Anda di halaman 1dari 49

REFERAT

RESUSITASI JANTUNG PARU


Pembimbing:
dr. Andri, Sp.An

Disusun oleh:

Farha Muftia D. S. (1102014092)

Fathia Zahra (1102014096)

Zegovine El Zunuziyah (1102014292)

KEPANITERAAN KLINIK ANESTESI


Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi
IDENTIFIKASI PASIEN

Identitas Pasien

Nama : Tn.P
Umur : 72 tahun
Jenis Kelamin: Laki-laki
Alamat : Jakarta
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Ruang rawat :
Tgl Masuk RS : Agustus 2020
No. CM : 11-30-XX-X

1
ANAMNESIS

Keluhan Utama Keluhan Tambahan

Nyeri pada rahang bawah bagian kiri Nyeri pada tulang belikat kanan

Riwayat Penyakit Sekarang

5 jam SMRS

Pasien mengalami kecelakaan sekitar pukul 06.00 ketika pasien berangkat menuju tempat kerja, kecelakaan
terjadi akibat tertabrak sepeda motor dari belakang. Kemudian jam 06.30 dibawa ke IGD RS Tugu Ibu Kelapa
Dua Cimanggis. Pasien menangkal adanya keluhan seperti mual, muntah, nyeri kepala, pingsan

2
ANAMNESIS

Riwayat Penyakit Dahulu

Tidak pernah mengalami keluhan


seperti ini sebelumnya
Hipertensi, DM, Asma, alergi disangkal Riwayat Pengobatan
Tidak sedang mengonsumsi obat
apapun
Riwayat Penyakit Keluarga
Keluhan serupa (-)
Hipertensi, DM, Asma, alergi disangkal
Riwayat Kebiasaan
Merokok (-)
Alkohol (-)

3
PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang • Kepala : Normocephali, anemis -/-, sklera ikterik
Kesadaran : Composmentis -/-, Mallampati II
Tanda-tanda Vital • Leher : Pembesaran KGB (-)
Tekanan Darah : 120/60 mmHg • Thoraks :
Nadi : 80x/menit - Pulmo:Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Suhu : 36,5℃ - Cor : BJ 1-2 reguler, gallop (-). Murmur (-)
Pernapasan : 20x/menit • Abdomen : Soepel (-), defense muscular (+), Nyeri
BB : 50 kg tekan seluruh perut (+), BU (+) meningkat
TB : 160 cm • Ekstremitas : t.a.k
Z-Score : 0,35 (Normal)
VAS score :7

4
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium
Creatinin : 1,8 mg/dL
Hematologi GFR : 37 mL/menit/1,73m2
Hemoglobin : 9,6 g/dL
Hematokrit : 39 % Elektrolit
Leukosit : 15.400/µL Natrium : 142 mmol/l
Trombosit : 271.000/µL Kalium : 3,7 mmol/l
BT/CT : 3’/13’ Chlorida: 107 mmol/l
Kimia Klinik HBsAg Non Reaktif
SGOT : 94,3 U/L Anti HCV Non Reaktif
SGPT : 36,5 U/L Covid-19 non reaktif
Ureum : 40 mg/dL

5
Status Anestesi

Tooth : Tidak ada gigi palsu, tidak ada gigi goyang


Tongue : Simetris, deviasi (-)
Tonsil : T1/T1 tenang, hiperemis (-)
Tiroid : Pembesaran kelenjar tiroid (-)
Tumor : Tidak ada massa
Torticoli : Tidak ada kaku leher, nyeri (-), ekstensi leher sempurna tanpa tahanan
Mallampati: I
ASA: III

6
DIAGNOSIS

Fr. Mandibula sinistra + Fr. Clavicula dextra

Rencana Penatalaksanaan

Tindakan : ORIF mandibula dan clavicula


PS ASA : II
Anestesi : GA-ETT
Posisi : Supine

7
Teknik Anestesi (GA ETT)

- Inj. Fentanyl 100 mcg/IV


- Inj. Induksi dgn Propofol 120 mg
- Inj. Relaksasi otot dgn Rocuronium 50 mg
- Intubasi ETT No.7
- Cuff (+)
- Suara pernapasan: kanan = kiri
- Fiksasi pada kedalaman 20 cm
- Maintenance dgn N2O : O2 = 2 L/i : 2L/i dan Isoflurane 1%
- Inj. Dexametason 10 mg IV
- Inj. Asam Traneksamat 500mg IV

8
Durante Operasi

- Lama operasi : 60 menit


- TD : 120-130/70-90 mmHg
- HR : 75-92 x/mnt
- RR : 19 x/mnt
- SpO2 : 100%
- Perdarahan : ±100cc
- UOP = 120 cc/jam

Cairan :
- PO : RL 500 cc
- DO : RL 1000 cc

9
Terapi Pasca Operasi

• Bed Rest
• Head Up 30 derajat
• Diet Sementara Puasa  Rencana TPN
• Teruskan terapi rehidrasi dan pemberian cairan rumatan
• Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam iv
• Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam iv
• Inj. Metronidazole 500 mg/24 jam drips
• Inj. Ondancetron 8 mg iv

10
TINJAUAN PUSTAKA
ANESTESI UMUM

Definisi Hilangnya rasa sakit secara sentral disertai


hilangnya kesadaran (reversibel)

1. Sedasi Trias
2. Analgesi Anestesi
3. Relaksasi

Pemberian 1. Absorbsi rektum


Anestesi 2. Parenteral ( IM & IV)
3. Inhalasi

11
▪ FAKTOR RESPIRASI (Zat Anestesi Inhalasi)
-
Setiap respirasi zat anestesi masuk dlm paru-paru.
- Tekanan partial zat anestesi dalam alveoli naik,
difusi ke kapiler-kapiler alveoli  tekanan partial
zat anestesi di a. pulmonalis juga ikut meningkat.

Hal-hal yang mempengaruhi tekanan partial zat anestesi


pada alveoli :
1. Konsentrasi zat anestesi.
Makin tinggi konsentrasi makin cepat menaikkan
tekanan partial.
2. Ventilasi alveoli.
3. Kecepatan sirkulasi
13
FAKTOR SIRKULASI
▪ Aliran darah
Yaitu aliran darah paru dan darah jantung, makin
banyak aliran darah yang melalui paru, makin banyak zat
anestetikum yang diambil dari alveolus sehingga
konsentrasi disirkulasi cepat meningkat.

▪ Blood/Gas partitioncoefficient
Rasio dari konsentrasi zat anestetikum dalam darah dan
konsentrasi dlm gas bila keduanya dlm keseimbangan

▪ B/C coeff rendah (tdk begitu larut dlm darah)


Konsentrasi dalam darah cepat meningkat,  cepat
tidur, cepat recovery.
14
FAKTOR JARINGAN

▪ Vessel rich group : Otak, hati, ginjal.

▪ Intermediate group : Otot, kulit, tulang.

▪ Fat group : Jaringan lemak

▪ Vessel poor group : Ligamentum, tendon

15
FAKTOR GAS ANESTESI

The MAC (Minimum Alveolar Concentration) is


the concentration of the vapour (measured as
a percentage at 1 atmosphere, i.e the
partial pressure) that prevents the reaction to
a standard surgical stimulus (traditionally a
set depth and width of skin incisions) in 50%
of subjects

MAC
Makin rendah nilai MAC  makin tinggi potensi
16
Tahap Anestesi

Analgesia

• pasien mengalami penurunan kesadaran nyeri, kadang-kadang


dengan amnesia. Kesadaran mungkin terganggu tetapi tidak hilang.

Disinhibition

• pasien tampak mengigau dan bersemangat. Terjadi amnesia, refleks


meningkat, dan respirasi biasanya tidak teratur; muntah dan
inkontinensia dapat terjadi.
Tahapan Anestesi

Anestesi bedah

• pasien tidak sadar dan tidak memiliki refleks nyeri; respirasi sangat
teratur, dan tekanan darah tetap terjaga.

Depresi Meduler

• pasien mengalami pernapasan berat dan depresi kardiovaskular


yang membutuhkan dukungan mekanik dan farmakologis.
Mekanisme Kerja

Mekanisme kerja anestesi umum bervariasi. Sebagai depresan SSP, obat ini
biasanya meningkatkan ambang batas eksitasi neuron SSP. Potensi anestesi
inhalasi kira-kira sebanding dengan kelarutan lemaknya. Mekanisme aksi
termasuk efek pada saluran ion oleh interaksi obat anestesi dengan lipid
membran atau protein dengan efek selanjutnya pada mekanisme
neurotransmitter pusat
Mekanisme Kerja

Barbiturat,propofol Ketamin Inhalasi


• memfasilitasi γ- • antagonisme dari • menghambat
aminobutyric aksi asam isoform reseptor
acid (GABA). glutamat nikotinik
neurotransmitter asetilkolin (ACh)
pada reseptor N- pada konsentrasi
metil-D-aspartat sedang hingga
(NMDA). tinggi
• memfasilitasi γ-
aminobutyric
acid (GABA)
Macam Macam Obat Anestesi Umum
STADIUM ANESTESI

Stadium I (St.Analgesia; St.Disorientasi)

Stadium II (St.Eksitasi; St. Delirium)

Stadium III (St. Operasi)

Stadium IV (St. Paralisis)

18
STADIUM I
(St. Analgesia; St. Disorientasi)

▪ Mulai dari induksi sampai hilangnya kesadaran.

▪ Walaupun disebut Stadia analgesia, tapi


sensasi terhadap ransang sakit tidak berubah,
biasanya operasi-operasi kecil sudah bisa
dilakukan.

▪ Stadium ini berakhir dengan ditandai oleh


hilangnya refleks bulu mata.

19
STADIUM II
(St. Eksitasi;St. Delirium)

Mulai dari akhir stadium I dan ditandai dengan pernafasan yang


irreguler, pupil melebar dengan refleks cahaya (+), pergerakan bola
mata tidak teratur, lakrimasi (+), tonus otot meninggi dan diakhiri
dengan hilangnya refleks menelan
dan kelopak mata.

20
STADIUM III
(St. Operasi)
Mulai dari akhir stadium II, dimana pernafasan mulai teratur.

Dibagi dalam 4 plana, yaitu :

1. Plana 1
Ditandai dengan pernafasan teratur, pernafasan torakal sama kuat dgn
pernafasan abdominal, pergerakan bola mata terhenti, kadang-kadang
letaknya eksentrik, pupil mengecil lagi dan refleks cahaya (+),
lakrimasi akan meningkat, refleks farings dan muntah menghilang,
tonus otot menurun.

2. Plana 2
Ditandai dengan pernafasan yang teratur, volume tidal menurun dan
frekwensi pernafasan naik. Mulai terjadi depresi pernafasan torakal,
bola mata terfiksir ditengah, pupil mulai midriasis dengan refleks
cahaya menurun dan refleks kornea menghilang.

21
3. Plana 3
Ditandai dgn pernafasan abdominal yang lebih dominan daripada torakal
karena paralisis otot interkostal yang makin bertambah sehingga pada
akhir plana 3 terjadi paralisis total otot interkostal, juga mulai terjadi
paralisis otot-otot diafragma, pupil melebar dan refleks cahaya akan
menghilang pada akhir plana 3 ini, lakrimasi refleks farings & peritoneal
menghilang, tonus otot-otot makin menurun.

4. Plana 4
Pernafasan tidak adekuat, irreguler, ‘jerky’ karena paralisis otot
diafragma yg makin nyata, pada akhir plana 4, paralisis total diafragma,
tonus otot makin menurun dan akhirnya flaccid, pupil melebar dan
refleks cahaya (-) , refleks sfingter ani menghilang.

22
Stadium IV
(St.Paralisis)

Mulai dari kegagalan pernapasan yang kemudian


akan segera diikuti kegagalan sirkulasi

23
Anestesi Umum pada Geriatri
Definisi Geriatri

Geriatri atau lanjut usia adalah ilmu yang mempelajari tentang aspek-aspek
klinis dan penyakit yang berkaitan dengan orang tua. Dikatakan pasien
geriatri apabila :
▪ Keterbatasan fungsi tubuh yang berhubungan dengan makin
meningkatnya usia
▪ Adanya akumulasi dari penyakit-penyakit degeneratif
▪ Lanjut usia secara psikososial yang dinyatakan krisis bila :
▪ Ketergantungan pada orang lain
▪ Mengisolasi diri atau menarik diri dari kegiatan kemasyarakatan karena
berbagai sebab.
▪ Hal-hal yang dapat menimbulkan gangguan keseimbangan (homeostasis)
yang progresif.
Batasan Usia menurut WHO

Middle Age (45-59 th)

Elder ( 60-64 th)

Old ( 65-90 th)

Very old ( >90 th )


Pendekatan dan pengelolaan operasi dan anestesi pada
pasien geriatri berbeda dan sering lebih kompleks .
Kapasitas fungsional organ berkurang seiring dengan proses
penuaan, sehingga ketahanan terhadap stres menurun.
Faktor risiko akibat proses penuaan bertambah akibat
adanya penyakit penyerta.
Faktor resiko mortalitas pasca operasi pada
geriatri
Perubahan Fisiologis
Persamaan antara geratri dan bayi dibandingkan populasi umum lainnya

Menurunnya kemampuan meningkatkan denyut jantung dalam


meresponi hipovolemia, hipotensi atau hipoksia

Menurunnya compliance paru

Menurunnya tekanan oksigen arteri

Terganggunya reflek batuk

Menurunnya fungsi tubular ginjal

Rentan terhadap hipotermia.


Faktor-faktor yang mempengaruhi respons farmakologi pasien berusia
lanjut meliputi:

▪ Ikatan Protein Plasma


Protein pengikat plasma yang utama untuk obat-obat yang bersifat asam adalah albumin
dan untuk obat-obat dasar adalah α1-acid glikoprotein. Kadar sirkulasi albumin akan
menurun sejalan dengan usia, sedangkan kadar α1-acid glikoprotein meningkat.

▪ Perubahan Komposisi Tubuh


▪ Metabolisme Obat
Gangguan hepar dan klirens ginjal dapat terjadi sesuai dengan penambahan usia. Tergantung
pada jalur degradasi, penurunan reversi hepar dan ginjal dapat mempengaruhi profil
farmakokinetik obat

▪ Farmakodinamik
Respons klinis obat anestesi pada pasien usia lanjut disebabkan karena adanya gangguan
sensitivitas pada target organ (farmakodinamik).
Bentuk sediaan obat yang diberikan dan gangguan jumlah reseptor atau sensitivitas menentukan
pengaruh gangguan farmakodinamik efek anestesi pada pasien usia lanjut.
Pasien berusia lanjut akan lebih sensitif terhadap obat anestesi. Jumlah obat yang diperlukan lebih
sedikit dan efek obat yang diberikan bisa lebih lama.
Kombinasi anestesi epidural - general untuk toleransi
endotrakea dan mencegah pasien terbangun intraoperatif

▪ Anestesi Inhalasi
▪ Anastesi Intravena dan Benzodiazepine
▪ Opiat
▪ Pelumpuh Otot
Evaluasi Pre-Operatif

2 Prinsip

 Anggap memiliki resiko tinggi  Lakukan pemeriksaan derajat


memiliki penyakit yg berhubungan fungsional organ yg spesifik.
dg penuaan.
Evaluasi Pre-Operatif

Informed Consent

Riw. Penyakit &


status gizi

Pemeriksaan Fisik
Evaluasi Pre-Operatif
Pemeriksaan Penunjang

 Darah lengkap : hitung darah, jumlah limfosit


 Ureum, kreatinin & elektrolit
 Gula darah & kolesterol
 Kadar albumin & fungsi pembekuan darah
 EKG
 Rontgen dada & fungsi paru
 Pemeriksaan jantung
Manajemen Pre-Operatif

 Penting untuk menentukan status fisik dan memperkirakan cadangan


fisiologis dalam evaluasi preanestesi.

 Jika kondisi dapat dioptimalkan sebelum operasi, maka operasi dapat


dilakukan tanpa penundaan.

 Penundaan operasi yang lama dapat meningkatkan morbiditas.


Manajemen Pre-Operatif

 Diabetes mellitus dan penyakit kardiovaskular umum ditemukan.

 Komplikasi paru adalam salah satu penyebab utama morbiditas pasca


bedah, sehingga diperlukan optimasi paru-paru.

 Masalah yang harus selalu dipikirkan pada pasien geriatric adalah


kemungkinan terjadinya depresi, malnutrisi, imobilitas dan dehidrasi.
Manajemen Intraoperatif
• Pada pasien usia lanjut, preoksigenasi agresif yang setara untuk
anestesi inhalasi menurun secara linear dengan pertambahan usia, oleh
karena itu dosis obat yang mempengaruhi SSP perlu dikurangi untuk
mengantisipasi efek sinergi obat.
• Penggunaan profilaksis aspirasi dan rapid sequence intubation (RSI)
harus dilakukan secara rutin, khususnya pada pasien dengan diabetes
mellitus atau penyakit refluks dan prosedur darurat
• Obat-obatan non-steroid anti-inflammatory drug (NSAID) harus dihindari
pada pasien usia lanjut dengan gangguan fungsi ginjal preoperatif
(peningkatan kadar urea / kreatinin) atau jika pasien mengalami
hipovolemia
Komplikasi pasca Operatif

▪ Ulkus kronis yang disebabkan oleh PAD dan ulkus gaster sangat umum terjadi
pada orang lanjut usia, dan luka ini berhubungan dengan pelepasan, infeksi,
bau busuk, dan nyeri iskemik yang parah dan memerlukan perawatan luka
yang sering.
▪ Menurut Sorenson dan Pace dalam penelitian meta-analisisnya pada tahun
1992 yang membandingkan antara mortalitas, deep-vein thrombosis (DVT),
dan kehilangan darah tidak terdapat perbedaan secara statistik yang signifikan
dalam kematian atau kehilangan darah dengan teknik anestesi, meskipun
penelitian ini menemukan kejadian DVT yang jelas berkurang pada kelompok
anestesi regional
Komplikasi pasca Operatif cont.

▪ Menurut Hwang et al terdapat adanya hubungan antara usia dan komplikasi pasca
operasi
▪ Hwang et al menyatakan bahwa tingkat komplikasi bedah dan keseluruhan
meningkat dengan usia
▪ Di sisi lain, Howard et al. melaporkan bahwa frekuensi komplikasi medis
meningkat pada kelompok usia di atas 80 tahun, tetapi tidak pada kelompok usia
70 hingga 79 tahun; Namun, tidak ada peningkatan terkait usia dalam frekuensi
komplikasi bedah yang terdeteksi
Komplikasi pasca Operatif cont.

▪ Grammatica et al. melaporkan bahwa rekonstruksi mikrovaskuler


mengakibatkan komplikasi medis lebih sering pada orang tua, tetapi frekuensi
komplikasi bedah tidak terpengaruh oleh usia.
▪ Serletti et al. melaporkan bahwa pada pasien bedah mikrovaskular dengan ASA
score yang lebih tinggi menderita komplikasi medis lebih sering, tetapi frekuensi
komplikasi bedah tidak meningkat pada kelompok ini.
▪ Waktu operasi yang lebih lama dikaitkan dengan peningkatan frekuensi
komplikasi, termasuk komplikasi medis dan bedah, dan tampaknya waktu
operasi memiliki pengaruh terkuat pada risiko komplikasi pasca operasi.
▪ Pasien dengan ulkus lebih sering mengalami komplikasi pasca operasi dibandingkan
pasien lain, dan pasien ini juga mengalami malnutrisi.
KESIMPULAN

▪ Usia lanjut bukan merupakan kontraindiksi untuk anestesi umum maupun regional
▪ Penyakit yang umumnya ditemukan pada usia lanjut memiliki dampak yang
signifikan terhadap tindakan anestesi dan memerlukan perawatan khusus
▪ Meminimalkan risiko perioperatif pada pasien geriatri memerlukan suatu penilaian
preoperatif yang bijaksana terhadap fungsi organ, manajemen intraoperatif yang teliti
untuk gangguan yang menyertai, dan kontrol nyeri pasca operasi yang optimal
▪ Pada teknik anestesi umum, sangat penting untuk titrasi dosis obat dan lebih
bijaksana untuk menggunakan obat-obatan kerja pendek.
DAFTAR PUSTAKA

▪ Darmojo B. 2009. Geriatri Ed. 4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Hal 3-4; 56-66.
▪ Fukui, et al. 2018. Risk Factors for Postoperative Complications among the Elderly after
Plastic Surgery Procedures Performed under General Anesthesia. National Hospital
Organization Nagasaki Medical Center, Nagasaki, Japan
▪ Katzung, B. G., & Trevor, A. J. (Penyunt.). (2015). Basic & Clinical Pharmacology (11th
Edition ed.). San Fransisco, USA: McGraw-Hill.
▪ Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ. Geriatric Anesthesia. Dalam: Clinical Anesthesiology,
5th Edition. Philadelphia, 2013. Lange Medical Books/ McGraw-Hill, hal: 951-8
▪ Kumra VP. Issues in geriatric anaesthesia. SAARC J. Anesthesia. New Delhi, 2008.
Hal:39 – 49
▪ Jin F, Chung F. minimizing perioperative adverse events in the elderly. Brit J Anaesth.
2001; 87 (4): 608-24
▪ Miller R. Miller’s Anesthesia 2 Ed. 7. 71:2261-73

Anda mungkin juga menyukai