HEMOGLOBIN MUTANT
TIRTA SETIAWAN
G851130101
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PENDAHULUAN
1. Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin adalah suatu kompleks protein yang ditemukan pada
sel darah merah, terdiri dari Fe (besi/Irron) dan bertindak sebagai agen
yang membawa molekul O2 dalam darah pada manusia maupun hewan.
Hemoglobin menjemput O2 di paru-paru dan menyalurkannya ke jaringan,
dimana tiap sel pada jaringan membutuhkan suplai oksigen untuk
aktifitasnya. Terdapat dua bagian yang paling penting dari hemoglobin:
1) Heme: sebuah porphyrin dengan satu ligan Fe pada bagian pusatnya.
Cincin
B.
Fe2+
C.
D.
penyusun pada tiap sisi-sisinya (metil, vinil dan asam propanoat). Tipe
cincin porpirin seperti ini dikenal dengan nama prorophorpirin IX.
Ketika berikatan dengan Fe, kesatuan kompleks tersebut dinamakan
heme. Fe pada hemoglobin bisa dalam keadaan mengikat ferro (Fe2+)
atau Ferri (Fe3+). Heme dengan mengikat ferro (Fe2+) disebut
ferroheme, feroheme merupakan bagian aktif yang mengikat O2.
Heme inilah yang memberikan warna tampak merah pada hemoglobin,
dengan merubah satu struktur heme berarti dapat merubah warnanya.
2) Globin: globin merupakan gugus protein yang melingkupi heme.
2. Struktur
Secara umum struktur dari hemoglobin terdiri dari empat rantai
polipeptida (globin) yang berkumpul antara satu rantai dengan rantai
lainnya. Disini terdapat beberapa perbedaan struktur molekul rantai
polipeptida (globin), perbedaan tersebut terletak pada beberapa urutan
asam aminonya. Sebuah desain greek memberikan identitas yaitu , , , ,
dan seterusnya.
Tiap molekul globin menyatu dengan satu kelompok gugus heme.
Tiap gabungan satu unit heme dan globin disebut dengan subunit. Tiap
molekul hemoglobin terdiri dari 4 unit globin dan 4 unit heme.
(2 , 2 ).
A.
B.
perubahan
yang
terjadi
pada bahan
genetik (DNA maupun RNA), baik pada taraf urutan gen (disebut mutasi
titik) maupun pada taraf kromosom. Mutasi pada tingkat kromosomal
biasanya disebut aberasi. Mutasi pada gen dapat mengarah pada
5
termasuk
ultraviolet, sinar X, serta loncatan energi listrik seperti petir. Individu yang
memperlihatkan perubahan sifat (fenotipe) akibat mutasi disebut mutan.
PEMBAHASAN
Mutasi gen pada globin alfa akan menyebabkan penyakit alfathalassemia dan jika itu terjadi pada globin beta maka akan menyebabkan
penyakit beta-thalassemia.Berdasarkan rantai yang terganggu, dikenal
beberapa jenis thalessemia, yaitu thalessemia dan . Thalassemia terjadi
bila mengalami penurunan atau tidak memiliki sintesis globulin . Sedangkan
thalassemia
membentuk HbH. Adanya Hb-Barts dan HbH dalam eritrosit membawa akibat
yang serius karena Hb tersebut mempunyai afinitas oksigen yang tinggi dan
tidak dapat membawa oksigen secara adekuat ke jaringan.
Sedangkan pada thalassemia
penyakit.
Sindrom klinis thalassemia
10
11
Gambar 6. Hb varian dengan interaksi subunit yang telah dirubah.(A) konversi dari berafinitas
rendah (deoksi, T) ke afinitas tinggi (oksi, R) melibatkan kecenderungan rotasi dari
dimer 1 1 dan 2 2, dengan perubahan ada keseluruhan permukaan 1 2 dan
2 1(warna ungu). Pada gambar ini dimer 1 1 melakukan gerakan relative terhadap
dimer 2 2 menuju kekeadaan deoksi (orange) ke keadaan oksi (merah). (B). bentuk
13
sigmoid dari kurva Hb-O2 menunjukkan regulasi alosterik oleh perubahan PH, suhu
dan 2,3 DPG. Regulasi ini, mempengaruhi bentuk kurva, afinitas tinggi, pH tinggi, 2,3
DPG rendah dan suhu rendah
sebaliknya, afinitas rendah, pH rendah, 2,3 DPG tinggi dan suhu tinggi menyebabkan
pergeseran ke kanan (garis biru). (C) sekuen Hb Varian pada alosterik 1 2 (bola
ungu) menunjukkan respon yang lemah untuk mengikat oksigen. Beberapa varian
sekuen pada regulator alosterik lainnya, contohnya subtitusi
K82 (hijau0
kedaan T
Beberapa varian seperti Turriff dan Beziers (bola pink) hanya dapat menghambat
ikatan AHSP.
Menariknya,
beberapa
muatasi
pada
gen
globin
(HBA)
lemah dengan AHSP dan membuat hemoglobin tidak stabil (gambar 6C bola
ungu). Antitermination mutasi juga bisa membuat globin tidak stabil pada
bagian yang mengikatnya dengan AHSP (Turbpaiboon et al. 2006).
Hb Varian yang sangat tidak sabil setelah pembentukan secara
langsung tidak membentuk tetramer. Pembentukan protein tetramer yang salah
ini berlangsung sangat singkat dan sangat susah untuk di isolasi (dipisahkan).
Pada kasus seperti ini, elektroforesis sering salah mendiagnosis dan hasilny
negatuf. Berakibat penderita membawa atau mewarisi gen atau sequence
talashemia. Penderita eritrositis biasanya menampilkan morfologi yang tak
normal seperti, mikrositisis, hiperkromia, anisopoikilositosis sedang, basophil
stippling.
Weatherall,
Thein
dan
teman-temannya
tealh
berhasil
mengkarakterisasi beberapa gen Hyperunstable Mutations pada exon 3 dari globin (Thein et al.1990). semua mutasi telah mengalami perubahan cetakan
nonsense kodon dan memproduksi protein yang terlalu panjang (> 120 asam
amino) dengan gugus karboksi yang terpotong. Penelitian selanjutnya
mengusulkan bahwa globin yang terpotong disebabkan banyaknya thalassemia
yang diwarisi cukup panjang untuk berikatan dengan heme setelah translasi,
yang membuat mereka relative tahan terhadap degradasi proteolitik,
memungkinkan timbulnya kumpulan subbagian dari heme yang terdeksi
sebagai Badan Heinz (gambar 8). Missense mutasi juga menyebabkan
Kelainan HB Hyperunstable.
Variants)
Hemoglobin varian dengan afinitas yang tinggi terhadap Oksigen
menyebabkan erithrocytosis dengan merangsang dorongan eritropioetic
( mencapai kestabilan). Ini biasanya hasil dari subsitusi asam amino yang
menstabilkan keadaan R (Afinitas tertinggi terhadap Oksigen) relatif terhadap
keadaan T (afinitas rendah terhadap oksigen) atau menghambat respon
regulasi alosterik terhadap lingkungan yang merangsang pelepasa oksigen,
termasuk H+ (efek bohr) atau 2,3 DPG. Karena perubahan keadaan T ke R
terutama dimediasi oleh interaksi 1 1 (gambar 7), varian Hb yang memiliki
afinitas tinggi terhadap oksigen biasanya dihasilkan dari subtitusi yang
16
merubah interface 1 1 ini (gambar 6C, Bola warna Cyan). Sebagai contoh,
asam amino yang berganti pada Hb Kempsey ( 99[G1]Asp > Asn). Gangguan
pada interaksi 1 1 dengan mencegah pembentukan ikatan hidrogen antara
99 Asp dan 42 Tyr, yang biasanya menstabilkan deoksigenasi oksigen
dalam keadaan T (afinitas rendah terhadap oksigen) (gambar 9). Perubahan ini
berubah pergeser kea rah quartenary equilibrium, bentuk R beroksigenasi yang
mengganggu pelepasan oksigen (merusak) ke jaringan perifer dan merangsang
meningkatkan erythropoiteic. Terminal karboksil rantai globin juga terlibat
dalam interaksi 1 1 yang menstabilkan afinitas oksigen yang rendah keadaan
T dan banyaknnya subtitusi pada wilayah ini menyebabkan Hb varian dengan
afinitas yang tinggi terhadap oksigen. Selain itu,
ditunjukkan pada gambar pada sisi kanan menutupi keadaan R (merah/pink) dan
keadaan T (orange/orange terang) dari struktur quartener hemoglobin. Pemukaan
17
gugus alosterik dapat dilihat didalam kotak. (B) penampakan secara rinci dari
1 2 pada keadaan T deoksi (rantai 2 berwarna orange, PDB 2DN2) dan oksi
keadaan R (rantai 2 berwarna merah, PDB 2DN1) menunjukkan interaksi ikatan
hidrogen.
146: Hb Hirosima
( 146[HC3]His
penyerapan Hb-O2 jika P50 telah meningkat menjadi >50 mmHg. Rendahnya
afinitas Oksigen Hb Varian bisa dikaitkan dengan anemia ringan yang
disebabkan dengan meningkatnya pengiriman oksigen di jaringan dengan
penurunan dorongan erithopoietic (keadaan Hb stabil R) (Stamatoyannopoulos
et al. 1969). Selain itu banyak mutan dengan afinitas rendah terhadap oksigen
adalah tidak stabil dan karena itu tidak hanya dikaitkan dengan sianosis tapi
juga dengan Heinz Body hemolitik anemia.
Varian
dengan
keadaan rendahnya
afinitas
terhadap oksigen
membedakan tipe MetHb liar akibat racun atau sistem reduktase yang rusak
dan metHb variant yang cenderung teroksidasi secara spontan (Bunn and
Forget 1986; Steinberg et al. 2001; Nathan et al. 2009).
Hb varian terkait dengan pembentukan MetHb biasanya disebabkan
oleh subtitusi asam amino dalam heme pocket. Contohnya empat perbedaan
M-Hbs terjadi ketika Tyrosin menggantikan atau
atau distal yang berinteraksi dengan heme (reviewed in Adachi et al. 2011).
Pada Hb M-Iwate (1 atau 2 87[F8] his > Tyr), proksimal histidin digantikan
dengan tirosin (gambar 10A) yang terprotonasi dan tekoordinasi ke besi (Fe)
heme (gambar 10B) (Konigsberg and Lehmann 1965; Shimizu et al. 1965).
Heme ferric yang berikatan melalui His[F8] asli siap direduksi dengan metHb
reduktase (gambar 10C). koordinasi tirosin (F8) menstabilkan keadaan
oksidasi ferric dan menurunkan kereaktivannya dengan metHb Reduktase.
Interaksi ini juga mendistorsi posisi heme dan heliks F dalam pengubahan
subunit . Pada Hb normal, pergerakan proksimal His F8 dan F helik jauh dari
kelompok heme menstabilkan keadaan T deoksigenasi dan mengurangi
afinitas oksigen
rantai samping His F8 normal yang terlalu lama (Gambar 10A) juga
menstabilkan keadaan T deoksigenasi dan mengurangi afinitas terhadsap
oksigen pada subunit
20
Gambar 10. Contoh dari tipe Hb M. (A) gugus heme tipe wild dari HbM (hijau) dan mutasi F8
His > Tyr (orange, PDB 1HRM) (B) Hb M-Iwate, 87 Tyr F8 terprotonisasi dan Fe
3+
merupakan besi teroksidasi (ferrit), ferrit tidak direduksi oleh metHb reduktase.
(C) Heme normal dengan heme yang telah teroksidasi direduksi dengan metHb
reduktase. (D) subtitusi distal His E7 pada Hb M Tyr E7 (orange, PDB 1MGN). (E)
pada Hb saskatoon, ferrit dalam keadaan heksakorrdinasi yang mempengaruhi
rantai
Perubahan
struktur
dan
biokimia
ini
mendasari
kurangnya
eritrosit,
karena
ribosom
masuk
kedalam
UTR,
disebabkan oleh sindrom talasemia (Hunt et al. 1982; Derry et al. 1984; Weiss
and Liebhaber 1994; Morales et al. 1997).
Hb constant spring memberikan kontribusi terhadap sindrom talasemia, terutama jika dikombinasikan dengan dua alel -globin yang hilang
(-/CS ), yang menghasilkan perbedaan bentuk pada penyakit HbH (viprakasit
dan Tanphichitr 2002). Isolasi Hb Constant Spring dalam bentuk
heterozigotnya ( / CS ) atau homozigotnya (CS / CS ), menghasilkan
banyak cacat anemia dari yang dikira ketika alal yang sama di hapus (/- )
atau (-/- ) (Schrier et al. 1997). Ini disebabkan oleh efek sitotoksik dari tidak
stabilnya protein constant spring. Walaupun kebanyakan ditemukan didaerah
asia tenggara, Hb constant spring semakin banyak diidentifikasi pada wilayah
geografis lainnya terutama melalui migrasi global. Faktanya penemuan
pertama Hb constant spring dalam keluarga cina yang tinggal di jamaika.
Satu contoh dari pemanjangan rantai
ketidak stabilan pada Hb tertramer dengan afinitas yang sangat tinggi terhadap
oksigen dan mengurangi efek cooperatifnya (McDonald et al. 1980; Shaeffer
et al. 1980). Penderita menunjukkan penggantian hamolitik anemia dengan
akuntansi varian sebanyak 30% dari total Hb dalam hemolisat. Menairiknya
struktur Hb Cranston telah diamati secara bersama dengan penelitian untuk
menetukan
gobin
globin normal.
22
agak tidak
stabil (Frischer and Bowman 1975; Huisman 1997; Rees et al.1998; see also
Musallam et al. 2012). Namun, mutasi ini juga menciptakan alternative splice
site pada mRNA
Gambar 11.
Hb varian dengan perubahan asam amino pada gugus heme. (A) diagram stereo
dari model deoksi gugus heme Hb Zurrich (biru) dilapisi dengan gugus heme
wild tipe
wild membawa cabang sisi hidropobik rantai Valin (ikatan warna hitam, PDB
2DN2) dilapisi dengan struktur yang membawa rantai cabang cincin aromatic
Trp E11 (orange, PDB 101K) atau rantai samping polar Thr (hijau PDB
1HDB).
sabit (Sickle cell)(sarjeant dan Rodgers 2012) dan 68, subtitusi sam amino
yang terajadi menyebabkan kurangnya afinitas terhadap oksigen, sehingga
dapat mendestabilkan konformasi oksigenasi melalui efek sterik menjadi
heliks E (geva et al. 2004). Penderita yang terkena alel mutan heterozigot yang
24
yang
menurunkan interaksi dengan mutasi residu Val pada HbS. Dengan demikian
Hb D-Idaban menghambat polimerasi HbS. Sebaliknya Hb Quebec-Chori
( 87[F3] Thr > Ile) telah diidentifikasi pada pasien yang memiliki campuran
heterozigot dengan sel sabit yang cukup parah.
Hb Bristol-Alesha ( 67 [E11] Val > Met)(molchanova et al. 1993) dan
Hb Toms river (67[E11] Val > Met)(Crowley et al. 2011), keduanya terdapat
subtitusi asam amino yang analog pada rantai
dan , masing-masing
pada E11, subtitusi struktur polar (Thr) atau atruktur aromatic besar (Trp)
sudah tersedia. Ini mengindikasikan bahwa perubahan pada sam amino ini
dapat diterima tanpa ada perubahan yang berarti pada struktur heme (gambar
11B). Sebaliknya perubahan sterik dan alosterik interaksi dengan His distal
dan ligan diatomic yang masuk pada gugus heme diubah menjadi fungsi yang
signifikan. Penelitian secara biokimia mengindikasikan bahwa substitusi Met
pada Hb Toms River membuat Hb stabil, rendahnya afinitas terhadap oksigen
pada varian globin menyebabkan cyanosis. Ini merupakan bentuk bertahap
posttanslasi untuk mengkonversi Asp mendestabilisasi molekul, menyebabkan
anemia hemolitik. Hal ini membrikan contoh bahwa modifikasi seltelah
translasi pada globin varian dapat memodifikasi fenotif. Alasan bahwa Hb
Bristol-Alesha penyebab anemia dominan sedangkan Hb Toms river penyebab
utama sianosis mungkin mencermikan tingkat yang berbeda dari konversi Met
ke Asp dalam varaian rantai globin.
26
KESIMPULAN
tingkat
transkripsi,
pascatranskripsi,
translasi,
pascatranslasi
(modifikasi).
2. Mutasi pada hemoglobin berdasarkan jenis subtitusi beberapa asam amino
yang tidak normal menyebabkan Unstable mutans, high Affinity Variants, low
affinity variants, methemoglobin Variants, globin chain Elongation varian dan
varian dengan multiple efek
27
DAFTAR PUSTAKA
29