http://www.ihtc.org/patient/blood-disorders/other-hematological-disorders/white-blood-celldisorders/
diatas
pembentukan
eritrosit, sel
induk
pluripotent
Proeritoblast: sel besar dengan kromatin jarang, terdapat satu atau dua nucleolus, dan
sitoplasmanya basofilik
Eritroblas basofilik: terdapat cicin sitoplasma basofilik dan inti yang lebih padat tanpa
nucleolus yang jelas
Eritroblas polikromatofilik: Sel ini memperlihatkan berkurangnya ribosom basofilik
dan peningkatan kadar hemoglobin asidofilik didalam sitoplasmanya. Akibatnya, sel
ini memiliki beragam warna didalam sitoplasmanya.
Eritroblas ortokromatofilik (normoblas): ukuran sel semakin mengecil, pemadatan
material inti, dan sitoplasma eosinofilik yang lebih seragam. Pada tahap ini, eritrosit
yang belum matang mengeluarkan inti.
Retikulosit: Terdapat ribosom yang dapat diwarnai sitoplasmanya
1
- Eritrosit
c. Memahami dan Menjelaskan Faktor-faktor Eritropoesis
Dipengaruhi oleh hormon eritropoietin. Eritropoietin adalah suatu
glikoprotein yang mengandung 165 residu asam amino dan 4 rantai oligosakarida
yang penting untuk aktivitasnya secara in vivo.
Eritopoietin meningkatkan jumlaah sel induk yang peka eritropoietin di
sumsum tulang. Sel-sel induk ini kemudian berubah menjadi prekursor sel darah
merah dan akhirnya menjadi eritrosit matang.
Eritropoietin meningkat pada saat terjadi anemia, hipoksia, insufisiensi paru
dan perdarahan. Sebaliknya, eritropoietin akan menurun bila volume darah merah
meningkat di atas normal akibat transfusi dan juga akibat dari insufisiensi ginjal.
(Ganong 2008)
Zat yang diperlukan untuk Eritripoiesis :
1) Zat Besi (Fe)
Untuk sintesis Hb
Kebutuhan 2 4 mg/hari
Disimpan : 60% (Hb), 10% (mioglobin, enzim), 30% (feritin,hemosiderin)
6-8% diserap di duodenum, dipengaruhi oleh: HCl, vit C
2) Vitamin B12 dan asam folat
Untuk sintesis DNA (protein)
Absorbsinya memerlukan faktor intrinsik (sel parietal lambung)
3) Vitamin E, B6, B1
4) Hormon tiroksin, androgen
d. Memahami dan Menjelaskan Morfologi Eritrosit
http://www.medicalook.com/human_anatomy/organs/Blood.html
http://www.vetmed.vt.edu/education/curriculum/vm8054/Labs/Lab6/Lab6.htm
http://blogs.dickinson.edu/mindmeetsmatter/2010/11/26/hemoglobin/
Molekul hemoglobin terdiri dari globin, apoprotein, dan empat gugus heme,
suatu molekul organik dengan satu atom besi. Hemoglobin tersusun dari empat
molekul protein (globulin chain) yang terhubung satu sama lain. Hemoglobin normal
orang dewasa (HbA) terdiri dari 2 alpha-globulin chains dan 2 beta-globulin chains,
sedangkan pada bayi yang masih dalam kandungan atau yang sudah lahir terdiri dari
beberapa rantai beta dan molekul hemoglobinnya terbentuk dari 2 rantai alfa dan 2
rantai gama yang dinamakan sebagai HbF. Pada manusia dewasa, hemoglobin berupa
3
http://themedicalbiochemistrypage.org/heme-porphyrin.html
a) Faktor ekstrakorpuskuler
i.
Antibodi terhadap eritrosit
Autoantibodi : AIHA (autoimmune hemolitic anemia)
Isoantibodi : HDN (hemolytic disease of new born)
ii. Hipersplenisme
iii. Pemaparan terhadap bahan kimia
iv.
Akibat infeksi bakteri/parasit
v.
Kerusakan mekanis
b) Faktor intrakorpuskuler
i.
Gangguan membran
Hereditary spherocytosis
Hereditary elliptocytosis
ii. Gangguan enzim
Defisiensi Pyruvat kinase
Defisiensi
G6PD
(glucose-6phosphate
dehydrogenase)
iii. Gangguan hemoglobin
Hemoglobinapati structural
Thalasemia
(Bakta,I,Made 2006)
Klasifikasi derajat anemia yang umum dipakai adalah :
Ringan Sekali
Ringan
Sedang
Berat
Hb < 6 g/dl
d) Epitel : pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun, rambut
tipis dan halus
2. Gejala khas masing-masing anemia
1.
2.
3.
4.
10
Jarang terjadi. Ditandai dengan perdarahan paru yang hebat dan berulang serta
adanya infiltrate pada paru yang hilang timbul. Keadaan ini dapat menyebabkan
kadar Hb menurun drastic hingga 1,5-3g/dl dalam 24 jam.
11
b. Atrofi Papil Lidah : permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil
lidah menghilang.
Menurun
Menurun
Menurun
Meningkat
Anemia
akibat
panyakit
kronik
Menurun / N
Menurun / N
Menurun
Menurun
Thalassemia
Anemia
sideroblastik
Menurun / N
Menurun / N
Normal
/ Normal
/
Meningkat
Positif dengan
ring
sideroblastik
Normal
Positif
Menurun
Menurun
Normal
Normal
Meningkat
Positif kuat
Protoporfirin
eritrosit
Elektroforesis
Hb
Meningkat
Meningkat
Normal
Normal
Normal
Hb.A2
meningkat
Normal
13
14
ANTIANEMIA DEFISIENSI
FARMAKOKINETIK
Absorpsi
:
Absorpsi Fe melalui saluran cerna terutama berlangsung di duodenum dan
jejunum proksimal, makin kedistal absorpsinya makin berkurang. Zat ini lebih mudah
diabsorpsi dalam bentuk ferro. Transportnya melalui sel mukosa usus terjadi secara
transport aktif. Ion ferro yang sudah diabsorpsi akan diubah menjadi ion ferri akan
masuk kedalam mukosa. Selanjutnya ion feri akan masuk kedalam plasma dengan
perantara transferrin, atau diubah menjadi ferritin dan disimpan di sel mukosa usus.
Eritropoesis dapat meningkat sampai lebih dari 5 kali pada anemia berat dan
hipoksia. Absorpsi peningkatan Fe bila cadangan rendah atau kebutuhan Fe
meningkat, dan peningkatan eritropoesis. Fe dari makanan yaitu telur, daging merah
sebanyak 5-10%.
Absorpsi Fe : Cobal, Inosin, Etimin, Vit C, Hcl, Suksinat
Absorpsi Fe : Phosphat, Anticid (Ca Co3, MgCl2, Al(OH)3
DISTRIBUSI :
Fe dalam darah akan diikat oleh transferrin (siderofilin), suatu beta 1-globin
glikoprotein untuk diangkut ke berbagai jarinagn, terutama sumsum tulang dan
depot Fe.kapasitas pengikatan total Fe dalam plasma sebanding dengan jumlah total
transferrin plasma, tetapi jumlah Fe dalam plasma tidak selalu menggambarkan
kapasitas pengikatan Fe. Sel-sel reticulum dapat pula mengangkut Fe, yaitu untuk
keperluan eritropoesis dan gudang Fe.
METABOLISME
15
Bila tidak digunakan dalam eritropoesis, Fe mengikat suatu protein yang disebut
apoferitin dan membentuk ferritin. Fe disimpan terutama disel mukosa usus halus
dan dalam sel-sel retikuloendothelial (hati, limpa, dan sumsum tulang).
Fe depot:
Intravena
:diikat oleh apoferitin cepat sekali (protein yang
membentuk feritin) dan disimpan terutama dihati.
Peroral
: akan disimpan dihati dan limpa
Pemecahan eritrosi
: akan disimpan di hati dan limpa
EKSKRESI :
KEBUTUHAN BESI
SUMBER ALAMI
1-5 mg/100 mg (kadar Fe sedang) : daging, ikan, ungags, sayuran hijau, dan
biji-bijian.
INDIKASI :
Sediaan Fe hanya diindikasikan untuk pencegahan dan pengobatan anemia
defisiensi Fe. Penggunaan diluar indikasi menyebabkan penyakit penimbunan Fe
paling sering disebabkan oleh kehilangan darah. Dapat terjadi pada ibu hamil dan
pada masa pertumbuhan, karena kebutuhan meningkat. Banyak anemia yang
mirip anemia defisiensi Fe. Sebagai pegangan untuk diagnostic , bahwa anemia
defisiensi Fe dapat terlihat granula berwarna kuning emas didalam sel-sel
retikuloendothelial sumsum tulang.
16
EFEK SAMPING
Efek samping timbul berupa intoleransi peroral, dan ini sangat tergantung dari jumlah Fe
yang dapat larut dan diabsorpsi pada tiap pemberian.
Gejala yang timbul
Gangguan ini biasanya ringan dan dapat dikurangi dengan mengurangi dosis atau dengan
pemberian setelah makan, walaupun absorpsi dapat berkurang. Dan kemungkinan
timbulnya feses hitam.
Pemberian Fe secara Intra Muskular (IM) dapat menyebabkan reaksi local pada
tempat suntikan, yaitu berupa sakit, warna coklat pada tempat suntikan,
peradangan local dengan pembesaran kelenjar inguinal. Peradangan local lebih
sering terjadi pada pemakaian Intra Muskular (IM) dibandingkan IV (Intra
Vena).
Terjadi reaksi sistemik yaitu pada 0,5-0,8% kasus. Reaksi yang terjadi dalam 10
menit setelah suntika adalah sakit kepala, nyeri otot, myalgia, hemolysis,
takikardi, flushing, berkeringat, mual, muntah, bronkospasme, hipotensi, pusing,
dan kolaps sirkulasi.
Reaksi yang sering timbul dalam 30 menit 24 jam setelah suntikan misalnya
sinkop, demam, menggigil, rash, urtikaria, nyeri dada, perasaan sakit pada
seluruh badan, enselofatia. Reaksi sistemik ini lebih sering terjadi pada
pemberian IV, demikoan pula syok atau henti jantung.
Fortifikasi bahan makanan dengan zat besi, Cara ini lebih ekonomis dari pada
dengan distribusi tablet zat besi. Apalagi kalau distribusinya menggunakan jalur
perdagangan yang sudah ada. Fortifikasi adalah sangat tepat sebagai upaya
pencegahan. Bahan makanan yang di pilih untuk difortifikasi harus sudah di kenal
luas oleh masyarakat dan di makan tiap hari dengan jumlah relatif konstan. Bahan
makanan tersebut adalah : gula pasir, terigu, garam dapur dan penyedap makanan.
Kehadiran Vitamin C dapat meningkatkan derajat absorpasi zat besi. Tetapi
Vitamin C relatif lebih mahal dan kurang stabil jika ditambahkan dalam fortifikasi
bersama-sama zat besi
18