Anda di halaman 1dari 62

ANESTESI UMUM

Pembimbing:
dr. Bagus Damar Ririh W, MSI Med, Sp.An
Penyusun :
Diah Kusuma Arumsari 2017.04.2.0039
Dian Riftya Rahmawati 2017.04.2.0040
Diana Hardiyanti 2017.04.2.0041
Dilino Ryan Guntoro 2017.04.2.0042
IDENTITAS PASIEN
 Nama : Ny. H
 Tanggal Lahir/Usia : 13-06-1961/57 Tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Alamat : jl. delima, Sumenep
 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
 Agama : Islam
 Suku : Jawa
 MRS/Ruang : 14 Maret 2018, Jam 13.28 WIB/
Paviliun H1
 Tanggal Pemeriksaan : 22 Maret 2018, Jam 08.10 WIB
 Nomor Rekam Medis : 544397
ANAMNESA
 Keluhan Utama
Sakit kepala
 Keluhan Tambahan
Lemas kaki kanan
 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke UGD Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Ramelan
Surabaya pada tanggal 14 Maret 2018. Pasien datang dengan nyeri
kepala yang dialami selama 1 tahun ini. Nyeri kepala dirasakan
semakin lama semakin memberat dan disertai mual dan muntah. Nyeri
kepala terasa lebih berat saat bangun tidur dan menghilang beberapa
saat setelah duduk/berdiri. Pasien kemudian merasakan kelemahan
pada anggota gerak sebelah kanan sejak 3 bulan yang lalu. Pasien
juga mengeluhkan pandangan yang mulai kabur.
ANAMNESA
 Riwayat Penyakit Dahulu
Hipertensi : (-)
Diabetes Mellitus : (-)
Asma : (-)
PJK : (-)
Dislipidemia : (-)
Asam Urat : (-)
Alergi Makanan : (-)
Alergi Obat : (-)

 Riwayat Penyakit Keluarga


- Tidak ada keluarga yang sakit seperti ini
- Tidak ada keluarga pasien yang menderita diabetes
- Riwayat keluarga memiliki kanker (-)
ANAMNESA
 Riwayat Penggunaan Obat
- Riwayat penggunaan obat : Paracetamol
- Riwayat penggunaan obat kronis :-

 Riwayat Psikososial
Pasien merupakan ibu rumah tangga
Pasien jarang melakukan olahraga
Pola makan pasien lebih sering makan makanan siap saji
Pasien tidak merokok dan tidak pernah minum alkohol
Pemeriksaan Saat di Ruang Premedikasi (22 Maret
2018, pukul 08.00 WIB)
S/ Pasien mengatakan masih pusing dan mual, kaki kanan masih lemas dan agak
sulit digerakan, keluhan lain (-)
O/Keadaan umum: Tampak sakit sedang
B1: Nafas bebas, RR 20x/menit, Vesikuler +/+, Rhonki-/-, Whezzing -/-
B2: TD: 120/80, Nadi: 80x/ment, S1S2 tunggal, murmur (-), gallop (-),
SpO299%
B3: Sadar baik, GCS 4-5-6
B4: Kateter (-), frekuensi BAK dan volume urin dalam batas normal
B5: Soepl,BU (+) dalam batas normal, nyeri tekan (-),
B6:akarl hangat kering merah, edema -/-, mobilisasi (+)
A/ Pro op VP Shunt
P/ Acc Operasi VP Shunt
Puasa 8 jam pre-ops
Pemeriksaan Saat di Ruang OK (22 Maret 2018, pukul
09.15 WIB)
S/ Pasien mengatakan kaki kanan masih lemas dan sulit digerakan, keluhan lain (-)
O/ Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
GCS : 4-5-6
TB : 168 cm BB : 50 kg Gizi : Underweight (IMT = 17,72)
Vital sign: -Tekanan darah: 150/80 mmHg
-Suhu Axiller: 36,5oC
-RR : 18 x/menit
-Nadi : Reguler, 80 x/menit
-SpO2 : 98% (tanpa O2 nasal/masker)
Kepala: A-/I-/C-/D-, pupil isokor 3mm/3mm, tonsil T2/T2, faring hiperemia -/-
Leher: Pembesaran KGB -/-
Pemeriksaan Saat di Ruang OK (22 Maret 2018, pukul
09.15 WIB)
Thorax: I: Normochest, gerak dada simetris, ictus cordis tidak terlihat
P: Gerak napas simetris, ictus cordis teraba di ICS V
midclavicular line sinistra, fremitus raba +/+
P: Sonor +/+
A: Vesikuler +/+, Rhonki -/-, whezzing -/-, S1S2 tunggal,
murmur (-), gallop (-)
Abdomen: I: datar, jejas (-)
P: Soepl, Hepar/lien/renal tidak teraba, nyeri tekan -/-
P: Timpani (+)
A: Bising Usus (+) normal
Ekstremitas: Akral hangat kering merah, CRT <2 detik, edema -/-,
deformitas -/-, krepitasi -/-
A/ Meningioma
P/ Infus RL 2500 ml intravena, VP Shut
LAPORAN OPERASI
1. Persiapan Alat; menyalakan monitor, cek O2, memastikan
sungkup tidak buntu dan balon tidak bocor, atur volume tidal 6-
8 x KgBB, atur frekuensi napas
2. Persiapan Obat; Sedasi, Analgesik, dan Muscle relaxant
3. Pasien dari Ruang Premedikasi dibawa menuju ke OK 5
4. Persiapan Pasien; diposisikan terlentang, pasang lengan
meja, pasang lead EKG, pasang SpO2, pasang manset, lokasi
fraktur di bebaskan dari pakaian/ selimut
5. TTV pasien: TD 150/80mmHg; Nadi 80x/menit; RR 20x/menit
6. Dokter Anastesi: dr. Bagus Damar Ririh W., MSI Med,
Sp.An
LAPORAN OPERASI
7. Setelah semua persiapan tepat, induksi dapat dimulai. Pada
pasien ini digunakan metode General Anastesi TIVA
8. Induksi dimulai pukul 09.20 WIB dilakukan dengan
memasukkan: 1) Miloz 2 mg; 2) Fentanyl 100 mcg; 3) Propofol
125 mg; 4) Atakurium 30mg. Masukkan obat satu-persatu
secara perlahan sambil mengamati setiap perubahan pada
pasien secara langsung/ melalui monitor (RR, Nadi, TD)
9. Induksi selesai pukul 09.25. TTV pasien: TD 140/80 mmHg;
Nadi 80x/menit
10. Pasien diberikan injeksi Ceftriaxone 2mg, Ranitidine 50mg,
Ketorolac 30mg, Primperan 1 ampul secara intravena.
11. Pasien diberi oksigenasi dengan O2 murni 2 lpm
LAPORAN OPERASI
12. Setelah Anastesi bekerja, Operasi VP Shunt insisi curve pada keen point ,
buat satu bur hole cube intraventricular dibuat tunel yang menghubungkan
antara tube intraventrikuler dan tube intraperitoneal. insisi linear pada
hipokondrium sinisra di diseksi secara tumpul dan tajam hingga
terekspose peritoneum tube intraventricular dimasukan didalam
intraperitoneal kurang lebih 15cm.
13. TTV 09.30 WIB: TD 150/78mmHg; Nadi 98x/menit
14. Setelah selesai dilakukan VP Shunt oleh dokter spesialis Bedah Syaraf,
pasien dibawa dari ruang OK 5 menuju Recovery Room.
15. Di Recovery Room pasien dikaji lebih lanjut, diperiksa kesadarannya,
dapat diberikan oksigenasi pada pasien GA bila pasien masih belum sadar
baik, edukasi mengenai berapa lama efek obat anastesi yang diberikan
akan hilang karena tiap jenis/obat Anastesi memiliki DOA yang berbeda.
16. Menilai kesadarannya, ditanyakan apakah pasien mengeluhkan adanya
masalah, kemudian dilakukan Tensi ulang, nadi, periksa RRnya, dll. TTV
13.30: TD 120/80mmHg, Nadi 90x/menit
Pemeriksaan Saat di Ruang Recovery Room/Pulih Sadar
(22 Maret 2018, pukul 16.30 WIB)
S/ Pasien post op VP Shunt
O/ Keadaan umum: Baik
B1: Nafas bebas, RR 20x/menit, Vesikuler +/+, Rhonki-/-, Whezzing -/-
B2: TD: 120/80, Nadi: 80x/ment, S1S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)
B3: Sadar baik, GCS 4-5-6
B4: Kateter (-), frekuensi BAK dan volume urin dalam batas normal
B5: Soepl, BU (+) dalam batas normal, nyeri tekan (-),
B6:akral hangat kering merah, edema -/-, mobilisasi (-)
A/ Post VP Shunt
P/ Acc pindah ruangan ICU
Terapi lain sesuai dokter spesialis dan dokter bedah
ANESTESI
Berasal dari bahasa Yunani

-Aesthetos berarti Menghilangkan rasa


An- sakit atau nyeri saat
persepsi,
melakukan prosedur
berarti tidak, tanpa kemampuan untuk yang menimbulkan
merasa rasa sakit
TIPE ANESTESI
ANESTESI UMUM

• hilangnya kesadaran total

ANESTESI LOKAL

• hilangnya rasa pada daerah tertentu yang diinginkan

ANESTESI REGIONAL

• hilangnya rasa pada bagian tubuh yang lebih luas dari tubuh oleh blokade
selektif pada jaringan spinal atau saraf yang berhubungan dengannya
ANESTESI UMUM
Definisi
– tindakan meniadakan nyeri secara sentral
disertai hilangnya kesadaran dan bersifat
pulih kembali (reversibel)
– WHO : keadaan tidak sadar yang disertai
hilangnya rasa sakit di seluruh tubuh, melalui
pemberian obat - obatan anestesi yang
digunakan selama prosedur pembedahan
dan tindakan medis tertentu
15
ANESTESI UMUM
Tujuan menghilangkan rasa nyeri pada waktu
1 pembedahan (ANALGESIA)

2 menghilangkan ingatan (AMNESIA)

3 membuat tidur (NARKOSIS)

4 melemaskan otot agar pembedahan


berjalan baik (RELAKSAN)
Derivat halogen

Pembagian…. Volatil
hidrokarbon

Derivat eter
INHALASI

Gas N2O

ANESTESI
UMUM Thiopenthal

Propofol
INTRAVENA
Ketamin

Opioid -
Fentanil
ANESTESI INHALASI
Berdasarkan kemasannya:
1. Cairan yang mudah menguap (volatil)
– Derivat halogen hidrokarbon
• Halothan
• Trikhloroetilen
• Khloroform
– Derivat eter
• Dietil eter
• Metoksifluran
• Enfluran
• Isofluran
2. Gas
– Nitrous oksida (N2O)
– Siklopropan
ANESTESI INHALASI

HALOTAN
• Cairan ≠ berwarna
• Baunya enak
• ≠ merangsang jalan
napas
• Sering digunakan
sebagai induksi
anestesi kombinasi
dengan N2O
ANESTESI INHALASI
HALOTHANE
SSP
• Depresi SSP di semua komponen otak (pusat kesadaran, sensorik, motorik)
• Vasodilatasi PD otak  CBF ↑  ICP ↑  ≠ kraniotomi

Kardiovaskular
• Depresi langsung pd SA node dan miokard, relaksasi otot polos, inhibisi
baroreseptor  hipotensi dan ggg irama jtg (bradikardi, VES, VT, VF)

Respirasi
• Pada konsentrasi >>  depresi pusat nafas  cepat, dangkal  VT dan vol
nafas semenit ↓

Ginjal
• RBF dan GFR↓
ANESTESI INHALASI
HALOTHANE
Hati
• Me↓ aliran darah pd lobulus sentral hati  nekrosis sel hati
 hepatitis post halothane
• Metabolisme scr oksidatif dan reduktif  hepar kerja keras
 KI: px ggg fx hepar dan pernah dpt halotan < 3 bln

Suhu tubuh
• me↓ suhu tubuh
• Metabolisme glukosa
• Menghambat pelepasan insulin  gula darah ↑
ANESTESI INHALASI
HALOTHANE
Dosis

• Induksi = 2 – 3% bersama N2O


• Pemeliharaan
• Nafas spontan = 1 – 2,5%
• Nafas kendali = 0,5 – 1% Kontra indikasi

• Ggg fx hati dan ggg irama jantung


• Kraniotomi
Keuntungan dan kelemahan

• Keuntungan: induksi cepat, tidak iritatif thdp mukosa jln


nafas, pulih relatif cepat, tidak mual muntah
• Kelemahan: batas keamanan sempit, analgesia dan
relaksasi kurang  hrs kombinasi obat lain, hipotensi, ggg
irama jtg, hepatotoksik, menggigil pasca anestesi
ANESTESI INHALASI

ENFLURANE
• Cair, tidak berwarna, tidak
iritatif, berbau agak harum, tidak
eksplosif, lebih stabil
dibandingkan dengan halotan
dan induksinya lebih cepat
dibandingkan dengan halotan
• Biotransformasi
 Hanya ± 2-8% metabolisme
di hati, >> keluar utuh lewat
respirasi.
 Pemulihan sangat cepat.
ANESTESI INHALASI
ENFLURANE
SSP
• Dosis >  “twitching” (tonik-klonik) pada otot muka dan anggota gerak terutama bila
pasien mengalami hipokapnea  tidak dianjurkan pd px yang mempunyai riwayat
epilepsi
• Vasodilatasi PD otak  pd dosis < tdk menimbulkan ↑ ICP  dapat untuk op.
intrakranial

Kardiovaskular
• Secara kualitatif efeknya sama dengan halotan
• Kombinasi dengan adrenalin 3 kali lebih aman dibanding halotan

Respirasi
• Depresi respirasi ~ dosis
• Iritasi mukosa jalan nafas (-)

Ginjal
• RBF dan GFR↓  diuresis ↓
• Fluorida anorganik  hati-hati pd px dgn ggg fx ginjal
ANESTESI INHALASI
ENFLURANE
Otot rangka
• Menurunkan tonus otot rangka melalui mekanisme depresi
pusat motorik pada serebrum
• Potensisasi dengan pelumpuh otot non depol.

Hati
• Ggg fungsi hati yang ringan yang sifatnya reversibel

Uterus
• Depresi tonus otot uterus, namun respon uterus terhadap
oksitosin tetap baik selama dosis enfluran rendah
ANESTESI INHALASI
ENFLURANE
Dosis

• Induksi = 2 – 3% bersama N2O


• Pemeliharaan
• Nafas spontan = 1 – 2,5%
• Nafas kendali = 0,5 – 1%
Kontra indikasi

• Ggg fx ginjal
Keuntungan dan kelemahan

• Keuntungan: induksi cepat, tidak iritatif thdp mukosa jln


nafas, pulih lebih cepat drpd halotan, tidak mual muntah,
tdk menggigil
• Kelemahan: batas keamanan sempit, analgesia dan
relaksasi kurang  hrs kombinasi obat lain, hipotensi
ANESTESI INHALASI

ISOFLURANE
• Cair, tidak berwarna, cukup
iritatif terhadap jalan nafas,
induksi dan pemulihan relatif
cepat
• Biotransformasi
 Hampir seluruhnya
dikeluarkan melalui udara
ekspirasi
 Hanya 0,2% dimetabolisme,
konsentrasi metabolit <<
ANESTESI INHALASI
ISOFLURANE
SSP
• Kelainan EEG (-)
• Vasodilatasi PD otak (-), perubahan sirkulasi serebrum(-),
autoregulasi CBF tetap stabil, me↓ konsumsi O2 otak 
pilihan anestesi pada kraniotomi
Kardiovaskular
• Depresi miokard dan PD lebih ringan, TD dan nadi relatif
stabil  pilihan pd px yg menderita kelainan kardiovask
Respirasi
• Depresi respirasi setara dosis
ANESTESI INHALASI
ISOFLURANE
Ginjal
• RBF dan GFR↓  diuresis ↓

Otot rangka
• Menurunkan tonus otot rangka melalui
mekanisme depresi pusat motorik pada serebrum
• Potensisasi dengan pelumpuh otot non depol.

Hati
• ggg fx hati (-)
ANESTESI INHALASI
ISOFLURANE
Dosis

• Induksi = 2 – 3% bersama N2O


• Pemeliharaan
• Nafas spontan = 1 – 2,5%
• Nafas kendali = 0,5 – 1%
Kontra indikasi

• Kontra indikasi (-)


Keuntungan dan kelemahan

• Keuntungan: induksi cepat, tidak iritatif thdp mukosa jln nafas,


pulih lebih cepat drpd halotan, tidak mual muntah, tdk menggigil.
Efek guncangan kardiovask (-), metabolisme <<, eksitasi SSP (-)
• Kelemahan: batas keamanan sempit, analgesia dan relaksasi
kurang  hrs kombinasi obat lain
ANESTESI INHALASI

DESFLURANE
• Biotransformasi
 Hampir seluruhnya
dikeluarkan melalui
ekspirasi
 Hanya < 0,1%
dimetabolisme
tubuh
ANESTESI INHALASI
DESFLURANE
Efek farmakologi
• Hampir sama dgn isofluran,
tetapi menimbulkan
rangsangan jalan nafas  tidak
bisa untuk induksi
• Simpatomimetik  takikardi
(tp TD tetap normal)
ANESTESI INHALASI
DESFLURANE
Kontra indikasi
• Pd px yg sensitif terhadap drug induced
hyperthermia
• Hipovol berat
• Hipertensi intrakranial

Keuntungan dan kelemahan

• Keuntungan: hampir sama dengan isofluran


• Kelemahan: batas keamanan sempit, analgesia
dan relaksasi kurang  hrs kombinasi obat lain
ANESTESI INHALASI

SEVOFLURANE
• Cair, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
iritatif terhadap jalan nafas  baik untuk
induksi
• Induksi dan pemulihan paling cepat
• Biotransformasi
 Hampir seluruhnya dikeluarkan
melalui udara ekspirasi
 Hanya 2-3% dimetabolisme 
metabolit <<
 Eliminasi sevofluran oleh paru-paru
kurang cepat dibanding desfluran,
tetapi masih lebih cepat dibanding
isofluran,enfluran, dan halotan
ANESTESI INHALASI
SEVOFLURANE
SSP
• CBF sedikit ↑  ICP sedikit ↑
• Laju metab otak me↓ cukup bermakna = isofluran

Kardiovaskular
• Aritmia (-)
• Tahanan vask. dan curah jantung sedikit ↓  TD sedikit ↓
• < atau tidak menyebabkan perubahan aliran darah koroner 
aman untuk px PJK atau yg mempunyai resiko penyakit jantung
iskemik

Respirasi
• Depresi respirasi ~ dosis
ANESTESI INHALASI
SEVOFLURANE
Hepar dan ginjal
• Hepatotoksisitas (-). Me↓ aliran darah ke hepar
paling << dibanding enfluran dan halotan
• Ggg fx ginjal (-)

Otot rangka
• Efek lebih lemah dibandingkan dengan isofluran

Uterus
• Kontraksi uterus spontan dapat dipertahankan
ANESTESI INHALASI
SEVOFLURANE
Dosis

• Induksi = 3 – 5% bersama N2O


• Pemeliharaan
• Nafas spontan = 2 – 3%
Kontra indikasi
• Nafas kendali = 0,5 – 1%
• Hati-hati pd px yg sensitif drug induced
hyperthermia
• Hipovolemik berat
• Hipertensi intrakranial

Keuntungan dan kelemahan

• Keuntungan: induksi cepat, tidak iritatif thdp


mukosa jln nafas, pulih paling cepat
• Kelemahan: batas keamanan sempit, analgesia dan
relaksasi kurang  hrs kombinasi obat lain.
ANESTESI INHALASI

NITROUS OXIDE (N2O)


• Gas, tidak berwarna, berbau
harum manis, tidak iritatif.
• Anestesi lemah dan harus
diberikan dengan konsentrasi
besar (lebih dari 65%) agar
efektif.
• Paling sedikit 20% atau 30%
oksigen harus diberikan
sebagai campuran, karena
konsentrasi N2O lebih besar
dari 70-80% dapat
menyebabkan hipoksia.
ANESTESI INHALASI

NITROUS OXIDE (N2O)


Ambilan, Distribusi, Biotransformasi, dan Eliminasi

• Absorbsi dan eliminasi lebih cepat


• Jaringan dengan aliran darah >> (otak, jtg, hati, ginjal)
menerima N2O >>
• Tidak atau < mengalami biotransformasi
• Eliminasi melalui paru dan sbgn kecil lewat kulit
• Pada saat N2O dihentikan pemberiannya, N2O berdifusi
keluar dari darah dan masuk ke alveoli  hipoksia difusi
 O2 100% 3-5’
ANESTESI INHALASI

SSP
NITROUS OXIDE (N2O)
• Analgesia, hipnotik (-)
• Efek perubahan TIK <<
Kardiovaskular
• TD tetap stabil
Respirasi
• Iritasi epitel jalan nafas(-)  dapat diberikan pd px asma (resiko spasme bronkus -)
Gastrointestinal
• Pengaruh thdp tonus dan motilitas (-)
Ginjal
• pengaruh (-)
Otot rangka
• Relaksasi (-)
Uterus
• Kontraksi uterus tidak terpengaruh
Hematopoietik
• Jangka lama  anemia megaloblastik
ANESTESI INHALASI

NITROUS OXIDE (N2O)


Penggunaan klinik
• Selalu dikombinasikan dengan oksigen dengan
perbandingan N2O : O2
• 70 : 30 (untuk pasien normal)
• 60 : 40 (untuk pasien yang memerlukan
tunjangan oksigen yang lebih banyak)
• 50 : 50 (untuk pasien yang beresiko tinggi)
• N2O hanya bersifat analgesia lemah  selalu
dikombinasikan dengan obat lain yang
berkhasiat sesuai dengan target “trias
anestesia” yang ingin dicapai.
Perbandingan Farmakologi Klinik Anestesi Inhalasi
Nitrous Isofluran/
Anestetik inhalasi Halotan Enfluran Sevofluran
Oksida Desfluran
CO 0 -* --* 0 0
HR 0 0 ++* + 0
BP 0 -* --* --* --
Kontraktilitas -* ---* --* --* --
SVR 0 0 - -- -
PVR + 0 0 0 0
TIK + ++ ++ + +
CBF + ++ + + +
Kejang - - + - -
Aliran Darah
- -- -- - -
Hepar
RR + ++ ++ + +
VT - - - - -
PaCO2 0 + ++ + +
*=Dose Dependent; 0=No Change; -=Decrease; +=Increase
CO=cardiac output; HR=heart rate; BP=blood preasure; SVR=systemic vasculer resistence; PVR=pulmonary vasculer resistance; TIK=tekanan intrakranial; CBF=cerebral blood flow;
RR=respiratory rate; VT=volume tidal 42
ANESTESI INTRAVENA
 Kegunaan:
◦ Induksi
◦ Rumatan anestesi
◦ Sebagai tambahan pada analgesi regional

Contoh Obat:
- Thiopental
- Ketamin
- Propofol
- Fentanil
ANESTESI INTRAVENA

THIOPENTAL
• Pentothal, thiopentone
• Dalam bubuk, dalam
ampul 500 mg atau 1000
mg

Dosis dan cara pemakaian :

• Untuk induksi, dibuat larutan dalam


akuades atau NaCl 0,9% dengan
konsentrasi 2,5% atau 5%. Dosis untuk
induksi adalah 4-5 mg/kgBB diberikan IV
perlahan.
ANESTESI INTRAVENA

THIOPENTAL
Sifat anestesi thiopentone :
• Induksi cepat
• Pola respirasi tenang dan bisa hipoventilasi
• Tidak punya efek analgetik
• Tidak menimbulkan relaksasi otot
• Pemulihan cepat, tetapi masih ada rasa ngantuk
• Efek samping mual dan muntah jarang dijumpai
ANESTESI INTRAVENA

THIOPENTAL
Indikasi pemakaian thiopentone :

• Induksi anestesia
• Obat tambahan pada analgesia regional
• Anti kejang
• Anestesia tunggal misalnya pada tidakan
reposisi
• Hipnotik pada pasien di ruang terapi
intensif
ANESTESI INTRAVENA

PROPOFOL
 Diprivan, recofol, safol
 Sediaan  cairan emulsi lemak
berwarna putih susu
 Berisi 20 ml/ampul dengan kepekatan
1% (1 ml = 10 mg), tidak larut dalam air
dan bersifat asam.
 Suntikan intravena menyebabkan nyeri
 Khasiatnya hipnotik murni, tidak
mempunyai efek analgetik maupun
relaksasi otot.
ANESTESI INTRAVENA

PROPOFOL
Dosis

• Dosis bolus untuk induksi 2 – 2.5


mg/kg
• Dosis rumatan untuk anestesi
intravena total 4 – 12 mg/kg/jam
• Dosis sedasi untuk perawatan
intensif 0.2 mg/kg.
ANESTESI INTRAVENA

KETAMIN
Dosis

• Dosis bolus untuk induksi intravena (dalam larutan) 1% 1


– 2 mg/kgBB pelan-pelan dan untuk intramuskular 5 – 10
mg
• Dikemas dalam cairan bening, bersifat agak asam dan
disimpan dalam vial berwarna cokelat
• Kepekatan 1% (1 ml = 10 mg), 5% (1 ml = 50 mg) dan
10% (1 ml = 100 mg).
• Dapat menimbulkan takikardi, hipertensi, hipersalivasi,
nyeri kepala, pasca anestesia dapat menimbulkan mual-
muntah, pandangan kabur
50
ANESTESI INTRAVENA

OPIOID
• Morfin, petidin, fentanil
• Opioid tidak mengganggu kardiovaskular,
sehingga banyak digunakan untuk induksi pasien
dengan kelainan jantung.
ANESTESI INTRAVENA

Fentanil
OPIOID
• Dosis analgesia, 1-2 μg/kgBB (IM) dan untuk induksi
anestesia 50-100μg intravena.
Morfin

• yang biasa digunakan ialah garam HCl, garam sulfat, atau fosfat
alkaloid morfin, dengan sediaan 1 amp 10mg/ml. Dosis yang
digunakan 0,1 mg/KgBB
Petidin
• Tersedia: tablet 50mg dan 100mg dan ampul 2ml/100mg.
• Pemberian biasanya peroral atau IM.
• Pemberian IV menimbulkan reaksi lebih sering dan lebih berat.
Pemberian 50-100mg petidin secara parenteral menghilangkan nyeri
sedang atau hebat pada sebagian besar pasien.
ANESTESI INTRAVENA

OBAT PELUMPUH OTOT


• Pelumpuh otot disebut juga sebagai
obat blokade neuro-muskular.
Penggunaannya
• Untuk fasilitas intubasi pipa endotrakeal
• Relaksasi otot pada reposisi fraktur
tertutup atau dislokasi sendi.
• Menghilangkan spasme laring
• Relaksasi lapangan operasi terutama
pada operasi yang berlangsung singkat.
ANESTESI INTRAVENA

OBAT PELUMPUH OTOT


• Terjadi karena serabut otot mendapat rangsangan
depolarisasi yang menetap sehingga akhirnya
1. Depolarisasi kehilangan respon berkontraksi yang
menyebabkan kelumpuhan

• Terjadi karena reseptor asetilkolin diduduki oleh


2. Non molekul-molekul obat pelumpuh otot non
depolarisasi sehingga proses depolarisasi
Depolarisasi membran otot tidak terjadi dan otot menjadi
lumpuh(lemas)
55
56
ANESTESI INTRAVENA

OBAT PELUMPUH OTOT


Tanda kekurangan pelumpuh otot:
• Cegukan (hiccup)
• Dinding perut kaku
• Ada tahanan pada inflasi paru

Penawar Pelumpuh Otot

• Penawar pelumpuh otot atau antikolinesterase


bekerja pada sambungan saraf-otot mencegah
asetilkolin-esterase bekerja, sehingga asetilkolin dapat
bekerja. Antikolinesterase yang paling sering
digunakan ialah neostigmin (prostigmin), piridostigmin
dan edrophonium
STADIUM ANESTESI
Kedalaman anestesi harus dimonitor terus-menerus oleh pemberi anestesi,
agar tidak terlalu dalam sehingga membahayakan jiwa penderita, tetapi
cukup adekuat untuk melakukan operasi.
dibagi dalam 4 tahap (stadium atau stage)
Tahap 1 (analgesia)

Tahap 2 (eksitasi)

Tahap 3 (pembedahan)

Tahap 4 (paralisis)
STADIUM ANESTESI
Tahap 1 • dimulai dari saat induksi sampai hilangnya
kesadaran.
(analgesia)
• dimulai dari hilangnya kesadaran sampai nafas
Tahap 2 menjadi teratur (otomatik). Pasien sering
meronta-ronta, menahan nafas, batuk, dan
(eksitasi) muntah.
STADIUM ANESTESI
Tahap 3
• dimulai saat pernafasan mulai teratur
(pembedahan)
Plane 1 : nafas teratur, nafas dada dan nafas perut sama besarnya dan fase
geraknya bersamaan. Gerak bola mata mulai lambat sampai akhirnya
diam. Pupil masih kecil seperti semula.
Plane 2 : nafas teratur, nafas dada dan nafas perut mulai berkurang besarnya
tetapi fase geraknya masih bersamaan. Pupil mulai membesar (midriasis)
dan refleks cahaya masih ada meskipun mungkin menjadi lambat.
Plane 3 : gerak nafas dada yang makin kecil dan fase geraknya tertinggal di belakang
nafas perut (see-saw respiration). Pupil midriasis, refleks cahaya negatif.
Plane 4 : gerak nafas perut saja, tak teratur (gasping) bahkan terhenti (apnea).
STADIUM ANESTESI

• kelumpuhan total otot


Tahap 4 diafragma, nafas berhenti,
pupil dilatasi maksimal,
(paralisis) penderita di ambang
kematian.

Anda mungkin juga menyukai