Anda di halaman 1dari 11

LO ( Learning Objective) 2

Nama : Akmal Abdurrahim Tan


NIM : 2113010109
1. Bagaimana cara menyampaikan berita buruk kepada pasien?

1. Melakukan persiapan. Persiapkan diri dengan informasi klinis yang relevan dengan berita yang akan disampaikan,
Aturlah waktu yang memadai dengan lokasi yang privat dan nyaman, Jika memungkinkan, sebaiknya ada anggota
keluarga yang hadir. Latihlah mental dan emosi untuk menyampaikan berita buruk.
2. Menanyakan apa yang pasien tahu tentang penyakitnya Mulailah diskusi dengan menanyakan apakah pasien tahu
bahwa dirinya sakit parah, atau apakah pasien mempunyai pengetahuan tentang penyakitnya tersebut.
3. Menanyakan seberapa besar keinginan tahu pasien tentang penyakitnya
4. Menyampaikan berita Sampaikan berita buruk dengan kalimat yang jelas, jujur, sensitif dan penuh empati. Hindari
penyampaikan seluruh informasi dalam satu kesempatan
5. Memberikan respon terhadap perasaan pasien Setelah berita buruk disampaikan sebaiknya petugas medis diam
untuk memberi jeda. Beri waktu pasien atau keluarga untuk bereaksi
6. Merencanakan tindak lanjut Buatlah rencana untuk langkah selanjutnya, contohnya bisa berupa Pemeriksaan lanjut
untuk mengumpulkan tambahan informasi dan pengobatan gejala-gejala yang ada
7. Mengkomunikasikan Prognosis Pasien sering menanyakan mengenai prognosis, tentang bagaimana perjalanan
penyakit mereka ke depannya

Silverman, J., Kurtz, S., & Draper,J. Skills for Communicating


with Patients. Radcliffe Medical Press, 1999
2. Kapan rahasia pasien harus dapat dibuka kepada keluarga pasien? Dalam kondisi apa saja?

terdapat beberapa kondisi yang memperbolehkan dokter atau tenaga kesehatan untuk membuka rahasia
kedokteran yaitu untuk kepentingan kesehatan pasien, dalam rangka penegakan hukum, atas permintaan
pasien sendiri dan untuk kepentingan umum yang salah satunya adalah pada saat adanya ancaman
wabah.

Dalam keadaan tertentu dapat dibuka sebatas inisial nama, jenis kelamin, status kesehatan singkat
(meninggal/klinis kritis berat/sembuh), usia dan kronologi terbatas hanya yang relevan dengan
penularan, misalnya penjabaran lokasi potensi penularan dengan maksud menjadi kewaspadaan
publik dan penelusuran kontak (penyelidikan epidemiologis).

Dr. dr. Rika Susanti, Sp.F.M (K)


Dekan FK Unand
3. Komunikasi efektif dokter dengan pasien seperti apa?

Pengembangan hubungan dokter-pasien secara efektif yang berlangsung secara efisien,


dengan tujuan utama penyampaian informasi atau pemberian penjelasan yang diperlukan
dalam rangka membangun kerja sama antara dokter dengan pasien.

Komunikasi yang dilakukan secara verbal dan non-verbal menghasilkan pemahaman


pasien terhadap keadaan kesehatannya, peluang dan kendalanya, sehingga dapat
bersama-sama dokter mencari alternatif untuk mengatasi permasalahannya

Pengetahuan dan keterampilan mengenai komunikasi yang mengikuti langkah-langkah


komunikasi yaitu memberi perhatian, membuka dialog, mencari solusi atau alternatif
pemecahan masalah, dan menyimpulkan hasilnya.

Dr. Ani Yuningsih, Dra., M.Si


4. Apa saja yang terdapat dalam rekam
medis?

Catatan Merupakan uraian tentang identitas pasien, pemeriksaan pasien, diagnosis, pengobatan, tindakan dan
pelayanan lain baik dilakukan oleh dokter dan dokter gigi maupun tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan
kompetensinya. Dokumen Merupakan kelengkapan dari catatan tersebut, antara lain foto rontgen, hasil laboratorium
dan keterangan lain sesuai dengan kompetensi keilmuannya. data-data yang harus dimasukkan dalam Rekam medis
dibedakan untuk pasien yang diperiksa di unit rawat jalan dan rawat inap dan gawat darurat. Setiap pelayanan baik
rawat jalan, rawat inap dan gawat darurat dapat membuat rekam medis dengan datadata sekurang-kurangnya antara
lain: Nama, Jenis Kelamin, Tempat Tanggal lahir, Umur, Alamat, Pekerjaan, Pendidikan, Golongan Darah, Status
pernikahan, Nama orang tua, Pekerjaan Orang tua, Nama suami/istri
Data rekam medis diatas dapat ditambahkan dan dilengkapi sesuai kebutuhan yang ada dalam pelayanan kesehatan.

Peraturan Menteri Kesehatan RI NO:


269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam
Medis.
5. Mengapa dokter meminta ttd pasien dalam informed consent?

informed consent bertujuan untuk mendapatkan bukti


persetujuan yang dapat mendokumentasikan
pertanggungjawaban secara legal dan etika. Lalu juga
menegaskan hak-hak pribadi pasien dijamin secara hukum.
Selain memberikan rasa aman pada pasien, dokter juga dapat
membela diri apabila ada tuntutan dari pasien atau keluarga jika
timbul hal yang tidak dikehendaki. Pada intinya tujuan
penandatangai ini untuk melindungi dokter dan pasien,
melindungi dokter untuk memberi bukti bahwa dokter sudah
menjelaskan informasi tindakan pada pasien dan melindungi
pasien untuk rasa aman bisa menuntut jika ada hal yang tidak
diinginkan.

Hall, D. E., Prochazka, A. V., & Fink, A. S. (2012). Informed consent for clinical
treatment. Cmaj, 184(5), 533–540. https://doi.org/10.1503/cmaj.112120
6. Hak dan kewajiban dokter yang terkait kasus ini?

Hak
•Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai standar profesi dan standar
operasional prosedur
•Memberikan pelayanan medis sesuai standar profesi dan standar operasional prosedur
•Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya
•Mendapatkan penjelasan lengkap tentang rencana tindakan medis yang akan dilakukan dokter
•Mendapat pelayanan medis sesuai dengan kebutuhan
•Bisa mendapat informasi rekam medis

Kewajiban
•Memberikan pelayanan medis sesuai standar profesi dan standar operasional prosedur serta kebutuhan medis
•Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan setelah pasien itu meninggal dunia
•Memberikan informasi  yang lengkap, jujur dan dipahami tentang masalah kesehatannya
•Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter
•Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehat

Santosos, Budi, 1992, Nilai- nilai etis dan kekuasaan Utopis. Kanisisus. Yogyakarta
7. Mengapa dokter harus berempati?

Empati merupakan salah satu motivator psikologi yang potensial dalam menolong orang yang mengalami stress.
Empati adalah pengalaman emosional antara pengamat dan subjek, dimana pengamat mengidentifikasi dan
menunjukkan emosional subjek berdasarkan penglihatan dan pendengaran. Empati secara umum merupakan
kemampuan atau kapasitas mental untuk merasakan atau memahami keadaan emosional orang lain. Empati juga
didefisinsikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengerti perasaan, fikiran dan keinginan orang lain, tanpa
mempengaruhi objektivitas dalam menilai orang tersebut. Empati merupakan kemampuan menempatkan diri ke
dalam diri orang lain untuk memahami pandangan dan perasaan orang tersebut, sesuai dengan latar belakang
pendidikan, sosial, budaya, agama, ekonomi, etnik dan lain-lain. Empati merupakan salah satu komponen penting
dalam komunikasi efektif yang harus dimiliki dokter untuk membina hubungan dokter-pasien yang efektif.

Wynn R. Empathy in general practice consultations: a


qualitative analysis. Epid e Psichiatr Soc. 2005;14(3):163-9.
8. Apa saja Level empati dokter pada kasus itu ?

Level 1 : dokter mengenal secara sambil lalu


Level 2 : dokter mengenal sudut pandang pasien secara implisit
Level 3 : dokter menghargai pendapat pasien
Level 4 : dokter mengkonfirmasi kepada pasien
Level 5 : dokter berbagi perasaan dan pengalaman (sharing
feelings and experience) dengan pasien

WHO. 1992. Pendidikan Kesehatan. Penerbit bersama ITB dan


Universitas Udayana. Bandung.
9. Dalam kasus ini, dokter berempati seperti apa?

Empati berhubungan langsung dengan terapi, dengan


cara mengurangi kecemasan pada pasien. Saat pasien
merasa dokter tersebut mengerti kondisi dan
kekhawatirannya, dia akan lebih nyaman dalam
mempercayai sang dokter

KKI. Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI). Jakarta:


Konsil Kedokteran Indonesia; 2012.
10, Mengapa lembar informed consent masuk ke dalam rekam medis?

Rekam medis mempunyai kekuatan hukum sebagai salah satu unsur masukan dalam
proses pengambilan keputusan oleh hakim, sehingga rekam medis yang selesai dibuat
tidak boleh diubah, dihilangkan, atau ditambah isinya. Kelengkapan lembar informed
consent dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Keperluan tersebut diantaranya
adalah sebagai bahan pembuktian dalam perkara hukum, bahan penelitian dan
pendidikan serta dapat digunakan sebagai alat untuk analisis dan evaluasi terhadap
mutu pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit. Informed consent ini akan
memberikan perlindungan hukum tidak hanya kepada pasien, namun juga melindungi
tenaga kesehatan/ dokter dari tuntutan yang tidak proporsional dari pihak pasien.
Selain itu, berkas rekam medis yang tidak lengkap seperti tidak adanya tanda tangan
dan nama terang dokter, diagnosis dan kode diagnosis belum diisi atau belum tertulis,
dan riwayat perjalanan penyakit belum terisi dengan lengkap, maka hal ini akan dapat
menyebabkan terhambatnya proses pengajuan klaim kepada BPJS.

Wijono, D. (1999). Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan.


Surabaya: Airlangga University Press.

Anda mungkin juga menyukai