Issue Legal dan Tantangan Praktik Keperawatan Profesional
1. 1. KEPERAWATAN PROFESIONAL MODUL 2 ASPEK HUKUM DALAM
PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESSIONAL Penyusun Ns. Ros Endah Happy Patriyani, M.Kep. PENDIDIKAN JARAK JAUH PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN Pusdiklatnakes, Badan PPSDM Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Hak cipta @ Pusdiklatnakes, Badan PPSDM Kesehatan, Kemkes RI, 2013 No Kode : Keperawatan/Wat 4.05/III/2013 2. 2. Tujuan Pembelajaran Umum Tujuan Pembelajaran Khusus Kegiatan Belajar 1 Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif V Untuk mencapai tujuan diatas, Anda akan mempelajari materi : 1. Informed concent 2. Issue-isue yang berhubungan dengan kematian 3. Tantangan dan tuntutan profesi keperawatan dalam pelayanan keseha- tan di era globalisasi 4. Peluang profesi keperawatan di masa kini dan yang akan datang POKOKMateri TUJUANPembelajaran Khusus Setelah anda menyelesaikan materi ini, Anda dapat : 1. Menjelaskan tentang informed concent 2. Menjelaskan issue- isue yang berhubungan dengan kematian 3. Menjelaskan tantangan dan tuntutan profesi keperawatan dalam pe- layanan kesehatan di era globalisasi 4. Menjelaskan peluang profesi keperawatan di masa kini dan yang akan datang Issue Legal dan Tantangan dalam Praktik Keperawatan Profesional 3. 3. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 2 Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif 1. Informed concent a. Pengertian informed concent Tentunya Anda pernah mendengar dan melaksanakan informed con- sent pada saat anda bertugas sebagai seorang perawat. Ya benar sekali, informed consent ini dilakukan bila pasien akan dilakukan tindakan yang memerlukan persetujuan baik dari pasien sendiri maupun keluarganya. Informed consent adalah suatu doktrin yang sumber dasar dominannya adalah segi hak asasi manusia (HAM). Menurut Kozier and Erb (1991) Informed consent adalah suatu persetujuan oleh pasien untuk meneri- ma suatu tindakan atau prosedur setelah mendapatkan informasi yang lengkap, termasuk risiko tindakan dan kenyataan yang berhubungan dengan tindakan, yang sudah disediakan oleh dokter. Informed con- sent ini sudah diatur dalam Undang-undang No 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran. Melaksanakan informed consent ini adalah tanggungjawab seorang dokter, meskipun didelegasikan kepada perawat oleh sebagian instan- si. Tanggungjawab perawat adalah memberikan saksi pada informed consent. Hal ini terkait dengan : Saksi pertukaran anatara pasien dan dokter, Saksi tanda tangan pasien, dan meyakinkan bahwa pasien be- nar-benar sudah mengerti, misalnya : benar-benar sudah diberi infor- masi. Jika perawat hanya menjadi saksi pada salah satu diatas, misalnya han- ya melihat tanda tangan pasien pada lembaran informed consent, maka perawat menuliskan “menjadi saksi saat tanda tangan pasien saja”. Jika perawat menemukan bahwa pasien tidak/belum mengerti penjelasan dokter, kemudian sangatlah penting untuk diberitahukan kepada dok- ter. Pasien dan keluarga mempercayakan segala masalah kesehatan dan tindakannya kepada tenaga kesehatan khususnya pada dokter dan per- awat. Kepercayaan yang diberikan ini bisa digunakan dengan baik, na- Uraian Materi 4. 4. 3 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif mun juga bisa disalahgunakan atau dipergunakan dengan sembaran- gan, sehingga bisa mengakibatkan cacat/kerugian pada pihak pasien. Kewajiban inilah yang membuat sang dokter bertanggungjawab dan wajib menjelaskan kepada pasiennya fakta-fakta yang cukup, sehingga pasien dan keluarga bisa memperoleh suatu gambaran yang jelas un- tuk mempertimbangkan dan memutuskan, menyetujui atau tidak usul tindakan medik itu. Dokter dan perawat harus berkata jujur dan menyampaikan apabila ada alternatif lain, maka dokter harus menjelaskan juga agar diketahui oleh pasien dan segala risiko yang melekat pada tindakan itu. Dokter dan perawat memberikan beberapa alternatif tindakan dan risikonya, keputusan tetap ada pada pasien, karena dialah yang menannggung risiko akhir jika ada terjadi sesuatu. Sudah sepatutnya seorang yang professional (dokter, perawat) berlaku jujur pada pasiennya (awam) yang tidak tahu tentang keadaannya. Bagaimana pelaksanaan informed consent di lapangan yang selama ini Anda lihat? Sudahkah benar? Kita sebagai perawat dalam peran kita sebagai advokat/ pembela bagi pasien harus meyakinkan bahwa pa- sien tahu benar tindakan apa yang akan dilakukan oleh dokter padanya dan apakah pasien tahu akibat bila tidak dilakukan dan bila dilakukan?. Bila pasien belum tahu, maka perawat perlu mendiskusikan dengan dokter tentang tindak lanjut terhadap pasien. Perlu dipahami bahwa timbulnya suatu informed consent adalah merupakan suatu proses atau “Communication process” dan bukan hanya suatu formulir. Dikatakan suatu proses karena pasien mendapatkan informasi yang jelas tentang tindakan yang akan dialaminya, kemudian pasien akan membuat suatu keputusan yang tepat bagi dirinya. Biasanya pasien menandatangani format informed consent yang sudah disediakan. (Informed consent is a process, not an event). Formulir yang di tandatangani oleh pasien hanya merupakan suatu pengukuhan atau pendokumentasian belaka apa yang sudah disepa- kati lebih dahulu bersama sewaktu pasien diperiksa dan terjadi dialog antara dokter dan pasien. 5. 5. 4 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif b. Bentuk informed concent Bentuk Informed consent bisa dengan : 1) Dinyatakan (express) secara lisan (oral) dan secara tertulis (written). 2) Tersirat atau dianggap diberikan (implied or tacit consent), yaitu dalam keadaan biasa (normal or constructive consent) dan dalam keadaan gawat darurat (emergency). c. Fungsi informed consent Perlu kita ketahui bahwa fungsi informed consent adalah : 1) Promosi dari hak otonomi perorangan. 2) Proteksi dari pasien dan subyek. 3) Mencegah terjadinya penipuan atau paksaan. 4) Menimbulkan rangsangan kepada profesi medis untuk mengada- kan introspeksi terhadap diri sendiri. 5) Promosi dan keputusan-keputusan yang rasional. 6) Keterlibatan masyarakat (dalam memajukan prinsip otonomi se- bagai suatu nilai social dan mengadakan pengawasan dalam penyelidikan bio-medik. d. Tahapan informed concent Karena informed consent adalah suatu proses, maka ada 3 tahapan yang dilalui pasien dalam proses ini, yaitu : 1) Fase pertama Pada fase pertama ini, pasien datang untuk periksa ke rumah sakit atau ke dokter untuk berobat atau periksa. Dengan datangnya pasien secara sukarela, berarti pasien ini sudah memberikan per- 6. 6. 5 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif setujuannya (consent) untuk dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan sehubungan dengan keadaannya. Di dalam melakukan tindakan pemeriksaan yang umum dilakukan, secara yuridis dianggap sudah ada Implied Consent, sehingga tidak bisa dituduh telah melakukan pelanggaran privacy seseorang atau dituduh melakukan “assault and battery”. Assault berarti serangan, battery berarti penyentuhan /pencederaan tubuh seseorang lain tanpa izinnya. Definisi battery yang baru adalah : (1) Suatu tindakan yang secara langsung atau ti- dak langsung merupakan penyebab legal dari suatu penyentuhan/ pencederaan/kontak dengan seseorang yang membuat si pelaku bertanggung jawab terhadap orang yang menjadi korban. (2) Apa- bila penyentuhan/pencederaan itu tidak dengan persetujuan pihak lainnya atau jika izin itu diperoleh atas dasar penipuan atau pak- saan. 2) Fase Kedua Pada fase kedua ini, pasien duduk berhadapan dengan dokter/per- awat untuk mengadakan anamnesa pada pasien dan pasien den- gan sukarela menceritakan “rahasianya” kepada dokter/perawat karena percaya pada dokter/perawat, tapi bisa belum mengenal dokternya (dokter pengganti). Pada saat ini bisa dianggap sudah ada hubungan antara pasien dan dokter/perawat. Ada pendapat yang mengatakan bahwa hubungan antara dokter/ perawat dan pasien sudah terjadi saat fase pertama, tetapi bisa saja pasien belum mengenal dokter/perawatnya karena yang di- tuju oleh pasien ternyata diganti oleh orang lain. Secara etis sebe- narnya dimuka pintu informasi ini sudah disampaikan agar pasien dapat mengambil keputusan apakah ia periksa atau tidak. 3) Fase Ketiga Dokter memberikan informasi yang jujur dan akurat pada pasien sesuai dengan kondisinya (dampak dilakukan dan bila tidak dilaku- kan) dan alternatif lain. Maka ada Informed consent secara lisan dan 7. 7. 6 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif dikukuhkan dengan formulir secara tulisan. e. Makna Informed Consent Jika melihat kata-kata Informed Consent, maka ada 3 kata yang perlu kita cermati, yaitu informasi, persetujuan, dan penolakan. 1) Informasi : Informasi ini merupakan bagian yang terpenting di dalam informed consent yang harus disampaikan kepada keluarga sebelum melakukan tindakan medis. Masalahnya adalah, informasi mengenai apa (what) yang perlu disampaikan, kapan disampaikan (when), siapa yang harus menyampaikan (who) dan informasi yang mana (which) yang perlu disampaikan. Dalam Undang-undang No 29 tahun 2004 tentang Informed consent dinyatakan bahwa dokter harus menyampaikan informasi atau pen- jelasan kepada pasien/keluarga diminta atau tidak diminta, jadi infor- masi harus disampaikan. Mengenai apa (what) yang harus disampaikan, tentulah segala se- suatu yang berkaitan dengan penyakit pasien. Tindakan apa yang akan dilakukan, tentunya prosedur tindakan yang akan dijalani pasien baik diagnostik maupun terapi dan lain-lain, sehingga pasien atau keluarga dapat memahaminya. Informasi ini mencakup bentuk, tu- juan, risiko, manfaat dari terapi yang akan dilaksanakan dan alternatif terapi. Penyampaian informasi ini harus secara lisan, ditempat yang tenang dan pada kondisi pasien sedang tidak dalam kesakitan atau tekanan keadaan lain. Mengenai kapan (when) disampaikan, tergantung pada waktu yang tersedia setelah dokter memutuskan akan melakukan tindakan inva- sif dimaksud. Pasien atau keluarga harus diberi cukup waktu untuk mempertimbangkan dan membuat keputusan yang tepat bagi dirin- ya. 8. 8. 7 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif Yang menyampaikan (who) informasi, tergantung dari jenis tindakan yang akan dilakukan. Dalam permenkes dijelaskan dalam tindakan bedah dan tindakan invasif lainnya harus diberikan oleh dokter yang akan melakukan tindakan. Tindakan keperawatan juga banyak yang memerlukan persetujuan pasien walaupun secara lisan, misal: pema- sangan sonde, catheter. Tindakan ini memerlukan persetujuan pasien atau keluarga walau tidak tertulis, karena merupakan tindakan invasif dan menyakitkan bagi pasien. Penyampaian informasi ini memerlukan kebijaksanaan dari dokter yang akan melakukan tindakan tersebut atau petugas yang ditunjuk untuk itu dan disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan kondisi pa- sien. Mengenai informasi yang mana (which) yang harus disampaikan dalam Undang-undang informasi yang diberikan haruslah seleng- kap-lengkapnya, kecuali dokter menilai informasi tersebut dapat mer- ugikan kepentingan kesehatan pasien atau pasien menolak diberikan informasi. 2) Persetujuan Tentunya Anda setuju bahwa, persetujuan haruslah didapatkan ses- udah pasien mendapatkan informasi yang adekuat. Northrop (1984) dikutip oleh Kozier and Erb (1991) dan dalam Permenkes menggam- barkan 5 elemen mayor informed consent, yaitu : a) Persetujuan harus diberikan secara sukarela. b) Persetujuan harus diberikan oleh individu atau seseorang yang mempunyai kapasitas dan mengerti. c) Pasien harus diberi informasi yang cukup untuk kemudian men- jadi orang yang mampu mengambil keputusan. d) Mengenai sesuatu hal yang khas e) Tindakan itu juga dilakukan pada situasi yang sama. 9. 9. 8 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif Memberikan persetujuan tindakan secara suka rela berarti pasien da- lam keadaan tidak tertekan dan tidak ada paksaan. Kadang-kadang takut tidak disetujui oleh tenaga kesehatan, dapat menjadi motivasi dalam memberikan persetujuan, tentunya dengan terpaksa. Bahasa yang asing dan istilah medis menjadi penghambat untuk dipahami pasien. Jika pasien tidak bisa membaca , maka informed consent harus dibacakan sebelum di tanda tangani oleh pasien. Bila pasien tidak mengerti dengan bahasa yang digunakan oleh dokter/ perawat, maka harus disediakan penterjemah untuk pasien. Informasi ini diberikan pada orang yang sudah mampu membuat keputusan sendiri, yaitu usia diatas 21 tahun atau usia 21 tahun yang sudah menikah dan dalam keadaan sehat mental. Jika tindakan dilakukan pada anak-anak dibawah usia 18 tahun dan belum menikah, atau pasien tidak sadar, maka penjelasan diberikan pada orang yang kompeten (orang yang paling dekat : orang tua, teman, staff). Untuk pasien dalam keadaan tidak sadar, atau pingsan serta tidak didampin- gi oleh keluarga terdekat dan secara medik berada dalam keadaan gawat darurat yang memerlukan tindakan medik segera, maka tidak diperlukan persetujuan dari siapa pun. 3) Penolakan Seperti dikemukakan pada bagian awal dan pada alur diatas, bahwa tidak selamanya pasien atau keluarga setuju dengan tindakan medik yang akan dilakukan dokter. Dalam situasi demikian, kalangan dokter maupun kalangan kesehatan lainnya harus memahami bahwa pasien atau keluarga mempunyai hak untuk menolak usul tindakan yang akan dilakukan. Keadaan seperti ini disebut sebagai Informed refusal. Tidak ada hak dokter maupun perawat yang dapat memaksa pasien mengikuti anjurannya, walaupun dokter menganggap penolakan bisa berakibat gawat atau kematian pada pasien. Bila dokter gagal dalam meyakinkan pasien pada alternatif tindakan yang diperlukan, maka untuk keamanan dikemudian hari, sebaiknya dokter atau rumah sakit meminta pasien atau keluarga menandatan- 10. 10. 9 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif gani surat penolakan terhadap anjuran tindakan medik yang diperlu- kan. Dalam kaitan transaksi terapeutik dokter dengan pasien, pernyata- an penolakan pasien atau keluarga ini dianggap sebagai pemutusan transaksi terapeutik. Dengan demikian apa yang terjadi dibelakang hari tidak menjadi tanggung jawab dokter atau rumah sakit lagi. 2. Issue-isue yang berhubungan dengan kematian Issue legal sekitar kematian termasuk sertifikat kematian, label kematian, autopsi, donator organ, dan penyelidikan. Sebenarnya masih banyak lagi issue- issue yang berhubungan dengan kematian, misalnya Aborsi, dan Eu- thanasia. Tetapi dalam materi ini kita hanya akan membahasnya dipandang dari segi hukum. Silahkan Anda lihat dan baca kembali pada Modul Etika Keperawatan. Sekarang kita akan membicarakan tentang issue yang berhubungan dengan kematian. Banyak hal penting yang harus dilakukan oleh perawat dalam per- annya sebagai advocate dan pelaksana keperawatan. Oleh hukum, sertifikat kematian harus dibuat jika seseorang meninggal. Ini biasanya ditanda tangani oleh dokter yang menangani dan disimpan oleh tenaga kesehatan local atau kantor pemerintah. Keluarga biasanya diberi sa- linan untuk dapat digunakan pada kejadian legal, misalnya untuk klaim asu- ransi. Perawat mempunyai tugas untuk menangani kematian dengan kedamaian dan label secara tepat. Kesalahan penanganan dapat mengakibatkan tekanan emosional. Kesalahan dalam memberi label dapat menciptakan masalah legal jika jenazah tidak dapat diidentifikasi secara tepat dan persiapan pemaka- man yang tidak benar. Biasanya identitas jenazah diikatkan pada pergelan- gan tangan kiri dan pergelangan kaki. Pada label tersebut dituliskan, nama pasien, nomer register, dan nama dokter. Hal-hal yang berkaitan dengan issue kematian ini adalah autopsi, donator organ, penyelidikan, euthanasia, DNR dan aborsi. 11. 11. 10 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif a. Autopsi Autopsi atau pemeriksaan post-mortem adalah pemeriksaan tubuh setelah kematian. Ini dilakukan hanya pada kasus-kasus tertentu yang membutuhkan kejelasan penyebab kematian. Hukum menggambarkan kapan autopsi harus dilakukan, misal: kematian yang tiba-tiba, atau kapan itu terjadi dalam 48 jam masuk ke rumah sakit. Organ dan jaringan tubuh diperiksa untuk memastikan penyeban kematian, untuk mempelajari suatu penyakit, dan untuk membantu data statistik. Autopsi merupakan tanggungjawab dokter atau pada beberapa instansi adalah tanggungjawab bagi orang yang memang menghendaki autopsi. Persetujuan harus diberikan oleh orang tersebut sebelum ia meninggal. Hukum di beberapa tempat/Negara mengatakan yang memberikan per- setujuan untuk dilakukan autopsi adalah keluarga : pasangan hidup, orang tua, anak yang sudah dewasa, atau saudara kandung. Setelah autopsi, ru- mah sakit tidak diperkenankan menyimpan organ ataupun jaringan tanpa persetujuan orang yang mengijinkan. b. Donator Organ Bagi orang yang akan mendonorkan organnya untuk kepentingan medis , ilmu pengetahuan, penelitian atau transplantasi untuk menolong orang lain yang membutuhkannya, sudah diatur di United States bahwa yang dii- jinkan adalah berusia minimal 18 tahun atau dewasa. Seseorang yang berkeinginan mendonorkan organnya harus mengisi formulir seperti kar- tu yang ditandatangani dan memerlukan dua saksi. Kartu ini harus selalu dibawa oleh orang tersebut. Perawat hendaknya bersedia untuk menja- di saksi dalam persetujuan ini. Di Indonesia, ini biasanya dilakukan oleh saudara kandung untuk mendonorkan organnya, karena golongan darah yang sudah sesuai. Dalam UU No 36 tahun 2009 Bab XX pasal 192 disebutkan Setiap orang yang dengan sengaja memperjualbelikan organ atau jaringan tubuh den- gan dalih apa pun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 ayat (3) dipi- dana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). 12. 12. 11 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif Jika penentuan saat mati berhubungan dengan kepentingan transplantasi organ, maka keputusan saat mati harus dilakukan oleh 2 orang dokter atau langsung dengan pelaksanaan transplantasi tersebut. c. Penyelidikan Penyelidikan adalah suatu temuan yang legal untuk mengetahui sebab dan cara kematian. Ketika kematian adalah akibat dari kecelakaan, contohnya: suatu penyelidikan kematian akibat kecelakaan, maka yang diselidiki ada- lah sekitar kejadian kecelakaan. Penyelidikan ini tidak harus dilakukan oleh dokter saja, tetapi tergantung kejadiannya. Pemeriksaan medis adalah seo- rang dokter yang sudah mempunyai pendidikan khusus dalam patologi atau forensik kedokteran. d. Euthanasia Mengenai masalah euthanasia sudah ada sejak kalangan kesehatan meng- hadapi penyakit yang tak tersembuhkan, sementara pasien sudah dalam keadaan merana dan sekarat. Dalam situasi demikian, tidak jarang pasien memohon agar dibebaskan dari penderitaan ini dan tidak ingin diperpan- jang hidupnya lagi atau di lain keadaan pada pasien yang sudah tidak sa- dar, keluarga orang sakit yang tidak tega melihat pasien yang kesakitan dan menderita, kemudian ia meminta kepada tenaga kesehatan untuk menga- khiri kehidupan pasien. Berilah contoh lain yang mungkin anda temukan di rumah sakit tentang kejadian yang mengarah pada euthanasia ! Dari sinilah istilah euthanasia muncul, yaitu melepas kehidupan seseorang agar terbebas dari penderitaan, atau mati secara baik (enak dan tenang). Ada suatu kejadian di Indonesia, Seorang Ny..A yang tidak sadar dalam waktu yang lama setelah melahirkan anak. Belum diketahui sebabnya se- cara jelas. Lalu suaminya memohon kepada dokter untuk mengakhiri saja hidup istrinya tersebut, karena tidak tahan melihat penderitaan istrinya yang tergantung dengan alat bantu pernafasan. Disamping biaya per- awatan yang semakin membengkak, juga ia tidak tahan melihat istrinya. Nah bagaimana menurut Anda? Uraikan pendapat anda dalam ben- tuk skema untuk memperjelas maksudnya dan bagaimana tindakan 13. 13. 12 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif yang Anda lakukan sbagai seorang perawat professional. Masalah ini semakin sering dibicarakan dan menarik banyak perhatian karena semakin banyak kasus yang dihadapi kalangan kedokteran. Banyak pasien yang masih membutuhkan alat bantu nafas untuk memperpanjang hidupnya. Bila alat Bantu nafas tersebut dilepas, maka ia segera mening- gal. Kejadian ini banyak terjadi di unit gawat darurat dan Unit Perawatan Intensif (ICU). Kadang-kadang merupakan dilema bila dokter menemukan pasien yang mengalami mati otak atau mati batang otak. Apa yang akan dilakukan oleh dokter untuk mengatasinya? Karena belum ada kasus yang dapat keluar dari keadaan ini, sebab kerusakan jaringan otak sudah irreversible. Sesuai dengan makin meningkatnya kesadaran akan hak untuk menentu- kan nasib sendiri (self determination) di banyak negara mulai timbul ger- akan dan penghargaan atas hak seseorang untuk mengakhiri hidup. Di beberapa negara, hak ini diakui oleh pemerintah karena diatur dalam un- dang-undang. 1) Pengertian Euthanasia Masih anda masih ingat tentang pengertian euthanasia, Euthanasia berasal dari kata Yunani, Euthanathos. Eu = baik, tanpa penderitaan; sedang tanathos = mati. Dengan demikian euthanasia dapat diartikan: mati dengan baik tanpa penderitaan. Ada yang menterjemahkan: mati cepat tanpa derita. Belanda, salah satu Negara di Eropa yang maju dalam pengetahuan hukum kesehatan mendefinisikan euthanasia sesuai dengan rumusan yang dibuat oleh Euthanasia Study Group dari KNMG (Ikatan Dokter Belanda). “Euthanasia adalah dengan sengaja tidak melakukan sesuatu untuk memperpanjang hidup seorang pasien atau sengaja melakukan ses- uatu untuk memperpendek hidup atau mengakhiri hidup seorang pa- sien, dan ini dilakukan untuk kepentingan pasien sendiri”. Konsep mati dari berhentinya darah mengalir seperti dianut selama ini dan yang juga diatur dalam PP. 18 Tahun 1981 menyatakan bahwa mati 14. 14. 13 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif adalah berhentinya fungsi jantung dan paru-paru, tidak bisa dipergu- nakan lagi karena teknologi resusitasi telah memungkinkan jantung dan paru-paru yang semua terhenti, kini dapat dipacu untuk dapat berdenyut kembali dan paru-paru dapat dipompa untuk berkembang kempis kembali. 2) Jenis Euthanasia Euthanasia ditinjau dari beberapa sudut. Dilihat dari cara dilak- sanakan, euthanasia dapat dibedakan atas : Euthanasia pasif dan Euthanasia aktif. a) Euthanasia pasif Euthanasia pasif adalah perbuatan menghentikan atau mencab- ut segala tindakan atau pengobatan yang perlu untuk memper- tahankan hidup manusia. b) Euthanasia aktif Euthanasia aktif adalah perbuatan yang dilakukan secara medik melalui intervensi aktif oleh seorang dokter dengan tujuan un- tuk mengakhiri hidup manusia. Euthanasia aktif ini dapat pula dibedakan atas : i. Euthanasia aktif langsung (direct) Euthanasia aktif langsung adalah dilakukannya tindakan me- dik secara terarah yang diperhitungkan akan mengakhiri hid- up pasien, atau memperpendek hidup pasien. ii. Euthanasia aktif tidak langsung (indirect) Euthanasia aktif tidak langsung adalah di mana dokter atau tenaga kesehatan melakukan tindakan medik untuk merin- gankan penderitaan pasien, namun mengetahui adanya risiko tersebut dapat memperpendek atau mengakhiri hidup pasien. Ada yang melihat pelaksanaan euthanasia dari sudut lain dan mem- 15. 15. 14 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif baginya atas 4 kategori, yaitu : i. Tidak ada bantuan dalam proses kematian tanpa maksud memperpendek hidup pasien ii. Ada bantuan dalam proses kematian tanpa maksud memper- pendek hidup pasien iii. Tidak ada bantuan dalam proses kematian dengan tujuan memperpendek hidup pasien iv. Ada bantuan dalam proses kematian dengan tujuan memper- pendek hidup pasien 3) Euthanasia dan Hukum Kitab Undang-undang Hukum Pidana mengatur seseorang dapat dipidana atau dihukum jika ia menghilangkan nyawa orang lain dengan sengaja ataupun karena kurang hati-hati. Ketentuan pe- langgaran pidana yang berkaitan langsung dengan euthanasia aktif terdapat pada pasal 344 KUHP. Pasal 344 KUHP : Barang siapa menghilangkan jiwa orang lain atas permintaan orang itu sendiri, yang disebutnya dengan nyata dan dengan sungguh-sungguh, dihukum penjara selama-lamanya dua belas tahun. Ketentuan ini harus diingat kalangan kedokteran dan keperawatan sebab walaupun terdapat beberapa alas an kuat untuk membantu pasien/keluarga pasien mengakhiri hidup atau memperpendek hid- up pasien, ancaman hukuman ini harus dihadapi. Untuk jelasnya euthanasia aktif maupun pasif tanpa permintaan, beberapa pasal di bawah ini perlu diketahui oleh dokter. Pasal 338 KUHP : Barang siapa dengan sengaja menghilangkan jiwa orang lain, dihukum karena maker mati, dengan penjara selama-la- manya lima belas tahun. 16. 16. 15 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif Pasal 340 KUHP : Barang siapa dengan sengaja dan direncanakan lebih dahulu menghilangkan jiwa orang lain, dihukum, karena pem- bunuhan direncanakan (mood) dengan hukuman mati atau penjara selama- lamanya seumur hidup atau penjara sementara selama la- manya dua puluh tahun. Pasal 359 KUHP : Barang siapa karena salahnya menyebabkan mat- inya orang, dihukum penjara selama-lamanya lima tahun atau ku- rungan selama-lamanya satu tahun. e. Do not resuscitation (DNR) Konsep mati adalah terlepasnya nyawa dari tubuh sering menimbul- kan keraguan karena misalnya pada tindakan resusitasi yang berhasil, keadaan demikian menimbulkan kesan seakan-akan nyawa dapat di- tarik kembali. Mengenai konsep mati merupakan hilangnya kemampuan tubuh secara permanen untuk menjalankan fungsinya secara terpadu, juga diper- tanyakan karena organ-organ berfungsi sendiri-sendiri tanpa terkend- ali karena otak telah mati. Untuk kepentingan transplantasi konsep ini menguntungkan, tetapi secara moral tidak dapat diterima karena ken- yataannya organ- organ masih berfungsi meskipun tidak terpadu lagi. Bila dibandingkan dengan manusia sebagai makhluk sosial yaitu indivi- du yang mempunyai : kepribadian, menyadari kehidupannya, kekhusu- sannya, kemampuannya mengingat, menentukan sikap dan mengam- bil keputusan, mengajukan alasan yang masuk akal, mampu berbuat, menikmati, mengalami kecemasan dan sebagainya, maka penggerak dari otak baik secara fisik maupun social semakin banyak dipergunakan. Pusat pengendali ini terletak dalam batang otak. Oleh karena itu jika batang otak telah mati (brain stem death) dapat diyakini bahwa manu- sia itu secara fisik dan sosial telah mati. Dalam keadaan demikian kalangan medis sering menempuh pilihan tidak meneruskan resusitasi (DNR, do not resuscitation). Yang pent- ing dalam penentuan saat mati disini adalah proses kematian tersebut 17. 17. 16 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif sudah tidak dapat dibalikkan lagi (irreversible), meski menggunakan teknik penghidupan kembali. Walaupun sampai sekarang tidak ada alat yang sungguh-sungguh memuaskan dapat digunakan untuk pe- nentuan saat mati ini, alat elektroensefalograf dapat diandalkan untuk maksud tersebut. f. Aborsi Aborsi (pengguran kandungan) merupakan awal fetus pada periode gestasi sehingga fetus tidak mempunyai kekuatan untuk bertahan hidup. Aborsi merupakan pemusnahan yang melanggar hukum atau menyebabkan lahir premature fetus manusia sebelum masa lahir se- cara alami. Aborsi telah menjadi masalah internasional dan berbagai pendapat telah diajukan baik yang menyetujui maupun menentang. Pelarangan praktik aborsi di Indonesia tercantum dalam pasal 347 – 349. Pasal 347 disebutkan seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau memati- kan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam den- gan pidana paling lama empat tahun. Pasal 348 menyatakan barang siapa melakukan sesuatu dengan sengaja yang menyebabkan kegugu- rann atau matinya kandungan dapat dikenai penjara paling lama dua belas tahun. Kemudian pada pasal 349 dinyatakan jenis pidana bagi dokter, bidan, atau juru obat yang melakukan praktik aborsi. Dalam UU kesehatan No 36 tahun 2009 bab XX Pasal 194 ayat (1) disebutkan Se- tiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda pal- ing banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). 3. Tantangan dan tuntutan profesi keperawatan dalam pelayanan keseha- tan di era globalisasi a. Tantangan profesi keperawatan dalam pelayanan kesehatan di era glo- balisasi 18. 18. 17 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif 1) Terjadi pergeseran pola masyarakat Indonesia 2) Pergeseran pola masyarakat agrikultural (mayoritas penduduk se- bagai petani) ke masyarakat industri dan masyarakat tradisional berkembang menjadi masyarakat maju. 3) Pergeseran pola kesehatan yaitu adanya penyakit dengan kemi- skinan seperti infeksi, penyakit yang disebabkan oleh kurang gizi dan pemukiman yang tidak sehat, adanya penyakit atau kelainan kesehatan akibat pola hidup modern. 4) Adanya angka kematian bayi dan angka kematian ibu sebagai ind- ikator derajat kesehatan. 5) Pergerakan umur harapan hidup juga mengakibatkan masalah kes- ehatan yang terkait dengan masyarakat lanjut usia seperti penyakit generatif. Umur harapan hidup masyarakat Indonesia. 6) Masalah kesehatan yang berhubungan dengan urbanisasi, pence- maran kesehatan lingkungan dan kecelakaan kerja cenderung meningkat sejalan dengan pembangunan industri. 7) Adanya pegeseran nilai-nilai keluarga mempegaruhi berkembang- nya kecenderungan keluarga terhadap anggotanya menjadi berku- rang. 8) Kesempatan mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi dan peng- hasilan yang lebih besar membuat masyarakat lebih kritis dan mampu membayar pelayanan kesehatan yang bermutu dan dapat dipertanggungjawabkan. a. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Perkembangan IPTEK menuntut kemampuan spesifikasi dan pe- nelitian bukan saja dapat memanfaatkan IPTEK, tetapi juga untuk menapis dan memastikan IPTEK sesuai dengan kebutuhan dan so- cial budaya masyarakat Indonesia yang akan diadopsi. IPTEK juga berdampak pada biaya kesehatan yang makin tinggi dan pilihan tindakan penanggulangan masalah kesehatan yang makin banyak 19. 19. 18 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif dan kompleks selain itu dapat menurunkan jumlah hari rawat. b. Globalisasi dalam pelayanan kesehatan Globalisasi yang akan berpengaruh terhadp perkembangan pe- layanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan ada 2 yaitu: 1) Tersedianya alternatif pelayanan 2) Persaingan penyelenggaraan pelayanan untuk menarik mi- nat pemakai jasa pemakai kualitas untuk memberikan jasa pe- layanan kesehatan yang terbaik. c. Tuntutan profesi keperawatan dalam pelayanan kesehatan di era globalisasi 1) Memiliki dan memperkaya tubuh pengetahuan melalui peneli- tian 2) Memiliki kemampuan memberikan pelayanan yang unik kepada orang lain 3) Pendidikan yang memenuhi standar 4) Terdapat pengendalian terhadap praktik 5) Bertanggug jawab & bertanggung gugat terhadap tindakan yang dilakukan 6) Mempunyai fungsi mandiri dan kolaborasi. 4. Peluang profesi keperawatan di masa kini dan yang akan datang Perkembangan keperawatan bukan saja karena adanya pergeseran masalah kesehatan di masyarakat, akan tetapi juga adanya tekanan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan serta perkembangan profe- si keperawatan dalam menghadapi era globalisasi. Peluang tempat lahan 20. 20. 19 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif kerja perawat yang ada saat ini : a. Di dalam negeri 1) Peluang kerja perawat di dalam negeri dapat menjadi perawat di RS Negeri/Swasta ( mencapai jabatan struktural; Kepala Ruangan, Bidang Keperawatan, Diklat dsb), saat ini di banyak RS rasio per- awat dan jumlah TT melebihi 1 : 8, bahkan ada yang mencapai 1 : 12. Padahal jika sesuai dengan peraturan yang ada RS tipe A dan B rasio perawat dan jumlah TT adalah 1 : 3, RS tipe C adalah 1 : 5, dan RS tipe D adalah 1 : 6. Hal ini berarti masih terbuka peluang bagi pendayagunaan lulusan perawat di dalam negeri. 2) Menjadi Dosen AKPER/STIKES/FIK di Perguruan Tinggi Negeri atau di Swasta, 3) Bekerja di Asuransi Kesehatan, bagian klaim, 4) Medical Representative (Detailer) di Farmasi, 5) Bekerja di Penerbit Buku Kesehatan, 6) Peneliti b. Di luar negeri Sejak tanggal 1 Januari 2009, perawat luar negeri bebas datang dan bekerja di Indonesia. Hal ini terjadi karena kesepakatan Mutual Recog- nition Arrangement (MRA) yang sudah ditandatangani oleh 10 negara ASEAN. Isi dari MRA adalah pengaturan pengakuan timbal balik neg- ara-negara ASEAN untuk keperawatan. Prospek Kerja Perawat Di Luar Negeri : Inggris butuh 10.000, Jepang butuh 20.000, negara-negara Ti- mur Tengah juga butuh ribuan, bahkan Amerika bisa mencapai angka ratusan ribu. Total dunia membutuhkan 2 juta per tahun untuk perawat. Kekurangan perawat di dalam negeri merupakan alasan utama nega- ra-negara tersebut untuk menerima tenaga dari luar negeri. Di AS, mis- alnya, pada 2005 mengalami kekurangan 150.000 perawat, pada 2010 jumlah tersebut menjadi 275.000, pada 2015 sejumlah 507.000, dan pada 2020 menjadi 808.000 perawat. Dari beberapa laporan diketahui 21. 21. 20 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif bahwa kendala utama yang dihadapi oleh para perawat Indonesia ada- lah kemampuan berbahasa Inggris dan keterampilan yang masih kurang. Berkenaan dengan ketrampilan perawat Indonesia yang ma- sih kurang, terlihat dari segi skoring National Council Licensure Exam- ination (NCLEX) yang masih rendah. Ujian NCLEX sendiri merupakan prasyarat perawat Indonesia untuk dapat bekerja di luar negeri. Se- bagai gambaran, skor yang diperoleh perawat Indonesia adalah angka 40. Padahal skoring yang dibutuhkan untuk bekerja di Eropa antara 50 sampai 70 dan di AS antara 70 sampai 80 (Pusdiknakes, 2007). Selain Jepang, BNP2TKI juga telah menerima permintaan perawat dari Jer- man, Arab Saudi, Kuwait, dan Taiwan pada awal Tahun 2010. Untuk itu berdasarkan informasi terakhir, saat ini sedang dijajagi kemungkinan kerjasama G to G dengan beberapa negara tersebut. Berdasarkan in- formasi dari Kementerian Kesehatan Jerman, saat ini negara tersebut membutuhkan sekitar 7.000 orang perawat. peluang kerja di dalam negeri, peluang bekerja sebagai perawat profesional di luar negeri pun sangat terbuka luas. Sudah barang tentu, perawat Indonesia yang akan bekerja di luar negeri harus terlebih dahulu lulus dalam ujian N-CLEX, memiliki sertifikat TOEFL dan IELTS tertentu sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh masing-masing negara tujuan. 22. 22. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 21 Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif 1. Persetujuan tindakan oleh pasien dan keluarga merupakan keharusan sebelum dokter ataupun perawat melakukan tindakan bersifat invasif. Karena persetujuan tindakan adalah merupakan hak pasien maupun keluarga atas dirinya sendiri. Pasien dan keluarga berhak menolak maupun menerima tindakan yang akan dilakukan setelah mendapat- kan informasi yang jelas dari dokter atau perawat yang bersangkutan. 2. Informed consent adalah merupakan suatu proses, sehingga informasi harus diberikan sebelumnya. Informasi yang diberikan mencakup jenis tindakan, alas an, tujuan, dampak dilakukan dan dampak bila tidak dilakukan. Dalam penandatanganan persetujuan tindakan tersebut ti- dak ada paksaan dari pihak manapun, sehingga pasien dan keluarga secara sukarela menyetujui tindakan tersebut. 3. Peran perawat dalam hal ini adalah sebagai saksi dalam melihat pen- andatanganan informed consent, meyakinkan bahwa pasien sudah mengerti dan jelas tentang informasinya. 4. Issue yang muncul pada kematian adalah Euthanasia, autopsi, DNR, Penyelidikan dan euthanasia. Dan sudah ada hukum yang mengatur semua permasalahan ini. 5. Kebutuhan terhadap perawat profesional akan terus meningkat dari waktu ke waktu seiring dengan pengakuan pemerintah dan mas- yarakat terhadap profesi perawat. Apalagi jika dalam waktu dekat RUU Keperawatan dapat disahkan menjadi UU, maka perlindungan profesi perawat akan semakin jelas dan kondisi ini akan semakin merangsang perawat untuk meningkatkan kompetensinya melalui keikutsertaann- ya dalam pendidikan profesional. Dengan ditandatanganinya kesepa- katan Mutual Recognition Arrangement (MRA) pada awal tahun 2009, maka perawat luar negeri akan bebas datang dan bekerja di Indone- sia. Situasi ini merupakan ancaman sekaligus peluang bagi perawat Indonesia untuk mampu membuktikan diri untuk tetap menjadi tuan rumah yang baik bagi masyarakatnya sendiri melalui profesionalisme dan kompetensi perawat yang makin meningkat dalam memberikan Rangkuman 23. 23. 22 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif pelayanan keperawatan kepada pasien, keluarga dan masyarakat. Se- lain itu, peluang perawat Indonesia untuk bekerja di luar negeri juga semakin terbuka luas, sebagaimana halnya selama ini bahwa propor- si terbanyak TKI di beberapa negara sudah didominasi oleh perawat yang sudah pasti berkontribusi pada peningkatan devisa negara. Be- berapa negara seperti Jepang, Jerman, Taiwan, Arab Saudi, Kuwait dan Amerika Serikat saat ini masih kekurangan tenaga perawat profe- sional. Untuk itu, perawat Indonesia harus terus berjuang keras untuk mengatasi kelemahan yang dominan dimiliki perawat Indonesia yaitu masalah kemampuan berbahasa Inggris. 24. 24. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 23 Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif Pilihlah satu jawaban yang Anda anggap paling tepat dibawah ini ! 1. Informed consent adalah a. Persetujuan antara perawat dan tenaga kesehatan lain b. Perjanjian antara perawat dan pasien c. suatu persetujuan oleh pasien untuk menerima suatu tindakan atau prosedur setelah mendapatkan informasi yang lengkap d. persetujuan antara dokter yang merawat dengan perawat e. persetujuan antara perawat dan pasien 2. Informed consent diatur dalam …. a. UUD 1945 b. Undang-undang No 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran c. UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan d. KUHP e. UU No. 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi 3. Dalam UU No 36 tahun 2009 Bab XX pasal 192 disebutkan …. a. Setiap orang yang dengan sengaja memperjualbelikan organ atau jar- ingan tubuh dengan dalih apa pun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupi- ah). b. Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai den- Test Formatif 25. 25. 24 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif gan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda pal- ing banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). c. Barang siapa karena salahnya menyebabkan matinya orang, dihukum penjara selama- lamanya lima tahun atau kurungan selama-lamanya satu tahun. d. Barang siapa dengan sengaja dan direncanakan lebih dahulu menghi- langkan jiwa orang lain, dihukum, karena pembunuhan direncanakan (mood) dengan hukuman mati atau penjara selama-lamanya seumur hidup atau penjara sementara selama lamanya dua puluh tahun. e. Barang siapa dengan sengaja menghilangkan jiwa orang lain, dihukum karena maker mati, dengan penjara selama-lamanya lima belas tahun. 4. Aborsi merupakan a. Melahirkan secara alami b. Melahirkan dibantu tenaga kesehatan c. Melahirkan diluar nikah d. lahir premature fetus manusia sebelum masa lahir secara alami e. Melahirkan secara spontan 5. Perbuatan menghentikan atau mencabut segala tindakan atau pengo- batan yang perlu untuk mempertahankan hidup manusia adalah …. a. Euthanasia aktif b. Euthanasia c. Euthanasia aktif langsung d. Euthanasia pasif langsung e. Euthanasia pasif 26. 26. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 25 Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Test Formatif 5 yang ter- dapat pada bagian akhir modul ini dan hitunglah jumlah jawaban Anda yang benar. Kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat pen- guasaan Anda dalam materi Kegiatan Belajar 5. Rumus : Jumlah jawaban Anda yang benar Tingkat kepuasan = --------------------------------------------- x 100 % 5 Arti tingkatan penguasaan yang Anda capai : 90 % - 100 % = baik sekali 80 % - 89 % = baik 70 % - 79 % = sedang ≤ 69 % = kurang Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ketas, Anda telah selesai menyelesaikan modul ini. Bagus Sekali! Tetapi kalau nilai Anda di bawah 80 %, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 5, terutama bagian yang belum anda kuasai ! Umpan Balik dan Tindak Lanjut 27. 27. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 26 Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif Tugas Terstruktur Cobalah amati pada saat dokter melakukan inform concent, apakah sudah sesuai dengan prosedur ? Bagimanakah peran perawat dalam inform concent tersebut ?
Pengambilan keputusan dalam 4 langkah: Strategi dan langkah operasional untuk pengambilan keputusan dan pilihan yang efektif dalam konteks yang tidak pasti
ILMU PERUBAHAN DALAM 4 LANGKAH: Strategi dan teknik operasional untuk memahami bagaimana menghasilkan perubahan signifikan dalam hidup Anda dan mempertahankannya dari waktu ke waktu
Terima kasih atas penjelasan dan contohnya. Saya mengerti bahwa informed consent sangat penting dalam dunia medis untuk melindungi hak pasien dan menjamin keselamatan mereka