Anda di halaman 1dari 18

Lo. 1.

Memahami dan Menjelaskan Eritropoiesis


a. Memahami dan Menjelaskan Defenisi Eritropoesis
Eritropoesis pembuatan eritrosis, pada janin dan bayi baru lahir proses ini
berlangsung dilimpa dan sumsum tulang, tetapi pada individu yang lebih tua terbatas
di sumsum tulang.
b. Memahami dan Menjelaskan Proses Eritropoesis

http://www.ihtc.org/patient/blood-disorders/other-hematological-disorders/white-blood-celldisorders/

Terlihat dari gambar


berdiferensiasi menjadi:
-

diatas

pembentukan

eritrosit, sel

induk

pluripotent

Proeritoblast: sel besar dengan kromatin jarang, terdapat satu atau dua nucleolus, dan
sitoplasmanya basofilik
Eritroblas basofilik: terdapat cicin sitoplasma basofilik dan inti yang lebih padat tanpa
nucleolus yang jelas
Eritroblas polikromatofilik: Sel ini memperlihatkan berkurangnya ribosom basofilik
dan peningkatan kadar hemoglobin asidofilik didalam sitoplasmanya. Akibatnya, sel
ini memiliki beragam warna didalam sitoplasmanya.
Eritroblas ortokromatofilik (normoblas): ukuran sel semakin mengecil, pemadatan
material inti, dan sitoplasma eosinofilik yang lebih seragam. Pada tahap ini, eritrosit
yang belum matang mengeluarkan inti.
Retikulosit: Terdapat ribosom yang dapat diwarnai sitoplasmanya
1

- Eritrosit
c. Memahami dan Menjelaskan Faktor-faktor Eritropoesis
Dipengaruhi oleh hormon eritropoietin. Eritropoietin adalah suatu
glikoprotein yang mengandung 165 residu asam amino dan 4 rantai oligosakarida
yang penting untuk aktivitasnya secara in vivo.
Eritopoietin meningkatkan jumlaah sel induk yang peka eritropoietin di
sumsum tulang. Sel-sel induk ini kemudian berubah menjadi prekursor sel darah
merah dan akhirnya menjadi eritrosit matang.
Eritropoietin meningkat pada saat terjadi anemia, hipoksia, insufisiensi paru
dan perdarahan. Sebaliknya, eritropoietin akan menurun bila volume darah merah
meningkat di atas normal akibat transfusi dan juga akibat dari insufisiensi ginjal.
(Ganong 2008)
Zat yang diperlukan untuk Eritripoiesis :
1) Zat Besi (Fe)
Untuk sintesis Hb
Kebutuhan 2 4 mg/hari
Disimpan : 60% (Hb), 10% (mioglobin, enzim), 30% (feritin,hemosiderin)
6-8% diserap di duodenum, dipengaruhi oleh: HCl, vit C
2) Vitamin B12 dan asam folat
Untuk sintesis DNA (protein)
Absorbsinya memerlukan faktor intrinsik (sel parietal lambung)
3) Vitamin E, B6, B1
4) Hormon tiroksin, androgen
d. Memahami dan Menjelaskan Morfologi Eritrosit

http://www.medicalook.com/human_anatomy/organs/Blood.html

http://www.vetmed.vt.edu/education/curriculum/vm8054/Labs/Lab6/Lab6.htm

Sel berbentuk cakram bikonkaf, berwarna merah dg bgn tengahnya pucat


7,6 m , tebal 1,9 m dlm apus darah
dewasa : tdk ada inti, mitokondria,
RE, Golgi, ribosom)
Tersebar di seluruh permukaan sajian

Lo. 2. Memahami dan Menjelaskan Biosintesis Hemoglobin


a. Memahami dan Menjelaskan Defenisi Hemoglobin
Hemoglobin adalah protein yg terdiri dari heme dan globin yang berfungsi sbg
transport O2 dalam darah, Hemoglobin terdiri dari empat molekul protein (globulin
rantai) yang terhubung bersama-sama. Setiap rantai globulin berisi struktur pusat
penting yang disebut molekul heme. Tertanam dalam molekul heme adalah besi yang
mengangkut oksigen dan karbon dioksida dalam darah kami. Besi yang terkandung
dalam hemoglobin juga bertanggung jawab untuk warna merah darah.
b. Memahami dan Menjelaskan Struktur Hemoglobin

http://blogs.dickinson.edu/mindmeetsmatter/2010/11/26/hemoglobin/

Molekul hemoglobin terdiri dari globin, apoprotein, dan empat gugus heme,
suatu molekul organik dengan satu atom besi. Hemoglobin tersusun dari empat
molekul protein (globulin chain) yang terhubung satu sama lain. Hemoglobin normal
orang dewasa (HbA) terdiri dari 2 alpha-globulin chains dan 2 beta-globulin chains,
sedangkan pada bayi yang masih dalam kandungan atau yang sudah lahir terdiri dari
beberapa rantai beta dan molekul hemoglobinnya terbentuk dari 2 rantai alfa dan 2
rantai gama yang dinamakan sebagai HbF. Pada manusia dewasa, hemoglobin berupa
3

tetramer (mengandung 4 subunit protein), yang terdiri dari masing-masing dua


subunit alfa dan beta yang terikat secara nonkovalen. Subunit-subunitnya mirip secara
struktural dan berukuran hampir sama
Pada pusat molekul terdapat cincin heterosiklik yang dikenal dengan porfirin
yang menahan satu atom besi; atom besi ini merupakan situs/loka ikatan oksigen.
Porfirin yang mengandung besi disebut heme Tiap subunit hemoglobin mengandung
satu heme, sehingga secara keseluruhan hemoglobin memiliki kapasitas empat
molekul oksigen. Pada molekul heme inilah zat besi melekat dan menghantarkan
oksigen serta karbondioksida melalui darah, zat ini pula yang menjadikan darah kita
berwarna merah
c. Memahami dan Menjelaskan Fungsi Hemoglobin

Slide Prof.Abdul Salam M.Sofro ,BIOSYNTHESIS & CATABOLISM OF


HEMOGLOBIN
Hemoglobin berperan dalam memelihara fungsi transport oksigen dari paruparu ke jaringan-jaringan. Sel darah merah dalam darah arteri sistemik mengangkut
oksigen dari paru-paru ke jaringan dan kembali dalam darah vena dengan karbon
dioksida (CO2) ke paru-paru. Ketika molekul hemoglobin memuat dan melepas O2,
masing-masing rantai globin dalam molekul hemoglobin mendorong satu sama lain.
Ketika O2 dilepas, rantai-rantai tertarik-pisah, memudahkan masuknya metabolit 2,3difosfogliserat (2,3-DPG) yang mengakibatkan rendahnya afinitas molekul untuk O2.
Pergerakan ini bertanggung jawab terhadap bentuk sigmoid kurve disosiasi O2
hemoglobin. P 50 (tekanan parsial O2 pada hemoglobin setengah jenuh dengan O2)
darah normal adalah 26,6 mmHg. Dengan peningkatan afinitas untuk O2, kurve
bergeser ke kiri (P 50 turun) sementara dengan penurunan afinitas untuk O2, kurve
bergeser ke kanan (P 50 naik). Normal di dalam tubuh, pertukaran O2 bekerja
diantara kejenuhan 95% (darah arteri) dengan tekanan O2 arteri rata-rata 95 mmHg
dan kejenuhan 70% (darah vena) dengan tekanan O2 vena rata-rata 40 mmHg. Posisi
kurve normal tergantung pada konsentrasi 2,3-DPG, ion H+ dan CO2 dalam sel
darah merah dan pada struktur molekul hemoglobin. Konsentrasi tinggi 2,3-DPG,
H+ atau CO2, dan adanya hemoglobin tertentu, misalnya hemoglobin sabit (Hb S)
menggeser kurve ke kanan sedangkan hemoglobin janin (Hb F) yang tidak dapat
mengikat 2,3-DPG dan hemoglobin abnormal tertentu yang langka berhubungan
dengan polisitemia menggeser kurve ke kiri karena hemoglobin ini kurang mudah
melepas O2 daripada normal. Jadi oksigen binding/dissosiasi dipengaruhi oleh pO2,
pCO2, pH, suhu tubuh dan konsentrasi 2,3-DPG.
Hb A : terdiri dari 2 alpha-globulin chains dan 2 beta-globulin chains (dewasa)
Hb F : 2 rantai alfa dan 2 rantai gama (bayi)
4

Hb A2 : terdiri dari 2 alpha-globulin chains dan 2 beta-globulin chains(dewasa minor)


d. Memahami dan Menjelaskan Biosintesis Hemoglobin
Sintesis heme sintesis heme terjadi di mitokondria melalui suatu rangkaian
reaksi biokimia yang bermula dengan kondensasi glisin dan suksinil koenzim A oleh
kerja enzim kunci yang bersifat membatasi kecepatan reaksi yaitu asam
aminolevulinat sintase membentuk asam aminolevulinat/ALA. Dalam reaksi ini glisin
mengalami dekarboksilasi. Piridoksal fosfat adalah koenzim untuk reaksi ini yang
dirangsang oleh eritropoietin. Dalam reaksi kedua pada pembentukan hem yang
dikatalisis oleh ALA dehidratase, 2 molekul ALA menyatu membentuk pirol
porfobilinogen. Empat dari cincin-cincin pirol ini berkondensasi membentuk sebuah
rantai linear dan mengandung gugus asetil (A) dan propionil (P). Gugus asetil
mengalami dekarboksilasi untuk membentuk gugus metil. Kemudian dua rantai
sisi propionil yang pertama mengalami dekarboksilasi dan teroksidasi ke gugus vinil,
membentuk protoporfirinogen Akhirnya, Jembatan metilen mengalami oksidasi untuk
membentuk protoporfirin IX. Protoporfirin bergabung dengan Fe2+ untuk membentuk
heme. Masing- masing molekul heme bergabung dengan satu rantai globin yang
dibuat pada poliribosom, lalu bergabunglah tetramer yang terdiri dari empat rantai
globin dan heme nya membentuk hemoglobin. Pada saat sel darah merah tua
dihancurkan, bagian globin dari hemoglobin akan dipisahkan, dan hemenya diubah
menjadi biliverdin. Lalu sebagian besar biliverdin diubah menjadi bilirubin dan
diekskresikan ke dalam empedu. Sedangkan besi dari heme digunakan kembali untuk
sintesis hemoglobin. Pada langkah terakhir jalur ini, besi (sebagai Fe 2+)
digabungkan ke dalam protoporfirin IX dalam reaksi yang dikatalisis oleh
ferokelatase (dikenal sebagai heme sintase).

http://themedicalbiochemistrypage.org/heme-porphyrin.html

Lo. 3. Memahami dan Menjelaskan Anemia


a. Memahami dan Menjelaskan Defenisi Anemia
Anemia adalahpenurunan jumlah massa eritrosit (red cell mass) sehingga tidak
dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam yang cukup ke jaringan
perifer.
b. Memahami dan Menjelaskan Etiologi Anemia
Pada dasarnya anemia disebabkan oleh gangguan pembentukan eritrosit di
sumsum tulang (produksi eritrosit menurun), kehilangan eritrosit dari tubuh
(perdarahan), proses peningkatan penghancuran eritrosit dalam tubuh sebelum
waktunya (hemolisis).
c. Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Anemia
a. Klasifikasi berdasarkan morfologi
1) Anemia Hipokromik Mikrositer
a) Anemia defisiensi besi
b) Thalasemia
c) Anemia akibat penyakit kronik
d) Anemia sideroblastik
2) Anemia Normokromatik Normositer
a) Anemia pasca perdarahan akut
b) Anemia aplastik-hipoplastik
c) Anemia hemolitik terutama yang didapat
d) Anemia akibat penyakit kronis
e) Anemia mieloplastik
f) Anemia pada gagal ginjal kronis
g) Anemia pada mielifibrosis
h) Anemia pada sindroma mielodiplastik
i) Anemia pada leukimia akut
3) Anemia Makrositer
a) Megaloblastik
i.
Anemia defisiensi folat
ii. Anemia defisiensi vitamin B12
b) Non megaloblastik
i.
Anemia pada penyakit hati kronik
ii. Anemia pada hipotiroid
iii. Anemia pada sindroma mielodiplastik
b. Klasifikasi berdasarkan etiopatogenesis
1) Produksi eritrosit menurun
a) Kekurangan bahan untuk eritrosit
b) Gangguan utilisasi besi
c) Kerusakan jaringan sumsum tulang
d) Fungsi sumsum tulang kurang baik oleh karena sebab tidak
diketahui
2) Kehilangan eritrosit dari tubuh
a) Anemia pasca perdarahan akut
b) Anemia pasca perdarahan kronik
3) Peningkatan penghancuran eritrosit dalam tubuh
6

a) Faktor ekstrakorpuskuler
i.
Antibodi terhadap eritrosit
Autoantibodi : AIHA (autoimmune hemolitic anemia)
Isoantibodi : HDN (hemolytic disease of new born)
ii. Hipersplenisme
iii. Pemaparan terhadap bahan kimia
iv.
Akibat infeksi bakteri/parasit
v.
Kerusakan mekanis
b) Faktor intrakorpuskuler
i.
Gangguan membran
Hereditary spherocytosis
Hereditary elliptocytosis
ii. Gangguan enzim
Defisiensi Pyruvat kinase
Defisiensi
G6PD
(glucose-6phosphate
dehydrogenase)
iii. Gangguan hemoglobin
Hemoglobinapati structural
Thalasemia
(Bakta,I,Made 2006)
Klasifikasi derajat anemia yang umum dipakai adalah :
Ringan Sekali

Hb 10 g/dl cut off point

Ringan

Hb 8 g/dl Hb 9,9 g/dl

Sedang

Hb 6 g/dl 7,9 g/dl

Berat

Hb < 6 g/dl

d. Memahami dan Menjelaskan Gejala Klinis Anemia


Gejala anemia sangat bervariasi, tetapi pada umumnya dapat dibagi menjadi 3
golongan besar, yaitu:
1. Gejala umum anemia
Disebut juga sebagai sindrom anemia, atau anemic syndrome. Gejala
umum anemia adalah gejala yang timbul pada semua jenis anemia pada kadar
hemoglobin yang sudah menurun di bawah titik tertentu. Gejala ini timbul
karena anoksia organ target dan mekanisme kompensasi tubuh terhadap
penurunan hemoglobin.
Gejala-gejala tersebut jika diklasifikasikan menurut organ yang terkena
adalah sebagai berikut:
a) System kardiovaskular : lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak nafas,
angina pectoris dan gagaljantung
b) System saraf : sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata berkunangkunang, kelemahan otot, iritabel.
c) Sistem urogenital : gangguan hadidan libido menurun

d) Epitel : pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun, rambut
tipis dan halus
2. Gejala khas masing-masing anemia
1.
2.
3.
4.

Anemia defisiensi besi : disfagia, atropi papil lidah, stomatitis angularis


Anemia defisiensi asam folat : lidah merah (buffy tongue)
Anemia hemolitik : icterus dan hepatosplenomegali
Amemia aplastik : pendarahan kulit atau mukosa dan tanda-tanda infeksi

3. Gejala akibat penyakit dasar


Disebabkan karena penyakit yang mendasari anemia misalnya, anemia
defisiensi besi yang disebabkan oleh infeksi cacing tambang.
e. Memahami dan Menjelaskan Diagnosis Anemia
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium Hematologik
1. Tes penyaring
Dikerjakan pada tahap awal pada tiap kasus anemia. Dalam pemeriksaan ini
dapat dipastikanadanya anemia dan bentuk morfologinya.
Pemeriksaannya meliputi :
5. Kadar Hb
6. Indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC) . Dapat mengetahui Hb, WBC,
RBC, RDW
7. Apusan darah tepi
2. Pemeriksaan rutin
Untuk mengetahui kelainan pada sistem leukosit dan trombosit.
Yang diperiksa adalah :
8. Laju endap darah
9. Hitung deferensial
10. Hitung leukosit
3. Pemeriksaan sumsum tulang
Jika dalam kasusnya terdiagnosis definitif. Masih dianggap sebagai standar
emas untuk penilaian cadangan besi, walaupun mempunyai beberapa
keterbatasan. Pemeriksaan histologis sumsum tulang dilakukan untuk
menilai jumlah hemosiderin dalam sel-sel retikulum. Tanda karakteristik
dari kekurangan zat besi adalah tidak ada besi retikuler.
Keterbatasan metode ini seperti sifat subjektifnya sehingga tergantung
keahlian pemeriksa, jumlah struma sumsum yang memadai dan teknik yang
dipergunakan. Pengujian sumsum tulang adalah suatu teknik invasif,
sehingga sedikit dipakai untuk mengevaluasi cadangan besi dalam populasi
umum.

4. Periksaan atas indikasi khusus


Dikerjakan jika sudah mendapat diagnosis awal dan untuk mengkonfirmasi
kebeneran dari diagnosis.
Pemeriksaannya tergantung dari penyakitnya
11. Anemia defisiensi besi : serum iron, TIBC, saturasi transferin dan
feritin serum
12. Anemia megaloblastik : asam folat darah, vit B12
13. Anemia hemolitik: hitung retikulosit, tes Coombs, elektroforesis Hb
A. Pemeriksaan laboratorium non-hematologik
Faal ginjal
Faal endokrin
Asam urat
Faal hati
Biakan kuman
B. Pemeriksaan penunjang lain
Biopsi kelenjar dilanjutkan dengan pemeriksaan histopatologi
Radiologi : torak, bone survey, USG, skening, limfangiografi
Pemeriksaan sitogenik
Pemeriksaan biologi molekular (PCR dan FISH)

Lo. 4. Memahami dan Menjelaskan Anemia Defisiensi Besi


a. Memahami dan Menjelaskan Defenisi Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya
persediaan besi untk eritropoiesis, karena cadangan besi kosong (depleted iron store)
sehingga pembentukan hemoglobin berkurang.
b. Memahami dan Menjelaskan Epidemiologi Anemia Defisiensi Besi
Anemia ini merupakan anemia yang paling sering dijumpai di negara
berkembang. Martoatmojo et al memperkirakan prevalensi ADB di Indonesia adalah
16-50% pada laki-laki, 25-84% pada perempuan tidak hamil, dan 46-92% pada
perempuan hamil. Anemia ini merupakan bentuk anemia yang paling prevalens,
termasuk anemia defisiensi nutrisi. Pada anak-anak usia 1-2 tahun terjadi anemia
bentuk ini hingga 47%

c. Memahami dan Menjelaskan Etiologi Anemia Defisiensi Besi


Terjadinya ADB sangat ditentukan oleh kemampuan absorpsi besi, diit yang
mengandung besi, kebutuhan besi yang meningkat dan jumlah yang hilang.
Kekurangan besi dapat disebabkan:
Kebutuhan yang meningkat secara fisiologis
Pertumbuhan
Pada periode pertumbuhan cepat yaitu pada umur 1 tahun pertama dan masa
remaja kebutuhan besi akan meningkat, sehingga pada periode ini insiden
ADB meningkat. Pada bayi umur 1 tahun, berat badannya meningkat 3 kali
dan massa hemoglobin dalam sirkulasi mencapai 2 kali lipat dibanding saat
lahir. Bayi premature dengan pertumbuhan sangat cepat, pada umur 1 tahun
berat badannya dapat mencapai 6 kali dan massa hemoglobin dalam sirkulasi
mencapai 3 kali dibanding saat lahir.
Menstruasi
Penyebab kurang besi yang sering terjadi pada perempuan adalah kehilangan
darah lewat menstruasi.
Kurangnya besi yang diserap
Masukan besi dari makanan yang tidak adekuat
Malabsorpsi besi
Keadaan ini sering dijumpai pada anak kurang gizi yang mukosa ususnya
mengalami perubahan secara histology dan fungsional. Pada orang yang telah
mengalami gastrektomi parsial atau total sering disertai ADB walaupun
penderita mendapat makanan yang cukup besi. Hal ini disebabkan
berkurangnya jumlah asam lambung dan makanan lebih cepat melalui bagian
atas usus halus, tempat utama penyerapan besi heme dan non heme.
Perdarahan
Merupakan penyebab penting terjadinya ADB. Kehilangan darah akan
mempengaruhi keseimbangan status besi. Kehilangan darah 1 ml akan
mengakibatkan kehilangan besi 0,5 mg, sehingga kehilangan darah 3-4 ml/ hari
(1,5-2 mg besi) dapat mengakibatkan keseimbangan negative besi.
Perdarahan dapat berupa perdarahan saluran cerna, milk induced enteropathy,
ulkus peptikum, karena obat-obatan (asam asetil salisilat, kortikosteroid,
indometasin, obat anti inflamasi non steroid) dan infestasi cacing (Ancylostoma
duodenale dan Necaor americanus) yang menyerang usus halus bagian proksimal
dan menghisap darah dari pembuluh darah submukosa usus.
Transfuse feto-maternal
Kebocoran darah yang kronis ke dalam sirkulasi ibu akan menyebabkan ADB
pada akhir masa fetus dan pada awal masa neonates.
Hemoglobinuria
Dijumpai pada anak yang memakai katup jantung buatan. Pada Paroxismal
Nocturnal Hemoglobinuria (PNH) kehilangan besi melalui urin rata-rata 1,8-7,8
mg/hari.
Iatrogenic blood loss
Pada saat pengambilan darah vena (yang banyak) untuk pemeriksaan
laboratorium.
Idiopathic pulmonary hemosiderosis

10

Jarang terjadi. Ditandai dengan perdarahan paru yang hebat dan berulang serta
adanya infiltrate pada paru yang hilang timbul. Keadaan ini dapat menyebabkan
kadar Hb menurun drastic hingga 1,5-3g/dl dalam 24 jam.

Latihan yang berlebihan


Pada atlit yang berolahraga berat, sekitar 40% remaja perempuan dan 17% remaja
laki-laki kadar feritin serumnya < 10ug/dl. Perdarahan saluran cerna yang tidak
tampak sebagai akibat iskemia yang hilang timbul pada usus selama latihan berat
terjadi pada 50% pelari.

d. Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Anemia Defisiensi Besi


Anemia defisiensi besi melalui beberapa fase patologis yaitu:
Deplesi besi
Deplesi besi merupakan tahapan awal dari ADB. Berbagai proses
patologis yang menyebabkan kurangnya besi memacu tubuh untuk
menyesuaikan diri yaitu dengan meningkatkan absorbsi besi dari usus. Pada
tahapan ini tanda yang ditemui adalah penurunan ferritin serum dan besi
dalam sumsum tulang berkurang.
Eritropoesis defisiensi besi
Kekurangan besi yang terus berlangsung menyebabkan besi untuk
eritropoiesis berkurang namun namun secara klinis anemia belum terjadi,
kondisi ini dinamakan eritropoiesis defisiensi besi. Tanda-tanda yang ditemui
pada fase ini adalah peningkatan kadar protoporhyrin dalam eritrosit,
penurununan saturasi transferin, dan peningkatan Total iron binding capacity
(TIBC).
Anemia defisiensi besi
Jika jumlah besi terus menurun maka eritropoiesis akan terus
terganggu dan kadar hemoglobin mulai menurun sehingga terjadi anemia
hipokromik mikrositik. Kondisi ini sudah bisa dikategorikan sebagai anemia
defisiensi besi
Anemia defisiensi besi memberikan dampak kesehatan yang cukup
banyak kepada seseorang misalnya gangguan sistem neuromuscular, gangguan
kognitif, gangguan imunitas, dan gangguan terhadap janin.
Pengaruh Defisiensi Besi Selain Anemia Antara lain:
Sistem nuromuskular yang menimbulkan gangguan kapasitas kerja: defisiensi
besi menimbulkan penurunan fungsi mioglobin, enzim sitokrom dan
menumpuk, kelelahan otot.
Gangguan terhadap fungsi mental dan kecerdasan: gangguan pada enzim
aldehid oksidase, serotonin menumpuk, enzim monoaminooksidase ,
penumpukan katekolamin dalam otak.
Gangguan imunitas dan ketahanan infeksiGangguan terhadap ibu hamil dan
janin yang dikandungnya
e. Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Anemia Defisiensi Besi

11

a. Koilonychia; kuku sendok (spoon nail) : kuku menjadi rapuh bergaris-garis


vertikal dan menjadi cekung sehingga mirip sendok.

b. Atrofi Papil Lidah : permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil
lidah menghilang.

c. Stomatitis Angularis ; adanya keradangan pada sudut mulut sehingga tampak


sebagai bercak berwarna pucat keputihan.

d. Disfagia : nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring.


e. Atrofi mukosa gester sehingga menimbulkan akhloridia
Sindrom Plummer Vinson atau disebut Sindrom Paterson Kelly ;
adalah kumpulan gejala yang terdiri dari anemia hipokromik mikrositer, atrofi
papil lidah dan disfagia.
Gejala Penyakit Dasar
Pada anemia defisiensi besi dapat dijumpai gelaja-gejala penyakit yang
menjadi penyebab anemia defisiensi besi tersebut. Misalnya pada anemia akibat
penyakit cacing tambang danpada anemia karena perdarahan kronis akibat kanker.
f. Memahami dan Menjelaskan Diagnosis Anemia Defisiensi Besi
1. Menentukan adanya anemia dengan mengukur kadar hemoglobin dan
hematocrit
12

2. Memastikan adanya defisiensi besi dengan mengukur konsentrasi serum besi


dab Total iron binding capacity
3. Menentukan penyebab adanya defisiensi besi yang terjadi
Untuk menegakkan diagnosis anemia defisiensi besi harus dilakuka
anemanesis dan pemeriksaan fisik yang teliti disertai pemeriksaan laboratorium yang
tepat.
Secara laboratorik untuk menegakkan diagnosis anemia defisiensi besi dapat
dipakai kriteria diagnosis anemia defisiensi besi (modifikasi dari kriteria Kerlin et al)
sebagai berikut:
Anemia hipokromik mikrositer pada sediaan apus darah tepi, atau MCV < 80 fl
dan MCHC < 31% dengan salah satu kriteria dibawah ini :
1. Dua dari tiga parameter dibawah ini :
a. Besi serum < 50 mg/dl
b. TIBC > 350 mg/dl
c. Saturasi Transferin < 15 %
2. Feritin Serum < 20g/ dl
3. Pengecatan sumsum tulang dengan bitu prusia (Perls stain) menunjukkan cadangan
besi (butir-butir hemosiderin) negatif
4. Pada pemberian sulfas ferosus 3 x 200 mg/hari ( atau pereparat besi lain yang setara)
selama 4 minggu disertai kenaikan kadar hemoglobin > 2g/dl
Kriteria Diagnosis ADB menurun WHO :
1.
2.
3.
4.

Kadar Hb berkurang dari normal sesuai dengan usia


Konsentrasi Hb eritrosit rata0rata < 31 % ( N: 32-35 %)
Kadar Fe serum < 50 g/dl ( N: b0-180g/dl)
Saturasi transferin < 15 % ( N: 20-50%)

g. Memahami dan Menjelaskan Defenisi Banding Anemia Defisiensi Besi


Anemia
defisiensi
besi
MCV
MCH
Besi serum
TIBC

Menurun
Menurun
Menurun
Meningkat

Anemia
akibat
panyakit
kronik
Menurun / N
Menurun / N
Menurun
Menurun

Thalassemia

Anemia
sideroblastik

Menurun / N
Menurun / N
Normal
/ Normal
/
Meningkat
Positif dengan
ring
sideroblastik
Normal

Besi sumsum Negatif


tulang

Positif

Menurun
Menurun
Normal
Normal
Meningkat
Positif kuat

Protoporfirin
eritrosit
Elektroforesis
Hb

Meningkat

Meningkat

Normal

Normal

Normal

Hb.A2
meningkat

Normal

13

h. Memahami dan Menjelaskan Prognosis Anemia Defisiensi Besi


Prognosis baik apabila penyebab anemianya diketahui hanya karena
kekurangan besi saja serta kemudian dilakukan penanganan yang adekuat.
Gejala anemia dan menifestasi klinislannyaa kan membaik dengan pemberian
preparat besi.
Pada kasus ADB karena perdarahan, apabila sumber perdarahan dapat diatasi,
maka prognosis anemia defisiensi besi adalah baik terutama apabila diberikan
terapi Fe yang adekuat. Tentunya penyakit dasar sebagai sumber perdarahan
kronisnya pun menentukan prognosis dari pasien
i. Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan Anemia Defisiensi Besi
Setelah diagnosis ditegakan maka dibuat rencana pemberian terapi, terapi
terhadap anemia difesiensi besi dapat berupa :
1. Terapi kausal: tergantung penyebabnya,misalnya : pengobatan cacing
tambang, pengobatan hemoroid, pengubatan menoragia. Terapi kausal harus
dilakukan, kalau tidak maka anemia akan kambuh kembali.
2. Pemberian preparat besi untuk mengganti kekurangan besi dalam tubuh :
a.Besi per oral : merupakan obat pilihan pertama karena efektif, murah, dan
aman.preparat yang tersedia, yaitu:
i. Ferrous sulphat (sulfas ferosus): preparat pilihan pertama (murah
dan efektif). Dosis: 3 x 200 mg.
ii. Ferrous gluconate, ferrous fumarat, ferrous lactate, dan ferrous
succinate,harga lebih mahal, tetepi efektivitas dan efek samping hampir
sama.
b. Besi parenteral
Efek samping lebih berbahaya, serta harganya lebih mahal. Indikasi, yaitu:
1.
2.
3.
4.

Intoleransi oral berat


Kepatuhan berobat kurang
Kolitis ulserativa
Perlu peningkatan Hb secara cepat (misal preoperasi, hamil
trimester akhir).
Preparat yang tersedia : iron dextran complex, iron sorbitol citric acid
complex. Dapat diberikan secara intramuskular dalam atau intravena
pelan.
Kebutuhan besi (mg) = ( 15-Hb sekarang ) x BB x 3
3. Pengobatan lain
a. Diet : sebaiknya diberikan makanan bergizi dengan tinggi protein
terutama yang berasal dari protein hewani
b. Vitamin C : diberikan 3 x 100 mg per hari untuk meningkatkan absorbsi
besi
c. Transfusi darah : Jarang memerlukan transfusi darah. Indikasi pada :

14

Adanya penyakit jantung anermik dengan ancaman payah


jantung
Anemia yang amat simptomatik misalnya anemia dengan gejala
pusing yang amat mencolok
Penderita memerlukan peningkatan kadar Hb yang cepat,
seperti pada kehamilan trimester akhir atau preoperasi.

ANTIANEMIA DEFISIENSI

DISTRIBUSI DALAM TUBUH


Tubuh manusia sehat mengandung kurang lebih 3,5 g Fe yang hampir seluruhnya
dalam bentuk ikatan kompleks dengan protein. Kira-kira 70% dari Fe yang terdapat
didalam tubuh merupakan Fe fungsionalatau esensial, dan 30% merupakan Fe non
esensial. Fe esensial ini terdapat pada (1) hemoglobin 66% (2) myoglobin 3%
(3)enzim tertentu yang berfungsi dalam transfer electron misalnya sitokromiksidase
dan (4) pada transferrin 0,1%. Besi nonesensial terdapat sebagai cadangan dalam
bentuk ferritin dan hemosiderin sebanyak 25% dan pada jaringan parenkim 5%.
Cadangan Fe pada wanita hanya 200-400 mg, sedangkan pada pria 1 mg.

FARMAKOKINETIK
Absorpsi
:
Absorpsi Fe melalui saluran cerna terutama berlangsung di duodenum dan
jejunum proksimal, makin kedistal absorpsinya makin berkurang. Zat ini lebih mudah
diabsorpsi dalam bentuk ferro. Transportnya melalui sel mukosa usus terjadi secara
transport aktif. Ion ferro yang sudah diabsorpsi akan diubah menjadi ion ferri akan
masuk kedalam mukosa. Selanjutnya ion feri akan masuk kedalam plasma dengan
perantara transferrin, atau diubah menjadi ferritin dan disimpan di sel mukosa usus.

Eritropoesis dapat meningkat sampai lebih dari 5 kali pada anemia berat dan
hipoksia. Absorpsi peningkatan Fe bila cadangan rendah atau kebutuhan Fe
meningkat, dan peningkatan eritropoesis. Fe dari makanan yaitu telur, daging merah
sebanyak 5-10%.
Absorpsi Fe : Cobal, Inosin, Etimin, Vit C, Hcl, Suksinat
Absorpsi Fe : Phosphat, Anticid (Ca Co3, MgCl2, Al(OH)3

DISTRIBUSI :
Fe dalam darah akan diikat oleh transferrin (siderofilin), suatu beta 1-globin
glikoprotein untuk diangkut ke berbagai jarinagn, terutama sumsum tulang dan
depot Fe.kapasitas pengikatan total Fe dalam plasma sebanding dengan jumlah total
transferrin plasma, tetapi jumlah Fe dalam plasma tidak selalu menggambarkan
kapasitas pengikatan Fe. Sel-sel reticulum dapat pula mengangkut Fe, yaitu untuk
keperluan eritropoesis dan gudang Fe.

METABOLISME

15

Bila tidak digunakan dalam eritropoesis, Fe mengikat suatu protein yang disebut
apoferitin dan membentuk ferritin. Fe disimpan terutama disel mukosa usus halus
dan dalam sel-sel retikuloendothelial (hati, limpa, dan sumsum tulang).
Fe depot:
Intravena
:diikat oleh apoferitin cepat sekali (protein yang
membentuk feritin) dan disimpan terutama dihati.
Peroral
: akan disimpan dihati dan limpa
Pemecahan eritrosi
: akan disimpan di hati dan limpa

EKSKRESI :

Jumlah Fe yang diekskresi 0,5 mg sehari (sedikit sekali)


Ekskresi terutama melaui sel epitel kulit dan saluran cerna yang terkelupas,
selain itu melalui keringat, urin, feses, serta rambut dan kuku yang dipotong.
Pada wanita usia subur dan siklus haid 28 hair , jumlah Fe yang diekskresi 0,5-1
mg sehari.

KEBUTUHAN BESI

Faktor yang mempengaruhi jumlah Fe yaitu :


a. Umur
b. Jenis kelamin
c. Jumlah darah dalam badan
d. Depot Fe
Kebutuhan besi yang diperlukan dalam keadaan normal laki-laki asupannya
sebesar 10 mg sehari, dan wanita 12 mg sehari, pada wanita hamil dan
menyusui diperlukan tambahan asupan 5 mg sehari.

SUMBER ALAMI

5 mg/100 mg (kadar Fe tinggi): hati , jantung, kuning telur, ragi, kerang,


kacang-kacangan, dan buah-buahan kering tertentu,

1-5 mg/100 mg (kadar Fe sedang) : daging, ikan, ungags, sayuran hijau, dan
biji-bijian.

1 mg/100 mg (kadar Fe rendah): susu, sayuran yang kurang hijau.

INDIKASI :
Sediaan Fe hanya diindikasikan untuk pencegahan dan pengobatan anemia
defisiensi Fe. Penggunaan diluar indikasi menyebabkan penyakit penimbunan Fe
paling sering disebabkan oleh kehilangan darah. Dapat terjadi pada ibu hamil dan
pada masa pertumbuhan, karena kebutuhan meningkat. Banyak anemia yang
mirip anemia defisiensi Fe. Sebagai pegangan untuk diagnostic , bahwa anemia
defisiensi Fe dapat terlihat granula berwarna kuning emas didalam sel-sel
retikuloendothelial sumsum tulang.
16

EFEK SAMPING

Efek samping timbul berupa intoleransi peroral, dan ini sangat tergantung dari jumlah Fe
yang dapat larut dan diabsorpsi pada tiap pemberian.
Gejala yang timbul

Mual dan nyeri lambung (7-20%)


Konstipasi (10%)
Diare (5%)
Kolik

Gangguan ini biasanya ringan dan dapat dikurangi dengan mengurangi dosis atau dengan
pemberian setelah makan, walaupun absorpsi dapat berkurang. Dan kemungkinan
timbulnya feses hitam.

Pemberian Fe secara Intra Muskular (IM) dapat menyebabkan reaksi local pada
tempat suntikan, yaitu berupa sakit, warna coklat pada tempat suntikan,
peradangan local dengan pembesaran kelenjar inguinal. Peradangan local lebih
sering terjadi pada pemakaian Intra Muskular (IM) dibandingkan IV (Intra
Vena).

Terjadi reaksi sistemik yaitu pada 0,5-0,8% kasus. Reaksi yang terjadi dalam 10
menit setelah suntika adalah sakit kepala, nyeri otot, myalgia, hemolysis,
takikardi, flushing, berkeringat, mual, muntah, bronkospasme, hipotensi, pusing,
dan kolaps sirkulasi.

Reaksi yang sering timbul dalam 30 menit 24 jam setelah suntikan misalnya
sinkop, demam, menggigil, rash, urtikaria, nyeri dada, perasaan sakit pada
seluruh badan, enselofatia. Reaksi sistemik ini lebih sering terjadi pada
pemberian IV, demikoan pula syok atau henti jantung.

Intoksiksasi akut (terjadi 30 menit beberapa jam)

Pada dewasa jarang terjadi

Pada anak-anak yang terlalu banyak menelan tablet FeSO4


yang mirip gula-gula. Intoksikasi ini dapat terjadi setelah
menelan Fe sebanyak 1 gram. Kelainan utama terdapat pada
saluran cerna, mulai dari iritasi, korosi, sampai terjadi nekrosis.

Gejala yang timbul : mual, muntah, diare, hematemesis, serta


feses berwarna hitam karena perdarahan pada saluran cerna,
syok dan akhirnya kolaps kardivaskular dengan bahaya
kematian.efek korosif dapat menyebabkan stenosis pylorus dan
terbentuknya jaringan parut berlebihan.

Gejala keracunan dapat diberika terapi :


Pertama-tama diusahakan agar pasien muntah, kemudian diberikan susu atau
telur yang mengikat Fe sebagai protein Fe. Bila obat diminum kurang dari 1 jam
17

sebelumnya, dapat dilakukan bilasan lambung dengan menggunakan larutan


natrium bikarbonat 1%. Akan tetapi bila obat masuk lebih dari 1 jam , maka
telah terjadi nekrosis sehingga bilasan lambung menyebabkan perforasi.
Selanjutnya keadaan syok dehidrasi dan asidosis harus diatasi. Selain itu
deferoksamin merupakan kelator (chelating agent) spesifik untuk besi, efektif
untuk mengatasi toksiksistemik maupn local.
Intoksiksasi menahun dapat mengakibatkan hemosiderin.

j. Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Anemia Defisiensi Besi


Pendidikan kesehatan, yaitu:
1) Kesehatan lingkungan, misalnya tentang pemakaian jamban dan
perbaikan lingkunagn kerja, misalnya pemakaian alas kaki
2) Penyuluhan gizi : untuk mendorong konsumsi makanan yang
membantu absorbsi besi
Pemberantasan infeksi cacing tambang sebagai sumber perdarahan kronik paling
sering di daerah tropik
Suplementasi besi: terutama untuk segmen penduduk yang rentan, seperti ibu
hamil diberikan suplementasi besi oral sejak perama kali pemeriksaan kehamilan
sampai post postrum dan anak balita pemberian sayur, buah atau jus buah pada
saat usia 6 bulan.
Fortilitas bahan makanan dengan besi. dengan cara menambah masukan besi
dengan mencampurkan senyawa besi kedalam makanan sehari-hari. Fortifikasi
terutama untuk ibu hamil trimester kedua, dan untuk dapat memberikan tambahan
asupan zat besi (Fe) pada remaja putri misalnya, maka fortifikasi Fe akan
dilakukan pada proses pembuatan produk biskuit dari tepung Bahan Makanan
Campuran (BMC).

Fortifikasi bahan makanan dengan zat besi, Cara ini lebih ekonomis dari pada
dengan distribusi tablet zat besi. Apalagi kalau distribusinya menggunakan jalur
perdagangan yang sudah ada. Fortifikasi adalah sangat tepat sebagai upaya
pencegahan. Bahan makanan yang di pilih untuk difortifikasi harus sudah di kenal
luas oleh masyarakat dan di makan tiap hari dengan jumlah relatif konstan. Bahan
makanan tersebut adalah : gula pasir, terigu, garam dapur dan penyedap makanan.
Kehadiran Vitamin C dapat meningkatkan derajat absorpasi zat besi. Tetapi
Vitamin C relatif lebih mahal dan kurang stabil jika ditambahkan dalam fortifikasi
bersama-sama zat besi

18

Anda mungkin juga menyukai