Anda di halaman 1dari 30

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LANSIA

DENGAN KONDISI HEMIPARESE DEXTRA POST STROKE

Adelia Hasna Pramitasari


NIM. P27226020001
Muhammad Ari Pradana
NIM 027226020

PRODI FISIOTERAPI PROGRAM PROFESI JURUSAN FISIOTERAPI


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
2020
DEFINISI

Lanjut usia (LANSIA) adalah suatu tahap lanjut dari proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan
kemampuan berbagai organ, fungsi dan sistem tubuh secara alamiah/ fisiologis agar mampu beradaptasi dengan
stress lingkungan. Tanda proses menua umumnya mulai tampak sejak usia 45 tahun dan akan menimbulkan
permasalahan pada umur sekitar 60 tahun (Pudjiastuti, 2003).

Stroke merupakan cedera vaskular secara mendadak dan berat pada pembuluh darah otak. Cedera ini dapat
disebabkan karena sumbatan bekuan darah, penyempitan pembuluh darah atau pecahnya pembuluh darah. Semua ini
dapat menyebabkan suplai darah dan oksigen ke otak berkurang.
ETIOLOGI

Non haemoragik / iskemik,


karena penyumbatan aliran Stroke haemoragik karena
darah. pecahnya pembuluh darah.
 Emboli  ICH
 Trombosis  SCH
 Kelainan jantung

PROFESI FISIOTERAPI GERIATRI


1. Stroke Non Hemoragik (Iskemik)
> Arteriosklerosis & sering dikaitkan dengan : DM,
Hypercolesterolemia, Asam urat, hyperagregasi trombosit
> Emboli
2. Stroke Hemoragik
> Intra cerebral hemoragik (ICH)
Hypertensi, Aneurysma dan arterioveneus Malformasi (AVM)
> Sub Arachnoid Hemoragik (SAH)
 diagnosis medis : CT brain scan

PROFESI FISIOTERAPI GERIATRI


PROSES PATOLOGI PASCA STROKE

1. Zona Oedematosa  6 hari – 10 hari


2. Zona Degenerasi  6 – 8 bulan
3. Zona Nekratik  > 8 bulan

Zona Oedematosa Zona Degenerasi Zona Nekrotik


Placcid 1 – 3 minggu Recovery 3 minggu – Residual lebih dari 8
6 - 8 bulan bulan / permanen
tahunan
Neurological Improvement
1. Area Degenerasi (Bersifat iriversibel
permanen = Zona nekratik) Disebut area
umbra
2. Area degenerasi riversibel (area penumbra
= Zona degenerasi)
3. Area Oedematosa (Bersifat riversibel =
Zona Oedematosa)

PROFESI FISIOTERAPI GERIATRI


Tanda dan Gejala

(1) Gangguan motoris berupa abnormalitas tonus berupa spastik


(2) Gangguan sensoris berupa hypoesthesia dan hiperestesia
(3) Gangguan saraf otonom dan saraf motoris yang berfungsi sebagai
penggerak utama anggota gerak
(4) Gangguan psikiatri atau emosi, penderita cenderung emosinya meledak-
ledak dan depresi.

PROFESI FISIOTERAPI GERIATRI


Komplikasi

• Sublukasi sendi bahu yang disebabkan gangguan stabilitas sendi


dan kelemahan otot manset rotator cuff yang menyebabkan nyeri
• Nyeri bahu disebabkan oleh nyeri sendi, otot, hipersensitif dan
shoulder hand syndrome
Diagnosa Banding

• Taruma kepala
• Meningitis
• Gangguan otak akibat hipertensi, massa intracranial
• Serangan kejang dan gangguan saraf yang bersifat sementara (Paralysis
Todd’s)
• Migrain dengan gangguan saraf sementara
• Gangguan metabolic
• Gangguan psikis
• Syok disertai hypoperfusi saraf pusat (Junaidi, 2006)
Status
Klinis
Anamnesis
* Anamnesis umum

Nama : Ny. S
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 63 tahun
Agama : Islam
Alamat : Ngangkruk rt 05/06 Caturharjo
Sleman
No.RM : 165772
Diagnosis : Hemiparese dx ec stroke infark

PROFESI FISIOTERAPI GERIATRI


DATA MEDIS

Hasil ct scan : Hasil Laboratorium :

Lacubar infark corona radiata sinistra, Kolesterol 257 (n : <200)


lesi hyperdens arteri basilaris sups oklusi LDL 143 (n : 100)
partial arteri basilaris Trigliserid 156 mg /dl (n : 150)

Medika Mentosa:
Meloxicam 15mg 1xsehari
Candesartan 16mg 1xsehari
Amlodipine B 10mg 1xsehari
Miniaspi 80mg 1xsehari
Simvastatin 20mg 1xsehari
Pemeriksaan Fisik
Keluhan utama Pemeriksaan Fisik

Tekanan darah : 150/100 mmHg


Pasien mengeluh tubuh sisi
kanan terasa berat dan kaku Denyut nadi : 90 x / menit
ketika digerakan Pernapasan : 20 x / menit
Temperature : 360C
Tinggi badan : 153 cm
Berat badan : 49 kg

PROFESI FISIOTERAPI GERIATRI


Inspeksi

Inspeksi Statis
• Kondisi umum pasien baik
• Bahu kanan dan kiri asimetris
• Saat berdiri tumouan tampak di kaki kiri
• Oedema di dorsum pedis kanan
• Saat berdiri bahu kanan kesan protraksi, siku semi fleksi dan jari-jari tangan
kanan fleksi
Inspeksi Dinamis
• Kesan jalan lambat dengan alat bantu berupa tripod
• Pasien mamnamun tidak maksimalpu menggerakkan lengan kanan dan tungkai
kanan
• Jari tangan kanan mampu bergerak menggenggam namun pada akhirnya sulit
untuk dibuka

PROFESI FISIOTERAPI GERIATRI


Palpasi
• Tidak ada perbedaan suhu local
• Pitting oedema di dorsum pedis kanann
• Nyeri tekan pada daerah lateral hip kanan dan shoulder kanan
• Tidak ada pitting oedema
• Thighness pada otot biceps brachii
• Spasme pada lengan kanan dan jari-jari kaki kanan

Perkusi Auskultasi
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Joint Test

Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar (lutut kiri)


Gerak Aktif
• Sendi bahu kanan : tidak mampu dilakukakn
• Siku kanan : Fleksi – Extensi terbatas
• Wrist kanan: tidak mampu dilakukan
• Jari-jari tangan kanan, : fleksi terbatas, extensi sulit dilakukan
• Hip kanan : terbatas untuk semua arah gerakan
• Lutut kanan : Fleksi terbatas, ekstensi full
• Jari jari kaki kanan: terbatas untuk gerak fleksi ekstensi
Gerak Pasif
• Full ROM pada AGA/AGB kanan kecuali pada shoulder
• Semua gerak pasif pada shoulder kanan full ROM, disertai nyeri diakhir gerakan, end feel springy, kecuali pada gerak
ekstensi full ROM tanpa nyeri
• Pada hip kanan : nyeri di akhir gerakan
Gerak isometrik melawan tahanan : Tidak mampu dilakukan
PROFESI FISIOTERAPI GERIATRI
Pemeriksaan spastisitas
dengan Moddified Asworth

• Fleksor elbow 2
• Fleksor wrist 3
• Fleksor jari-jari 3
• Ankle 3
• Jari-jari kaki 2

PROFESI FISIOTERAPI GERIATRI


Screening geriatri

Kebugaran (2 minute step test)

Prosedur Pemeriksaan:
•Timer selama 2 menit .
•Memposisikan lutut 90˚, dilakukan berulang kali
dalam waktu 2 menit.
Hasil : 57 kali/menit (Kurang)
• Kekuatan otot

30 seconds chair stands

Prosedur Pemeriksaan

• Posisi duduk ke berdiri dilakukan


selama 30 detik secara berulang-
ulang
Hasil : 5 kali (kurang)
Arm Curl

Prosedur Pemeriksaan :
•Posisi duduk
•Mengangkat barbel dengan posisi fleksi-
ekstensi elbow dilakukan berulang-ulang selama 30
detik.
Hasil :
Kanan: Tidak mampu
Kiri: 32 kali (Normal)
Fleksibilitas
• Sit and reach test
Prosedur Pemeriksaan :
• Posisi duduk dikursi dengan tangan meraih ibu jari kaki
• untuk mendapatkan nilai fleksibilitas diukur dengan menggunakan midline dari ujung jari tangan ke ibu jari
kaki
• Hasil =28 cm (Kurang)
• Back Stretch

Prosedur Pemeriksaan :
•Posisikan kedua tangan dibelakang
meraih satu sama lain
•Untuk mendapatkan nilai fleksibilitas
diukur dengan memegang midline
Hasil :
Kanan: -38 cm (Kurang)
Kiri: -55 cm (Kurang)
Keseimbangan dan koordinasi (8 foot up and go)

• Prosedur Pemeriksaan

Posisikan ditempat duduk


kemudian instruksikan kepada
pasien untuk mengikuti garis
yang ditentukan sampai duduk
kembali
Hasil : 01.01.8 detik (Kurang)
Kemampuan Fungsional dg
Barthel Index

No Aktifitas SCORE
1 Makan 5
2 Mandi 5
3 Kerapian 0 Total nilai 65
4 Berpakaian 5 ( ketergantungan moderate )

5 BAB 5
6 BAK 10
7 Penggunaan toilet 5
8 Transfer 15
9 Ambulasi 15
10 Naik turun tangga 0

PROFESI FISIOTERAPI GERIATRI


ALGORITMA
(CLINICAL REASONING)
DIAGNOSIS FISIOTERAPI

o Adanya nyeri gerak


shoulder dan hip kanan Functional o Pasien
o Adanya spasme pada otot Limitation mengalami
trapezius, deltoid, levator hambatan dalam
scapula dan pectoralis ikut serta
kanan kegiatan
o Adanya oedema dorsum dilingkungan
o Adanya penurunan
pedis kanan masyarakat
Participation
o Spastisitas anggota gerak kemampuan
kanan fungsional ( indeks Restriction
o Gangguan pola jalan barthel)
o Penurunan kebugaran,
kekuatan otot, fleksibilitas
oto, keseimbangan
Impairment

PROFESI FISIOTERAPI GERIATRI


Tujuan Jangka Tujuan Jangka
Panjang Pendek
o Mengurangi nyeri gerak bahu dan nyeri
o Mencegah deformitas / kontraktur
tekan otot sekitar bahu kanan
o Meningkatkan kebugaran o Mengurangi spasme
o Meningkatkan keseimbangan o Mengurangi oedema tungkai bawah
o Meningkatkan fleksibilitas
kanan
o Meningkatkan kemampuan o Meningkatkan lingkup gerak sendi
fungsional o Menurunkan spastisitas
o Memperbaiki pola jalan
PROGNOSIS

Quo ad Vitam : dubia et malam


Quo ad Sanam : bonam
Quo ad Fungsionam : dubia et
sanam
Quo ad Cosmeticam : dubia et
malam
PROFESI FISIOTERAPI GERIATRI
PELAKSANAAN TERAPI

PROFESI FISIOTERAPI NEUROMUSCULER


Posisi alat
Infrared
Alat diposisikan dalam

01 posisi yang ergonomis se-


hingga terapis mudah
Area terapi
dalam melakukan pen-
gopersian alat
03 Bebaskan kain pada AG
dx, kemudian lampu
diposisikan tagak lurus
Posisi pasien dengan anggota gerak yg
akan diterapi,

02 Pasien diminta untuk tidur


terlentang dengan
senyaman mungkin. Pengoperasian alat

04 Jarak lampu diatur antara


35-45 cm, alat pengatur
waktu dipasang selama 12
menit, kemudian lampu
dihidupkan. Setelah terapi
selesai alat dimatikan dan
dirapikan seperti semula.

PROFESI FISIOTERAPI NEUROMUSCULER


PLF pada stroke stadium spastik

Control tonus
Fasilitasi gerak fung-
o Sweep taping min 10x 02 sional 04 Latihan keseimbangan
01 o
o
Gerak aktif full ROM
Passive stretching
o Elongated state
o Reflex inhibition pattern Latihan koordinasi
(RIP) o Latihan : pasien posisi terlen-
o jika sudah rilex dilan- latihan jalan dengan pola
jutkan PNF dengan slow 03 tang dan kedua lutut fleksi >
angkat ankle > turun >
05 yang benar
reversal.
mengikuti mekanisme berjalan
(seperti bridging exercise).
o Koordinasi scapula dan
pelvic : scapula > anterior de-
presi; pelvic > posterior de-
presi (untuk fasilitasi miring
ke duduk

PROFESI FISIOTERAPI NEUROMUSCULER


Evaluasi Nyeri Evaluasi Screening Geriatri

Evaluasi Spastisitas

Evaluasi Kemampuan
Fungsional dg Barthel Index

Belum ada peningkatan

PROFESI FISIOTERAPI NEUROMUSCULER


Kesimpulan Hasil terapi akhir

Pasien atas nama Ny. S, usia 63 tahun, menderita hemiparese dextra


post sroke 1,5 tahun yang lalu diawal pemeriksaan didapatkan
oedema dorsum pedis kanan, nyeri gerak shoulder dan hip kanan,
spastik, gangguan pola jalan, penurunan kebugaran, kekuatan otot,
fleksibilitas, keseimbangan serta penurunan kemampuan fungsional.
Setelah mendapatkan terapi sebanyak tiga kali dengan modalitas IR
untuk area shoulder kanan serta exercise, terjadi penurunan nyeri
gerak bahu,sedikit terjadi peningkatan kebugaran, kekuatan otot,
fleksibilitas serta keseimbangan waaupun kurang signifikan.
Sedangkan spastisitas serta kemampuan fungsionalnya tidak
mengalami peningkatan.

PROFESI FISIOTERAPI NEUROMUSCULER

Anda mungkin juga menyukai