BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Talasemia beta tersebar luas di daerah mediterania seperti Itali, Yunani,
Afrika Utara, Timur Tengah, India Selatan, Srilangka sampai kawasan asia
tenggara. Frekuensi talasemia beta di asia tenggara adalah antara 3-9&. Di dapat
pula pada negro Amerika, daerah-daerah tertentu di Italia dan negara-negara
mediterania frekuensi carrier thalasemia beta dapat mencapai 15-20%. Di
Thailand 20% penduduknya mempunyai satu atau jenis lain thalasemia alfa. Di
Indonesia belum jelas, di duga sekitar 3-5% sama seperti Malasia dan Singapura.
Di Indonesia, diperkirakan jumlah pembawa sifat thalasemia sekitar 6-10% dari
jumlah populasi. Palembang; 10%, Makassar; 7,8%, Ambon; 5,8%, Jawa; 3-4%,
Sumatera Utara; 1-1,5%
Faktor genetika ternyata menjadi pemicu talasemia. Temuan mengejutkan
ini disampaikan tim peneliti dari lembaga biologi molekuler Eijkman setelah
melakukan penelitian di Sumatera dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Penderita
talasemia di wilayah Sumatera Utara cukup kecil, tapi di Sumatera Selatan bisa
mencapai 15 persen. Sementara di Sumba, NTT, penderita talasemia mencapai 36
persen. Perbedaan jumlah ini cukup signifikan karena membuktikan kaitan
talasemia dengan faktor genetika."Bisa jadi di Sumba, founder atau pemilik asal
gen bawaan talasemia saling menikah dengan ras sama di daerahnya. Akibatnya di
sana terpusat frekuensi jumlah talasemia yang tinggi," jelas Dr. Iswari
Setianingsing, PhD, peneliti senior di Lembaga Eijkman kepada SH di Jakarta
Rabu(22/5).
Mendukung pendapat tersebut, ilmuwan biologi molekuler Prof. Dr.
Sangkot Marzuki mengatakan talasemia merupakan penyakit genetik tipikal
merupakan
penyakit
keturunan
sel
darah
merah
talasemia
tetapi
tidak
menunjukkan
tanda-tanda
talasemia
atau pembawa.
B. Anatomi dan Fisiologi
a. Pembentukkan Hemoglobin
Sintesis hemoglobin dimulai dalam eritroblast dan terus berlangsung
sampai tingkat normoblast dan retikulosit. Dari penyelidikan dengan isotop
diketahui bahwa bagian hem dari hemoglobin terutama disintesis dari asetat dan
glisin dan sebagian besar sintesis ini terjadi dalam mitokondria. Langkah awal
sintesis adalah pembentukan senyawa pirol. Selanjutnya empat senyawa pirol
bersatu membentuk senyawa protoporfirin yang kemudian berikatan dengan
membentuk molekul hem. Akhirnya empat molekul hem berikatan dengan satu
molekul globin, suatu globulin yang disintesis dalam ribosom reticulum
endoplasma, membentuk hemoglobin. Hemoglobin mempunyai berat molekul
64.458.
Ikatan hemoglobin dengan oksigen. Gambaran yang paling penting dari
molekul hemoglobin adalah kemampuannya mengikat oksigen dengan lemah dan
secara irreversibel. Fungsi primer hemoglobin dalam tubuh tergantung pada
kemampuannya untuk berikatan dengan oksigen dalam paru-paru dan kemudian
mudah melepaskan oksigen ini ke kapiler jaringan tempat tekanan gas oksigen
jauh lebih rendah dalam paru-paru. Oksigen tidak berikatan dengan besi ferro
yang bervalensi positif dua dalam molekul hemoglobin. Tetapi ia berikatan lemah
dengan salah satu enam "koordinasi" dari atom besi. Ikatan ini sangat lemah
sehingga ikatan ini mudah sekali reversible.(Guyton,1995)
Didalam sumsum tulang juga dibuat protein. Hemoglobin, suatu bahan
yang penting sekali dalam eritrosit juga dibentuk dalam sumsum tulang.
Hemoglobin ini dibentuk dari hem dan globin. Hem sendiri terdiri dari empat
struktur pirol dengan atom Fe ditngahnya, sedangkan globin terdiri dari dua
pasang rantai polipeptida.
Jenis hemoglobin normal yang ditemukan pada manusia ialah Hb A yang
kadarnya kira-kira 98 % dari keseluruhan hemoglobin, Hb F yang kadarnya tidak
lebih dari 2% pada anak berumur lebih dari 1 tahun dan Hb A2 yang kadarnya
tidak lebih dari 3%. Pada bayi baru lahir kadar Hb F masih sangat tinggi yaitu
kira-kira 90% dari seluruh hemoglobin bayi tersebut. Pada perkembangan
selanjutnya kadar Hb F ini akan berkurang hingga pada umur 1 tahun kadarnya
tidak lebih dari 2%.
Rantai polipeptida Hb A terdiri dari 2 rantai alfa dan 2 rantai beta. Hb F
terdiri dari 2 rantai alfa dan 2 rantai gamma. Hb A2 terdiri dari 2 rantai alfa dan 2
rantai gamma. Oleh karena itu jenis hemoglobin tersebut diberi tanda sbb : Hb
A= 2 b2; Hb F=2 d2 dan Hb A2=2 d2. Rantai alfa mempunyai 141 asam
amino sedangkan rantai beta dan gamma mempunyai 146 asam amino. (Ilmu
kesehatan Anak,1985)
b. Metabolisme Besi
Karena besi penting bagi pembentukan hemoglobin, mioglobin dalam otot,
dan zat-zat ini perlu mengetahui cara-cara besi digunakan dalam tubuh. Jumlah
total besi dalam tubuh rata-rata sekitar 4 gram, kira-kira 65 % diantaranya dalm
bentuk hemoglobin. Sekitar 4% terdapat dalam bentuk mioglobin, 1% dalam
bentuk berbagai senyawa hem yang mengawasi oksidasi intrasel, 0,1% berikatan
dengan protein transferin dalam plasma darah, dan sampai 30% terutama disimpan
dalam hati dalam bentuk ferritin.
c. Transpor dan penyimpanan besi
Bila besi diabsorpsi dari usus halus, segera ia berikatan dengan globulin,
transferin, dan ditranspor dalam bentu ikatan ini didalam plasma darah. Besi
berikatan sangat lemah dengan molekul globulin dan akibatnya dapat dilepaskan
kesetiap sel jaringan dan pada setiap tempat dalam tubuh. Kelebihan besi dalam
darah ditimbun khususnya dalam sel hati, tempat sekitar 60% besi yang
berlebihan disimpan. Disini besi berikatan dengan protein apoferritin, untuk
membentuk ferritin. Apoferritin mempunyai berat molekul kira-kira 460 ribu
dalam berbagai kuantitas besi, dalam kelompokkan rantai besi dapat berikatan
dengan molekul yang lebih besar. Oleh karena itu, ferritin dapat mengandung besi
dalam jumlah sedikit atau dalam jumlah yang relatif besar. Bila jumlah besi dalam
lasma turun sangat rendah, besi dikeluarkan dari ferritin dengan mudah sekali.
Besi kemudian ditranspor kebagian-bagian tubuh yang memerlukan. Bila sel
darah merah telah mencapai masa hidupnya dan dihancurkan, hemoglobin yang
dikeluarkan dari sel dicerna oleh sel-sel retikuloendotel. Disini dikeluarkan besi
bebas, dan besi ini kemudian dapat disimpan dalam pangkalan ferritin atau
dipakai kembali untuk pembentukan hemoglobin.
d. Absorbsi besi dari saluran pencernaan
Besi diabsorbsi hampir seluruhnya dalam usus halus bagian atas,terutama
dalam duodenum. Besi diabsorbsi dengan proses absorbsi aktif, walaupun
mekanisme absorbsi aktif yang sebenarnya tidak diketahui.
e. Pengaturan besi total tubuh dengan perubahan kecepatan absorbsi.
Bila pada hakekatnya semua apoferritin tubuh telah menjadi jenuh dengan
besi, maka sulit transferring darah melepaskan besi kejaringan. Sebagai akibatnya,
transferring yang normalnya hanya jenuh sepertiganya dengan besi, sekarang
hampir seluruhnya terikat dengan besi dan akan hampir tak menerima besi baru
dari sel mukosa usus. Kemudian sebagai stadium akhir proses ini, pembentukan
kelebihan besi dalam sel mukosa sendiri menekan absorbsi besi aktif dari lumen
usus dan pada waktu yang sama sedikit meningkatkan ekskresi besi dari mukosa.
(Guyton,1995)
C. Landasan Teoritis Penyakit
1. Etiologi
Adapun
etiologi
dari
thalasemia
adalah
faktor
genetik
2. Manisfestasi klinis
Tanda-tanda
Kelesuan.
Sesak nafas.
kurang dari 1 tahun. Gejala yang tampak ialah anak lemah, pucat,
perkembangan fisik tidak sesuai dengan umur berat b adan kurang. Pada
anak yang besar sering dijumpai adanya gizi buruk, perut membuncit,
karena adanya pembesaran limfa dan hati yang diraba. Adanya
pembesaran hati dan limfa tersebut mempengaruhi gerak sipasien karena
kemampuannya terbatas. Limfa yang membesar ini akan mudah rupture
karena trauma ringan saja.
Gejala ini adalah bentuk muka yang mongoloid, hidung pesek
tanpa pangkal hidung, jarak antara kedua mata lebar dan tulan dahi juga
lebar. Hal ini disebabkan karena adanya gangguian perkembangan
ketulang muka dan tengkorak, gambaran radiologis tulang memperhatikan
medulla yang lebar korteks tipis dan trabekula besar.
Keadaan kulit pucat kekuning-kuningan jika pasien telah sering
mendapatkan transfusi darah kulit menjadi kelabu serupa dengan besi
akibat penimbunan besi dalam jaringan kulit. Penimbunan besi
(hemosiderosis) dalam jaringan tubuh seperti pada hepar, limfa, jantung
akan mengakibatkan gangguan faal alat-alat tersebut (hemokromatosis).
3. Patofisiologi
dapat
terjadi
pada
ranta-a (a-thalassemia),
rantai-b (b-
besar
diendapkan
pada
membran
eritrosit
sebagai Heinz
Ketidakseimbangan
polipeptida
ini
memudahkan
folat
2-5
mg/hari
untuk
memenuhi
kebutuhan
yang
III. Suportif
Transfusi darah :
Hb penderita dipertahankan antara 8 g/dl sampai 9,5 g/dl. Dengan
berat
dengan
makroovalositosis,
mikrosferosit,
4. Pemeriksaan lain :
Foto Ro tulang kepala : gambaran hair on end, korteks menipis,
diploe melebar dengan trabekula tegak lurus pada korteks.
Foto tulang pipih dan ujung tulang panjang : perluasan sumsum tulang
sehingga trabekula tampak jelas.
G. Komplikasi
1. Fraktur patologi
2. Hepatopslenomegali
3. Gangguan tumbang
4. Disfungsi organ
5. Gagal jantung
6. Hemosiderosis
7. Hemokromatosis
8. infeksi
Akibat anemia yang berat dan lama, sering terjadi gagal jantung.
Transfusi darah yang berulang-ulang dari proses hemolisis menyebabkan
kadar besi dalam darah tinggi, sehingga tertimbun dalam berbagai jaringan
tubuh seperti hepar, limpa, kulit, jantung, dan lain-lain. Hal ini dapat
mengakibatkan gangguan fungsi alat tersebut (hemokromotosis). Limpa
yang besar mudah rupture akibat trauma yang ringan, kematian terutama
disebabkan oleh infeksi dan gagal jantung (Ngastiyah, 2005).
H. Prognosis
Thalasemia minor atau trait umumnya mempunyai prognosis baik
dan dapat hidup seperti biasa (Harnawatiaj, 2008).
I. Pencegahan
1. Pencegahan Primer
Penyuluhan sebelum perkawinan (marriage counseling)
untuk mencegah perkawinan diantara pasien thalasemia agar tidak
mendapatkan keturunan yang homozigot. Perkawinan antara 2
50%
carier
(heterozigot),
dan
25%
normal
(Harnawartiaj,2008).
2.Pencegahan Sekunder
Pencegahan kelahiran bagi homozigot dari pasangan suami istri
dengan thalasemia heterozigot, salah satu jalan keluarnya adalah
inseminasi buatan dengan sperma berasal dari donor yang bebas dan
thalasemia troit. Kelahiran kasus homozigot terhindari, tetapi 50% dari
anak yang lahir adalah carier, sedangkan 50% lainnya normal.
Diagnosis prenatal melalui pemeriksaan DNA cairan amnion pada
ibu hamil dengan masa kehamilan antara 10 minggu hingga 16 minggu.
Pemeriksaan ini digunakan untuk mendiagnosis kasus homozigot intrauterin sehingga dapat dipertimbangkan tindakan abortus provokatus
(Soeparman, dkk, 1996).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS THALASEMIA
A. PENGKAJIAN
Fokus pengkajian perawatan untuk pasien thalasemia menurut Cindy
Smith Greenberg (1998 : 263), hal yang perlu dikaji adalah :
1. Riwayat yang berhubungan dengan riwayat kelahiran anak (neonatus), penekanan
imun, splenektomy, imunisasi hepatitis, DPT, BCG, Polio, transfusi 3 kali,
penyakit dahulu, diare, batuk.
2. Data Objektif
Pemeriksaan fisik meliputi tingkat kesadaran, tingkat energi, lokasi atau
karakteristik penyakit, ulserasi kulit, pucat, lemas, kulit ikterik, distensi perut,
b. Riwayat thalasemia
Thalasemia adalah penyakit anemia hemolitik herediter yang diturunkan
dari kedua orang tua kepada anak-anaknya secara resesif, menurut hukum mandel.
Factor genetic ini diturunkan dari perkawinan antara 2 heterozigot (carier)
menghasilkan keturunan : 25% thalasemia (homozigot), 50% carier (heterozigot),
dan 25% normal.
Thth
Thalasemia Minor
Thth
Thalasemia Minor
F1
Th
th
Th
ThTh
Thth
th
Thalasemia Mayor
Thth
Thalasemia Minor
Thth
Thalasemia Minor
Normal
perkawinan antara 2 heterozigot (carier) dihasilkan :
25% Thalasemia mayor atau Thalasemia homozigot
50% Thalasemia minor atau Thalasemia heterozigot (carier)
25% normal
(Suryo, 2003 : 110)
5. Data Penunjang menurut Suryo (2003 : 110)
a.
Dari
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Diagnosa yang muncul pada anak dengan kasus thalasemia berdasarkan
rumusan diagnosa keperawatan NANDA (2006) adalah :
1.
2.
a.
f.
2.
a.
Skala :
1 = Tidak sama sekali
2 = Jarang
3 = Kadang
4 = Sering
5 = Selalu
NIC : Pengelolaan energi
Aktivitas :
a.
d. Bantu dengan aktivitas fisik teratur (misal berubah posisi sesuai kebutuhan).
e.
f.
Diskusikan dan identifikasi penyebab dari sensasi tidak normal atau perubahan
sensasi.
a.
Ajarkan pada klien dan keluarga tanda dan gejala terjadinya infeksi dan kapan
harus melaporkan kepada petugas.
b. Pantau kulit dari adanya ruam dan lecet, warna dan suhu, area kemerahan.
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan pengetahuan
pasien dan keluarga bertambah.
NOC : Pengetahuan : Proses penyakit
Kriteria hasil :
a.
D. EVALUASI
a.
Dx. 1
Skala :
1 = Tidak adekuat
2 = Ringan
c.
3 = Sedang
4 = Kuat
5 = Adekuat total
Dx. 1
Skala :
a.
1 = Tidak adekuat
b.
2 = Ringan
c.
3 = Sedang
4 = Kuat
5 = Adekuat total
Dx. 2
a.
Skala :
Menyadari keterbatasan energi
b.
istirahat
Menyeimbangkan
aktivitas
c.
beraktivitas
5 = Selalu
Dx. 3
Skala :
a.
1 = Ekstrem
b.
2 = Berat
c.
3 = Sedang
4 = Ringan
5 = Tidak terganggu
Dx. 4
Skala :
a.
b.
menunjukkan
c.
Mengubah
gaya
mengurangi resiko
hidup
Tidak
pernah
Dx. 5
a.
Skala :
Memantau faktor resiko dari perilaku 1 = Tidak pernah dilakukan
dan
lingkungan
yang
kesehatan.
Dilakukan
secara
konsisten
a.
Dx. 6
Skala :
2 = Jarang menunjukkan
c.
3 = Kadang menunjukkan
Deskripsi
cara
4 = Sering menunjukkan
meminimalkan 5 = Selalu menunjukkan
perkembangan penyakit
BAB III
A. Pengkajian
1. Asal keturunan/kewarganegaraan
Thalasemia banyak dijumpai pada bangsa disekitar laut tengah
(mediterania). Seperti turki, yunani, Cyprus, dll. Di Indonesia sendiri,
thalassemia cukup banyak dijumpai pada anak, bahkan merupakan
penyakit darah yang paling banyak diderita.
2. Umur
Pada thalasemia mayor yang gejala klinisnya jelas, gejala tersebut telah
terlihat sejak anak berumur kurang dari 1 tahun. Sedangkan pada
thalasemia minor yang gejalanya lebih ringan, biasanya anak baru datang
berobat pada umur sekitar 4 6 tahun.
3. Riwayat kesehatan anak
Anak cenderung mudah terkena infeksi saluran napas bagian atas infeksi
lainnya. Hal ini mudah dimengerti karena rendahnya Hb yang berfungsi
sebagai alat transport.
4. Pertumbuhan dan perkembangan
Sering didapatkan data mengenai adanya kecenderungan gangguan
terhadap tumbuh kembang sejak anak masih bayi, karena adanya pengaruh
hipoksia jaringan yang bersifat kronik. Hal ini terjadi terutama untuk
thalassemia mayor. Pertumbuhan fisik anak adalah kecil untuk umurnya
dan ada keterlambatan dalam kematangan seksual, seperti tidak ada
pertumbuhan rambut pubis dan ketiak. Kecerdasan anak juga dapat
mengalami penurunan. Namun pada jenis thalasemia minor sering terlihat
pertumbuhan dan perkembangan anak normal.
5. Pola makan
Karena adanya anoreksia, anak sering mengalami susah makan, sehingga
berat badan anak sangat rendah dan tidak sesuai dengan usianya.
6. Pola aktivitas
Anak terlihat lemah dan tidak selincah anak usianya. Anak banyak tidur /
istirahat, karena bila beraktivitas seperti anak normal mudah merasa lelah
7. Riwayat kesehatan keluarga
Karena merupakan penyakit keturunan, maka perlu dikaji apakah orang
tua yang menderita thalassemia. Apabila kedua orang tua menderita
thalassemia, maka anaknya berisiko menderita thalassemia mayor. Oleh
karena itu, konseling pranikah sebenarnya perlu dilakukan karena
berfungsi untuk mengetahui adanya penyakit yang mungkin disebabkan
karena keturunan.
B. Diagnosa keperawatan
1. Defisiensi pengetahuan mengenai kondisi dan pengobatan berhubungan
dengan kesalahan interprestasi informasi
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan berkurangnya
komponen seluler yang menghantarkan oksigen/nutrisi
3. Intoleransi aktifitas b.d tidak seimbangnya kebutuhan dan suplai oksigen
4. Gangguan citra tubuh
5. Resiko infeksi
6. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan ekspansi paru
7. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan
DIAGNOSA
RENCANA KEPERAWATAN
TUJUAN
INTERVENSI
1. Defisiensi
Pengetahuan
mengenai kondisi
dan
pengobatan
berhubungan
dengan kesalahan
interprestasi
informasi
NOC
Knowledge : disease
process
Knowledge : health
behavior
Kriteria Hasil.
1. Pasien dan keluarga
menyatakan
pemahaman tentang
penyakit,
kondisi,
prognosis
dan
program pengobatan.
2. Pasien dan keluarga
mampu
melaksanakan
prosedur
yang
dijelaskan
secara
benar.
3. Pasien dan keluarga
mampu menjelaskan
kembali apa yang
dijelskan
perawat/tim
kesehatan lainnya.
NIC
Theaching : disease
Process
1. Berikan
penilaian
tentang
tingkat
pengetahuan
pasien
tentang
proses
penyakit
yang
spesifik.
2. Jelaskan patofisiologi
dari penyakit dan
bagaimana hail ini
berhubungan dengan
anatomi dan fisiologi,
dengan cara yang
tepat.
3. Gambarkan tanda dan
gejala
yang
bias
muncul pada penyakit,
dengan cara yang
tepat.
4. Gambarkan
proses
penyakit dengan cara
yang tepat.
5. Identifikasikan
kemungkinan
penyebab, dengan cara
yang tepat.
6. Sediakan
informasi
pada pasien tentang
kondisi, dengan cara
yang tepat.
7. Hindari jaminan yang
kosong.
8. Sediakan
bagi
keluarga atau SO
informasi
tentang
kemajuan
pasien
dengan cara yang
tepat.
9. Diskusikan perubahan
gaya
hidup
yang
mungkin diperlukan
untuk
mencegah
komplikasi di masa
yang akan dating dan
atau
proses
pengontrolan
penyakit.
10. Diskusikan
pilihan
terapi atau penaganan.
11. Dukung paien untuk
mengeksplorasi atau
second
opinion
dengan cara yang
tepat
atau
diindikasikan.
12. Rujuk pasien pada
grup atau agensi di
komunitas
local,
dengan cara yang
tepat.
13. Intruksikan
pasien
mengenai tanda dan
gejala
untuk
melaporkan
pada
pemberian perawatan
kesehatan,
dengan
cara yang tepat.
2. Intoleransi aktifitas NOC
NIC
b.d
tidak Konservasi Energi
Manajemen energi
seimbangnya
Perawatan
Diri: Definisi: Mengatur
kebutuhan
dan
penggunaan energi untuk
ADL
suplai oksigen
mencegah kelelahan dan
Kriteria Hasil:
mengoptimalkan fungsi
Klien dapat melakukan
Aktifitas:
aktifitas
yang
dianjurkan dengan tetap
1.
Tentukan
mempertahankan
tekanan darah, nadi, dan
keterbatasan aktifitas
frekuensi
pernafasan
fisik pasien
dalam rentang normal
2.
Kaji
pasien
persepsi
tentang
penyebab
kelelahan
yang dialaminya
3.
Dorong
pengungkapan
peraaan klien tentang
adanya
kelemahan
fisik
4.
Monitor
intake
nutrisi
untuk
meyakinkan
sumber
Konsultasi dengan
ahli gizi tentang cara
peningkatan
energi
melalui makanan
6.
Monitor
respon
kardiopulmonari
terhadap
aktifitas
(seperti
takikardi,
dispnea,
disritmia,
diaporesis,
frekuensi
pernafasan,
warna
8.
Bantu
pasien
menjadwalkan
istirahat dan aktifitas
9.
Monitor
respon
oksigenasi
pasien
selama aktifitas
10.
kelelahan
dapat
mengurangi
aktifitasnya.
Terapi Oksigen
Definisi: Mengelola
pemberian oksigen dan
memonitor
keefektifannya
Aktifitas:
1. Bersihkan
mulut,
aliran
oksigen
sesuai
program
5. 5.
Secara
periodik,
3. Gangguan
tubuh
citra NOC
Body image
Self esteem
Kriteria Hasil
1. Body image positif
2. Mampu
mengidentifikasi
kekuatan personal.
3. Mendeskripsikan
secara
factual
perubahan
fungsi
tubuh.
4. Mempertahankan
interaksi social.
4. Ketidakefektifan
perfusi
jaringan
b.d berkurangnya
komponen seluler
yang
menghantarkan
oksigen/nutrisi
NOC
Circulation status
Tissue perfusion :
cerebral
Kriteria Hasil:
Mendemostrasikan
status sirkulasi yang
ditandai dengan :
1. Tekanan
systole
dandiastole
dalam
rentang
yang
diharapkan.
2. Tidak ada ortostatik
hipertensi.
3. Tidak ada tandatanda
peningkatan
tekanan intracranial
monitor
ketepatan
pemasangan alat
NIC
Body
image
management
1. Kaji secara verbal dan
non verbal respon
klien
terhadap
tubuhnya.
2. Monitor
frekuensi
mengkritik dirinya.
3. Jelaskan
tentang
pengobatan, perawatn,
kemajuan
dan
prognosis penyakit.
4. Dorong
klien
mengungkapkan
perasaanya.
5. Identifikasi
arti
pengurangan melalui
pemakaian alat bantu.
6. Fasilitasi
kontak
dengan individu lain
dalam
kelompok
kecil.
NIC
Peripheral
sensation
management
(manajemen
sensasi
perifer).
1. Monitor
adanya
daerah tertentu yang
hanya peka terhadap
panas/dingin/tajam/tu
mpul.
2. Monitor
adanay
paretase.
3. Intruksikan keluarga
untuk mengobservasi
kulit jika ada isi atau
laserasi.
4. Gunakan
sarung
5. Resiko infeksi
NIC
Infection
control
(control infeksi)
1. Bersihkan lingkungan
setelah dipakai pasien
lain.
2. Pertahankan
teknik
isolasi.
3. Batasi
pengunjung
bila perlu.
4. Intruksikan
pada
pengunjung
untuk
mencuci tangan saat
berkunjung
dan
setelah
berkunjung
meninggalkan pasien.
5. Gunakan sabun anti
mikroba untuk cuci
tangan.
6. Cuci tangan setiap
sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan.
7. Gunakan baju, sarung
hidup sehat.
tangan
sebagai
pelindung.
8. Pertahankan
lingkungan
aseptic
selama pemasangan
alat.
9. Ganti letak IV perifer
dan line central da
dressing
sesuai
dengan
petunjuk
umum.
10. Gunakan
kateter
intermiten
untuk
menurunkan infeksi
kandung kemih.
11. Tingkatkan
intake
nutrisi.
12. Berikan terapi obat
bila perlu.
Infection
protection
(proteksi infeksi)
1. Monitor tanda dan
gejala
infwksi
sistemik dan local.
2. Monitor
hitung
granulosit, WBC.
3. Monitor kerentangan
terhadap infeksi.
4. Batasi pengunjung.
5. Sering
pengunjung
terhadap
penyakit
menular.
6. Pertahankan
teknik
aspeiss pada psien
yang beresiko.
7. Pertahankan
teknik
isolasi.
8. Berikan
perawatan
kulit
pada
area
epidema.
9. Inspeksi kulit dan
membrane
mukosa
6. Ketidakefektifan
pola napas
NOC
Respiratory status :
ventilitation
Respiratory status :
airway patency
Vital sign.
Kriteria Hasil :
1. Mendemostrasikan
batuk efektif dan
suara nafas yang
bersih, tidak ada
sianosis
dan
dyspneu,
mampu
bernafas
dengan
mudah, tidak ada
pursed lips.
2. Menunjukkan jalan
nafas yang paten
(klien
tidak
merasatercekik,
irama
nafas,
frekuensi pernafasan
terhadap kemerahan,
panas, drainase.
10. Inspeksi
kondisi
luka/insisi bedah.
11. Dorong
masukan
cairan.
12. Dorong istirahat.
13. Instruksikan
pasien
untuk
meminum
antibiotic
sesuai
dengan resep.
14. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi.
15. Ajarkan
cara
menghndari infeksi.
16. Laporkan kecurigaan
infeksi.
Laporkan kultur positif.
NIC
Airway management
1. Buka jalan nafas
gunakan chin lift atay
jaw thrust bila perlu.
2. Posisikan
pasien
untuk memaksimalkan
ventilasi.
3. Identifikasiskan
pasien
perlunya
pemasangan alat jalan
nafas buatan.
4. Pasang mayo bila
perlu.
5. Lakukan
fisioterapi
dada jika perlu.
6. Keluarkan
secret
dengan batuk atau
suction.
7. Auskultasi
suara
nafas, catat adanya
suara tambahan.
8. Lakukan suction pada
dalam
rentang
mayo.
9.
Berikan bronkodilator
normal, tidak ada
bila perlu.
suara abnormal).
pelembab
3. Tanda-tanda
vital 10. Berikan
udara kassa basah
dalam
rentang
Nacl lembab.
normsl
(tekanan
11.
Atur intake untuk
darah,
nadi,
cairan
pernafasan).
mengoptimalkan
keseimbangan.
12. Monitor respirasi dan
status O2 Oxygen
therapy.
13. Bersihkan
mulut,
hidung dan secret
trakea.
14. Pertahankan
jalan
nafas paten.
15. Atur
peralatan
oksigen.
16. Monitor
aliran
oksigen.
17. Pertahankan
posisi
pasien.
18. Observasi
adanya
tanda-tanda
hipoventilasi.
19. Monitor
adanya
kecemasan terhadap
oksigen.
20. Monitor vital sign.
21. Catat adanya fluktuasi
tekanan darah.
22. Monitor vs saat pasien
berbaring., uduk, atau
berdiri.
23. Auskultasi TD pada
tangan
dan
bandingkan.
24. Monitor TD, nadi,
RR, sebelum, selama
dan
setelah
7. Keterlambatan
NOC
pertumbuhan dan Growth
and
perkembangan
development.
Nutrition imbalance
less
than
body
requirements.
Kriteria Hasil :
1. Anak
berfungsi
optimal
sesuai
tingkatannya.
2. Keluarga dan anak
mampu
menggunakan
koping
terhadap
tantangan
karena
adanya
ketidakmampuan.
3. Keluarga
mampu
mendapatkan
sumber-sumber
sarana komunitas.
4. Kematangan
fisik
beraktifitas.
25. Monitor kualitas dari
nadi.
26. Monitor frekuensi dan
irama pernafasan.
27. Monitor suara paru.
28. Monitor
suara
pernafasan abnormal.
29. Monitor suhu, warna,
dan kelmbaban.
30. Monitor
sianosis
perifer.
31. Monitor
adanya
cushing triad (tekanan
nadi yang melebar,
bradikardi,
peningkatan sistolik).
32. Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign.
NIC
Peningkatan
perkembangan
anak
dan remaja.
1. Kaji faktor penyebab
gangguan
perkembangan anak.
2. Identifikasi
dan
gunakan
sumber
pendidikan
untuk
memfasilitasi
perkembangan anak
yang optimal.
3. Berikan
perawatan
yang konsisten.
4. Tingkatkan
komunikasi verbal dan
stimulasi traktil.
5. Berikan
intruksi
berulang
dan
sederhana.
6. Berikan reinforment
wanita : perubahan
fisik normal pada
wanita yang terjadi
transisi dari masa
anak-anak
ke
dewasa.
5. Kematangan fisik :
pria perubahan fisik
normal pada pria
yang terjadi transisi
dari masa anak-anak
ke dewasa.
6. Status
nutrisi
seimbang.
7. Berat badan.