Problem:
Lab. Finding :
Hb : 5 g/dL (↓)
Hct : 16 % (↓)
Leukosit : 5000 /mm3 (N)
Trombosit : 450.000 /mm3 (↑)
Diff count : eosinofil : 5 (↑)
Feses : eritrosit : 10-12
Parasit : telur Hookworm
Dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium, menunjukkan Mr. Beno
mengalami Anemia Defisiensi Besi dengan infeksi parasit (infeksi Hookworm).
1. Siklus Hidup Hook Worm
Telur → Larva rhabditiform → Larva filariform → Hook Worm dewasa.
HISTOLOGI
3. Struktur Eritrosit
Tidak mempunyai inti sel.
Hampir semua eritrosit mamalia berbentuk cakram yang bikonkaf, tanpa nucleus.
Diameter 7,5 Mm, ketebalan 2,6 Mm di pinggir dan 0,8 Mm di tengah.
Eritrosit dengan diameter > 9 Mm disebut macrocytic dan bila < 6 Mm disebut microcytic.
Ukuran yang bervariasi disebut anicositosis.
Konsentrasi normal eritrosit dalam darah 3,9-5,5 juta/mm 3 untuk wanita dan 4,1-6 juta/mm 3
untuk pria.
4. Hematopoiesis
Yaitu suatu proses pembentukan sel-sel darah mature dari stem cell dan sel precursor dengan
cara diferensiasi.
Proses ini bisa dilakukan secara in vivo dan in vitro, dimana dimulai dari stem cell yang
menghasilkan eritrosit, granulosit, monosit dan megakariositik dengan proses eritropoiesis,
granulopoiesis monositopoiesis, dan megakariositopoiesis / thrombocytopoiesis.
6. Mekanisme Erytropoiesis
Produksi eritrosit dikontrol oleh hormone, terutama erythropoietin (Epo) dari ginjal. Proses dari
erythropoiesis bertujuan untuk memproduksi sel tanpa organel, tetapi dengan Hb. Precursor
eritrosit pertama adalah proeritroblast yang memiliki beberapa organel sitoplasmik dan tidak
memiliki Hb.Tahapan selanjutnya dikarakterisasikan dengan 3 sifat utama:
1. Ukuran sel mengecil serta extrusi nucleus.
2. Hilangnya organel secara progresif (adanya beberapa ribosom pada tahapan awal membuat
nucleus menjadi basofilik. Tapi lama kelamaan pudar seiring dengan berkurangnya jumlah
ribosom).
3. Peningkatan Hb sitoplasmik.
BIOKIMIA
7. Sintesis Heme dari Suksinil Ko-A dan Glisin
Dalam sel hidup, heme disintesis dari 2 bahan awal yaitu Suksinil Ko-A (yang berasal dari siklus
asam sitrat di mitokondria) dan asam amino glisin. Juga memerlukan piroksidal fosfat untuk
mengaktivasi glisin. Produk dari penggabungan suksinil Ko-A dan glisin adalam asam α-amino
levulinat (ALA). Rangkaian reaksi-reaksi ini dikatalase oleh ALA-sintase, yaitu enzim penentu
kecepatan biosintesis porfirin di hepar. Sintesis ALA terjadi di mitokondria.
Di sitosol, 2 molekul ALA disatukan oleh enzim ALA-dehidratase untuk membentuk 2 molekul
air dan satu porfobilinogen (PBG). ALA-dehidratase mengandung seng dan peka terhadap
inhibisi oleh timbal.
Pembentukan tetrapirol siklik terjadi melalui kondensasi 4 molekul PBG yang memadat dari
kepala ke ekor untuk membentuk sebuah tetrapirol linear, yaitu hidroksimetilbilan 2+(HMB).
Reaksi ini dikatalisis oleh uroporfirinogen I sintase yang disebut juga PBG diaminase / HMB
sintase. HMB secara spontan mengalami siklisasi untuk membentuk uroporfirinogen I atau
diubah menjadi uroporfirinogen III oleh kerja uroporfirinogen III sintase. Pada kondisi normal,
uroporfirinogen yang terbentuk sebagian besar berada dalam bentuk isomer III.
- Uroporfirinogen memiliki cincin pirol yang dihubungan oleh jembatan metilen yang tidak
membentuk system cincin terkonjugasi. Oleh karena itu senyawa ini tidak berwarna. Namun
mudah teroksidasi menjadi porfirin berwarna.
- Uroporfirinogen III diubah menjadi koproporfirinogen III oleh dekarboksilasi semua gugus
asetat, yang mengubah uroporfirinogen I menjadi koproporfirinogen I. Selanjutnya
koproporfirinogen III memasuki mitokondria dan berubah menjadi protoporfirinogen III
kemudian menjadi protoporfirin III.
- Enzim mitokondria koproporfirinogen oksidase mengkatalisis dekarboksilasi dan oksidasi 2
rantai sisi proplonat untuk membentuk protoporfirinogen. Enzim ini hanya mampu bekerja
pada koproporfirinogen III inilah yang menjadi alasan mengapa protoporfirin I jarang
ditemukan di alam.
- Oksidasi protoporfirinogen menjadi protoporfirin dikatalisis oleh enzim mitokondria yang
lain yaitu protoporfirinogen oksidase. Pada hepar perubahan koproporfirinogen menjadi
protoporfirin memerlukan molekul O2.
ANEMIA
Faktor Prepitasi
Faktor Predisposisi - Intake Fe yang tidak
- Menstruasi mencukupi
- Genetik - Diet yang salah
- Kehilangan darah
- Kehamilan
↓ Intake Fe dari asupan makanan, dengan kehilangan darah
O2 dan Hemoglobin ↓
Jika berkepanjangan:
Nyeri dada (kurangnya O2 pada jantung)
Nafas pendek walaupun ketika beristirahat
Parestesia (menunjukkan pengaruh saraf)
Disorientasi dan kebingungan (otak kekurangan O2)
Sel darah merah dan Hct rendah
Tanda
- Pallot
- Koilonikia
- Choilosis
- Blue sclera
- Conjunctiva pucat
26. Farmakokinetik
a. Absorbsi
o Normal : 5-10% / 0,5-1 mg/hari
o Meningkat : pada wanita menstruasi 1-2 mg/hari
Pada wanita hamil 3-4 mg/hari
o Tempat : duodenum / proximal jejunum
o Makanan yang mengandung besi : daging, sayuran dan biji-bijian
o Besi yang diserap dalam bentuk Ferro (Fe2+)
b. Distribusi
o Fe diangkut di plasma oleh transferin
o Kompleks transferin Fe masuk ke sel erythroid yang sudah berkembang
o Melakukan endositosis Fe dan transferin kembali ke plasma.
c. Penyimpanan
o Diikat oleh protein apoferitin membentuk feritin (simpanan besi)
o Bila kadar besi bebas menurun: sintesis apoferitin ↑ untuk menghindari toksisitas besi.
o Kadar feritin serum dapat digunakan untuk memperkirakan simpanan besi total dalam
tubuh.
o Fe disimpan di: - sel-sel mukosa usus (dalam bentuk feritin)
- makrofag dihepar, spleen, hepatosit parenchymal dan tulang
d. Eliminasi
o Sebagian besar melalui feses, sebagian kecil melalui empedu, urin dan keringat.
o Yang di eksresi 1 mg/hari