Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH SITTOLOGI DARAH

Hb Elektroforesis Metode Kapilarisasi


Dosen: Sri Ujiani, S.Pd.,M.Biomed

Disusun oleh :

1.Anjar Dwi Paningtyas (2013353003)


2.Fauza Nursyifa (2013353007)
3.Intan Pramudita Asmarani (2013353011)
4.Marita Motik S.W (2013353016)
5 Octaviana (2013353024)
6.Regita Ayuni Dwi (2013353028)
7.Wempy Novatya Amaza (2013353034)
8.Alita Sinta Diana (2013353037)
9.Dhiya Enaldayaty (2013353050)
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
PRODI SARJANA TERAPAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
2022/2023

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Hb elektroforesis metode
kapilarisasu” ini.

Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah Disamping itu,


kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
kamu selama pembuatan makalan ini berlangsung sehingga dapat
terealisasikanlah makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar
kedepannya dapat kami perbaiki. Karena kami sadar, makalah yang kami buat ini
masih banyak terdapat kekurangannya.

Bandar Lampung, 25 maret 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

ii
DAFTAR GAMBAR

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Thalasemia merupakan penyakit darah herediter karena gangguan sintesis


hemoglobin (Hb). Penyakit genetik ini memiliki jenis dan frekuensi terbanyak di
dunia. Thalasemia menjadi penyakit hemolitik herediter dengan prevalensi dan
insidensi paling tinggi di seluruh dunia. Penyakit ini menjadi salah satu masalah
kesehatan yang sangat serius mengingat ratusan ribu anak meninggal setiap
tahunnya. Prevalensi thalasemia terbanyak dijumpai di daerah-daerah yang
disebut sebagai sabuk thalasemia yaitu Mediterania, Timur Tengah, Asia Selatan,
Semenanjung Cina, Asia Tenggara, serta Kepulauan Pasifik (Rujito, 2019).
Thalassemia   merupakan   penyakit   keturunan (kelainan genetik) akibat
kelainan sel darah merah dimana rantai globin-α atau β pembentuk hemoglobin
utama tidak terbentuk sebagian atau tidak ada sama sekali.
Hemoglobin merupakan suatu protein tetramerik eritrosit yang mengikat
molekul bukan protein, yaitu senyawa porfirin besi yang disebut heme.
Hemoglobin mempunyai dua fungsi pengangkutan penting dalam tubuh manusia,
yakni pengangkutan oksigen ke jaringan dan pengangkutan karbondioksida dan
proton dari jaringan perifer ke organ respirasi.

1.2.Rumusan Masalah

1. Apa saja jenis jenis Hb dan pemeriksaan hb elektroforesis?


2. Apa itu thalasemia?
3. Apa saja klasifikasi thalasemia?
4. Berapa presentase hb pada penderita thalasemia?
5. Bagaimana Prosedur pemeriksaan Hb elektroforesis metode kapilarisasi?

iv
1.3 Tujuan Penulisan
Penulisan ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui jenis jenis Hb dan pemeriksaan hb elektroforesis
2. Mengetahui apa itu thalasemia
3. Mengetahui apa saja klasifikasi thalassemia
4. Mengetahui berapa presentase hb pada penderita thalasemia
5. Mengetahui Prosedur pemeriksaan Hb elektroforesis metode kapilarisasi

v
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hemoglobin (Hb)

Hb atau hemoglobin adalah protein yang terdapat pada sel darah merah.
Hemoglobin memiliki berbagai peran penting dalam tubuh, salah satunya yaitu
mengikat dan mendistribusikan oksigen ke seluruh tubuh. Maka dari itu, kadar
hemoglobin normal dalam tubuh harus selalu dijaga untuk mencegah terjadinya
masalah kesehatan seperti sesak napas karena kurangnya asupan oksigen.

Jenis jenis Hemoglobin

1. Hemoglobin Embrio
Hemoglobin Emrbio (HbE) merupakan Hb primitif yang dibentuk oleh
eritrosit imatur di dalam yolk sac. HbE ditemukan di dalam embrio dan
akan tetap ada sampai umur gestasi 12 minggu. Terdapat beberapa rantai
di dalamnya, seperti rantai ζ yang merupakan analog dari rantai α dan
rantai ε yang merupakan analog dari rantai γ, β serta δ¹⁷.

2. Hemoglobin Fetal
Hemoglobin Fetal (HbF) merupakan Hb utama pada fetus dan newborn.
Hb jenis ini memiliki dua rantai α dan dua rantai γ. HbF sudah mulai
disintesis di hepar sejak umur gestasi lima minggu dan akan tetap ada
sampai beberapa bulan setelah kelahiran. Pada saat lahir masih terdapat
sekitar 60% sampai dengan 80% HbF dan secara perlahan akan mulai
tergantikan dengan hemoglobin dewasa (HbA).
Penelitian menunjukan bahwa ditemukan sejumlah kecil HbF pada
manusia dewasa yang menderita kelianan di dalam darah, seperti halnya
myeloid leukemia, hereditary percistance of fetal hemoglobin dan sickle
cell anemia²⁰.
3. Hemoglobin Adult
Hemoglobin Adult (HbA) tersusun atas dua rantai α dan dua rantai β. HbA
merupakan jenis Hb yang utama (95%-97%), namun masih terdapat pula
sebagian kecil HbA2 (2%-3%) dan HbA1. HbA2 tersusun atas dua rantai α
serta dua rantai δ dan mulai muncul pada akhir masa fetus sampai
memasuki masa anak-anak. HbA1 merupakan Hb yang terbentuk selama
proses pematangan eritrosit. Hb jenis ini biasa disebut dengan nama
glycosylated hemoglobin dan memiliki tiga subfraksi yaitu A1a, A1b dan
A1c.

vi
Di dalam tubuh, terdapat ratusan jenis hemoglobin yang berbeda, berikut
adalah tipe hemoglobin normal yang paling umum:
 Hemoglobin A, jenis hemoglobin paling umum yang ada di tubuh
orang dewasa sehat.
 Hemoglobin F atau hemoglobin fetal, ditemukan pada janin dan
bayi baru lahir. Hemoglobin F akan segera terganti oleh
hemoglobin A setelah bayi lahir.

Apabila kadar hemoglobin A atau F terlalu tinggi atau rendah, kondisi ini dapat
menandakan adanya anemia jenis tertentu.

Sementara itu, terdapat pula ratusan tipe hemoglobin yang abnormal atau
bermasalah, seperti:

 Hemoglobin S, tipe yang umum ditemukan pada penyakit anemia


sel sabit.
 Hemoglobin C, tipe ini tidak dapat membawa oksigen di dalam sel
darah merah dengan baik. Umumnya ditemukan pada anemia
tingkat ringan.
 Hemoglobin E, tipe ini umum ditemukan pada orang keturunan
Asia Tenggara, dan disertai dengan gejala-gejala anemia ringan
atau tidak bergejala sama sekali.
Tes ini menggunakan aliran listrik untuk memisahkan hemoglobin normal
dan abnormal di dalam darah. Dengan demikian, jumlah masing-masing
hemoglobin di dalam darah dapat diukur.
Perlu diketahui, kadar hemoglobin normal setiap orang berbeda-beda,
tergantung dari usia, jenis kelamin, dan kondisi tertentu, seperti
kehamilan. Berikut penjelasan selengkapnya.
 Kadar hemoglobin normal pada bayi baru lahir: 10-14 gram/dL.
 Kadar hemoglobin normal pada anak: 9-14 gram/dL.
 Kadar hemoglobin normal pada remaja: 10-15 gram/dL.
 Kadar hemoglobin normal pada pria dewasa: 13-17 gram/dL.
 Kadar hemoglobin normal pada wanita dewasa: 12-15 gram/dL.
 Kadar hemoglobin normal pada wanita hamil: di atas 11 gram/dL.
https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/kadar-
hemoglobin-normal.
http://eprints.undip.ac.id/50529/3/
Fajri_Tri_Baskoro_22010112140181_LapKTI_Bab2.pdf.

2.2 Pemeriksaan Hb Elektroforesis

vii
Pemeriksaan hemoglobin elektroforesis bertujuan untuk mengetahui
pembentukan rantai globin secara spesifik dan untuk menentukan tipe
thalasemia yang diderita pasien. Pemeriksaan ini pula yang digunakan
sebagai diagnosa pasti pada kasus thalasemia. Pemeriksaan hemoglobin
elektroforesis sebaiknya juga dilakukan kepada orangtua pasien guna
menentukan gen varian pembawa thalasemia dan menentukan prognosis
pasien (Bakta, 2007 dikutip dalam Ardian, 2018). Berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/1/2018
Tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana
Thalasemia ada beberapa cara pemeriksaan elektroforesis hemoglobin
yang dapat dilakukan, berupa pemeriksaan 415 varians kuantitatif
(electrophoresis cellose acetat membrane), HbA2 kuantitatif (metode
mikrokolom), HbF (alkali denaturasi modifikasi Betke 2 menit), atau
pemeriksaan elektroforesis menggunakan capillary hemoglobin
electrophoresis. Metode yang sering digunakan dalam pelayanan
kesehatan saat ini adalah HPLC dan Capillary Zone Electrophoresis (CZE).
Menurut Rujito (2019) Pemeriksaan ini akan fokus pada kadar HbA2 dan
HbF sebagai penentu status karier Thalasemia minor yaitu HbA2 ≥ atau ≤
3.5 % dan juga nilai persentase HbF.

Anak dengan β-thalasemia minor pada Hb elektroforesis memperlihatkan


setelah usia 12-16 bulan selalu terdiagnosis ketika level HB A2, HB F, atau
keduanya meningkat. Pada β-thalasemia mayor pada Hb elektroporesis
memperlihatkan hanya Hb F dan HbA2 pada anak anak dengan β0-
thalasemia homozigot. Mereka dengan gen β+- thalasemia memiliki
beberapa Hb A tetapi mengalami peningkatan pada Hb F dan HbA2.
Diagnosis homozygot β -thalasemia sebaiknya juga diperkuat dengan
temuan B-thalasemia minor pada kedua orang tua penderita (Liansyah, T.
M., & Herdata, H. N, 2018).

Prosedur Pemeriksaan Hb Elektroforesis

Prosedur pemeriksaan Hb Elektroforesis metode kapilarisasi vuntuk


diagnosis thalasemia berdasarkan studi literatur dapat menggunakan alat
Capillary electrophoresis model Minicap Flex-piercing (Sebia, 2010)

1. Tujuan

viii
Untuk mengetahui tipe-tipe fraksi Hb dalam darah, dilakukan ketika ada
kecurigaan bentuk abnormal dari hemoglobin. Fraksi- fraksi Hb yang bisa
didapatkan: A, F, A2, C, E, S, D, Hope, Bart’s, J, N-Baltimore dan H.
2. Metode : Kapilarisasi
3. Prinsip
Pada pemeriksaan Hemoglobin elektroforesis sampel dicampurkan dengan
hemolyzinge untuk memecah sel darah. Selanjutnya sampel dinaikkan ke kedua
buah katub anode kapiler 1 dan kapiler 2. Sampel akan bergerak dari anoda ke
katoda dengan dibantu oleh arus dan tegangan tinggi beserta reagen yang
digunakan. Apabila proses hasil dengan menggunakan panjang gelombang dari
lampu halogen dengan panjang gelombang 415 nano meter untuk Hb
Elektroforesis.
4. Alat dan Bahan
a. Alat Sebia Minicap Flex-piercing
b. Reagent and Dilution cups

c. Bins for used cups

d. Sampel : Darah EDTA


e. Reagen :
i. Minicap Hb
ii. Buffer

iii. Hemolysing Solution


iv. Wash Solution

5. Prosedur Penggunaan Alat


a. Sebelum alat dinyalakan pastikan Buffer, Wash Solution, H20,

Dilution Cup sudah terisi, Waste dan Bin sudah kosong.


b. alat MINICAP Sebia dinyalakan
c. software “PHORESIS” pada desktop dibuka
d. Password dimasukan pastikan tidak ada kolom yang tercentang
e. Akan muncul pemberitahuan level reagent pada alat. Klik “Ok” akan muncul
persetujuan, Continue Cycle (untuk melanjutkan program) dan Change Analysis
Technique (untuk berpindah parameter tanpa menunggu “Ready”)
f. dipilih sesuai keperluan klik “Ok”

g. Alat akan melakukan inisialisasi selama 15 menit perpindahan telah selesai


selanjutnya alat akan melakukan pembacaan h. Alat siap digunakan bila sudah

ix
muncul “Ready”

6. Prosedur Quality Control


Untuk parameter “elfor Hb” menggunakan CARAUSEL NO 2

a. Dimasukkan control di carausel posisi 28 dengan tube terbuka

b. Dimasukan control di carausel posisi 28.

c. Dimasukkan Hemolysing Solution pada posisi 27

d. Ditunggu sekitar 10 detik, akan muncul kolom “SELECT A CONTROL” isi number
of dilution dengan angka 1.

e. Klik “OK”

f. Lihat hasil kontrol klik gambar “Curve Mosaic”

g. Bila kontrol sudah masuk dalam nilai batas, dimasukkan sampel pada carausel
posisi 1, 2, 3, dst.

7. Prosedur Analisis Sampel


a. Sampel dimasukkan pada carausel posisi 1,2,3, dst.

b. Pengisian data pasien dipilih gambar “Worklist By Table”.


c. “Worklist By Table” diisi nama pasien, jenis kelamin dan umur (sesuai
dengan posisi sampel)

d. Untuk print hasil pasien dibuka Curve yang akan diprint kemudian klik
“Print”.
e. Alat dimatikan dengan klik “Shutdown” lalu klik “Yes”
f. Lama “Shutdown” sekitar 20 menit. Tampilan saat proses shutdown telah
selesai.

8. Prosedur Mengubah Parameter

a. Pastikan alat dalam kondisi “Ready”

b. Dipilih Parameter di kanan atas

c. kolom “Section Of New Technique” akan muncul pada layar

d. Dipilih parameter yang diinginkan, klik “Next” akan muncul ID.no dari
reagent sesuai parameter yang dipilih, klik “Next”

x
be. Klik “Finish”, tunggu hingga “Ready” Waktu perpindahan antar parameter
sekitar 20 menit.

9. Nilai Rujukan

HbA : 96,8 – 97,8 %

HbA2 : 2,2 – 3,2 %

HbF : < 0,5 %

xi

Anda mungkin juga menyukai