NIM : 20118059
PRODI : D4-TLM / 3C
Elektroforesis Hb atau elektroforesis hemoglobin adalah tes darah yang dilakukan untuk
memeriksa tipe-tipe hemoglobin dalam darah. Hemoglobin adalah protein yang terdapat di
dalam sel darah merah. Fungsinya untuk mengangkut oksigen ke seluruh organ dan jaringan
tubuh.
Di dalam tubuh, terdapat ratusan jenis hemoglobin yang berbeda, berikut adalah tipe
hemoglobin normal yang paling umum:
1. Hemoglobin A, jenis hemoglobin paling umum yang ada di tubuh orang dewasa sehat.
2. Hemoglobin F atau hemoglobin fetal, ditemukan pada janin dan bayi baru lahir.
Hemoglobin F akan segera terganti oleh hemoglobin A setelah bayi lahir.
Apabila kadar hemoglobin A atau F terlalu tinggi atau rendah, kondisi ini dapat menandakan
adanya anemia jenis tertentu.
Sementara itu, terdapat pula ratusan tipe hemoglobin yang abnormal atau bermasalah, seperti:
1. Hemoglobin S, tipe yang umum ditemukan pada penyakit anemia sel sabit.
2. Hemoglobin C, tipe ini tidak dapat membawa oksigen di dalam sel darah merah dengan
baik. Umumnya ditemukan pada anemia tingkat ringan.
3. Hemoglobin E, tipe ini umum ditemukan pada orang keturunan Asia Tenggara, dan
disertai dengan gejala-gejala anemia ringan atau tidak bergejala sama sekali.
Tes ini menggunakan aliran listrik untuk memisahkan hemoglobin normal dan abnormal di
dalam darah. Dengan demikian, jumlah masing-masing hemoglobin di dalam darah dapat
diukur.
Fungsi elektroforesis Hb
Tujuan dari tes elektroforesis Hb adalah untuk mendiagnosis penyakit kelainan hemoglobin.
Salah satunya adalah penyakit thalasemia, yaitu kelainan yang membuat tubuh tidak dapat
menghasilkan sel darah merah normal. Tes ini berguna untuk proses diagnosis pada seseorang
yang mengalami gejala-gejala thalasemia.
Tes elektroforesis Hb tergolong aman dan minim risiko. Namun, kemungkinan beberapa anak
kecil yang menjalani tes ini akan merasa kelelahan atau pusing setelah menjalani tes ini.
Elektroforesis Hb dilakukan dengan menguji sampel darah seperti pengambilan darah pada
umumnya. Apabila anak Anda takut jarum, mungkin akan ada sedikit kesulitan perihal hal
ini.
Tidak ada persiapan khusus yang perlu dilakukan untuk menjalani tes elektroforesis Hb.
Namun, apabila sedang menjalani terapi zat besi untuk anemia atau pernah melakukan
transfusi darah selama 12 minggu ke belakang, dokter akan menyarankan yang terbaik agar
hasil pemeriksaan akurat.
Ada dua kemungkinan hasil tes elektroforesis Hb yang akan didapat, yaitu hasil normal dan
tidak normal. Angka yang tertera pada hasil tes biasanya menunjukkan kadar hemoglobin di
dalam darah.
Sementara itu, hasil pemeriksaan elektroforesis Hb yang normal pada bayi dan anak-anak
adalah:
Jika hasil tes elektroforesis Hb Anda menunjukkan tingkat hemoglobin yang tidak normal
atau berada di luar kisaran yang ada di atas, hal tersebut mungkin menandakan adanya:
Thalasemia merupakan kelainan darah herediter tertentu yang terjadi karena gangguan buatan
rantai à-globin atau b-globin sebagai akibat kurang atau tidak adanya pembuatan dari satu
atau lebih rantai polipeptida globin. Penyebaran penyakit talesemia dimulai dari mediterania,
timur tengah, india, Burma serta di daerah Yang disebut kawasan ikat pinggang talesemia
(cina bagian selatan, thailand, semenanjung malaysia, kepulauan Pasifik, dan indonesia).
Sejarah keluarga dapat menunjukkan keturunan yang juga menderita thalassemia. Bermacam-
macam jenis thalassemia yang berbeda dapat menunjukkan gambaran klinis yang berbeda.
Walau demikian, pada kasus-kasus yang lebih berat keluhan yang diderita dapat menjadi
semakin mirip.
Manifestasi klinis thalassemia bervariasi tergantung dengan jenis thalassemia yang diderita
yaitu :
2. Thalassemia alfa trait: Normal secara klinis dengan anemia mikrositik ringan
3. Penyakit HbH: Anemia hemolitik dengan tingkat keparahan yang berbeda serta
splenomegali.
4. Hidrops fetalis: meninggal dalam kehamilan atau pada waktu dekat setelah lahir.
6. Thalassemia beta intermedia: Anemia hemolitik kronik dengan tingkat keparahan yang
berbeda-beda.
7. Thalassemia beta mayor: Anemia berat memerlukan transfusi, gagal tumbuh, deformitas
tulang, hepatosplenomegali dan kuning.
Pasien thalassemia alfa dan beta minor memiliki keluhan yang tidak begitu berat
dibandingkan pasien penyakit HbH, thalassemia beta intermedia dan thalassemia beta mayor.
Keluhan yang diderita pada kasus-kasus yang berat ini dapat berasal dari anemia yang
diderita, hemolisis sel eritrosit terkait, eritropoiesis ekstrameduler, dan kelebihan zat besi oleh
karena transfusi kronik.
1. Gagal jantung, aritmia, dan murmur: disebabkan oleh anemia dan kelebihan zat besi
2. Deposisi zat besi pada organ tubuh: deposisi zat besi dapat terjadi pada kelenjar tiroid,
paratiroid, hipofisis, pankreas, testes, dan ovarium sehingga terjadi disfungsi endokrin.
Zat besi juga dapat terdeposisi pada jantung dan hati
3. Batu empedu: disebabkan oleh batu bilirubin oleh karena status hemolisis yang terus
menerus
5. Kulit warna perunggu: deposisi zat besi pada kulit dan kerja melanosit yang meningkat
Diagnosis Banding
Diagnosis banding thalassemia adalah sebagai berikut:
6. Hemoglobinopati lainnya
2. Terapi Kelasi Besi, Melakukan transfusi darah secara rutin juga berdampak buruk
bagi pengidap thalassemia. sehingga, proses transfusi darah harus selalu
berdampingan dengan proses terapi kelasi besi. Transfusi darah lama kelamaan
menyebabkan penumpukan zat besi pada tubuh. Hal ini menyebabkan kerusakan pada
hati maupun jantung. Dengan melakukan terapi kelasi besi, zat besi yang berlebihan
dalam tubuh dapat menjadi stabil.
3. Mengonsumsi makanan sehat, Mengonsumsi makanan sehat menjadi cara yang bisa
kamu lakukan untuk melakukan untuk menurunkan resiko thalassemia makanan yang
mengandung lemak sehat seperti alpukat, produk susu, sereal, dan kacang-kacangan
baik untuk menahan penyerapan zat besi.