Informed consent sebaiknya disampaikan dalam bentuk bahasan atau diskusi. Diberikan
dalam bentuk Tanya jawab.
Diberikan dalam bahasa yang dimengerti oleh pasien, tidak banyak menggunakan istilah
medis, tutur bahasa yang dapat menimbulkan kepercayaan pasien terhadap dokter.
Dokter dapat pula menyampaikan daftar pertanyaan yang bersifat dasar dalam
menjelaskan informed consent. Hendaknya diingat pula bahwa proses informed consent
tidak dapat dilengkapi pada satu pertemuan saja namun setiap saat selalu diperlukan
informed consent yang disesuaikan dengan tindakan medis yang akan dilakukan serta
kondisi pasiennya.
Penggunaan bahasa oleh dokter dalam menjelaskan rencana tindakan medis kepada
pasien/keluarganya merupakan hal yang sangat penting, karena adanya perbedaan
pengetahuan dokter dan pasien/keluarganya, mengenai materi yang harus dijelaskan
kepada pasien, biasanya merupakan istilah-istilah kedokteran, dan adanya perbedaan
status sosial, ketersediaan waktu dokter, beban tugas cukup banyak, dapat
mengakibatkan komunikasi kurang efektif. Hal ini senada dengan pendapat Astuti (2013),
pemberian informasi dengan menggunakan bahasa kedokteran, tidak akan membawa
hasil apa-apa, malah akan membingungkan pasien. Oleh karena itu seyogyanya informasi
yang diberikan oleh dokter terhadap pasiennya disampaikan dalam bahasa yang
sederhana dan mudah dimengerti oleh pasien. Seperti diketahui kebanyakan pasien
adalah awam dengan bahasa kedokteran dan tidak semua istilah-istilah kedokteran
dapat diterjemahkan dengan mudah ke dalam bahasa orang awam. Akan lebih baik jika
penjelasannya disertai dengan gambar-gambar sederhana, sehingga pasien/keluarganya
akan cepat memahaminya.
Waktu pemberian informasi medis dan persetujuan medis menjadi masalah penting
dalam pelayanan kesehatan berkaitan dengan tindakan yang sifatnya pilihan, bukan
kegawatdaruratan. Berdasarkan Kep.Dir.Yanmedis HK.00.06.3.5.1866/1999,
mengharuskan pasien sudah memberi persetujuan paling lambat 24 jam. Maknanya
(dalam keadaan normal) informasi medis seharusnya sudah diberikan lebih dari 24 jam
(minimal 36 jam sebelum jadwal tindakan), dengan demikian pasien masih mempunyai
waktu berfikir 12 jam untuk menentukan apakah tawaran/usulan dokter tersebut
disetujui atau ditolak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu pemberian informasi
medis dan persetujuan oleh keluarga pasien dilakukan sehari sebelum tindakan
dilakukan. Pelaksanaan pemberian informasi medis oleh dokter dan persetujuan oleh
pasien/keluarganya sudah sesuai dengan keputusan Dir.Yanmedis tersebut diatas,
namun sebaiknya penjelasan diberikan lebih dari satu hari. Hasil penelitian ini sesuai
dengan Samino (2003), yang menyatakan bahwa tenggang waktu pemberian informasi
medis dengan rencana tindakan yang akan dilakukan lebih dari 24 jam bahkan ada yang
satu bulan sebelumnya. Peneliti menyadari bahwa informasi tersebut perlu di konfirmasi
dengan sumber lain, misalnya dengan melakukan observasi. Dengan observasi ini diyakini
dapat memperoleh informasi yang lebih akurat, oleh karena itu metode pengambilan
data dengan observasi penting untuk dipertimbangkan.
(1) Semua hal – hal yang sifatnya luar biasa dalam proses mendapatkan persetujuan
tindakan kedokteran harus dicatat dalam rekam medis.
(2) Seluruh dokumen mengenai persetujuan tindakan kedokteran harus disimpan
bersama-sama rekam medis.
(3) Format persetujuan tindakan kedokteran atau penolakan tindakan kedokteran,
menggunakan formulir dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Diketahui dan ditandatangani oleh dua orang saksi. Tenaga keperawatan bertindak
sebagai salah satu saksi;
b. Formulir asli harus disimpan dalam berkas rekam medis pasien;
c. Formulir harus sudah mulai diisi dan ditandatangani 24 jam sebelum tindakan
kedokteran;
d. Dokter atau dokter gigi yang memberikan penjelaan harus ikut membubuhkan tanda
tangan sebagai bukti bahwa telah memberikan informasi dan penjelasan secukupnya;
e. Sebagai tanda tangan, pasien atau keluarganya yang buta huruf harus membubuhkan
cap jempol jari kanan
Penjelasan dari tenaga medis kepada pasien harus diberikan secara lengkap dengan
bahasa yang mudah dimengerti atau cara lain yang bertujuan untuk mempermudah
pemahaman. Penjelasan tersebut dicatat dan didokumentasikan dalam berkas rekam
medis oleh dokter atau perawat yang memberikan penjelasan dengan mencantumkan :
tanggal
waktu
nama
tanda tangan
pemberi penjelasan dan penerima penjelasan.
Dalam hal dokter menilai bahwa penjelasan yang akan diberikan dapat merugikan
kepentingan kesehatan pasien atau pasien menolak diberikan penjelasan, maka dokter
atau dokter gigi dapat memberikan penjelasan kepada keluarga terdekat dengan
didampingi oleh seorang tenaga kesehatan lain sebagai saksi.
Berikut hal-hal yang harus disampaikan oleh Tenaga Kesehatan kepada pasien dalam
rangka melaksanakan informed consent :
Demi kepentingan pasien, persetujuan tindakan kedokteran tidak diperlukan bagi pasien
gawat darurat dalam keadaan tidak sadar dan tidak didampingi oleh keluarga pasien
yang berhak memberikan persetujuan atau penolakan tindakan kedokteran.
Cara pasien menyatakan persetujuan dapat dilakukan secara terucap (oral consent),
tersurat (written consent), atau tersirat (implied consent). Setiap tindakan kedokteran
yang mengandung risiko tinggi harus memperoleh persetujuan tertulis yang
ditandatangani oleh yang berhak memberikan persetujuan. Persetujuan tertulis dibuat
dalam bentuk pernyataan yang tertuang dalam formulir Persetujuan Tindakan
Kedokteran. Sebelum ditandatangani atau dibubuhkan cap ibu jari tangan kiri, formulir
tersebut sudah diisi lengkap oleh dokter atau dokter gigi yang akan melakukan tindakan
kedokteran atau oleh tenaga medis lain yang diberi delegasi, untuk kemudian yang
bersangkutan dipersilahkan membacanya, atau jika dipandang perlu dibacakan
dihadapannya. Persetujuan secara lisan diperlukan pada tindakan kedokteran yang tidak
mengandung risiko tinggi. Dalam hal persetujuan lisan yang diberikan dianggap
meragukan, maka dapat dimintakan persetujuan tertulis.
Peran merupakan sekumpulan harapan yang dikaitkan dengan suatu posisi dalam
masyarakat. Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang, sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Berhubungan dengan
profesi keperawatan, orang lain dalam definisi ini adalah orang-orang yang berinteraksi
dengan perawat baik interaksi langsung maupun tidak langsung terutama pasien sebagai
konsumen pengguna jasa pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Peran perawat professional dalam pemberian informed consent adalah dapat
sebagai client advocate dan educator. Client advocate yaitu perawat bertanggung jawab
untuk membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai
pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi lain yang diperlukan untuk
mengambil persetujuan (informed consent) atas tindakan keperawatan yang diberikan
kepadanya. A client advocate is an advocate of client’s rights. Sedangkan educator yaitu
sebagai pemberi pendidikan kesehatan bagi klien dan keluarga.
Perawat memiliki peran memberikan informasi kepada pasien dan keluarganya
sehubungan dengan penyakit yang diderita dan rencana perawatan kedepannya.
Informasi yang diberikan tersebut harus menggunakan informasi yang efektif dan jelas.
Komunikasi interpersonal merupakan inti pekerjaan bagi seorang perawat. Semua tugas
keperawatan berkisar pada kebutuhan bagi perawat untuk menjadi komunikator yang
efektif, salah satunya dalam memberikan informed consent. Setelah tingkat kecemasan
pasien menurun sampai sedang atau ringan, re-edukatif atau berorientasi pada kognitif
adalah prinsip intervensi keperawatan yang diberikan. Tujuannya adalah menolong
pasien dalam mengembangkan kemampuan menoleransi kecemasan dengan mekanisme
koping dan strategi pemecahan masalah yang konstruktif. Mengenali dan mampu
mengendalikan perasaan pasien adalah intervensi utama yang diberikan perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan. Prinsip intervensi keperawatan pada pasien tersebut
adalah melindungi pasien dari bahaya fisik dan memberikan rasa aman pada pasien
karena pasien tidak dapat mengendalikan perilakunya.
Faktor yang mempengaruhi kecemasan pasien yang didapatkan di Rumah Sakit karena
mereka sering berfikir, seperti takut nyeri setelah pembedahan, takut keganasan, takut
menghadapi ruangan operasi dan takut operasi gagal. Pemberdayaan pasien dengan
memulihkan kemampuannya dalam mengendalikan situasi dapat mengurangi rasa
cemas. Dengan melibatkan pasien untuk mengambil keputusan atau berpartisipasi dalam
perawatannya akan membuat pasien merasa bisa mengendalikan situasi. Pasien juga bisa
dibantu dalam memilih kegiatan atau latihan yang bisa mengurangi rasa cemas.
Misalnya, memilih dan mendengarkan lagu-lagu (terapi musik), relaksasi progresif,
imajinasi terbimbing.
Contoh Formulir Informed Consent