Anda di halaman 1dari 2

K6 INFORMED CONSENT

Dr. Miko Ferine

 Apasih yang mendasari inform consent ? bahwa setiap pasien itu memiliki autonomy
atas tubuhnya sendiri.
 Hak untuk mendapatkan informasi lengkap terkait dengan kondisinya. Untuk tujuan
prosedut klinis maupun proses pengobatan.
 Informasi harus lengkap dan cukup layak, sehingga pasien dapat memberikan
persetujuan sebelum memberikan tindakan maupun keputusan obat apapun.
 Mengapa penting ? karena dasarnya tindakan yang kita berikan itu untuk seseorang.
Dan itu akan dirasakan oleh tubuh pasien kita. Kadang kita sok tahu kepada pasien.
kita bilang kalau infus ga sakit padahal ya sakit pada proses memasukan jarum
apalagi waktu di lepas.
 Informed : diberikan ifnormasi
 Consent : persetujuan atas orang tersebut
 Refusal : penolakan
 Inform consent / refusal bertujuan untuk memberi informasi lengkap sehingga
pasien memahami sepenuhnya apa yang sedang terjadi dan yang akan terjadi pada
dirinya. Informasi yang cukup memungkinkan pasien untuk mempertimbangkan
tindakan medis maupun pengobatan yang akan diberikan atas dirinya.
 THE PURPOSE OF MEDICAL DECISSION MAKING AND INFORM
CONSENT
1. Legal purpose : persetujuan pasien dan legal
2. Moral purpose : tujuan moral  ingin pasien memahami kondisi dirinya
sehingga ia mempertimbangkan tindakan kedepannya yg akan diberikan
kepadanya.
3. Clinical purpose
 LEGAL ASPECT INFORM CONSENT :
1. UU NO. 23 TH. 1992 Ttg. KESEHATAN
2. UU NO. 29 TH. 2004 Ttg. Praktik Kedokteran
 Konsep dasar :
1. Legal, moral dan clinical purpose harus seimbang
2. Komunikasi efektif doker dan pasiennya / wakil sah
3. Tujuan untuk memilih pilihan yang terbaik bagi pasien
4. Diberikan sukarela bukan paksaan. Banyak pasien yang memasrahkan semuanya
ke dokter. padahal harus ada pertimbangan. Selama tindakan belum dilaksanakan
pasien dapat menolak tindakannya. Kalau sudah tidak ada tindakan tapi tiba-tiba
berubah pikiran dan pasien malah siap ambil tindakan tersebut, maka kita tidak
boleh mengingatkan dia bahwa dia sudah menolaknya. Tangani saja.
 BENTUK INFORMASI
1. Lisan
2. Tertulis : di Indonesia masih kurang baik. Karena lembar yang disediakan
lebih kea rah lembar consent isinya hanya centang-centang persetujuan.
Harusnya disediakana lembar khusus informasi. Lembar informasi bisa
ditambahkan gambar-gambar untuk memmperjelas prosedur. Misal, prosedur
pemasangan IUD.
3. Bantuan alat peraga
4. Perhatikan konteks budaya dan lain-lainnya
 SITUASI
 Diperlukan untuk tindakan medis, kerahasiaan, kepentingan skrining, kepentingan
Pendidikan, kepentingan penelitian.
 INFORMASI YANG DIBERIKAN
 Dx
 Talak – gausah terlalu detail yang penting garis besar untuk pasien dapat
memahami apa yang akan terjadi selama prosedur maupun pengobatan
 Tujuan & manfaat
 Resiko
 Prognosis – apabila kita melakukan tindakan medis untuk px tersebut. kalau
tidak dilakukan dan dilakukan akibatnya apa
 Alternatif lain beserta kelebihan kekurangannya (kalau ada)
 Informasi lain  penghentian prosedur, biaya, perawatan post-tindakan di
rumah
 Informasi HARUS JUJUR DAN JELAS. Kalau persentase kemungkinan
meninggal saat prosedurnya gede, WAJIB di beritahu saat inform consent.
 BENTUK PERSETUJUAN
o Tersirat : setuju / tolak  mengangguk, geleng-geleng
o Dinyatakan : setuju atau tolak  ditegaskan secara lisan maupun tulisan.
 Untuk resiko tinggi  wajib persetujuan tertulis
 Waktu  dapat dilakukan kapan saja dan ditarik kapan saja.
 Informasi diberikan oleh dokter yang melakukan tindakan atau yang mewakili
dengan tanggung jawab pelaksana rencana tindakan.
 DECISSION MAKING PROCESS
1. Omni-science : fakta ilmu
2. Omni-percipience : perhatikan dari multi perspektif
3. Dis-interest : tidak ada kepentingan dari pihak ketiga yang mempengaruhi
tindakan
4. Dis-passion : menghindari bias emosional
5. Consistency : konsistensi manajemen kasus
 Komunikasi efektif inform consent yang ideal adalah shared decision-maker (Patient
-doctor) : involves both patients rights and medical field perspective to reach patient
goal.

 Potential conflict
1. Pihak yang terlibat
2. Isu negative dan stigma
3. Gap pengetahuan  jangan terlalu dominance, sabar kalau mau ngedukasi
pasien. tingkat pengetahuan pasien kita bervariatif.
4. Patrilineal (tidak mau tahu)
5. Kegawatdaruratan
 Cara meminimalisir konflik
Komunikasi yang baik, jaga kepercayaan pasien dan keluarga, menurunkan distress
moral (

Anda mungkin juga menyukai