Anda di halaman 1dari 12

Issue Legal dan Tantangan Praktik Keperawatan Profesional

1. 1. KEPERAWATAN PROFESIONAL MODUL 2 ASPEK HUKUM DALAM


PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESSIONAL Penyusun Ns. Ros Endah Happy
Patriyani, M.Kep. PENDIDIKAN JARAK JAUH PENDIDIKAN TINGGI
KESEHATAN Pusdiklatnakes, Badan PPSDM Kesehatan Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia Hak cipta @ Pusdiklatnakes, Badan PPSDM Kesehatan, Kemkes RI,
2013 No Kode : Keperawatan/Wat 4.05/III/2013
2. 2. Tujuan Pembelajaran Umum Tujuan Pembelajaran Khusus Kegiatan Belajar 1
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif V Untuk mencapai tujuan diatas,
Anda akan mempelajari materi : 1. Informed concent 2. Issue-isue yang berhubungan
dengan kematian 3. Tantangan dan tuntutan profesi keperawatan dalam pelayanan
keseha- tan di era globalisasi 4. Peluang profesi keperawatan di masa kini dan yang akan
datang POKOKMateri TUJUANPembelajaran Khusus Setelah anda menyelesaikan
materi ini, Anda dapat : 1. Menjelaskan tentang informed concent 2. Menjelaskan issue-
isue yang berhubungan dengan kematian 3. Menjelaskan tantangan dan tuntutan profesi
keperawatan dalam pe- layanan kesehatan di era globalisasi 4. Menjelaskan peluang
profesi keperawatan di masa kini dan yang akan datang Issue Legal dan Tantangan dalam
Praktik Keperawatan Profesional
3. 3. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 2
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif 1. Informed concent a. Pengertian
informed concent Tentunya Anda pernah mendengar dan melaksanakan informed con-
sent pada saat anda bertugas sebagai seorang perawat. Ya benar sekali, informed consent
ini dilakukan bila pasien akan dilakukan tindakan yang memerlukan persetujuan baik dari
pasien sendiri maupun keluarganya. Informed consent adalah suatu doktrin yang sumber
dasar dominannya adalah segi hak asasi manusia (HAM). Menurut Kozier and Erb (1991)
Informed consent adalah suatu persetujuan oleh pasien untuk meneri- ma suatu tindakan
atau prosedur setelah mendapatkan informasi yang lengkap, termasuk risiko tindakan dan
kenyataan yang berhubungan dengan tindakan, yang sudah disediakan oleh dokter.
Informed con- sent ini sudah diatur dalam Undang-undang No 29 tahun 2004 tentang
praktik kedokteran. Melaksanakan informed consent ini adalah tanggungjawab seorang
dokter, meskipun didelegasikan kepada perawat oleh sebagian instan- si. Tanggungjawab
perawat adalah memberikan saksi pada informed consent. Hal ini terkait dengan : Saksi
pertukaran anatara pasien dan dokter, Saksi tanda tangan pasien, dan meyakinkan bahwa
pasien be- nar-benar sudah mengerti, misalnya : benar-benar sudah diberi infor- masi.
Jika perawat hanya menjadi saksi pada salah satu diatas, misalnya han- ya melihat tanda
tangan pasien pada lembaran informed consent, maka perawat menuliskan “menjadi saksi
saat tanda tangan pasien saja”. Jika perawat menemukan bahwa pasien tidak/belum
mengerti penjelasan dokter, kemudian sangatlah penting untuk diberitahukan kepada dok-
ter. Pasien dan keluarga mempercayakan segala masalah kesehatan dan tindakannya
kepada tenaga kesehatan khususnya pada dokter dan per- awat. Kepercayaan yang
diberikan ini bisa digunakan dengan baik, na- Uraian Materi
4. 4. 3 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif mun juga bisa disalahgunakan atau
dipergunakan dengan sembaran- gan, sehingga bisa mengakibatkan cacat/kerugian pada
pihak pasien. Kewajiban inilah yang membuat sang dokter bertanggungjawab dan wajib
menjelaskan kepada pasiennya fakta-fakta yang cukup, sehingga pasien dan keluarga bisa
memperoleh suatu gambaran yang jelas un- tuk mempertimbangkan dan memutuskan,
menyetujui atau tidak usul tindakan medik itu. Dokter dan perawat harus berkata jujur
dan menyampaikan apabila ada alternatif lain, maka dokter harus menjelaskan juga agar
diketahui oleh pasien dan segala risiko yang melekat pada tindakan itu. Dokter dan
perawat memberikan beberapa alternatif tindakan dan risikonya, keputusan tetap ada
pada pasien, karena dialah yang menannggung risiko akhir jika ada terjadi sesuatu. Sudah
sepatutnya seorang yang professional (dokter, perawat) berlaku jujur pada pasiennya
(awam) yang tidak tahu tentang keadaannya. Bagaimana pelaksanaan informed consent
di lapangan yang selama ini Anda lihat? Sudahkah benar? Kita sebagai perawat dalam
peran kita sebagai advokat/ pembela bagi pasien harus meyakinkan bahwa pa- sien tahu
benar tindakan apa yang akan dilakukan oleh dokter padanya dan apakah pasien tahu
akibat bila tidak dilakukan dan bila dilakukan?. Bila pasien belum tahu, maka perawat
perlu mendiskusikan dengan dokter tentang tindak lanjut terhadap pasien. Perlu dipahami
bahwa timbulnya suatu informed consent adalah merupakan suatu proses atau
“Communication process” dan bukan hanya suatu formulir. Dikatakan suatu proses
karena pasien mendapatkan informasi yang jelas tentang tindakan yang akan dialaminya,
kemudian pasien akan membuat suatu keputusan yang tepat bagi dirinya. Biasanya pasien
menandatangani format informed consent yang sudah disediakan. (Informed consent is a
process, not an event). Formulir yang di tandatangani oleh pasien hanya merupakan suatu
pengukuhan atau pendokumentasian belaka apa yang sudah disepa- kati lebih dahulu
bersama sewaktu pasien diperiksa dan terjadi dialog antara dokter dan pasien.
5. 5. 4 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif b. Bentuk informed concent
Bentuk Informed consent bisa dengan : 1) Dinyatakan (express) secara lisan (oral) dan
secara tertulis (written). 2) Tersirat atau dianggap diberikan (implied or tacit consent),
yaitu dalam keadaan biasa (normal or constructive consent) dan dalam keadaan gawat
darurat (emergency). c. Fungsi informed consent Perlu kita ketahui bahwa fungsi
informed consent adalah : 1) Promosi dari hak otonomi perorangan. 2) Proteksi dari
pasien dan subyek. 3) Mencegah terjadinya penipuan atau paksaan. 4) Menimbulkan
rangsangan kepada profesi medis untuk mengada- kan introspeksi terhadap diri sendiri. 5)
Promosi dan keputusan-keputusan yang rasional. 6) Keterlibatan masyarakat (dalam
memajukan prinsip otonomi se- bagai suatu nilai social dan mengadakan pengawasan
dalam penyelidikan bio-medik. d. Tahapan informed concent Karena informed consent
adalah suatu proses, maka ada 3 tahapan yang dilalui pasien dalam proses ini, yaitu : 1)
Fase pertama Pada fase pertama ini, pasien datang untuk periksa ke rumah sakit atau ke
dokter untuk berobat atau periksa. Dengan datangnya pasien secara sukarela, berarti
pasien ini sudah memberikan per-
6. 6. 5 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif setujuannya (consent) untuk
dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan sehubungan dengan keadaannya. Di dalam
melakukan tindakan pemeriksaan yang umum dilakukan, secara yuridis dianggap sudah
ada Implied Consent, sehingga tidak bisa dituduh telah melakukan pelanggaran privacy
seseorang atau dituduh melakukan “assault and battery”. Assault berarti serangan, battery
berarti penyentuhan /pencederaan tubuh seseorang lain tanpa izinnya. Definisi battery
yang baru adalah : (1) Suatu tindakan yang secara langsung atau ti- dak langsung
merupakan penyebab legal dari suatu penyentuhan/ pencederaan/kontak dengan
seseorang yang membuat si pelaku bertanggung jawab terhadap orang yang menjadi
korban. (2) Apa- bila penyentuhan/pencederaan itu tidak dengan persetujuan pihak
lainnya atau jika izin itu diperoleh atas dasar penipuan atau pak- saan. 2) Fase Kedua
Pada fase kedua ini, pasien duduk berhadapan dengan dokter/per- awat untuk
mengadakan anamnesa pada pasien dan pasien den- gan sukarela menceritakan
“rahasianya” kepada dokter/perawat karena percaya pada dokter/perawat, tapi bisa belum
mengenal dokternya (dokter pengganti). Pada saat ini bisa dianggap sudah ada hubungan
antara pasien dan dokter/perawat. Ada pendapat yang mengatakan bahwa hubungan
antara dokter/ perawat dan pasien sudah terjadi saat fase pertama, tetapi bisa saja pasien
belum mengenal dokter/perawatnya karena yang di- tuju oleh pasien ternyata diganti oleh
orang lain. Secara etis sebe- narnya dimuka pintu informasi ini sudah disampaikan agar
pasien dapat mengambil keputusan apakah ia periksa atau tidak. 3) Fase Ketiga Dokter
memberikan informasi yang jujur dan akurat pada pasien sesuai dengan kondisinya
(dampak dilakukan dan bila tidak dilaku- kan) dan alternatif lain. Maka ada Informed
consent secara lisan dan
7. 7. 6 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif dikukuhkan dengan formulir
secara tulisan. e. Makna Informed Consent Jika melihat kata-kata Informed Consent,
maka ada 3 kata yang perlu kita cermati, yaitu informasi, persetujuan, dan penolakan. 1)
Informasi : Informasi ini merupakan bagian yang terpenting di dalam informed consent
yang harus disampaikan kepada keluarga sebelum melakukan tindakan medis.
Masalahnya adalah, informasi mengenai apa (what) yang perlu disampaikan, kapan
disampaikan (when), siapa yang harus menyampaikan (who) dan informasi yang mana
(which) yang perlu disampaikan. Dalam Undang-undang No 29 tahun 2004 tentang
Informed consent dinyatakan bahwa dokter harus menyampaikan informasi atau pen-
jelasan kepada pasien/keluarga diminta atau tidak diminta, jadi infor- masi harus
disampaikan. Mengenai apa (what) yang harus disampaikan, tentulah segala se- suatu
yang berkaitan dengan penyakit pasien. Tindakan apa yang akan dilakukan, tentunya
prosedur tindakan yang akan dijalani pasien baik diagnostik maupun terapi dan lain-lain,
sehingga pasien atau keluarga dapat memahaminya. Informasi ini mencakup bentuk, tu-
juan, risiko, manfaat dari terapi yang akan dilaksanakan dan alternatif terapi.
Penyampaian informasi ini harus secara lisan, ditempat yang tenang dan pada kondisi
pasien sedang tidak dalam kesakitan atau tekanan keadaan lain. Mengenai kapan (when)
disampaikan, tergantung pada waktu yang tersedia setelah dokter memutuskan akan
melakukan tindakan inva- sif dimaksud. Pasien atau keluarga harus diberi cukup waktu
untuk mempertimbangkan dan membuat keputusan yang tepat bagi dirin- ya.
8. 8. 7 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif Yang menyampaikan (who)
informasi, tergantung dari jenis tindakan yang akan dilakukan. Dalam permenkes
dijelaskan dalam tindakan bedah dan tindakan invasif lainnya harus diberikan oleh dokter
yang akan melakukan tindakan. Tindakan keperawatan juga banyak yang memerlukan
persetujuan pasien walaupun secara lisan, misal: pema- sangan sonde, catheter. Tindakan
ini memerlukan persetujuan pasien atau keluarga walau tidak tertulis, karena merupakan
tindakan invasif dan menyakitkan bagi pasien. Penyampaian informasi ini memerlukan
kebijaksanaan dari dokter yang akan melakukan tindakan tersebut atau petugas yang
ditunjuk untuk itu dan disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan kondisi pa- sien.
Mengenai informasi yang mana (which) yang harus disampaikan dalam Undang-undang
informasi yang diberikan haruslah seleng- kap-lengkapnya, kecuali dokter menilai
informasi tersebut dapat mer- ugikan kepentingan kesehatan pasien atau pasien menolak
diberikan informasi. 2) Persetujuan Tentunya Anda setuju bahwa, persetujuan haruslah
didapatkan ses- udah pasien mendapatkan informasi yang adekuat. Northrop (1984)
dikutip oleh Kozier and Erb (1991) dan dalam Permenkes menggam- barkan 5 elemen
mayor informed consent, yaitu : a) Persetujuan harus diberikan secara sukarela. b)
Persetujuan harus diberikan oleh individu atau seseorang yang mempunyai kapasitas dan
mengerti. c) Pasien harus diberi informasi yang cukup untuk kemudian men- jadi orang
yang mampu mengambil keputusan. d) Mengenai sesuatu hal yang khas e) Tindakan itu
juga dilakukan pada situasi yang sama.
9. 9. 8 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif Memberikan persetujuan tindakan
secara suka rela berarti pasien da- lam keadaan tidak tertekan dan tidak ada paksaan.
Kadang-kadang takut tidak disetujui oleh tenaga kesehatan, dapat menjadi motivasi
dalam memberikan persetujuan, tentunya dengan terpaksa. Bahasa yang asing dan istilah
medis menjadi penghambat untuk dipahami pasien. Jika pasien tidak bisa membaca ,
maka informed consent harus dibacakan sebelum di tanda tangani oleh pasien. Bila
pasien tidak mengerti dengan bahasa yang digunakan oleh dokter/ perawat, maka harus
disediakan penterjemah untuk pasien. Informasi ini diberikan pada orang yang sudah
mampu membuat keputusan sendiri, yaitu usia diatas 21 tahun atau usia 21 tahun yang
sudah menikah dan dalam keadaan sehat mental. Jika tindakan dilakukan pada anak-anak
dibawah usia 18 tahun dan belum menikah, atau pasien tidak sadar, maka penjelasan
diberikan pada orang yang kompeten (orang yang paling dekat : orang tua, teman, staff).
Untuk pasien dalam keadaan tidak sadar, atau pingsan serta tidak didampin- gi oleh
keluarga terdekat dan secara medik berada dalam keadaan gawat darurat yang
memerlukan tindakan medik segera, maka tidak diperlukan persetujuan dari siapa pun. 3)
Penolakan Seperti dikemukakan pada bagian awal dan pada alur diatas, bahwa tidak
selamanya pasien atau keluarga setuju dengan tindakan medik yang akan dilakukan
dokter. Dalam situasi demikian, kalangan dokter maupun kalangan kesehatan lainnya
harus memahami bahwa pasien atau keluarga mempunyai hak untuk menolak usul
tindakan yang akan dilakukan. Keadaan seperti ini disebut sebagai Informed refusal.
Tidak ada hak dokter maupun perawat yang dapat memaksa pasien mengikuti
anjurannya, walaupun dokter menganggap penolakan bisa berakibat gawat atau kematian
pada pasien. Bila dokter gagal dalam meyakinkan pasien pada alternatif tindakan yang
diperlukan, maka untuk keamanan dikemudian hari, sebaiknya dokter atau rumah sakit
meminta pasien atau keluarga menandatan-
10. 10. 9 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif gani surat penolakan terhadap
anjuran tindakan medik yang diperlu- kan. Dalam kaitan transaksi terapeutik dokter
dengan pasien, pernyata- an penolakan pasien atau keluarga ini dianggap sebagai
pemutusan transaksi terapeutik. Dengan demikian apa yang terjadi dibelakang hari tidak
menjadi tanggung jawab dokter atau rumah sakit lagi. 2. Issue-isue yang berhubungan
dengan kematian Issue legal sekitar kematian termasuk sertifikat kematian, label
kematian, autopsi, donator organ, dan penyelidikan. Sebenarnya masih banyak lagi issue-
issue yang berhubungan dengan kematian, misalnya Aborsi, dan Eu- thanasia. Tetapi
dalam materi ini kita hanya akan membahasnya dipandang dari segi hukum. Silahkan
Anda lihat dan baca kembali pada Modul Etika Keperawatan. Sekarang kita akan
membicarakan tentang issue yang berhubungan dengan kematian. Banyak hal penting
yang harus dilakukan oleh perawat dalam per- annya sebagai advocate dan pelaksana
keperawatan. Oleh hukum, sertifikat kematian harus dibuat jika seseorang meninggal. Ini
biasanya ditanda tangani oleh dokter yang menangani dan disimpan oleh tenaga
kesehatan local atau kantor pemerintah. Keluarga biasanya diberi sa- linan untuk dapat
digunakan pada kejadian legal, misalnya untuk klaim asu- ransi. Perawat mempunyai
tugas untuk menangani kematian dengan kedamaian dan label secara tepat. Kesalahan
penanganan dapat mengakibatkan tekanan emosional. Kesalahan dalam memberi label
dapat menciptakan masalah legal jika jenazah tidak dapat diidentifikasi secara tepat dan
persiapan pemaka- man yang tidak benar. Biasanya identitas jenazah diikatkan pada
pergelan- gan tangan kiri dan pergelangan kaki. Pada label tersebut dituliskan, nama
pasien, nomer register, dan nama dokter. Hal-hal yang berkaitan dengan issue kematian
ini adalah autopsi, donator organ, penyelidikan, euthanasia, DNR dan aborsi.
11. 11. 10 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif a. Autopsi Autopsi atau
pemeriksaan post-mortem adalah pemeriksaan tubuh setelah kematian. Ini dilakukan
hanya pada kasus-kasus tertentu yang membutuhkan kejelasan penyebab kematian.
Hukum menggambarkan kapan autopsi harus dilakukan, misal: kematian yang tiba-tiba,
atau kapan itu terjadi dalam 48 jam masuk ke rumah sakit. Organ dan jaringan tubuh
diperiksa untuk memastikan penyeban kematian, untuk mempelajari suatu penyakit, dan
untuk membantu data statistik. Autopsi merupakan tanggungjawab dokter atau pada
beberapa instansi adalah tanggungjawab bagi orang yang memang menghendaki autopsi.
Persetujuan harus diberikan oleh orang tersebut sebelum ia meninggal. Hukum di
beberapa tempat/Negara mengatakan yang memberikan per- setujuan untuk dilakukan
autopsi adalah keluarga : pasangan hidup, orang tua, anak yang sudah dewasa, atau
saudara kandung. Setelah autopsi, ru- mah sakit tidak diperkenankan menyimpan organ
ataupun jaringan tanpa persetujuan orang yang mengijinkan. b. Donator Organ Bagi
orang yang akan mendonorkan organnya untuk kepentingan medis , ilmu pengetahuan,
penelitian atau transplantasi untuk menolong orang lain yang membutuhkannya, sudah
diatur di United States bahwa yang dii- jinkan adalah berusia minimal 18 tahun atau
dewasa. Seseorang yang berkeinginan mendonorkan organnya harus mengisi formulir
seperti kar- tu yang ditandatangani dan memerlukan dua saksi. Kartu ini harus selalu
dibawa oleh orang tersebut. Perawat hendaknya bersedia untuk menja- di saksi dalam
persetujuan ini. Di Indonesia, ini biasanya dilakukan oleh saudara kandung untuk
mendonorkan organnya, karena golongan darah yang sudah sesuai. Dalam UU No 36
tahun 2009 Bab XX pasal 192 disebutkan Setiap orang yang dengan sengaja
memperjualbelikan organ atau jaringan tubuh den- gan dalih apa pun sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 64 ayat (3) dipi- dana dengan pidana penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
12. 12. 11 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif Jika penentuan saat mati
berhubungan dengan kepentingan transplantasi organ, maka keputusan saat mati harus
dilakukan oleh 2 orang dokter atau langsung dengan pelaksanaan transplantasi tersebut. c.
Penyelidikan Penyelidikan adalah suatu temuan yang legal untuk mengetahui sebab dan
cara kematian. Ketika kematian adalah akibat dari kecelakaan, contohnya: suatu
penyelidikan kematian akibat kecelakaan, maka yang diselidiki ada- lah sekitar kejadian
kecelakaan. Penyelidikan ini tidak harus dilakukan oleh dokter saja, tetapi tergantung
kejadiannya. Pemeriksaan medis adalah seo- rang dokter yang sudah mempunyai
pendidikan khusus dalam patologi atau forensik kedokteran. d. Euthanasia Mengenai
masalah euthanasia sudah ada sejak kalangan kesehatan meng- hadapi penyakit yang tak
tersembuhkan, sementara pasien sudah dalam keadaan merana dan sekarat. Dalam situasi
demikian, tidak jarang pasien memohon agar dibebaskan dari penderitaan ini dan tidak
ingin diperpan- jang hidupnya lagi atau di lain keadaan pada pasien yang sudah tidak sa-
dar, keluarga orang sakit yang tidak tega melihat pasien yang kesakitan dan menderita,
kemudian ia meminta kepada tenaga kesehatan untuk menga- khiri kehidupan pasien.
Berilah contoh lain yang mungkin anda temukan di rumah sakit tentang kejadian yang
mengarah pada euthanasia ! Dari sinilah istilah euthanasia muncul, yaitu melepas
kehidupan seseorang agar terbebas dari penderitaan, atau mati secara baik (enak dan
tenang). Ada suatu kejadian di Indonesia, Seorang Ny..A yang tidak sadar dalam waktu
yang lama setelah melahirkan anak. Belum diketahui sebabnya se- cara jelas. Lalu
suaminya memohon kepada dokter untuk mengakhiri saja hidup istrinya tersebut, karena
tidak tahan melihat penderitaan istrinya yang tergantung dengan alat bantu pernafasan.
Disamping biaya per- awatan yang semakin membengkak, juga ia tidak tahan melihat
istrinya. Nah bagaimana menurut Anda? Uraikan pendapat anda dalam ben- tuk skema
untuk memperjelas maksudnya dan bagaimana tindakan
13. 13. 12 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif yang Anda lakukan sbagai seorang
perawat professional. Masalah ini semakin sering dibicarakan dan menarik banyak
perhatian karena semakin banyak kasus yang dihadapi kalangan kedokteran. Banyak
pasien yang masih membutuhkan alat bantu nafas untuk memperpanjang hidupnya. Bila
alat Bantu nafas tersebut dilepas, maka ia segera mening- gal. Kejadian ini banyak terjadi
di unit gawat darurat dan Unit Perawatan Intensif (ICU). Kadang-kadang merupakan
dilema bila dokter menemukan pasien yang mengalami mati otak atau mati batang otak.
Apa yang akan dilakukan oleh dokter untuk mengatasinya? Karena belum ada kasus yang
dapat keluar dari keadaan ini, sebab kerusakan jaringan otak sudah irreversible. Sesuai
dengan makin meningkatnya kesadaran akan hak untuk menentu- kan nasib sendiri (self
determination) di banyak negara mulai timbul ger- akan dan penghargaan atas hak
seseorang untuk mengakhiri hidup. Di beberapa negara, hak ini diakui oleh pemerintah
karena diatur dalam un- dang-undang. 1) Pengertian Euthanasia Masih anda masih ingat
tentang pengertian euthanasia, Euthanasia berasal dari kata Yunani, Euthanathos. Eu =
baik, tanpa penderitaan; sedang tanathos = mati. Dengan demikian euthanasia dapat
diartikan: mati dengan baik tanpa penderitaan. Ada yang menterjemahkan: mati cepat
tanpa derita. Belanda, salah satu Negara di Eropa yang maju dalam pengetahuan hukum
kesehatan mendefinisikan euthanasia sesuai dengan rumusan yang dibuat oleh Euthanasia
Study Group dari KNMG (Ikatan Dokter Belanda). “Euthanasia adalah dengan sengaja
tidak melakukan sesuatu untuk memperpanjang hidup seorang pasien atau sengaja
melakukan ses- uatu untuk memperpendek hidup atau mengakhiri hidup seorang pa- sien,
dan ini dilakukan untuk kepentingan pasien sendiri”. Konsep mati dari berhentinya darah
mengalir seperti dianut selama ini dan yang juga diatur dalam PP. 18 Tahun 1981
menyatakan bahwa mati
14. 14. 13 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif adalah berhentinya fungsi jantung
dan paru-paru, tidak bisa dipergu- nakan lagi karena teknologi resusitasi telah
memungkinkan jantung dan paru-paru yang semua terhenti, kini dapat dipacu untuk dapat
berdenyut kembali dan paru-paru dapat dipompa untuk berkembang kempis kembali. 2)
Jenis Euthanasia Euthanasia ditinjau dari beberapa sudut. Dilihat dari cara dilak- sanakan,
euthanasia dapat dibedakan atas : Euthanasia pasif dan Euthanasia aktif. a) Euthanasia
pasif Euthanasia pasif adalah perbuatan menghentikan atau mencab- ut segala tindakan
atau pengobatan yang perlu untuk memper- tahankan hidup manusia. b) Euthanasia aktif
Euthanasia aktif adalah perbuatan yang dilakukan secara medik melalui intervensi aktif
oleh seorang dokter dengan tujuan un- tuk mengakhiri hidup manusia. Euthanasia aktif
ini dapat pula dibedakan atas : i. Euthanasia aktif langsung (direct) Euthanasia aktif
langsung adalah dilakukannya tindakan me- dik secara terarah yang diperhitungkan akan
mengakhiri hid- up pasien, atau memperpendek hidup pasien. ii. Euthanasia aktif tidak
langsung (indirect) Euthanasia aktif tidak langsung adalah di mana dokter atau tenaga
kesehatan melakukan tindakan medik untuk merin- gankan penderitaan pasien, namun
mengetahui adanya risiko tersebut dapat memperpendek atau mengakhiri hidup pasien.
Ada yang melihat pelaksanaan euthanasia dari sudut lain dan mem-
15. 15. 14 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif baginya atas 4 kategori, yaitu : i.
Tidak ada bantuan dalam proses kematian tanpa maksud memperpendek hidup pasien ii.
Ada bantuan dalam proses kematian tanpa maksud memper- pendek hidup pasien iii.
Tidak ada bantuan dalam proses kematian dengan tujuan memperpendek hidup pasien iv.
Ada bantuan dalam proses kematian dengan tujuan memper- pendek hidup pasien 3)
Euthanasia dan Hukum Kitab Undang-undang Hukum Pidana mengatur seseorang dapat
dipidana atau dihukum jika ia menghilangkan nyawa orang lain dengan sengaja ataupun
karena kurang hati-hati. Ketentuan pe- langgaran pidana yang berkaitan langsung dengan
euthanasia aktif terdapat pada pasal 344 KUHP. Pasal 344 KUHP : Barang siapa
menghilangkan jiwa orang lain atas permintaan orang itu sendiri, yang disebutnya dengan
nyata dan dengan sungguh-sungguh, dihukum penjara selama-lamanya dua belas tahun.
Ketentuan ini harus diingat kalangan kedokteran dan keperawatan sebab walaupun
terdapat beberapa alas an kuat untuk membantu pasien/keluarga pasien mengakhiri hidup
atau memperpendek hid- up pasien, ancaman hukuman ini harus dihadapi. Untuk jelasnya
euthanasia aktif maupun pasif tanpa permintaan, beberapa pasal di bawah ini perlu
diketahui oleh dokter. Pasal 338 KUHP : Barang siapa dengan sengaja menghilangkan
jiwa orang lain, dihukum karena maker mati, dengan penjara selama-la- manya lima belas
tahun.
16. 16. 15 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif Pasal 340 KUHP : Barang siapa
dengan sengaja dan direncanakan lebih dahulu menghilangkan jiwa orang lain, dihukum,
karena pem- bunuhan direncanakan (mood) dengan hukuman mati atau penjara selama-
lamanya seumur hidup atau penjara sementara selama la- manya dua puluh tahun. Pasal
359 KUHP : Barang siapa karena salahnya menyebabkan mat- inya orang, dihukum
penjara selama-lamanya lima tahun atau ku- rungan selama-lamanya satu tahun. e. Do not
resuscitation (DNR) Konsep mati adalah terlepasnya nyawa dari tubuh sering menimbul-
kan keraguan karena misalnya pada tindakan resusitasi yang berhasil, keadaan demikian
menimbulkan kesan seakan-akan nyawa dapat di- tarik kembali. Mengenai konsep mati
merupakan hilangnya kemampuan tubuh secara permanen untuk menjalankan fungsinya
secara terpadu, juga diper- tanyakan karena organ-organ berfungsi sendiri-sendiri tanpa
terkend- ali karena otak telah mati. Untuk kepentingan transplantasi konsep ini
menguntungkan, tetapi secara moral tidak dapat diterima karena ken- yataannya organ-
organ masih berfungsi meskipun tidak terpadu lagi. Bila dibandingkan dengan manusia
sebagai makhluk sosial yaitu indivi- du yang mempunyai : kepribadian, menyadari
kehidupannya, kekhusu- sannya, kemampuannya mengingat, menentukan sikap dan
mengam- bil keputusan, mengajukan alasan yang masuk akal, mampu berbuat,
menikmati, mengalami kecemasan dan sebagainya, maka penggerak dari otak baik secara
fisik maupun social semakin banyak dipergunakan. Pusat pengendali ini terletak dalam
batang otak. Oleh karena itu jika batang otak telah mati (brain stem death) dapat diyakini
bahwa manu- sia itu secara fisik dan sosial telah mati. Dalam keadaan demikian kalangan
medis sering menempuh pilihan tidak meneruskan resusitasi (DNR, do not resuscitation).
Yang pent- ing dalam penentuan saat mati disini adalah proses kematian tersebut
17. 17. 16 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif sudah tidak dapat dibalikkan lagi
(irreversible), meski menggunakan teknik penghidupan kembali. Walaupun sampai
sekarang tidak ada alat yang sungguh-sungguh memuaskan dapat digunakan untuk pe-
nentuan saat mati ini, alat elektroensefalograf dapat diandalkan untuk maksud tersebut. f.
Aborsi Aborsi (pengguran kandungan) merupakan awal fetus pada periode gestasi
sehingga fetus tidak mempunyai kekuatan untuk bertahan hidup. Aborsi merupakan
pemusnahan yang melanggar hukum atau menyebabkan lahir premature fetus manusia
sebelum masa lahir se- cara alami. Aborsi telah menjadi masalah internasional dan
berbagai pendapat telah diajukan baik yang menyetujui maupun menentang. Pelarangan
praktik aborsi di Indonesia tercantum dalam pasal 347 – 349. Pasal 347 disebutkan
seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau memati- kan kandungannya atau
menyuruh orang lain untuk itu, diancam den- gan pidana paling lama empat tahun. Pasal
348 menyatakan barang siapa melakukan sesuatu dengan sengaja yang menyebabkan
kegugu- rann atau matinya kandungan dapat dikenai penjara paling lama dua belas tahun.
Kemudian pada pasal 349 dinyatakan jenis pidana bagi dokter, bidan, atau juru obat yang
melakukan praktik aborsi. Dalam UU kesehatan No 36 tahun 2009 bab XX Pasal 194
ayat (1) disebutkan Se- tiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai
dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda pal- ing banyak Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah). 3. Tantangan dan tuntutan profesi keperawatan dalam pelayanan
keseha- tan di era globalisasi a. Tantangan profesi keperawatan dalam pelayanan
kesehatan di era glo- balisasi
18. 18. 17 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif 1) Terjadi pergeseran pola
masyarakat Indonesia 2) Pergeseran pola masyarakat agrikultural (mayoritas penduduk
se- bagai petani) ke masyarakat industri dan masyarakat tradisional berkembang menjadi
masyarakat maju. 3) Pergeseran pola kesehatan yaitu adanya penyakit dengan kemi-
skinan seperti infeksi, penyakit yang disebabkan oleh kurang gizi dan pemukiman yang
tidak sehat, adanya penyakit atau kelainan kesehatan akibat pola hidup modern. 4)
Adanya angka kematian bayi dan angka kematian ibu sebagai ind- ikator derajat
kesehatan. 5) Pergerakan umur harapan hidup juga mengakibatkan masalah kes- ehatan
yang terkait dengan masyarakat lanjut usia seperti penyakit generatif. Umur harapan
hidup masyarakat Indonesia. 6) Masalah kesehatan yang berhubungan dengan urbanisasi,
pence- maran kesehatan lingkungan dan kecelakaan kerja cenderung meningkat sejalan
dengan pembangunan industri. 7) Adanya pegeseran nilai-nilai keluarga mempegaruhi
berkembang- nya kecenderungan keluarga terhadap anggotanya menjadi berku- rang. 8)
Kesempatan mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi dan peng- hasilan yang lebih
besar membuat masyarakat lebih kritis dan mampu membayar pelayanan kesehatan yang
bermutu dan dapat dipertanggungjawabkan. a. Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi Perkembangan IPTEK menuntut kemampuan spesifikasi dan pe- nelitian bukan
saja dapat memanfaatkan IPTEK, tetapi juga untuk menapis dan memastikan IPTEK
sesuai dengan kebutuhan dan so- cial budaya masyarakat Indonesia yang akan diadopsi.
IPTEK juga berdampak pada biaya kesehatan yang makin tinggi dan pilihan tindakan
penanggulangan masalah kesehatan yang makin banyak
19. 19. 18 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif dan kompleks selain itu dapat
menurunkan jumlah hari rawat. b. Globalisasi dalam pelayanan kesehatan Globalisasi
yang akan berpengaruh terhadp perkembangan pe- layanan kesehatan termasuk
pelayanan keperawatan ada 2 yaitu: 1) Tersedianya alternatif pelayanan 2) Persaingan
penyelenggaraan pelayanan untuk menarik mi- nat pemakai jasa pemakai kualitas untuk
memberikan jasa pe- layanan kesehatan yang terbaik. c. Tuntutan profesi keperawatan
dalam pelayanan kesehatan di era globalisasi 1) Memiliki dan memperkaya tubuh
pengetahuan melalui peneli- tian 2) Memiliki kemampuan memberikan pelayanan yang
unik kepada orang lain 3) Pendidikan yang memenuhi standar 4) Terdapat pengendalian
terhadap praktik 5) Bertanggug jawab & bertanggung gugat terhadap tindakan yang
dilakukan 6) Mempunyai fungsi mandiri dan kolaborasi. 4. Peluang profesi keperawatan
di masa kini dan yang akan datang Perkembangan keperawatan bukan saja karena adanya
pergeseran masalah kesehatan di masyarakat, akan tetapi juga adanya tekanan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan serta perkembangan profe-
si keperawatan dalam menghadapi era globalisasi. Peluang tempat lahan
20. 20. 19 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif kerja perawat yang ada saat ini : a.
Di dalam negeri 1) Peluang kerja perawat di dalam negeri dapat menjadi perawat di RS
Negeri/Swasta ( mencapai jabatan struktural; Kepala Ruangan, Bidang Keperawatan,
Diklat dsb), saat ini di banyak RS rasio per- awat dan jumlah TT melebihi 1 : 8, bahkan
ada yang mencapai 1 : 12. Padahal jika sesuai dengan peraturan yang ada RS tipe A dan
B rasio perawat dan jumlah TT adalah 1 : 3, RS tipe C adalah 1 : 5, dan RS tipe D adalah
1 : 6. Hal ini berarti masih terbuka peluang bagi pendayagunaan lulusan perawat di dalam
negeri. 2) Menjadi Dosen AKPER/STIKES/FIK di Perguruan Tinggi Negeri atau di
Swasta, 3) Bekerja di Asuransi Kesehatan, bagian klaim, 4) Medical Representative
(Detailer) di Farmasi, 5) Bekerja di Penerbit Buku Kesehatan, 6) Peneliti b. Di luar negeri
Sejak tanggal 1 Januari 2009, perawat luar negeri bebas datang dan bekerja di Indonesia.
Hal ini terjadi karena kesepakatan Mutual Recog- nition Arrangement (MRA) yang sudah
ditandatangani oleh 10 negara ASEAN. Isi dari MRA adalah pengaturan pengakuan
timbal balik neg- ara-negara ASEAN untuk keperawatan. Prospek Kerja Perawat Di Luar
Negeri : Inggris butuh 10.000, Jepang butuh 20.000, negara-negara Ti- mur Tengah juga
butuh ribuan, bahkan Amerika bisa mencapai angka ratusan ribu. Total dunia
membutuhkan 2 juta per tahun untuk perawat. Kekurangan perawat di dalam negeri
merupakan alasan utama nega- ra-negara tersebut untuk menerima tenaga dari luar
negeri. Di AS, mis- alnya, pada 2005 mengalami kekurangan 150.000 perawat, pada
2010 jumlah tersebut menjadi 275.000, pada 2015 sejumlah 507.000, dan pada 2020
menjadi 808.000 perawat. Dari beberapa laporan diketahui
21. 21. 20 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif bahwa kendala utama yang
dihadapi oleh para perawat Indonesia ada- lah kemampuan berbahasa Inggris dan
keterampilan yang masih kurang. Berkenaan dengan ketrampilan perawat Indonesia yang
ma- sih kurang, terlihat dari segi skoring National Council Licensure Exam- ination
(NCLEX) yang masih rendah. Ujian NCLEX sendiri merupakan prasyarat perawat
Indonesia untuk dapat bekerja di luar negeri. Se- bagai gambaran, skor yang diperoleh
perawat Indonesia adalah angka 40. Padahal skoring yang dibutuhkan untuk bekerja di
Eropa antara 50 sampai 70 dan di AS antara 70 sampai 80 (Pusdiknakes, 2007). Selain
Jepang, BNP2TKI juga telah menerima permintaan perawat dari Jer- man, Arab Saudi,
Kuwait, dan Taiwan pada awal Tahun 2010. Untuk itu berdasarkan informasi terakhir,
saat ini sedang dijajagi kemungkinan kerjasama G to G dengan beberapa negara tersebut.
Berdasarkan in- formasi dari Kementerian Kesehatan Jerman, saat ini negara tersebut
membutuhkan sekitar 7.000 orang perawat. peluang kerja di dalam negeri, peluang
bekerja sebagai perawat profesional di luar negeri pun sangat terbuka luas. Sudah barang
tentu, perawat Indonesia yang akan bekerja di luar negeri harus terlebih dahulu lulus
dalam ujian N-CLEX, memiliki sertifikat TOEFL dan IELTS tertentu sesuai dengan
standar yang ditetapkan oleh masing-masing negara tujuan.
22. 22. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 21
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif 1. Persetujuan tindakan oleh pasien
dan keluarga merupakan keharusan sebelum dokter ataupun perawat melakukan tindakan
bersifat invasif. Karena persetujuan tindakan adalah merupakan hak pasien maupun
keluarga atas dirinya sendiri. Pasien dan keluarga berhak menolak maupun menerima
tindakan yang akan dilakukan setelah mendapat- kan informasi yang jelas dari dokter
atau perawat yang bersangkutan. 2. Informed consent adalah merupakan suatu proses,
sehingga informasi harus diberikan sebelumnya. Informasi yang diberikan mencakup
jenis tindakan, alas an, tujuan, dampak dilakukan dan dampak bila tidak dilakukan.
Dalam penandatanganan persetujuan tindakan tersebut ti- dak ada paksaan dari pihak
manapun, sehingga pasien dan keluarga secara sukarela menyetujui tindakan tersebut. 3.
Peran perawat dalam hal ini adalah sebagai saksi dalam melihat pen- andatanganan
informed consent, meyakinkan bahwa pasien sudah mengerti dan jelas tentang
informasinya. 4. Issue yang muncul pada kematian adalah Euthanasia, autopsi, DNR,
Penyelidikan dan euthanasia. Dan sudah ada hukum yang mengatur semua permasalahan
ini. 5. Kebutuhan terhadap perawat profesional akan terus meningkat dari waktu ke waktu
seiring dengan pengakuan pemerintah dan mas- yarakat terhadap profesi perawat.
Apalagi jika dalam waktu dekat RUU Keperawatan dapat disahkan menjadi UU, maka
perlindungan profesi perawat akan semakin jelas dan kondisi ini akan semakin
merangsang perawat untuk meningkatkan kompetensinya melalui keikutsertaann- ya
dalam pendidikan profesional. Dengan ditandatanganinya kesepa- katan Mutual
Recognition Arrangement (MRA) pada awal tahun 2009, maka perawat luar negeri akan
bebas datang dan bekerja di Indone- sia. Situasi ini merupakan ancaman sekaligus
peluang bagi perawat Indonesia untuk mampu membuktikan diri untuk tetap menjadi
tuan rumah yang baik bagi masyarakatnya sendiri melalui profesionalisme dan
kompetensi perawat yang makin meningkat dalam memberikan Rangkuman
23. 23. 22 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif pelayanan keperawatan kepada
pasien, keluarga dan masyarakat. Se- lain itu, peluang perawat Indonesia untuk bekerja di
luar negeri juga semakin terbuka luas, sebagaimana halnya selama ini bahwa propor- si
terbanyak TKI di beberapa negara sudah didominasi oleh perawat yang sudah pasti
berkontribusi pada peningkatan devisa negara. Be- berapa negara seperti Jepang, Jerman,
Taiwan, Arab Saudi, Kuwait dan Amerika Serikat saat ini masih kekurangan tenaga
perawat profe- sional. Untuk itu, perawat Indonesia harus terus berjuang keras untuk
mengatasi kelemahan yang dominan dimiliki perawat Indonesia yaitu masalah
kemampuan berbahasa Inggris.
24. 24. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 23
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif Pilihlah satu jawaban yang Anda
anggap paling tepat dibawah ini ! 1. Informed consent adalah a. Persetujuan antara
perawat dan tenaga kesehatan lain b. Perjanjian antara perawat dan pasien c. suatu
persetujuan oleh pasien untuk menerima suatu tindakan atau prosedur setelah
mendapatkan informasi yang lengkap d. persetujuan antara dokter yang merawat dengan
perawat e. persetujuan antara perawat dan pasien 2. Informed consent diatur dalam …. a.
UUD 1945 b. Undang-undang No 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran c. UU No.
36 tahun 2009 tentang Kesehatan d. KUHP e. UU No. 12 tahun 2012 tentang Pendidikan
Tinggi 3. Dalam UU No 36 tahun 2009 Bab XX pasal 192 disebutkan …. a. Setiap orang
yang dengan sengaja memperjualbelikan organ atau jar- ingan tubuh dengan dalih apa
pun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupi- ah). b. Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai den- Test
Formatif
25. 25. 24 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif gan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun dan denda pal- ing banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). c.
Barang siapa karena salahnya menyebabkan matinya orang, dihukum penjara selama-
lamanya lima tahun atau kurungan selama-lamanya satu tahun. d. Barang siapa dengan
sengaja dan direncanakan lebih dahulu menghi- langkan jiwa orang lain, dihukum, karena
pembunuhan direncanakan (mood) dengan hukuman mati atau penjara selama-lamanya
seumur hidup atau penjara sementara selama lamanya dua puluh tahun. e. Barang siapa
dengan sengaja menghilangkan jiwa orang lain, dihukum karena maker mati, dengan
penjara selama-lamanya lima belas tahun. 4. Aborsi merupakan a. Melahirkan secara
alami b. Melahirkan dibantu tenaga kesehatan c. Melahirkan diluar nikah d. lahir
premature fetus manusia sebelum masa lahir secara alami e. Melahirkan secara spontan 5.
Perbuatan menghentikan atau mencabut segala tindakan atau pengo- batan yang perlu
untuk mempertahankan hidup manusia adalah …. a. Euthanasia aktif b. Euthanasia c.
Euthanasia aktif langsung d. Euthanasia pasif langsung e. Euthanasia pasif
26. 26. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 25
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif Cocokkanlah jawaban Anda
dengan Kunci Jawaban Test Formatif 5 yang ter- dapat pada bagian akhir modul ini dan
hitunglah jumlah jawaban Anda yang benar. Kemudian gunakan rumus di bawah ini
untuk mengetahui tingkat pen- guasaan Anda dalam materi Kegiatan Belajar 5. Rumus :
Jumlah jawaban Anda yang benar Tingkat kepuasan =
--------------------------------------------- x 100 % 5 Arti tingkatan penguasaan yang Anda
capai : 90 % - 100 % = baik sekali 80 % - 89 % = baik 70 % - 79 % = sedang ≤ 69 % =
kurang Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ketas, Anda telah selesai
menyelesaikan modul ini. Bagus Sekali! Tetapi kalau nilai Anda di bawah 80 %, Anda
harus mengulangi Kegiatan Belajar 5, terutama bagian yang belum anda kuasai ! Umpan
Balik dan Tindak Lanjut
27. 27. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 26
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif Tugas Terstruktur Cobalah amati
pada saat dokter melakukan inform concent, apakah sudah sesuai dengan prosedur ?
Bagimanakah peran perawat dalam inform concent tersebut ?

Anda mungkin juga menyukai