien itu dapat menangkap apa yang telah diterangkan kepadanya. Guna suatu tanda-tangan yang dibubuhi pada formulir Informed Consent ? Suatu tanda-tangan yang dibubuhi pada formulir itu setidak-tidaknya merupakan tanda bukti bahwa pasien itu sudah memberikan persetujuannya, tetapi hanya belum berwujud dalam bukti yang sah (valid consent). Secara yuridis kewajiban yang dibebankan kepada dokter adalah: Kewajiban untuk memberikan informasi kepada pasien. Kewajiban untuk memperoleh persetujuan sebelum ia melakukan tindakannya. Secara yuridis hak yang terdapat pada pasien dalam doktrin informed consent ? Hak untuk memperoleh informasi mengenai penyakitnya dan tindakan apa yang hendak dilakukan oleh dokter terhadap dirinya Hak untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan yang diajukannya Hak untuk memilih alternative lain, jika ada Hak untuk menolak usul tindakan yang hendak dilakukan Proses komunikasi tersebut adalah penting karena: Karena di dalam proses komunikasi tersebut akan ditimbulkan factor kepercayaan (trust) yang akan mempererat hubungan antara dokter dan pasien. Lagipula hubungan antara dokter-pasien adalah berdasarkan kepercayaan (fiduciary relationship) Manfaat dari segi hukum: Bahwa sewaktu terjadi pengungkapan dengan pemberian informasi tentang resiko-resiko yang mungkin bisa timbul, maka beban komplikasi / resiko yang mungkin timbul itu akan beralih dari dokter kepada pasien. Manfaat lain untuk dokternya adalah: Ya, jika hubungan dokter-pasien sudah erat, maka seorang pasien tidak akan begitu mudah mau menuntut dokternya, jika timbul sesuatu negative yang tidak diharapkan. Proses informed consent terdiri atas berapa bagian : Informed consent terdiri atas 3 bagian dimana terdapat pertukaran informasi antara dokter dan pasien : 2

a. Bagian pertama adalah pengungkapan dan penjelasan (disclosure and explanation) kepada pasien dalam bahasa yang dapat dimengerti oleh pasiennya tentang : i. Penegakan diagnosanya ii. Sifat dan prosedur atau tindakan medik yang diusulkan iii. Kemungkinan timbulnya resiko iv. Manfaatnya v. Alternatif yang (jika) ada b. Bagian kedua menyangkut : i. Memastikan bahwa pasien mengerti apa yang telah dijelaskan kepadanya (harus diperhitungkan tingkat kapasitas intelektualnya) ii. Bahwa pasien telah menerima resiko-resiko tersebut iii. Bahwa pasien mengizinkan dilakukan prosedur/tindakan medik tersebut. c. Proses itu kemudian harus didokumentasikan. Informasi yang harus diberikan kepada pasien sewaktu terjadi proses komunikasi tersebut adalah: Sedapat mungkin diskusi tersebut terjadi dalam waktu yang cukup sebelum prosedur atau tindakan medik dilakukan. Tidak dibenarkan jika diberikan sewaktu mau dibawa ke kamar bedah. Hal ini untuk memberi kesempatan kepada pasien untuk memikir-mikir dahulu dan mempertimbangkannya serta mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Hendaknya penjelasan itu diberikan dalam bahasa yang dapat dimengerti pasien dan dihindarkan untuk memakai istilah medik (medical jargon). Dilihat dari segi hukum kedokteran, kaitan informasi dengan hubungan terapeutik antara dokter dan pasien adalah: Memperoleh informasi adalah suatu hak dari pasien, sebaliknya merupakan kewajiban bagi dokter untuk memberikannya. Pasien berhak tanpa harus diminta untuk memperoleh informasi mengenai penyakitnya serta tindakan medik apa yang hendak dilakukan oleh dokter terhadap dirinya alasannya adalah: a. Seorang dokter pada umumnya melihat pasien hanya dari segi medik saja, sedangkan bagi pasien mungkin ada faktor-faktor lain yang tidak kalah penting untuknya yang harus dipertimbangkan juga. Misalnya segi : keuangan, rencana keluarga, agama, psikis, social, dan lainlainnya. b. Adalah hak asasi pasien (HAM) untuk menentukan apa yang hendak dilakukan terhadap dirinya (Hakim Benyamin Cordozo di dalam kasus Schloendorrf v. Society of New York Hospital,1914) Kepada siapa dokter harus memberikan informasi: Pada prinsipnya harus kepada pasien itu sendiri. Jika pasien ditangani oleh beberapa orang dokter berbagai spesialisasi, dokter yang harus memberikan informasi adalah 3

Yang harus memberikan informasi adalah dokter yang akan melakukan tindakan mediknya (treating physician), misalnya dokter ahli bedah yang akan membedah, atau dokter radiolog yang akan memberikan suatu kuur radioterapi, atau dokter ahli jantung yang akan melakukan katerisasi jantung. Syarat kapasitas dari pasien (decision-making capacity) untuk memberi informed consent pasien harus dapat mengerti prosedur atau tindakan medik yang hendak dilakukan, dan dapat secara sukarela memberikan persetujuannya, ataupun menolaknya. Jika pasien dalam keadaan tidak sadar, kepada informasi itu harus diberikan Informasi harus diberikan kepada anggota keluarga terdekat. Pada seorang anak yang belum dewasa Informasi diberikan kepada orang tuanya. Pada seorang dewasa yang berada di bawah pengampuan (onder curatele) Informasi diberikan kepada walinya (curator). Pada pemberian obat-obat, juga harus diberikan informasi Ya, harus. Teristimewa apabila ada efek sampingan yang dapat ditimbulkan oleh obat-obat tersebut. Misalnya Diazepam (Valium) dan lain-lain semacam ini yang bisa menimbulkan rasa mengantuk dan berkurangnya reaksi. Dokter harus menjelaskan adanya efek sampingan tersebut dan memberitahukan agar tidak mengendarai sendiri kendaraan sesudah minum obat tersebut. Hal lain yang harus diinformasikan kepada pasien mengenai obat yaitu: Jika ada larangan untuk meminum suatu obat sekaligus dengan obat lain yang bisa menimbulkan efek sampingan lainnya. Atau jika ada larangan untuk meminum alkohol berbarengan dengan obat tersebut. Dokter selalu berkewajiban untuk memberikan jawaban atas pertanyaan pasien tentang penyakitnya sbb: Pada umumnya wajib, kecuali : Pada pemberian placebo, Jika informasi diberikan, bahkan akan merugikan atau memperburuk keadaan pasien itu sendiri, Apabila pasien belum dewasa, atau Pasien berada di bawah pengampuan. (Leenen) Semua informed consent tidak harus dibuat secara tertulis karena tidak praktis dan tidak mungkin untuk setiap kali membuatnya secara tertulis pada setiap tindakan medik yang hendak dilakukan. Jika menyangkut tindakan bedah, sebaiknya dipakai surat persetujuan tertulis. Kewajiban dokter untuk memberikan informasi menjadi sangat penting: Apabila sifat dan resiko itu lebih serius, 4

Apabila kemungkinan timbulnya resiko itu lebih besar, Apabila tindakan yang hendak dilakukan tidak begitu mutlak, Apabila masih ada satu atau beberapa alternatif lain, Apabila resiko itu tidak begitu diketahui oleh masyarakat, Apabila dalam keadaan khusus itu timbulnya resiko lebih besar. (Dekkers, 40)

Pada prinsipnya demikian. Namun jika dikehendaki, pasien dapat menunjuk seorang lain untuk menerima informasi tersebut, biasanya salah satu anggota keluarganya (suami/istri, anak, orang tua, saudara atau keluarga lainnya). Di Indonesia mengenai persoalan ini mungkin ada sedikit berlainan jika dibandingkan dengan negara-negara Barat, dimana paham individualisme sangat kuat. Di negara kita apabila ada orang sakit, maka dianggap sebagai urusan dari seluruh anggota keluarga (besar) dan tidak begitu dirasakan sebagai rahasia. Pasien berhak untuk menolak dilakukannya suatu prosedur atau tindakan medik tertentu Bentuk penolakan tersebut harus dalam bentuk tertulis dan tidak bias dalam bentuk tersirat (implied). Informasi yang harus diberikan oleh dokter kepada pasien adalah segala sesuatu yang menyangkut tindakan bedah yang hendak dilakukan. Misalnya sebelum melakukan operasi, seorang dokter bedah harus menjelaskan kepada pasien tentang : o tindakan operasi apa yang hendak dilakukan, seperti misalnya : operasi usus buntu, Caesar, amputasi, hernia atau lainnya, o manfaat jika dilakukan operasi, o resiko-resiko apa yang melekat pada operasinya, o alternatif lain yang ada (bila mungkin ada), o apa akibatnya jika tidak dilakukan operasi. (the nature, purpose, risks, and benefits of any treatment they propose to perform, as well as any alternative forms of treatment that may exist for the patients condition). Agar pasien dapat mengerti, memilih dan memutuskan apa yang hendak dilakukam terhadap dirinya.Karena seorang dokter hanya melihat dari segi medis, sedangkan masih ada segi-segi lain yang harus dipertimbangkan juga. syarat-syarat suatu informed consent ? Harus memenuhi syarat-syarat : o Pengertian (understanding) o Sukarela (voluntariness), Harus dibedakan antara : Pemberian informasi yang diberikan oleh dokter, dan Penerimaan (pengertian) oleh pasien. Hal ini mengandung pengertian bahwa bisa saja dokternya memberikan informasi, tetapi pasien tidak mengerti apa yang diterangkan oleh dokternya. Bisa juga karena terjadi miskomunikasi, salah pengertian karena halangan bahasa (language barrier) sehingga sang dokter tidak mengerti apa yang dikehendaki pasiennya selanjutnya harus dilakukan oleh dokter minta kepada pasien untuk menandatangani Surat Persetujuan Operasi (dengan atau tanpa saksi).

seorang dokter bedah harus memberikan informasi yang mencakup semua resiko yang mungkin saja bisa timbul pada suatu pembedahan.Tidak usah, karena tidak mungkin untuk memberikan informasi tentang segala resiko yang bisa saja timbul pada suatu pembedahan, termasuk yang resikonya sangat kecil dan bersifat ringan-ringan saja. Jika tidak usah, lantas apa saja yang dapat dibuat pegangan oleh seorang dokter bedah Yang harus diperhatikan oleh dokter bedah adalah unsure-unsur resiko apa yang umumnya melekat pada kasus tersebut (inherent risks). Yang harus diperhatikan adalah unsure resiko yang mengenai : a. Sifat (nature) dari resiko tersebut, b. Tingkat keseriusan (magnitude) dari resiko itu, c. Besar/kecilnya kemungkinan (probability) timbulnya resiko itu, d. Cepat/lambatnya atau jarak-waktu kemungkinan terjadinya (imminence), e. Kemungkinan resiko itu timbul, apabila sampai timbul. Yang dimaksud dengan sifat (nature) dari resiko adalah misalnya contoh-contoh di bawah ini. Pertama-tama harus dilihat resiko itu berhubungan dengan suatu tindakan diagnostic atau terapeutik. Jika tindakannya bersifat diagnostic, maka terlebih-lebih diperlukan penjelasan jika misalnya ada melekat suatu resiko pada tindakan tersebut. Atau pada tindakan bedah : apabila misalnya ada kemungkinan suatu prosedur bedah akan bisa melukai urat syaraf yang mengontrol gerakan suatu anggota tubuh, sehingga kemungkinan tidak bisa digerakkan lagi sesudahnya. Contoh lain : tindakan terapi electro-shock yang bisa menimbulkan cedera serius. Sifat resiko adalah penting dalam menentukan apakah pasiennya harus diberikan informasi mengenai hal itu atau tidak. Tingkat keseriusan (magnitude) dari suatu resiko berkaitan erat dengan sifat resiko. Misalnya : hilangnya kemampuan gerak anggota tubuh, kebutaan, amputasi atau kematian. Namun tentunya segala sesuatu ini masih harus dilihat secara kasuistis. Harus dilihat interaksi antara sifat dari pasien tersebut secara individual. Sebagai contoh misalnya : suatu kemungkinan kehilangan rasa (sense) kecil pada tangan seorang pensiunan yang melewatkan waktunya hanya dengan menonton televisi, mungkin tidak merupakan sesuatu yang begitu serius dirasakan, jika dibandingkan dengan tangan seorang pensiunan yang menjadi seorang pemahat amatir atau seorang pemain biola / piano. Kemudian besar/kecilnya presentase kemungkinan resiko itu timbul juga harus turut dipertimbangkan pula. (Appelbaum, et al) ada semacam pegangan lain yang dapat dipakai sebagai pedoman untuk mempertimbangkan resiko-resiko apa saja yang harus diinformasikan ? yaitu dengan mengadakan perbedaan antara : Resiko yang melekat pada tindakan medik itu (inherent risks), Resiko yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya (unexpected risks).

Di antara dua macam resiko itu, yang lebih penting dan harus diinformasikan ? Tentunya yang termasuk golongan pertama, yaitu resiko yang inheren pada tindakan operasi yang hendak dilakukan. Mengenai resiko semacam inilah yang harus diberikan informasi lengkap. Atas dasar yuridis apa seorang dokter bedah melakukan tindakan operasi, padahal suatu tindakan operasi melukai tubuh pasiennya ? Berdasarkan Persetujuan Tindakan Medik yang diberikan oleh pasien, Tindakan dokter bedah itu tujuannya adalah untuk menyembuhkan pasien dan bukan menganiaya (be-handling dan bukan mis-handling : Leenen)

jika pasien tetap menolak, sedangkan hal ini akan membawa akibat fatal bagi pasiennya pasien diminta menanda-tangani formulir Surat Penolakan Tindakan Medik (Bedah). Jika ternyata dokternya belum memberikan informasi Perawat yang mengetahuinya harus segera menunda pelaksanaan permintaan tanda-tangan pasien. Jika pasien kemudian menanyakan kepada perawat mengenai tindakan bedah dan resikonya ? Beri sedikit penjelasan ! Perawat itu harus menolak memberi jawaban dan mengatakan bahwa ia tidak berwenang untuk memberi jawabannya dan akan meneruskan kepada dokternya. Hubungan terapeutik adalah hubungan pribadi antara dokter dan pasiennya, di mana harus ada dialog terbuka dan temu pikiran antara dokter dan pasiennya. Ada alasan perbedaan antara : bidang pengobatan (medical care) dan bidang perawatan (nursing care). Memberikan informasi mengenai suatu tindakan medik (operasi) termasuk medical care yang hanya dapat dilakukan oleh dokternya sendiri. Jika ada perawat yang berpengalaman yang mampu memberi penjelasan tentang tindakan operasi tersebut ? Tetapi tidak boleh. Karena bukan wewenangnya dan di samping itu perawat itu bisa terkena tuntutan jika ada kesalahan atau kekurangan dalam pemberian informasi dan dipersalahkan karena mencampuri urusan di dalam hubungan dokter-pasien. Selain itu dokternya sendiri pun tetap bertanggungjawab atas tindakan perawat tersebut Pengecualian terhadap keharusan pemberian informasi kepada pasien ada dua pengecualian, yaitu : Di dalam keadaan gawat darurat (emergency) di mana sang dokter harus segera bertindak untuk menyelamatkan jiwa. (Peraturan Menteri Kesehatan No. 585/1992 pasal 11). Keadaan emosi pasien yang sangat labil, sehingga ia tidak mengahadapi situasi dirinya.

Pertemuan klinik adalah suatu pertemuan yang diikuti oleh mahasiswa yang sedang belajar mengenai masalah klinik atau oleh dokter dengan tujuan membahas dan menyelesaikan permasalahan-permasalahan klinik metode pertemuan klinik yang dilakukan untuk pemecahan masalah (problem solving) Ada berbagai metode yaitu bed side teaching (BST), Clinical ward rounds, Small group discussion away from the bedside, Discusssion of patient management problem (PMP). tujuan & manfaat dari bed side teaching (BST), Clinical ward rounds, small group discussion away from bedsideside, discussion of patient management problem (PMP)? Tujuan dan manfaat dari : a. Bedside teaching adalah pembelajaran ketrampilan pemecahan problem pasien di bangsal tempat pasien di rawat sehingga permasalahan yang berkaitan dengan gejala dan tanda bisa langsung dilakukan. Pertemuan ini merupakan suatu cara pembelajaran pasien yang disukai. Pasien secara individual bisa divisualisasikan tidak sekedar pendekatan pada penyakitnya. b. Clinical ward round : ada 2 tujuan, yaitu mengetahui secara pasti proses perawatan pasien hingga tuntas dan keikut sertaan dalam mengelola pasien sebagai pengalaman belajar c. Small group discussion away from bed side: diskusi kasus yang telah di ketahui bersama di dalam kelas dengan membahas gejala serta tanda yang dijumpai dalam suatu laporan kasus. Manfaat dari SGD adalah mengekplorasi penegakan diagnosis sampai pemecahan masalah sesuai dengan prior knowledge, experience serta sumber bacaan yang up to date d. Discussion of patient management problem (PMP) : Mendiskusikan ilustrasi kasus serta melakukan pemecahan masalah berdasarkan sumber belajar. Manfaatnya adalah mengasah ketrampilan dalam problem solving kasus-kasus yang menjadi kompetensi untuk dapat ditangani definisi dari rujukan medik Definisi dari rujukan medik adalah upaya kesehatan yang berorientasi kepada kepentingan penderita, bertujuan untuk memperoleh pemecahan masalah baik untuk keperluan diagnostik, pengobatan maupun pengelolaan penderita selanjutnya. Rujukan medik dapat dilakukan terhadap : a. Penderita Penderita dikirim oleh perujuk kepada konsultan, atau apabila penderita tidak dapat dikirim maka perujuk meminta kesediaan konsultan untuk bersama-sama memeriksanya. b. Bahan pemeriksaan

Dapat berupa jaringan tubuh (hasil insisi, ekstirpasi, biopsi, maupun reseksi), darah, serum, tinja, air seni, secret, serta cairan tubuh yang lain. Rujukan medik dapat berupa pengetahuan, ketrampilan, maupun sikap yang dapat dilaksanakan secara lisan maupun tertulis. a. Rujukan medik lisan : Dokter perujuk dan konsultan melakukan pemeriksaan bersama Dokter perujuk memberi keterangan selengkapnya serta mengemukakan apa yang akan diinginkannya (kesulitan / masalah) Kemudian keduanya mendiskusikan hasil pemeriksaan di tempat tersendiri Bila ada perselisihan pendapat, jangan sampai menggoncangkan kepercayaan penderita terhadap dokter perujuk c. Rujukan medik tertulis Rujukan ditulis dalam amplop tertutup diajukan oleh dokter perujuk kepada konsultan disertai keterangan yang cukup Dalam hal rujukan penderita, maka konsultan mengirim kembali penderita tersebut disertai pendapat dan anjuran tertulis pula Bila dikehendaki oleh dokter perujuk, konsultan dapat melakukan pengelolaan atau pengobatan penderita sampai sembuh Konsultan tidak dibenarkan memberitahukan kepada penderita secara langsung maupun tidak langsung tentang kekeliruan yang mungkin dibuat oleh dokter perujuk terhadap penderita Pendapat dan anjuran konsultan dapat berupa pendapat final atau anjuran untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut (laboratorik, EKG, radiologik, atau penunjang lain) Arah rujukan medik yang benar yaitu : a. Dari dokter umum kepada dokter spesialis i. Permasalahan yang dihadapi oleh dokter umum diharapkan untuk dapat dipecahkan oleh dokter spesialis sesuai dengan bidangnya. b. Dari dokter spesialis tertentu kepada dokter spesialis lain i. Selain untuk keperluan diagnostik, rujukan demikian biasanya bertujuan untuk memperoleh konfirmasi tentang kemungkinan adanya komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi dalam ruang lingkup bidang keahlian di luar spesialisasi dokter perujuk. c. Dari dokter spesialis kepada dokter umum (di daerah tempat tinggal penderita) i. Rujukan medik ini paling jarang terjadi, biasanya dilakukan oleh dokter spesialis atas permintan penderita dengan pertimbangan kesulitan transportasi karena tempat tinggal penderita sangat jauh dari dokter spesialis tersebut. Tentunya tidak semua tindakan dapat dirujuk ke bawah mengingat fasilitas, kemampuan, dan kewenangan yang ada pada dokter umum tersebut. Sikap yang tidak dibenarkan terjadi dalam rujukan medik yaitu : a. Dari dokter perujuk : 9

i. Tidak mencantumkan keterangan secara lengkap ii. Melakukan rujukan karena malas menanganinya iii. Melakukan rujukan untuk mengalihkan tanggung ajawab atas resiko yang tidak menyenangkan iv. Melakukan rujukan karena menginginkan imbalan v. Melakukan rujukan setelah keadaan penderita cukup parah vi. Dalam hal merujuk bahan pemeriksaan, tidak mempedulikan persiapan penderita dan prosedur sampling secara luas (pengambilan, penampungan, pengawetan dan pengiriman) b. Dari konsultan : i. Tidak memberikan jawaban konsul dengan sebenarnya karena takut anjuran atau tindakannya ditiru oleh dokter perujuk ii. Bekerjasama dengan dokter lain di luar kepentingan penderita (menganjurkan rujukan dengan janji imbalan) iii. Walau tidak diminta, mengambil alih pengelolaan penderita seterusnya (tidak mengirim kembali penderita kepada dokter perujuk) iv. Mencela tindakan dokter perujuk / terdahulu di hadapan penderita v. Mencela hasil pemeriksaan (yang mungkin tidak sesuai dengan keadaan klinis) di hadapan penderita atau keluarganya manfaat konsultasi dan rujukan Pengetahuan dan ketrampilan dokter akan lebih meningkat Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan ini diperoleh sebagai hasil adanya bantuan bantuan professional dari dokter lainnya yang lebih berpengalaman dan atau yang lebih ahli pada pelayanan konsultasi. Atau dapat pula mempelajari dengan pelbagai tindakan kedokteran yang telah dilakukan oleh dokter lainnya pada pelayanan rujukan. Tentu saja untuk yang terakhir ini hanya akan dapat dilakukan apabila dokter tempat merujuk, setelah selesai melakukan tindakan kedokteran, merujuk kembali pasien tersebut ke dokter yang melakukan rujukan. Kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien akan lebih terpengaruhi Karena pada konsultasi dan rujukan dapat menghasilkan kerjasama yang baik antar banyak dokter, maka pada konsultasi dan rujukan tersebut telah terbentuk semacam tim kerja, yang peranannya jelas lebih positif dalam upaya pemenuhan kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien yang memang sangat bervariasi. Melalui konsultasi dan rujukan, pelbagai keterbatasan pelayanan kedokteran yang diselenggarakan oleh seorang dokter akan dapat lebih dilengkapi, yang dampaknya jelas akan sangat besar terhadap pemenuhan kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien.

10

Contoh format surat persetujuan (informed consent)


Surat Persetujuan Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : ........................................................................................................................ Umur / jenis kelamin : ................................................ . tahun, laki-laki / perempuan *) No. KTP/SIM/Paspor *) : ............................................................................................... Alamat : ........................................................................................................................ Untuk : diri sendiri, istri, suami, anak, orang tua, lainnya Nama pasien : .................................................................................................................. Umur / jenis kelamin : ................................................ . tahun, laki-laki / perempuan *) Alamat : ........................................................................................................................ Ruangan : ........................................................................................................................ Rekam Medis No. : ......................................................................................................... dengan ini menyatakan seseungguhnya telah MEMBERIKAN PERSETUJUAN Untuk dilakukan Tindakan Operasi : yang bersifat dan tujuannya operasi, serta kemungkinan bisa timbulnya akibat-akibatnya telah dijelaskan sepenuhnya oleh dokter dan telah saya mengerti seluruhnya. Saya juga menyatakan telah memberikan persetujuan saya untuk suatu perluasan tindakan operasi, apabila pada waktu pembedahan ditemukan hal-hal yang membahayakan jiwa dan yang pada saat itu juga perlu penanganan segera dan langsung untuk menyelamatkan jiwa. Saya juga menyatakan telah memberikan persetujuan saya untuk tindakan anestesi umum/lokal agar dapat dilaksanakan operasi tersebut dan penjelasan tentang segala resiko atau akibat yang mungkin timbul telah dijelaskan dan telah saya memahami seluruhnya. Tindakan Medik/ICU : Yang sifat, tujuan tindakan medik serta kemungkinan timbulnya akibat/resiko telah dijelaskan sepenuhnya oleh dokter dan telah saya mengerti seluruhnya. Saya juga menyatakan telah memberikan persetujuan saya untuk pemberian anestesi dan/atau obat-obatan/bahan medik lain yang diperlukan untuk dapat terlaksananya prosedur medik dan juga tindakan-tindakan lain yang harus dilakukan untuk penyelamatan jiwa. ........................, .................................

(Dr. ...........................................) (.........................................) Nama dokter (**) Nama jelas Penjelasan : *) Coret yang tidak sesuai Beri tanda X yang dipakai (**) Yang menandatangani : - Untuk tindakan medik : Dokter yang melakukan, - ICU : Dokter yang bertugas

11

Format surat penolakan (refusal consent) SURAT PENOLAKAN Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : ........................................................................................................................ Umur / jenis kelamin : ................................................ . tahun, laki-laki / perempuan *) No. KTP/SIM/Paspor *) : ............................................................................................... Alamat : ....................................................................................................................... Denga ini menyatakan seseungguhnya : Telah MENOLAK Untuk diteruskan Untuk dilakukan Terhadap : diri sendiri anak : Rawat Nginap / ICU : Operasi / Tindakan Medik istri orang tua suami, lainnya

Nama pasien : ........................................................................................................ Umur / jenis kelamin : ................................................ . tahun, laki-laki / perempuan *) Alamat : ........................................................................................................................ Ruangan : ........................................................................................................................ Rekam Medis No. : ......................................................................................................... Saya juga telah menyatakan sesungguhnya bahwa saya : a) Telah diberikan penjelasan serta peringatan akan bahaya, resiko, serta kemungkinankemungkinan yang timbul, apabila : - tidak dilakukan perawatan dan pengobatan rawat tinggal, - dihentikan rawat nginap (pulang paksa) / ICU - tidak dilakukan operasi/tindakan medik b) Telah saya pahami sepenuhnya segala penjelasan yang diberikan oleh dokter, c) Atas tanggungjawab dan resiko saya sendiri saya TETAP MENOLAK anjuran dari dokter tersebut. ........................, .................................

(........................................................) Nama jelas Catatan : *) Coret yang tidak sesuai Beri tanda X yang dipakai

12

Tugas Mahasiswa: Analisa kasus dibawah ini dan kemudian lakukan komunikasi dengan rekan sejawat dalam sebuah ward round apakah anda akan meneruskan atau menolak pasien yang datang kepada anda (metode role playing). Kasus Ny Agian, RS Telah Lakukan Euthanasia Pasif Muhammad Atqa - detikNews Jakarta - Masih ingat Ny Agian yang karena lama tidak sadarkan diri dari sakitnya membuat sang suami minta agar RS menyuntik mati saja (euthanasia), tapi ditolak? Menurut dr Marius Widjajarta, apa yang dilakukan RS terhadap Ny Agian sudah masuk kategori euthanasia pasif. "Sebenarnya pihak RS sudah melaksanakan euthanasia pasif. Kalau orang yang tidak punya uang dan membuat suatu pernyataan tidak mau dirawat, itu sudah merupakan euthanasia pasif meskipun euthanasia dapat diancam hingga 12 tahun penjara," kata Marius dari Yayasan Konsumen Kesehatan Indonesia menjawab pertanyaan wartawan. Seperti diketahui, Ny Agian Isna Nauli (33) hingga kini dirawat di bagian stroke RSCM, Jakarta, setelah berbulanbulan tidak sadarkan diri pasca melahirkan. Karena ketiadaan ongkos, suaminya (Hassan Kusuma) meminta RSCM menyuntik mati istrinya karena dirasa tidak ada harapan hidup normal kembali. Tapi RSCM menolak menyuntik mati Agian karena secara kedokteran tidak bisa dikatakan koma meskipun dia tidak bisa melakukan kontak. Dalam istilah kedokteran, pasien mengalami gangguan komplikasi, digolongkan sebagai stroke, sehingga tidak ada alasan untuk euthanasia. Selain itu, di Indonesia, euthanasia tidak dibenarkan dalam etika dokter juga dalam hukum "Jadi saya rasa, kalau pembiayaan kesehatan sudah ditanggung negara dengan disahkannya UU Sistem Jaminan Sosial, maka saya rasa kasus-kasus euthanasia tidak terulang lagi," sambung dr Marius. Bagaimana dengan permintaan euthanasia bukan alasan biaya, tapi karena tidak punya harapan hidup? "Karena itulah saya sudah menganjurkan pada pemerintah, profesi, ahli hukum, dan agama, kalau euthaniasi diatur lagi sesuai peraturan. Jangan seperti sekarang, boleh atau tidak boleh. Tetapi, harus ada jalan keluarnya bahwa pasien mempunyai hak untuk memilih," demikian dr Marius. (nrl/)

13

Skill lab 2 Membuat Rujukan tertulis & interaksi pada teman sejawat PANDUAN Skill lab: Waktu skill lab2 x 2 jam. Pada 2 jam 1 mahasiswa berlatih secara berpasangan sebagai dokter yang merujuk & petugas/ dokter yang diberi rujukan melakukan interaksi. Pada 2 jam ke 2 mahasiswa berpasangan., Instrukstur menilai berdasarkan keaktifan mahasiswa (sesuai format penilaian). . Skill lab 1 Membuat surat Rujukan Tertulis PANDUAN TUTOR : Waktu skill lab2 x 2 jam. d. Sebelumnya mahasiswa diingatkan untuk mencari sumber/bahan materi untuk skill labbesok. e. Pada 1 jam I skill labmahasiswa diberi tugas untuk membuat/menulis surat rujukan berdasarkan skenario dengan jenis surat rujukan yang sesuai f. Pada jam ke-2 mahasiswa meniskusikan hasil penulisan rujukan beserta alasannya. Instrukstur menilai berdasarkan keaktifan mahasiswa (sesuai format penilaian). TUGAS MAHASISWA : Tugas praktikum Tugas (2 jam pertama) : Buatlah surat rujukan yang sesuai pada sekenario. 2 Jam kedua hasil penulisan rujukan didiskusikan. SKENARIO 1. Bp. Karto umur 56 mengeluh sesak nafas berat datang ke praktek anda, telah diberikan terapi inhalasi ventolin 3 cc sebanyak 2 kali tetapi belum ada perbaikan. Hasil lab yang diperiksa HB: 14 mg/dL. Akan anda rujuk ke dr spesialis penyakit dalam di RSI Sultan Agung 2. Ibu Susi 24 tahun dengan batuk darah, anda curigai menderita TB paru. Dikirim ke Lab untuk pemeriksaan sputum BTA, dan RO thorax 3. Penderita bp Susanto 32 tahun dengan demam 3 hari timbul bintik dikulit dan mimisan.

14

TEORI

1.

contoh bentuk format rujukan medik dari dokter umum kepada dokter spesialis
Kepada Yth. Ts. Dr. .................. Spesialis ....................... Jln. ............................... Semarang Dh, Mohon konsul dan pengobatan selanjutnya penderita Tn. ............, .... tahun, anemi dengan hepatosplenomegali; hasil pemeriksaan laboratorium terlampir. Penderita telah kami beri terapi sementara ................ dengan dosis ................ Atas kesediaan Ts, kami ucapkan terima kasih. Wassalam, (Dr................) Jln. ................ Semarang

2.

contoh bentuk format rujukan medik untuk keperluan perawatan di rumah sakit
Kepada Yth. Ts. Dr. Jaga Laboratorium Pediatri RS Dr. Kariadi Semarang Dh, Mohon perawatan penderita anak ............, laki-laki .... tahun, dengan riwayat 2 hari berak-berak dan muntah. Keadaan sekarang dehidrasi berat. Pengobatan yang telah kami berikan ................ Atas kesediaan Ts, kami ucapkan terima kasih. Wassalam, (Dr................) Jln. ................ Semarang

15

3. contoh bentuk format rujukan medik untuk keperluan pemeriksaan laboratorium klinik;
Kepada Yth. Ts. Dr. .................. Laboratorium PK Jln. ............................... Semarang Dh, Mohon pemeriksaan pemantauan kadar obat atas Tn. ............, .... tahun, epilepsi dengan kecurigaan ketidakpatuhan minum obat. Telah kami beri fenobarbital dan fenitoin dengan dosis ................ selama 1 tahun. Adakah dosis sub optimal ? Atas kesediaan Ts, kami ucapkan terima kasih. Wassalam, (Dr................) Jln. ................ Semarang

4. contoh bentuk format rujukan medik dari atas ke bawah (untuk keperluan kelanjutan pengobatan) ?
Kepada Yth. Ts. Dr. ......................... d/a Puskesmas ..................... Semarang Dh, Mohon kesediaan Ts untuk melanjutkan terapi penderita Ny. ............, .... tahun, dengan KP duplek. INH .................... x ...... sehari Etambutol ................. x ...... sehari Streptomisin inj. .......... gram ...... x seminggu Mohon follow up X-foto paru serta pemeriksaan sputum dan darah rutin setelah ......... bulan pengobatan. Atas kesediaan Ts, kami ucapkan terima kasih. Wassalam, (Dr................) Internis Jln. ................ Telp. Semarang

16

17

LBM 4 KOMUNIKASI DENGAN PROFESI LAIN


SKILL LAB 1

ANALISA TERHADAP DISKUSI KELOMPOK


PANDUAN Skill lab : Waktu skill lab2 x 2 jam. 1. Waktu 1 jam I. mahasiswa 5 mahasiswa berlatih berdiskusi 1 orang berperan sebagai dokter puskesmas yang memimpin diskusi. Yang lain sebagai petugas lurah, kader posyandu, juru tulis dan perawat. Materi dikusi mengenai rencana pelaksanaan Desa Siaga. Instruktur memberikan masukan cara diskusi antar profesi yang benar. 2. Waktu 1 jam II masing-masing mahasiswa memeberi komentar mengenai peran ketua dalam diskusi antar profesi tersebut.. 3. Untuk 2 jam berikutnya, mahasiswa berdiskusi untuk menghasilkan suatu kesepakatan kelompok tentang komentar, analisa dan evaluasi mereka tentang jalannya diskusi di dalam diskusi tersebut.Instruktur dengan format penilaian dari MEU mengenai verbal interaction dan physical interaction.

TEORI Sebagai mahasiswa kedokteran, Anda diharapkan untuk dapat berkomunikasi melalui sebuah diskusi kelompok & dengan antar profesi dalam tim kesehatan . Selain itu, Anda diharapkan dapat menganalisa dan mengevaluasi suatu diskusi kelompok. Kelompok kerja tim kesehatan tim kesehatan diartikan sebagai sekelompok orang yang mempunyai suatu sasaran dan tujuan yang sama dalam hal kesehatan, yang ditentukan oleh kebutuhan masyarakat, menuju kepada pencapaian dimana setiap anggotanya ambil bagian, sesuai dengan kemampuan dan ketrampilannya. Cara dan derajat kerjasama ini sangat bervariasi dan harus ditentukan oleh masing-masing masyarakat bergantung pada keperluan dan sumber daya yang dimiliki. Tidak ada komposisi tim kesehatan yang dapat diterapkan secara universal. Komunikasi sangat penting dalam keberhasilan kerja kelompok (tim). Karena keberhasilan kerja kelompok bergantung pada hubungan baik diantara anggota tim, terutama antara pemimpin tim dan anggota tim yang lain. Hubungan pribadi dalam suatu tim sering sulit dilakukan. Kesulitan sering disebabkan atau diperburuk oleh komunikasi yang buruk di dalam tim dan antara pemimpin dan anggota tim. Dengan cara yang sama, hubungan yang sulit dapat mengakibatkan atau memperburuk komunikasi yang telah buruk. Dengan demikian, seorang pemimpin tim harus memberi perhatian khusus atas mutu hubungan dalam tim, dan komunikasi sebagai sarana untuk menjaga hubungan baik.

18

Keberhasilan suatu pertemuan bergantung pada mutu komunikasi. Bila tujuannya adalah menyampaikan informasi atau untuk menjelaskan sesuatu, pembicara harus mencari tahu apakah penyampaiannya sudah berhasil dengan misalnya dengan memberi kesempatan bertanya dan berdiskusi, yang akan menunjukkan apakah topik tersebut telah dimengerti.Namun bila tujuannya adalah mengetahui pandangan dari mereka yang hadir dalam pertemuan, ketua atau sekretaris harus merangkumkan pandangan yang dikemukakan, atau dengan kata lain, mencari kesepakatan tentang apa yang telah disampaikan.Berselisih dan berteriak dalam pertemuan tidaklah membantu dan seringkali disebabkan oleh komunikasi yang buruk. Bila orang-orang saling mengerti satu sama lain dengan baik, akan lebih jarang timbul perselisihan. Yang harus dilakukan pemimpin tim untuk mendorong terjadinya komunikasi yaitu : 1) Seluruh anggota tim harus bebas mengemukakan dan menjelaskan pandanganpandangan mereka dan harus didorong untuk bertindak seperti itu. 2) Sebuah pesan atau komunikasi, baik lisan maupun tertulis, harus dinyatakan dengan jelas dan dalam bahasa dan ungkapan yang dapat dimengerti oleh semua yang berkepentingan. 3) Komunikasi mempunyai dua unsur mengirim dan menerima. Bila pesan yang dikirim tidak diterima, komunikasi tidak berjalan. Dengan demikian pemimpin tim (atau pelaku komunikasi yang lain) harus selalu menggunakan suatu cara untuk memeriksa apakah efek yang diharapkan telah terjadi. 4) Perselisihan atau pertentangan adalah normal dalam hubungan antarmanusia; hal ini harus diatur sedemikian sehingga dapat mencapai hal yang konstruktif. Cara Pemimpin Mempersiapkan Pertemuan Perlu memperhatikan hal-hal berikut : 1) Tujuan pertemuan 2) Permasalahan utama 3) Jenis pertemuan 4) Besarnya pertemuan 5) Tempat, waktu dan lama pertemuan 6) Siapa yang menyelenggarakan dan mengatur pertemuan 7) Pengumuman atau pemberitahuan mengenai pertemuan Cara Membuat Tujuan Pertemuan Tujuan pertemuan harus sangat jelas. Untuk komisi resmi, agenda harus menyatakan tujuannya. Ringkasan tujuan dengan menyebutkan apa yang akan dicapai sangat bermanfaat. Pertemuan juga dapat diadakan untuk menyampaikan informasi, mengubah pandangan dan ide, dan untuk membuat keputusan mengenai rencana atau kegiatan. Cara Menyusun Permasalahan Utama Dalam Pertemuan Agar pertemuan berguna, setiap orang yang hadir harus memeliki informasi sebanyak mungkin mengenai permasalahan yang akan didiskusikan. Berbagai fakta, prinsip, atau gagasan yang diperlukan sebagi landasan bagi diskusi juga harus tersedia, sebelum pertemuan. Apabila topik diskusi merupakan bagi sebagian anggota kelompok, dapat meminta kesediaan seorang narasumber yang mengetahui mengenai hal ini untuk memberikan penjelasan singkat.

19

Seseorang bisa memimpin pertemuan dengan baik perlu memperhatikan hal berikut ini : Bagaimana sebuah pertemuan dilaksanakan bergantung pada besar-kecilnya, resmi atau tidak resminya pertemuan. Ketua haruslah seseorang yang dapat mendorong terjadinya komunikasi yang baik. Dalam memimpin pertemuan apapun, beberapa faktor harus selalu diingat : 1) Komunikasi 2) Peran ketua 3) Mengatur waktu pertemuan Peran Ketua Pertemuan yang Baik dalam Menciptakan Komunikasi yang Baik Ketua menjaga agar pertemuan tetap pada tujuan utamanya, memberi kesempatan yang adil bagi semuanya untuk berperan serta, mengatur waktu, dan menjaga ketertiban. Terdapat 3 aturan sederhana untuk pertemuan kelompok : a. Jangan sampai ada kekasaran atau penghinaan perseorangan; tidak seorang anggotapun boleh membuat yang lain tampak bodoh. b. Ketua mempunyai hak penuh untuk mengatur diskusi, untuk menyingkirkan komentar yang tidak relevan, dan menghentikan rapat bila perlu. c. Ketua harus mampu membuat diskusi tetap berjalan bila diperlukan, misalnya dengan mengajukan pertanyaan atau topik baru. Pada pertemuan kecil, semua yang hadir harus dirangsang untuk ambil bagian. Mereka yang banyak bicara harus dihambat supaya tidak bicara terlalu banyak, dan mereka yang segan ikut serta harus didorong. Peran Ketua Mengatur Waktu Pertemuan. Mengatur waktu untuk diskusi dan pertanyaan adalah bagian penting dalam memimpin pertemuan. Pertanyaan dan diskusi anggota harus diatur dalam batas waktu tertentu untuk memberikan kesempatan berbicara kepada semua orang. Bila topik memungkinkan akan memanjang, harus ditetapkan batas waktu untuk pertemuan kelompok kecil, dengan penetapan waktu pencapaian sasaran. Pengunaan waktu dengan cara ini membantu orang untuk memusatkan pendapat-pendapat mereka. Bila keputusan tidak dapat dicapai dalam batas waktu yang telah ditetapkan, disarankan untuk menunda usaha, dengan demikian dapat memberi tambahan waktu untuk pemikiran atau persiapan lebih lanjut.

20

CHECK LIST PENILAIAN KOMENTAR MAHASISWA


No. 1. Poin yang dievaluasi Peran ketua dalam menyampaikan tujuan pertemuan Komentar: (baik/cukup/kurang) Analisa: Nilai

Evaluasi:

2.

Peran ketua dalam mendorong komunikasi diantara peserta Komentar : (baik/cukup/kurang) Analisa:

Evaluasi:

3.

Peran ketua dalam mengarahkan diskusi pada sasaran Komentar: (baik/cukup/kurang) Analisa:

Evaluasi:

4.

Peran ketua dalam mengatur waktu diskusi secara efektif Komentar: (baik/cukup/kurang) Analisa:

Evaluasi:

Keterangan : Tiap poin skor : 25 (penilaian oleh tim modul komunikasi dan empati)

21

SKILL LAB 2

WAWANCARA DENGAN RESPONDEN


PANDUAN TUTOR : Waktu skill lab2 x 2 jam. 1. Pada 1 jam I skill lab : Mahasiswa dibagi menjadi kedalam 2 kelompok sesuai dengan tema kuesioner. Masing-masing mahasiswa diberi tugas untuk membuat kuesioner (daftar pertanyaan) terbuka sebanyak 10 pertanyaan secara tertulis yang akan diajukan kepada responden mengenai Pemberian ASI eksklusif dan Pengetahuan tentang Imunisasi dasar pada balita. Kuesioner mengacu pada skenario yang telah ditetapkan. 2. Pada jam ke 2 mahasiswa berlatih berpasangan dengan temannya, satu sebagai pewawancara sedangkan yang lainnya sebagai responden secara bergantian. Wawancara berdasarkan daftar kuesioner yang telah dibuat masing-masing tadi. Instruktur memandu jalannya latihan dan mensosialisasikan kriteria penilaian berdasarkan cek list 3. Pada 2 jam berikutnya dapat dilakukan penilaian sesuai cek list yang tersedia oleh instruktur. 4. Kuesioner dikumpulkan instruktur pada akhir skill lab TUGAS MAHASISWA : 1. Buatlah kuesioner yang terdiri dari identitas dan 10 daftar pertanyaan terbuka berkaitan dengan skenario (1 jam I). 2. Anda berlatih mengajukan pertanyaaan sesuai kuesioner yang anda buat dengan teman secara bergantian dengan panduan instruktur. 3. Pada 2 jam berikutnya anda akan dievaluasi oleh instruktur dalam melakukan wawancara dengan responden. Kriteria penilaian sesuai yang disampaikan oleh instruktur. 4. Kuesioner beserta jawaban tertulis wawancara diserahkan pada instruktur. TEORI Ketrampilan komunikasi merupakan ketrampilan yang sangat penting dimiliki oleh dokter yang dalam tugasnya akan melakukan kegiatan mengumpulkan informasi dari seorang atau sekelompok orang. Dengan komunikasi yang dapat dilakukan dengan cepat, sederhana, murah, efektif, akan diperoleh informasi yang akurat. Banyak kelemahan hasil wawancara (interview) disebabkan ketrampilan komunikasi yang kurang memadai serta sikap sementara pewawancara (interviewer) yang kurang memperhatikan aspek psikologi responden (kurang menempatkan responden sebagai subjek tapi sebagai objek semata). Atas kenyataan tersebut di atas maka ketrampilan komunikasi, jelas akan sangat membantu dalam melakukan tugastugas sebagai dokter. Komunikasi secara garis besar adalah proses penyampaian sinyal dan pesan. Tahap-tahap untuk melakukan wawancara yang baik dengan responden yaitu : A. Sambung Rasa

22

Sambung rasa merupakan suatu tahap komunikasi yang harus diciptakan dahulu, agar hal-hal yang menghambat kelancaran proses komunikasi dapat dihindari. Dengan terciptanya sambung rasa antara pewawancara dan responden, maka responden akan dengan senang serta rasa bebas menjawab-pertanyaan yang akan diajukan pewawancara. Dalam keadaan seperti tersebut responden akan memberikan jawaban dengan lancar serta akurat, sehingga diperoleh data informasi yang sebenarnya. Agar tercipta adanya sambung rasa antara pewawancara dan responden, maka pewawancara haruslah membina sikap serta pandangan tertentu terhadap responden agar : 1) Responden mempercayai pewawancara, bahwa pewawancara tidak akan membuka rahasia responden kepada siapapun. 2) Responden maklum bahwa hasil wawancara akan digunakan demi kepentingan serta kebaikan responden. 3) Responden merasakan bahwa pewawancara memberikan empati kepadanya (bukan merasa iba atas penderitaan responden). 4) Responden merasa pewawancara memberi kesempatan kepadanya untuk mengemukakan pendapat/keterangan dengan leluasa. 5) Responden merasa bahwa wawancara ini merupakan percakapan yang dilakukan oleh individu yang sederajat (bukan merupakan interogasi). Langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh pewawancara adalah : 1) Berpenampilan yang sederhana, rapi serta bersih. 2) Pada perjumpaan pertama, pewawancara memberikan salam dan memakai bahasa yang sesuai antara keadaan pewawancara dan responden. 3) Memperlihatkan wajah yang ramah serta sikap sopan santun. 4) Menciptakan suasana wawancara yang santai dan menyenangkan. 5) Membuat catatan hasil wawancara, namun jangan terlalu mencolok, karena dapat mirip interogasi. 6) Pada akhir percakapan jangan lupa menyatakan terima kasih atas wawancara ini serta mengucapkan salam perpisahan. B. Wawancara Setelah terciptanya sambung rasa antar pewawancara dan responden, maka kemudian dilakukan wawancara. Wawancara dapat terhadap seseorang atau sekelompok orang (group interview). Agar tercapai maksud tersebut, maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut : 1) Mempelajari tentang kegiatan dan topik wawancara yang akan dilakukan. 2) Mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan seperti blanko isian, alat tulis dan sebagainya. 3) Bila sebelumnya telah dilakukan kesepakatan tantang tempat dan waktu pertemuan, maka tepatilah janji tersebut. 4) Mengajukan pertanyaan yang jelas, singkat dan lugas untuk menghindari salah paham. 5) Menanyakan informasi yang dibutuhkan secara lengkap dan mencatatnya dengan cermat (jangan membuat interpretasi sendiri). 6) Pada hasil jawaban yang diragukan kebenarannya, dilakukan cross-check untuk meyakinkan akan kebenaran jawaban. Selain itu cross-check dilakukan untuk menyamakan persepsi antara pewawancara dan responden. Cross-check adalah suatu kegiatan komunikasi yang berupa menghadapi pertanyaan yang diragukan jawabannya/hasilnya, dengan mengajukan pertanyaan dari sisi lain. Contoh : Saudara lahir tahun berapa? Jawab: Tahun 1950. Kita ragu akan kebenaran jawaban tadi. 23

Lalu : Cross check : Apakah Saudara mengalami peristiwa G-30-S PKI yang notabene terjadi pada th 1965 ? 7) Usahakan agar lamanya wawancara maksimal 1 jam agar responden tidak bosan serta responden tidak terganggu/terhalang melakukan tugas-tugasnya. 8) Pertahankan suasana wawancara yang santai dan menyenangkan. 9) Sebelum mengakhiri wawancara, periksa sekali lagi agar tidak ada data yang tercecer. 10) Akhiri wawancara dengan ucapan terima kasih dan salam perpisahan. Etika Berwawancara 1) Usahakan agar kunjungan dapat diatur sedemikian rupa, sehingga responden ada di rumah pada waktu wawancara. Jangan melakukan wawancara pada saat ada kesibukan rumah tangga, misalnya keramaian, kesusahan dan sebagainya. 2) Sebelum memasuki rumah untuk melakukan wawancara, pewawancara harus meminta ijin dengan mengucapkan salam atau mengetuk pintu. 3) Pada waktu melaksanakan wawancara, mulailah setiap wawancara dengan memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud kedatangan pewawancara. Bila perlu tunjukkan Surat Tugas/ Tanda Pengenal. 4) Mintalah waktu pada responden, dan berilah prakiraan jangka waktu yang diperlukan untuk mengadakan satu kali wawancara. Bila responden menolak diwawancara saat itu tanyakanlah kepada responden waktu luang responden. Bila menolak juga atau keberatan untuk diwawancara, jangan memaksa. Carilah arternatif (responden pengganti). 5) Sebelum melakukan wawancara beri penjelasan tentang pentingnya survei ini diadakan dan yakinkan kepada mereka mengenai kerahasiaan data yang diperoleh dari mereka. 6) Tegaskan bahwa keterangan-keterangan yang dikumpulkan akan dipergunakan untuk keperluan perencanaan pembangunan (kesehatan). 7) Tidak seorangpun diperkenankan untuk menemani tugas wawancara kecuali supervisor atau atasannya atau pendamping yang memang diperlukan (misalnya penterjemah). Jawaban yang dicatat hanya jawaban dari responden. Bila tidak dapat dihindarkan kehadiran orang lain, orang tersebut diminta tidak ikut memberikan jawaban atau mempengaruhi pada jawaban responden. Beri keterangan apabila ada orang lain dan bagaimana situasinya apakah ikut mempengaruhi. 8) Kerjasama dengan responden perlu diperhatikan, sehingga ia tidak segansegan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan tepat 9) Tunjukkan selalu sikap ramah, sopan santun dan sabar kepada mereka. 10) Dalam melaksanakan wawancara, pewawancara akan menemui berbagai sikap responden. Sebagian besar diantaranya terus terang (jujur) dan senang membantu. Beberapa orang ragu-ragu dan tidak tegas. Sebagian kecil curiga dan bersikap menentang. Gunakan kecakapan, kesabaran dan sikap agar wawancara berhasil. 11) Kadang-kadang pewancara menemui responden yang menolak untuk memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Usahakanlah dengan bijaksana untuk mendapatkan keterangan yang diperlukan dengan terlebih dahulu menjelaskan tujuan dan kegunaan survei, sifat kerahasiaan keterangan yang dikumpulkan dan arti jawaban yang diperoleh dari responden untuk keperluan perencanaan pembangunan.

24

12) Jika responden membelokkan percakapan kepada hal-hal yang menyimpang dari pelaksanaan wawancara, kembalikanlah pembicaraan secara bijaksana ke arah tujuan wawancara dan usahakan untuk mendapatkan keterangan yang diperlukan. 13) Jangan memberikan tanggapan dan kornentar yang tidak baik terhadap jawaban yang diberikan atau kehilangan kesabaran. Demikian pula bila jawaban sesuai dengan harapan Anda, jangan memberikan tanggapan yang terlampau mendukung. Bersikaplah netral terhadap sernua jawaban yang diberikan oleh responden. Bersikaplah tenang dalam menghadapi suasana yang tidak diinginkan. 14) Bersabarlah terhadap rasa ingin tahu mereka dan jawablah pertanyaan mereka dengan tepat dan jelas. Jangan memberikan jawaban yang salah ataupun jawaban yang menjanjikan (memberi sesuatu). Bila betul-betul tidak tahu jawaban atas pertanyaan responden, tundalah untuk menjawab dan jujurlah bahwa pewawancara tidak tahu dan akan berusaha mencarikan jawabannya. 15) Perlu diingat bahwa pewawancara melakukan wawancara, dan bukan penyuluhan. Hindarilah memberi nasehat, memberikan penyuluhan, sekalipun jawaban responden memberi rangsangan untuk memberi nasehat. Sekali lagi, pewawancara harus bersikap netral.. 16) Catatlah saat mulai dan mengakhiri wawancara, siapa yang diwawancara, siapa saja yang ada di rumah responden pada saat itu dan nama informan. Pada saat mulai wawancara perkirakanlah waktu yang diberikan responden. Bila responden tampak tak sabar dan tidak ingin mengakhiri wawancara sampai pertanyaan terakhir, berhentilah dan mintalah waktu lain hari. 17) Sebelum memohon diri, periksalah kembali, barangkali ada pertanyaan yang tertinggal. Jangan lupa ucapkanlah terima kasih pada responden atas bantuan dan keterangan yang diberikan dan mintalah ijin untuk datang kembali, sewaktu-waktu ada yang kurang dan perlu ditanyakan kembali pada responden. Tanyakanlah waktu yang tepat untuk berkunjung. Sikap Wawancara 1) Netral Tugas pewawancara untuk merekapitulasi informasi tanpa menghiraukan keterangan itu baik, tidak baik, menjemukan atau menyenangkan. Jangan menentang atau bereaksi dengan jawaban responden, baik dengan kata-kata maupun dengan gerakan, misalnya tidak setuju (menggerakkan bahu, mengernyitkan dahi dan alis dan gerakan tanda tidak setuju lainnya), heran, merendahkan dan sebagainya. 2) Adil dan tidak memihak Sopan dan hormat kepada responden. Semua responden harap diperlakukan sama baik, siapapun dia. Penting untuk dapat memberikan perasaan aman bagi responden untuk menyatakan pendapatnya. 3) Hindarkan ketegangan Wawancarailah secara santai (dengan cara mengobrol). Hindarilah kesan seolah-olah responden sedang diuji dan diinterogasi. Namun demikian, harus waspada jangan sampai responden bercerita kesana kemari, menyimpang dari pertanyaan atau informasi yang diperlukan. Timbulkan suasana yang bebas, sehingga responden tidak merasa tertekan baik oleh pertanyaan-pertanyaan pewawancara maupun suasana di sekitarnya. 4) Ramah dan sabar

25

Sikap ramah sangat penting, usahakan bermuka cerah, segar dan tidak malas. Usahakan juga berpakaian yang rapi dan bersih. Kesan yang diberikan oleh pewawancara akan berpengaruh pada responden. 5) Jujur dalam pengisian kuesioner Usahakanlah menulis apa adanya, seperrti yang dikatakan oleh responden, jangan menambahi atau mengurangi. Tuliskanlah keterangan tambahan bila responden menjawab sesuatu tetapi dengan bahasa tubuh kebalikan dari yang diucapkannya. 6) Cermat dan teliti Telitilah daftar pertanyaan sebelum mengajukan pertanyaan. Jangan sampai ada yang terlewat. Selain itu juga cermat dan teliti dalam menuliskan jawaban responden. Tulislah jawaban responden selengkap-lengkapnya (jangan sampai ada yang terlewat) tulisan harus jelas, terbaca oleh siapapun. Jangan menggunakan singkatan. Kalau ada yang salah tulis, dihapus dan dibetulkan, jangan berupa coret-coretan dan kotor. 7) Menaruh perhatian dan pengertian terhadap responden, dapat menjadi pendengar yang baik Dengarkanlah jawaban responden baik-baik. Jangan sampai mengulang-ulang pertanyaan. Usahakanlah mengerti bila responden menghendaki wawancara tidak hanya satu hari (karena waktu responden yang terbatas). Jangan memaksakan kehendak. Jangan memperlihatkan sikap yang tergesa-gesa, kurang menghargai responden maupun sikap kurang percaya. 8) Sanggup membuat responden tenang dan berminat untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. Usahakanlah wawancara berlangsung dengan santai. Wawancara dapat disela dengan obrolan ringan,asal jangan lupa waktu dan tidak terlalu keluar dari arah wawancara. 9) Hargailah responden Apapun tanggapan Anda tentang dia lipakanlah itu. Responden sangat penting bagi penelitian ini. 10) Mengetahui/menguasai bahasa/komunikasi non verbal Pembicaraan secara verbal akan lebih efektif bila disertai dengan perilaku non verbal. Fungsi perilaku non verbal ini adalah untuk : - Memberi kualitas, sikap dan identitas pada si pelaku - Mendukung komunikasi verbal - Menggantikan komunikasi verbal - Menjembatani komunikasi verbal Selain itu, penguasaan bahasa non verbal juga memperkuat empati, bahasa non verbal sering lebih jujur sehingga pewawancara dapat mengetahui keadaan (sikap) responden yang sebenarnya. Aspek-aspek perilaku non verbal : Cara berbicara Ada beberapa hal yang mempengaruhi cara berbicara : - Kejelasan dan artikulasi berbicara Agar berbicara dengan baik, seseorang harus bernafas dengan baik. Latihlah dengan menghitung angka dari 1 sampai dengan 30 tanpa mengambil nafas. Bila dapat bernafas dengan baik, seseorang akan dapat mengucapkan kata dengan jelas. Latihlah lidah untuk mengucapkan huruf dengan jelas. Tidak usah kuatir dengan logat, yang utama dilakukan adalah harus jelas mengucapkan huruf-hurufnya. Cobalah untuk latihan mengucapkan : 26

PAH KAH FAH RAH DAH WWW BBB WBW WBW LLD LLL DDD LDL HI LI GIGI BIBIR Untuk huruf hidup yang lain coba dilatih dengan mengucapkan : GIGI TITI SISI PARUPARU SUSU BUTUH BUKU TOKO RUKO SESAL SESUATU Selain pengucapan, di dalam praktek sebagai dokter penggunaan bahasa yang baik diperlukan agar pasien dapat memahami isi pembicaraan. Tak kalah pentingnya seorang dokter harus benar-benar memahami hal yang akan diterangkan pada pasiennya agar dapat menerangkannya dengan jelas. Volume suara Sebaiknya tidak terlalu keras dan tidak terlalu pelan. Bila menekankan sesuatu, volume boleh dinaikkan sedikit. Kecepatan Kurangi kecepatan di antara kata dan di antara tahap informasi. Istirahatlah sejenak bila pindah dari satu pokok ke pokok lainnya. Nada Dalam hal ini seseorang harus pandai mengubah-ubah nada seseorang. Nada yang keluar harus terdengar bagaikan irama musik klasik. Jangan terlalu ekstrim, sesudah tinggi kemudian rendah. Nada suara harus mengalun. Latihan dapat meningkatan kemampuan berbicara. Penggunaan bahasa dan kekayaan kosa kata. Meskipun mempunyai logat tertentu, usahakanlah mengguanakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, tetapi tidak kaku. Seringlah membaca agar kosa kata bertambah dan tidak ketinggalan dengan istilah-istilah yang mungkin nanti akan muncul dalam tugas sebagai seorang dokter.

Penampilan Penampilan di sini meliputi karakteristik fisik dan penampilan fisik. Karakteristik fisik meliputi : - Badan yang tinggi, pendek, sedang - Rambut yang lebat, keriting, lurus atau botak - Tubuh yang gemuk, kurus, atau atletis - Amati dan pahamilah tubuh, sehingga dapat menyesuaikan penampilan fisik. Banyak buku atau majalah yang memberikan tips untuk menutupi kekurangan ataupun menonjolkan kelebihan karakteristik fisik. Penampilan fisik meliputi : - Penggunaan rias muka - Pakaian - Perhiasan. Sesuaikan penampilan fisik dengan tugas sebagai seorang dokter. Yang diperlukan seorang dokter adalah : - Berbusana yang tidak menyolok, sederhana dan sopan. - Rapi dan bersih, temasuk tidak berbau. - Untuk pria rambut disisir rapi, untuk wanita rambut panjang sebaiknya diikat/jepit/digelung. Jangan dibiarkan tergerai, karena akan membuat 27

gerakan-gerakan yang berlebihan dan mengganggu konsentrasi. Bagi yang berbusana muslim, penutup kepala disetrika rapi. - Pakailah busana yang enak dipakai sehingga menimbulkan keyakinan dalam memakainya. Jangan memakai busana yang terlalu sempit, belahan terlalu tinggi, ataupun pakaian yang kedodoran, sehingga menyebabkan salah tingkah. Sikap tubuh dan gerakan badan Perhatikan sikap tubuh dan gerakan badan Anda, perhatikan pula kebiasaan buruk (menggigit bibit / kuku, menggaruk-garuk kepala, memainkan ball point / kertas / saputangan, mencengkeram catatan, dan sebagainya). Mintalah teman untuk mengingatkan bila kebiasaan tersebut muncul. Gerakan badan haru.s disesuaikan dengan komunikasi verbal yang dilakukan. Jangan sampai terjadi bila menyatakan setuju pada pendapat pasien, bahu naik atau menggeleng-gelengkan secara tak sengaja. Perhatikan pula sikap tubuh : - Berjalan, berdiri atau duduk dengan tegak. - Jangan menahan dagu dengan tangan pada saat mendengarkan seseorang berbicara. Ekspresi muka Kontak mata sangat diperlukan bila melakukan pembicaraan. Bila masih belum berani melakukan kontak mata, pandanglah tengah-tengah alis mata lawan bicara, namun jangan sampai memandang ke atas atau ke bawah, atau bahkan kemana-mana. Bila setuju terhadap sesuatu, hindarilah dahi yang berkerut-kerut. Ekspresi harus juga menunjukkan kesetujuan. Taktik wawancara 1) Reaksi/jawaban pertama terhadap suatu pertanyaan itulah pendapat responden yang sesungguhnya. Oleh karenanya kalau responden berubah pendapat setelah pindah ke pertanyaan lain, jangan dihapus pertanyaan tadi. 2) Jangan tergesa-gesa menuliskan jawaban tidak tahu. Sering responden menjawab tidak tahu yang sebenarnya dia sedang berpikir, karena itu tunggulah sejenak. Kesabaran pewawancara diperlukan. 3) Tulislah semua jawaban dan komentar responden tulislah lengkap. Kata-kata yang diucapkan untuk melukiskan perasaan yang merupakan informasi yang sangat penting bagi penelitian ini. 4) Jawaban responden sebelum dicatat harus dimengerti dahulu maksudnya. Kalau belum jelas, tanyakan kembali. Jawaban harus spesifik, jangan terlalu umum ataupun mempunyai arti ganda. Saya suka karena baik, saya tidak suka atau karena menarik. 5) Usahakan sambil menulis tetap berbicara. Berilah pertanyaan yang mengajak untuk berpikir. Jangan dibiarkan responden menanti terlalu lama, dapat menimbulkan kebosanan. 6) Gunakanlah bahasa yang dipahami oleh responden (perhatikan jenjang pendidikan responden). Bila harus mengucapkan kata-kata yang agak asing (misalnya diare), terangkanlah dengan singkat, jelas dan bahasa yang sederhana mengenai artinya, baru ajukan pertanyaan selanjutnya. 7) Perlu melakukan cross-check, cross-check adalah suatu kegiatan komunikasi yang berupa menghadapi pertanyaan yang diragukan jawabannya/hasilnya dengan mengajukan pertanyaan dari sisi lain 28

misalnya : Saudara lahir tahun berapa : jawab tahun 1950, kita raguragu kebenaran jawaban tadi lalu melakukan cross-check misal, apakah Saudara mengalami peristiwa G-30S PKI (yang nota bene terjadi pada tahun 1965). 8) Selesai wawancara periksalah kuesioner dengan teliti untuk menjaga agar tidak ada nomor-nomor pertanyaan yang terlewati. SKENARIO Saudara adalah seorang petugas kesehatan yang betugas mendatangi rumah penduduk untuk mendapatkan informasi tentang Pemberian ASI eksklusif dan Pengetahuan tentang Imunisasi dasar pada balita. Pertanyaan meliputi antara lain hal-hal: a. Nama, umur, alamat, pekerjaan responden dan anggota keluarga b. Informasi yang dibutuhkan meliputi pengetahuan penduduk dalam pemberian ASI eksklusif (contoh: apakah ibu melakukan inisiasi menyusu dini, apakah ibu lebih menggunakan sufor, dll), dan pengetahuan penduduk mengenai pemberian imunisasi dasar pada balita contoh apakah ibu/bapak mengetahui imunisasi apa saja yang penting diberikan pada bayi.

29

CHECK LIST KETRAMPILAN WAWANCARA SURVEI


No. Aspek yang Dinilai 0 Skor 1 2

Aspek ketrampilan Ketrampilan dalam membina sambung rasa : 1. Mengucapkan salam pada awal wawancara 2. Memohon duduk berhadapan 3. Memperkenalkan diri 4. Mengemukakan maksud kedatangan 5. Menanyakan identitas 6. Meminta kerelaan untuk wawancara 7. Menggunakan bahasa non verbal Ketrampilan mengumpulkan informasi yang dibutuhkan : 8. Menggunakan bahasa yang disepakati 9. Wawancara tidak terkesan menyelidiki atau interogasi 10. Membuat daftar pertanyaan yang akan ditanyakan Melakukan cross-check untuk meyakinkan jawaban 11. responden 12. Memberi kesempatan responden mengutarakan keterangan 13. Bersikap netral terhadap responden 14. Mampu mencatat dengan jelas Ketrampilan menjaga suasana proses wawancara tetap baik : Menjadi pendengar yang baik dan meng-cut bila keterangan 15. keluar dari alur 16. Menatap responden penuh perhatian 17. Ramah dan menghindari suasana tegang 18. Sopan, berpenampilan sederhana tapi rapih Menutup wawancara dengan mengucapkan terima kasih dan 19. salam Aspek medis Identitas : nama, umur, alamat, pekerjaan, dicatat / diucapkan 20. dengan jelas 21. Menanyakan masalah kesehatan 10 pertanyaan Jumlah
Keterangan : 0 = tidak dilakukan sama sekali/tidak baik 1 = dilakukan kurang benar/kurang baik 2 = dilakukan dengan benar/baik

30

Anda mungkin juga menyukai