Medan
Jl. Setiabudi Kompleks Setiabudi Square No. 15 Kel. Tanjung
Sari, Kec. Medan Selayang 20132 WA/Line 082122727364
w w w. o p t i m a p r e p . c o . i d
ILMU PENYAKIT
DALAM
1
• Perempuan usia 23 tahun keluhan lemas.
• Pasien memiliki riwayat transfusi darah tanpa
adanya perdarahan sejak kecil.
• Pada pemeriksaan rontgen didapatkan gambaran
hair-on-end appearance.
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS THALASEMIA
JAWABAN:
A. THALASEMIA
• Adanya keluhan lemas dengan riwayat
transfuse darah sejak kecil dan gambaran
hair on end appearance menunjukkan
bahwa pasien mengalami thalassemia.
• Pilihan B, pada sickle cell disease akan
ditemukan gambaran anemia hemolitik dan
gambaran Hb seperti bulan sabit.
• Pilihan C, pada anemia aplastic akan didapatkan
gambaran pasitopenia tanpa organomegali.
• Pilihan D, pada leukemia akan didapatkan
peningkatan kadar leukosit.
• Pilhan E, pada multiple myeloma dapat
ditemukan nyeri pada tulang, gagal ginjal dan
peningkatana serum kalsium.
THALASSEMIA
• Penyakit genetik dgn supresi produksi hemoglobin karena defek
pada sintesis rantai globin (pada orang dewasa rantai globin terdiri
dari komponen alfa dan beta)
• Diturunkan secara autosomal resesif
• Secara fenotip: mayor (transfusion dependent), intermedia (gejala
klinis ringan, jarang butuh transfusi), minor/trait (asimtomatik)
• Secara genotip:
– Thalassemia beta (kromosom 11, kelainan berupa mutasi) yang
mayoritas ditemukan di Indonesia
• Tergantung tipe mutasi, bervariasi antara ringan (++, +) ke berat (0)
– Thalassemia alfa (Kromosom 16, kelainan berupa delesi)
• -thal 2 /silent carrier state: delesi 1 gen
• -thal 1 / -thal carrier: delesi 2 gen: anemia ringan
• Penyakit HbH: delesi 3 gen: anemia hemolitik sedang, splenomegali
• Hydrops foetalis / Hb Barts: delesi 4 gen, mati dalam kandungan
• Alpha-thalassemia
• duplikasi rantai α-globin pada kromosom 16 menghasilkan
4α-globin gen (αα/αα).
• α-thalassemia terjadi jika terdapat delesi pd gen tersebut.
Ferri’s best test: a practical guide to clinical laboratory medicine and diagnostic imaging, ed 3, Philadelphia, 2014, Elsevier
ANAMNESIS + TEMUAN KLINIS
• Pucat kronik
• Hepatosplenomegali
• Ikterik
• Perubahan penulangan
• Perubahan bentuk wajah
facies cooley
• Hiperpigmentasi kulit
akibat penimbunan besi
• Riwayat keluarga +
• Riwayat transfusi
• Ruang traube terisi
• Osteoporosis
• “Hair on end” pd foto
kepala
Manifestasi Klinis
Beta-thalassemia:
• Heterozygous beta-thalassemia (thalassemia minor): no or mild anemia, microcytosis
and hypochromia, mild hemolysis manifested by slight reticulocytosis and
splenomegaly.
• Homozygous beta-thalassemia (thalassemia major): intense hemolytic anemia;
transfusion dependency; bone deformities (skull and long bones); hepatomegaly;
splenomegaly; iron overload leading to cardiomyopathy, diabetes mellitus, and
hypogonadism; growth retardation; pigment gallstones; susceptibility to infection.
• Thalassemia intermedia caused by combination of beta- and alpha-thalassemia or
beta-thalassemia and Hb Lepore: resembles thalassemia major but is milder.
Alpha-thalassemia:
• Silent carrier: no symptoms.
• Alpha-thalassemia trait: microcytosis only.
• Hemoglobin H disease: moderately severe hemolysis with microcytosis and
splenomegaly.
• The loss of all four alpha-globin genes is incompatible with life (stillbirth of hydropic
fetus).
Ferri’s best test: a practical guide to clinical laboratory medicine and diagnostic imaging, ed 3, Philadelphia, 2014, Elsevier
Diagnosis thalassemia
(cont’d)
• Pemeriksaan darah
– CBC: Hb , MCV , MCH , MCHC , Rt ,
RDW
– Apusan darah: mikrositik, hipokrom,
anisositosis, poikilositosis, sel target,
fragmented cell, normoblas +, nucleated
RBC, howell-Jelly body, basophilic
stippling
– Hiperbilirubinemia
– Tes Fungsi hati abnormal (late findings
krn overload Fe)
– Tes fungsi tiroid abnormal (late findings
krn overload Fe)
– Hiperglikemia (late findings krn overload
Fe)
– HbF , HbA2 n/, Tidak ditemukan HbA, thalassemia with target cells, hypochromia, Howell-Jolly
bodies, thrombocytosis, and nucleated RBCs.Image from
Hb abnormal (HbE, HbO, dll), Jenis Hb Stanley Schrier@ 2001 in ASH Image Bank 2001;
doi:10.1182/ashimagebank-2001-100208)
kualitatif
Tata laksana thalassemia
• Transfusi darah, indikasi pertama kali • Splenektomi jika memenuhi
jika: kriteria
– Hb<7 g/dL yg diperiksa 2x berurutan
dengan jarak 2 minggu • Splenomegali masif
– Hb>7 disertai gejala klinis spt facies • Kebutuhan transfusi PRC > 200-220
cooley, gangguan tumbuh kembang ml/kg/tahun
• Transfusi darah selanjutnya jika hb<8
g/dL SAMPAI kadar Hb 10-11 g/dL • Transplantasi (sumsum tulang,
(dlm bentuk PRC rendah Leukosit) darah umbilikal)
• Medikamentosa • Fetal hemoglobin inducer
– Asam folat (penting dalam
pembentukan sel) 2x 1mg/hari (meningkatkan Hgb F yg
– Kelasi besi menurunkan kadar Fe membawa O2 lebih baik dari Hgb
bebas dan me<<< deposit hemosiderin).
Dilakukan Jika Ferritin level > 1000 A2)
ng/ul, atau 10-20xtransfusi, atau
menerima 5 L darah. • Terapi gen
– Vitamin E (antioksidan karena banyak
pemecahan eritrosit stress oksidatif
>>)
– Vitamin C (dosis rendah, pada terapi
denga n deferoxamin)
• Nutrisi: kurangi asupan besi
• Support psikososial
2
• Laki-laki usia 30 tahun keluhan lemas dan sering merasa tidak
bergairah.
• Pasien terkadang juga sering mengalami perdarahan yang sulit
berhenti.
• Pada pemeriksaan penunjang didapatkan Hb 9 mg/dL,
Leukosit 30.000 dengan myeloblast 85% dan trombosit
100.000.
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS AML
JAWABAN:
D. AML 1
• Adanya keluhan lemas yang disertai dengan
perdarahan yang sulit dikonsumsi serta
pemeriksaan lab yang menunjukkan
leukositosis mengarahkan diagnosis ke arah
leukemia.
• Kemungkina leukemia yang dialami oleh
pasien adalah acute myeloblastic leukemia
karena ditemukan adanya myeloblast >
20%, penurunan Hb dan trombositopenia.
• Jenis AML yang memberikan gambaran
myeloblast adalah AML 1.
• Pilihan A,B,C, ALL biasanya terjadi pada anak-
anak dan disertai dengan peningkatan
limfoblas.
• Pilhan E, pada AML 3 biasanya ditemukan
promyelosit dominan dengan gambaran auer
rod.
AML
• Karakteristik
Mieloblast imatur yg
sangat besar dgn inti yg
banyak
Adanya Auer rod
gumpalan bahan
granula azurophilik yang
tampak seperti jarum
yang memanjang
berukuran lebar 0,1 – 2
µ, dan panjang 3 – 6 µ
pada sitoplasma blas
leukemia.
Subtipe AML
Klasifikasi
The traditional French–American–British (FAB) classification of AML
is as follows:
• M0 - Undifferentiated leukemia 6 percent of AML
• M1 - Myeloblastic without differentiation 25 percent of AML
• M2 - Myeloblastic with differentiation 28 percent of AML
• M3 – Promyelocytic 13 percent of AML Sekarang disebut APL
with PML-RARA
• M4 – Myelomonocytic; M4eo - Myelomonocytic with eosinophilia
• M5 - Monoblastic leukemia; M5a - Monoblastic without
differentiation; M5b - Monocytic with differentiation
• M6 - Erythroleukemia
• M7 - Megakaryoblastic leukemia
3
• Laki-laki berusia 27 tahun keluhan sering lemas dan pandangan gelap
tiba-tiba.
• Keluhan sudah dirasakan sejak 3 hari yang lalu.
• Pada pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva anemis (+/+), rhonki di
apex paru (+/+).
• Lab Hb 7 gr/dL, leukosit 4000/uL dan trombosit 250.000.
• Pasien merupakan pasien TB dan HIV yang sedang dalam pengobatan
ARV.
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS SYOK SEPSIS
JAWABAN:
C. SYOK SEPSIS
• Adanya penurunan kesadaran dengan
tanda-tanda infeksi sebelumnya
menunjukkan bahwa pasien mengalami
sepsis.
• Adanya hipotensi yang tidak membaik
dengan terapi cairan menunjukkan bahwa
pasien mengalami syok sepsis.
• Pilihan A, pada syok kardiogenik biasanya dapat
dijumpai tanda-tanda kerusakan jantung seperti
infark miokard.
• Pilihan B, pada syok hipovolemik biasanya
didapatkan riwayat hilangnya volume
intravascular.
• Pilhan E, SIRS ditandai dengan adanya
takikardia, takipneu, hipotermia/hipertermia
dan leukosit/leukopenia.
Sepsis Guideline 2016
TERAPI…
DIAGNOSIS LEPTOSPIROSIS
JAWABAN:
C. PENISILIN 1.5 JUTA IU
• Adanya demam, nyeri perut, sklera ikerik dan nyeri
gastrocnemius menunjukkan bahwa pasien
kemungkinan mengalami ikterik leptospirosis/
Weil disease.
• Pada weil disease pasien harus dilakukan rawat
inap dan diberikan antibiotic berupa penisilin 1,5
juta IU.
• Pilihan jawaban lain tidak tepat.
Leptospirosis
Infection through the
mucosa or wounded skin
Proliferate in the
bloodstream or
extracellularly within organ
Disseminate
hematogenously to all
organs
• Etiologi
Penyebab tersering beta-hemolytic streptococci (GABHS)
Staphylococcus aureusPseudomonas species
Streptococcus pneumoniae - A relatively uncommon cause of
lymphangitis
Pasteurella multocida - Associated with dog and cat bites; can cause
cellulitis and lymphangitis
Gram-negative rods, gram-negative bacilli, and fungi - May cause
cellulitis and resultant lymphangitis in immunocompromised hosts
Aeromonas hydrophila - Can contaminate wounds that occur in
freshwater
Wuchereria bancrofti - This filarial nematode is a major cause of acute
lymphangitis worldwide; signs and symptoms of lymphangitis caused
by W bancrofti are indistinguishable from those of bacterial
lymphangitis
Limfangitis
• Manifestasi Klinis
Riwayat trauma pd kulit
Demam, menggigil, malaise, turun nafsu makan,
nyeri otot
• Pemeriksaan Fisik
erythematous and irregular linear streaks
extend from the primary infection site toward
draining regional nodes. These streaks may be
tender and warm.
The primary site may be an abscess, an
infected wound, or an area of cellulitis.
Blistering of the affected skin may occur.
Lymph nodes associated with the infected
lymphatic channels are often swollen and
tender.
Patients may be febrile and tachycardic.
Limfangitis
• Pemeriksaan
Lab leukositosis
Kultur
• Tatalaksana
Penicillin possibly sufficient, but 1 wk of dicloxacillin or cephalexin
500 mg PO qid commonly used to ensure antistaphylococcal
coverage; if CA-MRSA suspected, then use oral Bactrim DS one PO
bid or clindamycin 300mg PO q6H.
Reserve vancomycin 1 g IV every 12 hr for patients requiring IV
therapy.
If allergic to penicillin:
1. Clindamycin 300 mg PO qid for 7 days or
2. Erythromycin 500 mg PO qid for 7 days.
3. Levofloxacin 500 mg PO daily or moxifloxacin 400 mg PO daily
for 7 days.
7
• Laki-laki, 58 tahun, keluhan nyeri hebat di perut hingga tembus ke
punggung.
• Pasien sudah sering mengeluhkan rasa tidak nyaman di daerah
umbilical.
• Pasien sebelumnya dikatakan memiliki riwayat penyakit pelebaran
pembuluh darah perut.
• PF : penurunan kesadaran dan konjungtiva anemis.
• Lab : Hb 9 g/dL.
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS RUPTUR ANEURISMA
JAWABAN:
E. RUPTUR ANEURYSMA AORTA ABDOMINALIS
• Adanya tanda-tanda syok hemoragik
seperti penuruna kesadaran dan
konjungtiva anemis yang sebelumnya
didahului oleh nyeri hebat di perut
menunjukkan bahwa pasien kemungkinan
mengalami rupturnya aneurisma aorta
abodomina.
• Pilihan A, pada tromnboemboli arteri
mesenterica ditandai dengan nyeri perut,
muntah dan diare tiba-tiba.
• Pilihan B, pada thrombus vena mesenterica
jarang terjadi dan biasanya ditandai dengan
nyeri perut dan diare berdarah.
• Pilihan C, oklusi arteri renalis akan
bermanifestasi sebagai gagal ginjal akut.
• Pilhan D, diseksio aorta abdominal biasanya
jarang terjadi dan dapat ditandai dengan nyeri
abdomen.
Abdominal Aorta
Abdominal Aorta Aneurysm
(AAA)
• Risk factors:
– men older than 65 years
– peripheral atherosclerotic vascular disease.
• Usually asymptomatic until they expand or rupture.
• Expanding AAA signs and symptoms:
– severe, constant low back, flank, abdominal, or groin pain.
Syncope may be the chief complaint.
– Physical exam: pulsatile abdominal mass (fewer than half of all
cases)
• Ruptured AAA:
– shock (cyanosis, mottling, altered mental status, tachycardia,
hypotension),
– pain due to ruptured AAA.
– Patients may have normal vital signs in the presence of a
ruptured AAA as a consequence of retroperitoneal containment
of hematoma
Pemeriksaan Penunjang
• USG
– standard imaging technique for AAA
• Plain radiography
– aortic wall calcification, seen less
than half of the time
• Computed tomography (CT) and CT
angiography (CTA)
– This form of imaging is the main
modality for defining and planning
open or endovascular AAA repair;
– CT offers certain advantages over
ultrasonography in defining aortic CT demonstrates abdominal aortic
size, rostral-caudal extent, aneurysm (AAA). Aneurysm was noted
involvement of visceral arteries, and during workup for back pain, and CT was
extension into the suprarenal aorta ordered after AAA was identified on
radiography. No evidence of rupture is seen.
Pemeriksaan Penunjang
• Magnetic resonance imaging
– This permits imaging of the aorta comparable to
that obtained with CT and ultrasonography,
without subjecting the patient to dye load or
ionizing radiation
• Angiography
– With the fine resolution afforded by CTA,
conventional angiography is rarely indicated to
define the anatomy
Tatalaksana
• Surgical repair. The primary methods of AAA
repair are as follows:
– Open - This requires direct access to the aorta via
a transperitoneal or retroperitoneal approach
– Endovascular - This involves gaining access to the
lumen of the abdominal aorta, usually via small
incisions over the femoral vessels; an endograft,
typically a polyester or Gore-Tex graft with a stent
exoskeleton, is placed within the lumen of the
AAA, extending distally into the iliac arteries
Ruptured Abdominal aortic
aneurysm (RAAA)
• Ruptured AAA presents with a classical triad of pain in the
flank or back, hypotension and a
pulsatile abdominal mass; however, only about half have
the full triad. Tachycardia
develops. Shock may occur.
• The patient will complain of the pain and may feel cold,
sweaty and faint on standing.
• The following symptoms are listed with approximate
frequency of presentation
• Abdominal pain (60%)
• Back pain (70%)
• Syncope (30%)
• Vomiting (20%)
8
• Wanita keluhan nyeri dada kiri yang menjalar ke lengan kiri.
• TD 150/90mmHg, HR 90x/mnt, RR 30x/mnt dan suhu 36,7.
• Lab : kolesterol total 287 mg/dl, GDS 178 mg/dl.
• Diduga pasien ada penyempitan pembuluh darah koroner.
• Dokter kemudian memberikan obat penurunan kolesterol dan
obat anti agregasi trombosit yang memberikan efek terapi
dalam beberapa hari karena merupakan pro drug.
OBAT YG DIMAKSUD…
DIAGNOSIS PENYAKIT JANTUNG KORONER
JAWABAN:
E. KLOPIDOGREL
• Pasien diberikan obat antiagregasi
trombosit. Anti trombosit yang termasuk
pro drug adalah clopidogrel.
• Pro drug merupakan obat yang baru aktif
setelah mengalami proses metabolism
didalam tubuh.
• Pilihan A, asetosal atau aspirin adalah anti
agregasi trombosit namun bukan prodrug.
• Pilihan B, warfarin adalah antikoagulan.
• Pilihan C, cilozatazol adalah vasodilator dan anti
agregasi platelet.
• Pilhan E, enoxaparin adalah antikoagulan.
Anti Platelet
• Pro drug a pharmacologically inactive substance
that is the modified form of a pharmacologically
active drug to which it is converted (as by
enzymatic action) in the body.
9
• Laki-laki berumur 50 tahun keluhan berdebar debar dan
dada terasa sesak.
• PF : TD 130/80 mmHg, HR 180x/mnt, RR 22x/mnt dan
suhu 37C.
• Dokter hendak meresepkan obat antiaritmia.
• Dokter mengedukasi pasien bahwa obat tersebut
mempunyai efek samping fibrosis paru.
OBAT YG DIMAKSUD…
DIAGNOSIS TAKIARITMIA
JAWABAN:
D. AMIODARONE
• Obat antiaritmia yang dapat memberikan
komplikasi berupa fibrosis paru adalah
amiodarone.
• Pilihan A, propranolol dapat menyebabkan efek
samping beruapa bradikardia, eksaserbasi PPOK
atau Asma.
• Pilihan B, Verapamil merupakan obat golongan CCB
yang efek sampingnya adalah AV block,
hiperprolaktinemia dan konstipasi.
• Pilihan C, lidocaine dapat menyebabkan kelaianan
saraf pusat dan depresi kardiovaskular
• Pilhan E, propafenon merupakan antiaritmia kelas
1C yang dapat menyebabkan aritmia pada pasien
post infark miokard.
10
• Laki-laki berusia 60 tahun, datang dengan keluhan sesak nafas saat
beraktivitas.
• Keluhan kadang dirasakan pada malam hari dan mengganggu tidur
pasien.
• Pasien juga mengeluh kedua tungkai membengkak.
• Riwayat hipertensi tidak terkontrol.
• PF : TD 140/80 mmHg, HR 82x/min, RR 32x/min, S 36.9C.
• PF : rhonki di kedua basal paru, dan pemeriksaan CTR 0,69.
PEMERIKSAAN…
DIAGNOSIS GAGAL JANTUNG
JAWABAN:
A. NT PRO BNP
• Pasien mengalami sesak nafas yang
bertambah dengan aktivitas. Adanya
othopneu dan paroksismal nocturnal
dsypneu menunjukkan bahwa pasien
kemungkinan mengalami CHF.
• Pada CHF pemeriksaan laboratorium yang
dapat dilakukan adalah pemeriksaan NT
pro BNP.
• Pilihan B, C dan E, CKMB, troponin dan
mioglobin merupakan enzim jantung yang akan
meningkat kadarnya pada keadaan infark
miokard.
• Pilihan D, LDH merupakan enzim yang kadarnya
meningkat jika terjadi kerusakan pada sel-sel
tubuh.
Gagal Jantung
• disfungsi jantung berkurangnya aliran darah dan suplai
oksigen ke jaringan tidak dapat lagi memenuhi
kebutuhan metabolik tubuh
• Pembagian:
– Gagal jantung kanan (terjadi pada hipertensi pulmonal primer,
tromboemboli), dengan gejala kongesti cairan sistemik dan
Gagal jantung kiri (akibat kelemahan ventrikel kiri) berakibat
pada penurunan perfusi sistemik.
– Low Output Heart Failure (biasanya terjadi akibat hipertensi,
kardiomiopati dilatasi, kelainan katub)dan High Output Heart
Failure (ditemukan pada penurunan resistensi vaskular
sistemik, seperti hipertiroid, anemia dan kehamilan)
GAGAL JANTUNG KONGESTIF
• Adanya 2 kriteria mayor, atau 1 kriteria mayor
dan 2 kriteria minor
• Kriteria minor dapat diterima bila tidak
disebabkan oleh kondisi medis lain seperti
hipertensi pulmonal, penyakit paru kronik,
asites, atau sindrom nefrotik
• Kriteria Framingham Heart Study 100% sensitif
dan 78% spesifik untuk mendiagnosis
Sources: Heart Failure. Harrison’s Principles of Internal Medicine 17th Edition.
Archives of Family Medicine 1999.
Gagal Jantung
TATALAKSANA AWAL…
DIAGNOSIS PENYAKIT JANTUNG KORONER
JAWABAN:
D. ASPIRIN 320 MG
• Pasien mengalami nyeri dada kiri khas
angina yang sudah dirasakan sejak 1 jam.
• Pada tatalaksana awal angina obat yang
dapat diberikan adalah aspirin 320 mg
loading dose untuk mencegah progresi
terbentuknya sumbatan pada arteri
coroner.
• Pilihan A, aspirin yang diberikan adalah 320 mg.
• Pilihan B, nitrogliserin dapat mengurangi nyeri
dada dan diberikan setelah aspirin.
• Pilihan C, clopiidogrel dapat diberikan sebagai
tambahan.
• Pilhan E, kardioversi biasanya dilakukan jika
pasien mengalami takiaritmia yang tidak stabil.
TATALAKSANA ACS
ACS
12
• Laki-laki 51 tahun dengan keluhan nyeri dada kiri sejak 1 jam yang lalu.
• Nyeri dada menjalar ke lengan kiri sampai ke punggung.
• disertai sesak napas, mual serta muntah.
• Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus, perokok aktif
sejak masih muda.
• PF : BB 90 kg, TB 165 cm, TD 180/110 mmHg, HR 96 x/mnt, RR 26
x/mnt.
• EKG ditemukan adanya ST elevasi di segmen V2-V6 dan kimia darah
CKMB 73 ng/ml (normal 0-8,8 ng/mL).
TATALAKSANA TERPENTING…
DIAGNOSIS STEMI
JAWABAN:
B. ALTEPLASE
• Pasien kemungkinan mengalami nyeri dada
khas angina yang termasuk ke dalam STEMI
karena adanya gambaran ST elevasi pada
EKG dan peningkatan enzim jantung.
• Pada STEMI yang onset kurang dari 12 jam
maka tatalaksana yang dapat diberikan
adalah fibrinolitik atau PCI.
• Pada pilihan jawaban fiibrinolitik yang
dapat diberikan adalah alteplase
• Pilihan A, mannitol diberikan pada pasien
dengan peningkatan TIK.
• Pilihan C, D, aspirin dapat diberikan
tattalaksana awal untuk mencegah progresi
terbentuknya thrombus lebih lanjut.
• Pilhan E, klopidogrel merupakan anti agregasi
trombosit yang dapat ditambahkan setelah
pemberian aspirin.
Fibrinolitik
13
• Wanita 28 tahun mengeluhkan sensitif terhadap sinar
matahari.
• Terdapat nyeri-nyeri pada persendian.
• PF : kulit eritem disertai squama tipis di daerah malar.
• Sebelunya pasien diketahui ada riwayat mengonsumsi obat
anti aritmia.
• Penunjang didapatkan ANA (+).
ETIOLOGI…
DIAGNOSIS DRUG INDUCED LUPUS ERITEMATOSUS
JAWABAN:
B. PROCAINAMID
• Adanya keluhan berupa badan pegal-pegal
yang disertai dengan malar rash (+) dan
ANA (+) serta riwayat pemberian obat
antiaritmia sebelumnya menunjukkan
bahwa pasien mengalami efek samping
dari procainamide yaitu drug induced
lupus eritematosus.
• Amiodaron merupakan obat golongan
antiaritmia yang efek sampingnya adalah
fibrosis paru, hepatotoksik dan gangguan
hormone tiroid.
• Pilihan A, lidocaine dapat menyebabkan
kelaianan saraf pusat dan depresi
kardiovaskular
• Pilihan D, diltiazem dapat menyebabkan
konstipasi, flushing, edema
• Pilhan E, ibutilid adalah antiaaritmia kelas III
dapat menyebabkan torsades de pointes.
Drug Induced Lupus
• Definisi
– Certain drugs may trigger an autoimmune response; most
often, these drugs induce autoantibodies, which may
occur in a significant number of patients, but most of
these patients do not develop signs of an autoantibody-
associated disease.
– In some patients, a clinical syndrome with features similar
to systemic lupus erythematosus (SLE) may develop, which
is termed drug-induced lupus.
Patogenesis
• Potential disease mechanisms include:
– Abnormalities in oxidative drug metabolism
– Drugs acting as haptens or agonists for drug-
specific T cells
– Cytotoxic drug metabolites causing pathology
– Drugs nonspecifically activating lymphocytes
– Drug metabolites disrupting central immune
tolerance
– Abnormalities in thymus function
Causative Drugs
• Definite – procainamide, hydralazine, minocycline,
diltiazem, penicillamine, isoniazid (INH), quinidine, anti-
tumor necrosis factor (TNF) alpha therapy (most commonly
with infliximab and etanercept), interferon-alfa,
methyldopa, chlorpromazine, and practolol.
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS ADB + GIZI KURANG
JAWABAN:
B. ANEMIA DEFIZIENSI BESI DENGAN STATUS GIZI
KURANG
• Pada pasien dengan keluhan
letih lesu dan dengan
konjungtiva anemis
mengarahkan kepada anemia
• Karena pada pemeriksaan
darah tepi didapatkan sel kecil
pucat, kemungkinan adalah
pencil cell yang menandakan
anemia defisiensi besi,
diperburuk dengan kondisi
Pencil Cell
pasien yang sulit makan. Pilihan
anemia mikrositik hipokrom
tidak spesifik
• Pasien dikatakan gizi kurang
karena BMI 40/(1.5 x 1.5)
didapatkan hasil 1.778 atau
underweight karena dibawah
18.5
• Pilihan depresi tidak menjadi diagnosis utama
pada pasien ini karena ada gangguan organic
yang harus ditangani terlebih dahulu.
Klasifikasi berat badan Orang Asia
Anemia Defisiensi Besi
• Kegagalan pembentukan hb akibat defisiensi besi yang
berperan dalam pembentukan heme.
Anemia Defisiensi Besi (tahapan
klinis)
Etiologi
• Perdarahan saluran cerna atau menstruasi
• Kurangnya besi dalam diet
• Gangguan penyerapan besi pada pasien dengan
gastrektomi
• Phlebotomi berulang
• Meningkatnya kebutuhan besi (terutama saat
hamil)
• Hemosiderosis
• hemoglobinuria (hemolysis intravaskular)
• Infeksi cacing tambang
15
• Laki-laki, 56 tahun, keluhan nyeri dada disertai
jantung berdebar-debar.
• PF : TD 90/60. N: 156x /menit RR: 20 x/menit S:
36OC.
TATALAKSANA…
DIAGNOSIS TORSADES DE POINTES TIDAK STABIL
JAWABAN:
A. SEDASI DAN DEFIBRILASI
• Gambaran EKG pada kasus ini adalah VT
polimorfik torsades de pointes, yang tidak
stabil karena disertai dengan nyeri dada
dan jantung berdebar-debar
• Penanganan pada VT polimorfik tidak stabil
adalah dengan defibrilasi, bukan
kardioversi, sebesar 360 joule
• Amiodarone tidak digunakan pada kasus VT
polimorfik
• pilihan D, MgSO4 dan beta blocker dapat
digunakan pada kasus torsades yang stabil
ILMU BEDAH
16
• Laki-laki 35 tahun, dengan keluhan belum
memiliki anak setelah 5 tahun menikah.
• Dokter menemukan pembuluh darah berkelok-
kelok dan terkumpul di sekitar testis.
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS PERFORASI USUS
JAWABAN:
C. PERFORASI USUS
• Perempuan, 26 tahun, datang dengan akut
abdomen. Adanya riwayat demam
terutama sore dan malam hari sejak 2
minggu yang lalu dan diare sepertinya ingin
megarahkan kasus ini pada demam tifoid.
• Pemeriksaan fisik didapatkan pekak hati
yang menghilang.
• Hasil foto polos abdomen memperlihatkan
udara bebas antara hati dan diafragma
(pneumoperitoneum).
• Diagnosis yang tepat pada kasus ini adalah
perforasi usus.
• Pelvic inflammatory disease
• Appendisitis
• Abses Hepar
• Penyakit Chrons
Cupula sign
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS PENYAKIT RAYNAUD
JAWABAN:
B. PENYAKIT RAYNAUD
• Diagnosis Penyakit Raynaud, ditegakkan
atas dasar:
– Perempuan 20 thn dengan keluhan ujung-
ujung jari tangan kanan dan kiri menjadi
kebiruan sejak 1 jam lalu. Keluhan hilang
timbul, dan terutama jika cuaca dingin.
– Tidak ada riwayat penyakit jantung ataupun
penyakit autoimun, dan pasien tidak merokok.
– PF: terdapat sianosis pada ujung jari kedua
tangan kanan dan kiri, tidak terasa nyeri pada
penekanan, dan tidak terdapat Iuka.
• Buerger’s disease terjadi peradangan pada arteri-arteri
distal, sehingga mengakibat terbentuknya gangrene dan ulkus
pada ujung-ujung jari kaki dan tangan, secara eksklusif terjadi
pada perokok. Raynaud phenomenon dapat terjadi pada
penderita Buerger’s Disease.
• Radang dingin (Frostbite) kondisi dimana jaringan tubuh
membeku dan rusak akibat paparan suhu rendah.
• Aterosklerosis Timbunan plak kolesterol di dinding arteri
yang menyebabkan terhalangnya aliran darah. Jika pecah,
gumpalan plak menyebabkan oklusi akut arteri.
• Aterosklerosis sering tidak memiliki gejala sampai plak pecah
atau penumpukannya cukup parah sehingga menghalangi
aliran darah.
• Arteritis Takayasu merupakan penyakit sistemik yang
cukup langka, di mana kondisi ini menyebabkan peradangan
yang merusak pembuluh darah. Gangguan ini biasanya
menyasar cabang pembuluh darah besar aorta.
Raynaud’s Disease
• Raynaud’s disease (Primary): Intermittent arteriolar
vasoconstriction that results in coldness, pain, and
pallor of finger tips or toes.
• Raynauds’ phenomenon (Secondary): localized
intermittent episodes of vasoconstriction of small
arteries os the feets and hands that cause color and
temperature changes; Generally unilateral; Progressive.
• Karaktersitik tiga fase perubahan warna :
1. Memucat karena aliran darah terhambat.
2. Sianosis akibat akumulasi lokal hemoglobin terdesaturasi
3. Memerah akibat kembalinya aliran darah
1. Lilly LS. Pathophysiology of heart disease. 5th ed. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins; 2011. p. 350
2. Kumar, Abbas, Fausto. Robbins and Cotran’s pathologic basis of disease. 7 th ed.
https://www.orthobullets.com/hand/6098/raynauds-syndrome
https://www.researchgate.net/figure/Treatment-algorithm-for-Raynauds-phenomenon_fig2_43227518
Tatalaksana
• Hindari lingkungan dingin , gunakan pakaian
hangat
• Antivasospasme : calcium channel brocker, α-
adrenergik bloker (kondisi berat)
1. Lilly LS. Pathophysiology of heart disease. 5th ed. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins; 2011. p. 350
2. Kumar, Abbas, Fausto. Robbins and Cotran’s pathologic basis of disease. 7 th ed.
19
• Bayi laki-laki, 7 bulan dengan muntah berulang sejak 2 hari
yang lalu. Frekuensi muntah lebih dari 6 x/hari.
• PF: tampak pucat, perut distensi dan teraba massa seperti
sosis di perut bagian bawah, disertai peristaltik meningkat
pada auskultasi.
• RT: didapati darah dan lendir pada sarung tangan.
• Px barium enema: gambaran cupping dan coiled spring.
TATALAKSANA AWAL…
DIAGNOSIS INVAGINASI
JAWABAN:
A. PUASAKAN DAN PASANG NGT
• Bayi laki-laki berusia 7 bulan dengan gejala
ileus obstruktif (muntah-muntah, perut
distensi, dan gerak peristaltik usus meningkat),
adanya massa seperti sosis di abdomen, colok
dubur didapati lendir dan darah, serta
pemeriksaan barium meal ditemukan
gambaran cupping dan coiled spring.
• Dari gejala dan tanda tersebut diagnosis pada
kasus ini adalah intususepsi/ invaginasi.
• Tatalaksana awal yang tepat pada kasus ini
adalah pasien dipuasakan dan pasang NGT
untuk mengurangi distensi.
• Pasang kateter urin
• Berikan oksigen nasal
• Siapkan transfusi darah
• Tetap lanjut pemberian ASI
TRIAD:
• vomiting
• abdominal pain
o colicky, severe, and intermittent,drawing the legs up to the abdomen,kicking
the air, In between attacks, calm and relieved
• blood per rectum /currant jelly stool
http://bestpractice.bmj.com/best-practice/monograph/679/highlights/overview.html
PART OF THE
INTESTINE
FOLDS ON
ITSELF LIKE A
TELESCOPE
Radiologic Signs
• Ultrasound signs
include:
– target sign /doughnut
sign)
– pseudokidney sign
– crescent in a doughnut
sign
Barium Enema
• Barium Enema
pemeriksaan gold
standar
• intussusception as an
occluding mass
prolapsing into the
lumen, giving the
"coiled spring”
appearance
20
• Laki-laki 50 thn dengan keluhan nyeri pada tepi anus
yang dirasakan sejak 5 hari yang lalu, suhu 38,5oC.
• PF: didapatkan nyeri tekan, dan indurasi pada area
perianal.
• RT: didapatkan penonjolan pada arah jam 9-10, nyeri
tekan, dan indurasi. Pada sarung tangan tidak
didapatkan darah, lendir, dan feses.
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS ABSES PERIANAL
JAWABAN:
B. ABSES PERIANAL
• Laki-laki 50 tahun, keluhan nyeri pada tepi
anus, disertai demam, suhu38,5oC.
• PF: nyeri tekan, dan indurasi pada area
perianal.
• RT: penonjolan pada arah jam 9-10, nyeri
tekan, dan indurasi. Pada sarung tangan
tidak didapatkan darah, lendir, dan feses.
• Gejala dan tanda tersebut sesuai dengan
diagnosis abses perianal.
• Abses brodie merupakan abses piogenik
yang dikelilingi oleh daerah sklerosis dan
meningkatnya jaringan granulasi. Dapat
ditemukan pada osteomielitis subakut.
• Hemoroid interna varices pada area anus
yang berasal dari pleksus hemorhoidales
interna yang berada di atas linea dentata.
• Hemoroid eksterna varces/ hemorrhoid yang
berada di bawah linea dentata.
• Prolaps recti kondisi di mana adanya bagian
dinding rektum keluar dari anus.
Abses Perianal
Abses perianal: infeksi jaringan lunak 5
yang mengelilingi anus. Sebagian besar %
bersumber dari fistula..
Penyebab lain:
•Crohn
•TB 6 5 Ischiore
•Carcinoma, Lymphoma and Leukaemia 0 % ctal 20%
%
•Trauma Intersphinc suprasphinc
teric teric
•Inflammatory pelvic conditions (appendicitis) Trans- extrasphin
sphincteric cteric
Gejala dan Tanda
Abses Gejala
Perianal •Nyeri di perianal, pus, dan demam
•Benjolan bersifat nyeri, fluktuan,
kemerahan.
Ischio- •Demam, nyeri di ischiorectal
rectal •Massa, nyeri tekan (+), indurasi (+)
Intersphinct •nyeri di rektum, demam, dan
eric terdapat pus
Supralevato
r
21
• Perempuan G3P2A0, 29 tahun dengan keluhan nyeri di betis
kanan dan kiri sejak 1 minggu yang lalu.
• Nyeri hilang timbul, menghilang jika pasien bergerak dan
bertambah parah jika pasien diam.
• PF: status lokalis cruris dextra et sinistra ditemukan alur
bentukan vena muncul di permukaan kulit disertai warna
kemerahan dan hangat pada perabaan. Pemeriksaan Homan
sign (+).
PEMERIKSAAN PENUNJANG..
DIAGNOSIS DVT
JAWABAN:
B. USG DOPPLER
• Pasien wanita dengan G3P2A0, keluhan nyeri
di betis kanan dan kiri sejak 1 minggu yang
lalu. Saat kehamilan sebelumnya juga pasien
merasakan hal yang sama.
• Status lokalis cruris dextra et sinistraalur
bentukan vena muncul di permukaan kulit
disertai warna kemerahan dan hangat pada
perabaan. Pemeriksaan Homan sign (+).
• Berdasarkan keterangan yang ada
kemungkinan diagnosis pada kasus ini adalah
DVT.
• Pemeriksaan penunjang non-invasif yang
dapat dilakukan adalah USG Doppler.
• Venografi jika pemeriksaan dengan USG dan
USG Doppler tidak memastikan diagnosis DVT,
maka perlu dilakukan venografi.
• Faal hemostasis dilakukan pada pasien
dengan probabilitas DVT rendah.
• Intravenous kateter tidak spesifik.
• Foto X-ray cruris tidak tepat.
DVT
Virchow Triads:
(1) venous stasis
(2) activation of blood coagulation
(3) vein damage
Sudoyo A dkk. Panduan Diagnosis dan Tatalaksana Trombosis Vena Dalam dan Emboli Paru. 2015
22
• Laki-laki 35 thn dengan keluhan kemaluan tegang terus
menerus sejak 6 jam yang lalu, tanpa didahului hasrat
seksual.
• Pasien mengaku minum obat kuat.
• PF: ditemukan penis tampak ereksi, keras, tampak
kebiruan, dan nyeri.
PATOMEKANISME…
DIAGNOSIS PRIAPISMUS ISKEMIK
JAWABAN:
B. GANGGUAN MEKANISME OUTFLOW VENA (VENO
OKLUSI)
• Laki-laki, 35 tahun, dengan keluhan ereksi sejak 6 jam
tanpa didahului hasrat seksual mengarah pada
priapismus.
• Riwayat minum obat kuat, PF: penis tampak ereksi,
keras, tampak kebiruan, dan nyeri dicurigai adanya
priapismus tipe low-flow/ ischemic priapism.
• Patofisiologi :
• adanya relaksasi otot polos yang abnormal (dapat
disebabkan oleh obat perangsang, muscle relaxant, dan
beberapa penyakit seperti sickle cell disease) sehingga
menyebabkan darah masuk kedalam penis terus menerus
sehingga terjadi compartment syndrome yang
menghambat aliran vena (veno-oklusi) keluar dari penis.
• Oleh karena itu pilihan jawaban yang tepat adalah B.
Gangguan mekanisme outflow vena (veno oklusi).
• Gangguan mekanisme outflow arterial oklusi
• Adanya penurunan inflow aliran darah arteri
• Adanya penurunan inflow aliran darah vena
• Adanya peningkatan inflow aliran darah vena
PX PENUNJANG…
DIAGNOSIS DISLOKASI BAHU
JAWABAN:
C. X RAY GLENOHUMERAL JOINT
• Pasien laki-laki 24 tahun keluhan nyeri bahu
kiri, PF: bahu kiri tampak lebih menonjol,
ROM terbatas, nyeri tekan (+), tidak
ditemukan krepitasi.
• Berdasarkan gejala dan tanda tersebut
diagnosis pada kasus ini mengarah pada
dislokasi bahu anterior.
• Pemeriksaan penunjang yang tepat adalah
X-Ray Glenohumeral joint.
• X Ray Radio-ulnar joint
• X Ray Humero-ulnar joint
• X Ray Tibio-talar joint
• Rontgen Thorax AP
• Pembahagian
• Dis.Posterior (2 %)
• Dis. Inferior
• Mekanisme Trauma
• Puntiran sendi bahu tiba-tiba
Rontgen Foto
CT Scan
Sulcus Sign test
• a shoulder stability
examination to determine
if there is anterior or
multidirectional instability
observed between the
acromion and the humeral Prominent
head. acromion
• With the arm straight and
relaxed to the side of the
patient, the elbow is
grasped and traction is Sulcus
applied in an inferior Sign
direction
24
• Perempuan 20 thn dengan keluhan benjolan di
punggung pergelangan tangan kanan sejak 6 bulan
yang lalu, dan terasa pegal saat beraktivitas.
• PF: ditemukan inspeksi: benjolan berukuran sebesar
kelereng, palpasi: mobile dan tidak nyeri.
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS KISTA GANGLION
JAWABAN:
A. KISTA GANGLION
• Perempuan usia 20 thn keluhan benjolan di
punggung pergelangan tangan kanan,
terasa pegal saat beraktivitas. Pasien
berlatih tenis usia muda.
• inspeksi: benjolan berukuran sebesar
kelereng, palpasi: mobile dan tidak nyeri.
• Berdasarkan keterangan tersebut dapat
disimpulkan diagnosis pada kasus ini adalah
kista ganglion.
• Lipoma benjolan berbatas tegas, dengan
konsistensi kenyal, dan tidak disertai nyeri
• Neurofibroma benjolan seperti daging yang
lembut, yang berasal dari jaringan saraf.
• Sarcoma kelompok tumor yang umumnya
menyerang jaringan tubuh bagian tengah
(mesoderm), tetapi dapat juga menyerang jaringan
tubuh bagian luar (ektoderm) tidak spesifik.
• Osteoma/ osteoid osteoma tumor jinak
osteoblas (sel tulang) yang berukuran kecil (<1,5-2
cm) dan biasanya tumbuh paling banyak di tungkai
kaki (paha dan betis).
Kista Ganglion
• Degenerasi kistik jaringan
periartikuler, kapsul sendi,
atau pembungkus tendo
• Tumor jaringan lunak tersering
pada tangan dan Pergelangan
Tangan 60 %
• Prediposisi dorsal manus
• Menempel pada Kapsul,
tendon, atau tendon sheath
• Wanita > Pria
• 70% terjadi pada dekade 2 - 4
• Terbentuk tunggal dan pada
tempat yang amat spesifik
Informasisehat.files.wordpress.com/2010/05/ganglion-cyst
Location According to anatomy
• They can occur in numerous locations but most
commonly (70-80% of cases) occur in relation
to the hand or wrist (ganglion cysts of the hand
and wrist) in this location, notable specific sub
sites include 1:
– dorsum of wrist: ~60% of all hand ganglion cysts
– volar aspect of wrist: ~20%
– flexor tendon sheath: ~10%
– in association with the distal interphalangeal joint:
~10%
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS APPENDISTIS ABSES
JAWABAN:
C. APPENDISTIS ABSES
• Laki-laki berusia 15 tahun, keluhan nyeri di
perut kanan bawah sejak 6 hari , disertai mual
dan muntah, demam dengan suhu 39,7°C.
• PF: abdomen distensi tidak ada, defans
muscular positif di bagian kanan bawah, nyeri
tekan positif di regio iliaka dekstra, teraba
massa di regio iliaka dekstra, fluktuasi positif.
• RT: nyeri tekan arah jam 9-11.
• Laboratorium Hb 13 g/dl, leukosit 17.300/μL,
trombosit 240.000 mm3.
• Gejala dan tanda tersebut sesuai dengan
diagnosis appendisitis abses.
• Pielonefritis akut nyeri umum pada area
flank
• Liver Absces nyeri pada bagian kanan atas.
• Appendisitis Akut disingkirkan karena
pada soal ditemukan massa saat palpasi
abdomen.
• Kolitis infeksi gejala diare disertai darah dan/
atau nanah.
APPENDISITIS
Sign of Appendicitis
Alvarado Score
Appendisitis Abses
• Apendisitis abses terjadi
bila massa lokal yang
terbentuk berisi nanah
(pus), biasanya di fossa
iliaka kanan, lateral dari
sekum, retrosekal,
subsekal dan pelvikal.
• Merupakan komplikasi
dari appendisitis yang
mengalami ruptur dan
membentuk abses di
sekitarnya.
26
• Laki-laki 30 thn dengan keluhan mual muntah dan nyeri hebat
perut bawah sejak 5 jam.
• PF: didapatkan keadaan umum lemah, tekanan darah 100/70
mmHg, frekuensi nadi 100 x/menit, frekuensi napas 24
x/menit, dan suhu tubuh 37,8°C.
• PF abdomen didapatkan distensi abdomen dan metalik sound
(+). Pemeriksaan colok dubur rektum kolaps.
TATALAKSANA…
DIAGNOSIS ILEUS OBSTRUKTIF
JAWABAN:
A. DEKOMPRESI
• Laki-laki, 30 tahun, keluhan mual muntah
dan nyeri hebat perut bawah sejak 5 jam.
• Pemeriksaan abdomen didapatkan distensi
abdomen dan metalik sound (+).
• Pemeriksaan colok dubur rektum kolaps.
Berdasarkan gejala dan tanda tersebut
diagnosis pada kasus ini mengarah pada
ileus obstruktif.
• Tatalaksana awal yang tepat pada kasus ini
adalah dekompresi.
• Rehidrasi jika ditemukan tanda-tanda
dehidrasi.
• Operasi ditentukan dahulu etiologi dari ileus
obstruktif tersebut, jika memang diperlukan
bisa dilakukan operasi.
• Pasang rectal tube rectal tube, tatalaksana
pada morbus Hirschsprung.
• Antibiotik diberikan bila terdapat tanda-
tanda infeksi.
Ileus Obstruktif
• Ileus:
– Kelainan fungsional atau terjadinya paralisis dari
gerakan peristaltik usus.
• Obstruksi:
– Adanya sumbatan mekanik yang disebabkan
karena adanya kelainan struktural sehingga
menghalangi gerak peristaltik usus.
– Obstruksi dapat parsial atau komplit
– Obstruksi simple atau strangulated
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Tanda panah berwarna putih menunjukan kolon yang
melebar sehingga membentuk frame seperti “pigura”.
27
• Laki-laki 5 thn dengan keluhan penis yang
tampak telah dikhitan, secara tiba-tiba ketika
bangun tidur.
• PF: tampak glans penis tampak membiru dan
nyeri, serta preputium tertarik ke corona penis
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS PARAFIMOSIS
JAWABAN:
B. PARAFIMOSIS
• Anak laki-laki 5 tahun, dengan keluhan
penis seperti di khitan saat bangun tidur.
• Pada pemeriksaan fisik glans penis tampak
membiru dan nyeri, serta preputium
tertarik ke corona penis.
• Dari gejala dan tanda tersebut diagnosis
yang tepat pada kasus ini adalah
parafimosis.
• Fimosis: preputium tidak dapat ditarik ke arah
proksimal.
• Hipospadia OUE berada pada ventral penis.
• Mikropenis ukuran penis lebih kecil dari
ukuran normal.
• Sirkumsisi inkompit tidak ada terminologi ini
dalam kamus kedokteran.
PARAFIMOSIS
• Prepusium yang diretraksi Tatalaksana Parafimosis
hingga sulkus koronarius • Mengembalikan prepusium
tidak dapat dikembalikan secara manual dengan
pada posisi semula. memijat glans penis selama
3-5 menit untuk
• Retraksi prepusium ke prox mengurangi edema.
secara berlebihan tidak • Bila tidak berhasil, perlu
dapat dikembalikan seperti dilakukan dorsum insisi.
semula menjepit penis • Setelah edema dan reaksi
obstruksi aliran balik inflamasi hilang
vena superfisial edema, sirkumsisi.
nyeri nekrosis glans
penis.
Phimosis vs Paraphimosis
Phimosis Paraphimosis
• Prepusium tidak dapat • Prepusium tidak dapat
ditarik kearah proksimal ditarik kembali dan
• Fisiologis pada neonatus terjepit di sulkus
• Komplikasiinfeksi koronarius
– Balanitis • Gawat darurat bila
– Postitis – Obstruksi vena
– Balanopostitis superfisial edema dan
nyeri Nekrosis glans
• Treatment penis
– Dexamethasone 0.1% (6
weeks) for spontaneous
• Treatment
retraction – Manual reposition
– Dorsum incisionbila – Dorsum incision
telah ada komplikasi
28
• Perempuan 48 thn dengan keluhan ada benjolan pada
bahu kiri kurang lebih sejak 1 tahun yang lalu.
• Benjolan semakin membesar, tidak terasa nyeri dan tidak
mengganggu aktivitas.
• PF: ditemukan massa berbatas tegas, berbentuk bulat ,
konsistensi lunak, mobile, ukuran diameter 4 cm, dan
tidak terdapat nyeri tekan.
TATALAKSANA…
DIAGNOSIS LIPOMA
JAWABAN:
A. EKSISI EKSTIRPASI
• Seorang perempuan, usia 48 tahun,
keluhan ada benjolan pada bahu kiri
semakin lama semakin membesar.
• PF: massa berbatas tegas, berbentuk bulat ,
konsistensi lunak, mobile, ukuran diameter
4 cm, dan tidak terdapat nyeri tekan.
• Dari gejala dan tanda tersebut diagnosis
yang mungkin pada kasus ini adalah
lipoma.
• Tatalaksana yang tepat pada kasus ini
adalah eksisi ekstirpasi.
• Liposuction Liposuction/ liposculpture,
merupakan tindakan body shaping. Indikasi utama
liposuction biasanya masalah estetika bukan untuk
menurunkan berat badan. Selain masalah estetika,
penonjolan lemak di perut juga akan mengganggu
fungsi seksual karena akan terjadi kesulitan dalam
proses penetrasi penis.
• lnsisi luas biasa dilakukan pada kanker dengan
massa besar, untuk mengurangi massa tumor.
• Aspirasi jarum bisa dilakukan pada kista
ganglion atau tumor lain yang berisi cairan, namun
tindakan ini tidak efektif.
• lnsisi ekstirpasi biasa dilakukan pada tumor
dengan ukuran kecil dan berkapsul.
Lipoma
Lipoma Kista ateroma Kista dermoid Ganglion
• Deposisi lemak • Sumbatan muara • Kelainan embrional di • Degenerasi kistik
dibawah kulit kelenjar sebasea daerah fusi embrional jaringan periartikuler,
• Sering pada laki> 40 • Klinis: massa kistik • Klinis: massa kapsul sendi atau
thn dengan puncta, tidak konsistensi kistik, pembungkus tendon
• Klinis: mobile, massa nyeri, tidak mobile tidak mobile • Wanita> laki-laki
padat-lunak batas (menempel ke kulit (menempel ke dasar), • Klinis: massa
tegas, permukaan atas) sewarna kulit konsistensi kenyal,
licin, berkapsul • Predileksi: kulit yang • Predileksi: dahi, sudut batas tegas, tidak
• Predileksi: seluruh banyak mengandung luar mata, kepala mobile terfiksir ke
tubuh kelenjar sebasea • Tatalaksana: kapsul tendon. Massa
• Tatalaksana: • Tatalaksana • Eksisi dapat membesar
• Bedah eksisi • Eksisi dengan aktifitas,
• Ekstirpasi dapat menghilang
spontan
• Predileksi:
pergelangan tangan
(dorsal manus)
• Tatalaksana:
• Imobilisasi
• Injeksi
hialorudinase
• Diseksi
tonotome
• Aspirasi ganglion
ILMU PENYAKIT
MATA
29
• Pasien keluhan mata merah yang disertai pandangan kabur
sejak 5 hari yang lalu, disertai nyeri pada mata. Riwayat trauma
sebelumnya disangkal.
• PF: injeksi silier pada OD, serta konjungtiva tampak hiperemis,
dan edema palpebra disertai bulu mata yang rontok.
• Terdapat defek kornea sekitar 2 mm dari tepi limbus, terdapat
bagian clear space antara limbus dan defek kornea
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS MARGINAL ULCER
JAWABAN:
E. MARGINAL ULCER
• Pada pasien kasus diatas, terdapat penurunan visus
dan mata merah yang disertai nyeri, serta
ditemukanya defek pada kornea sekitar 2 mm dari
tepi limbus mengarahkan pada kondisi ukus kornea.
• Sehingga opsi C dan D disingkirkan.
• Mengingat defek kornea terletak 2 cm dari tepi
limbus, dan ada clear space antara limbus dan
defek, maka kemungkinan adalah suatu ulkus
kornea perifer yakni marginal ulcer.
• Kondisi ini disertai juga dengan tanda blefaritis
seperti edema palpebra dan bulu mata rontok,
dimana biasanya kolonisasi stafilokokus di kelopak
mata sebabkan blefaritis juga pada ulkus marginal.
• Pilihan A Pada mooren ulcer, biasanya defek
dari arah limbus, dibagian tepi, tidak ada clear
space, namun tanpa skleritis.
• Pilihan B Pada ring ulcer akan tampak
adanya defek berbentuk melingkar seperti
cincin.
ULKUS KORNEA
• Gejala Subjektif
• Ulkus kornea adalah hilangnya – Eritema pada kelopak mata dan
sebagian permukaan kornea konjungtiva
akibat kematian jaringan kornea – Sekret mukopurulen
– Merasa ada benda asing di mata
• Ditandai dengan adanya infiltrat – Pandangan kabur
supuratif disertai defek kornea – Mata berair
– Bintik putih pada kornea, sesuai lokasi
bergaung, dan diskontinuitas ulkus
jaringan kornea yang dapat – Silau
terjadi dari epitel sampai stroma. – Nyeri
– Infiltat yang steril dapat menimbulkan
• Etiologi: Infeksi, bahan kimia, sedikit nyeri, jika ulkus terdapat pada
perifer kornea dan tidak disertai dengan
trauma, pajanan, radiasi, sindrom robekan lapisan epitel kornea.
sjorgen, defisiensi vit.A, obat-
• Gejala Objektif
obatan, reaksi hipersensitivitas, – Injeksi siliar
neurotropik – Hilangnya sebagian jaringan kornea, dan
adanya infiltrat
– Hipopion
ULKUS KORNEA
• Berdasarkan lokasi , dikenal ada 2: Penatalaksanaan :
1. Ulkus kornea sentral – harus segera ditangani oleh
– Ulkus kornea bakterialis spesialis mata
– Pengobatan tergantung
– Ulkus kornea fungi
penyebabnya, diberikan obat
– Ulkus kornea virus tetes mata yang mengandung
– Ulkus kornea acanthamoeba antibiotik, anti virus, anti
jamur,
2.Ulkus kornea perifer
– sikloplegik
– Ulkus marginal
– Mengurangi reaksi
– Ulkus mooren (ulkus peradangan dengan steroid.
serpinginosa kronik/ulkus – Berikan analgetik jika nyeri
roden)
– Jangan menggosok-gosok
– Ulkus cincin (ring ulcer) mata yang meradang
– Mencegah penyebaran infeksi
dengan mencuci tangan
Ulkus kornea perifer
Mooren’s ulcer Marginal ulcer
• inflammatory peripheral • Marginal ulcerations are a common
ulcerative keratopathy occurs complication of longstanding
at the edge of the cornea staphylococcal blepharitis; they are
also commonly referred to as
• Manifestation: painful, catarrhal infiltrates and ulcers
progressive peripheral ulceration • Ulcerations are located in the
of the cornea marginal zone and separated from
the limbus by a clear corneal zone.
• Its cause is unknown
autoimmune mechanisms are • Flourescein staining often shows
epithelial defects that are smaller
involved in the pathogenesis than the infiltrate area
• peripheral ulcerative keratitis
(PUK) with no associated scleritis
30
• Pasien, keluar benjolan di kelopak mata. Benjolan
tidak nyeri.
• Benjolan sudah dialami sejak 3 bulan terakhir.
• Tampak visus normal pada ODS.
• Pada mata didapatkan massa multiple, mobile, tidak
nyeri, sewarna kulit.
TINDAKAN…
DIAGNOSIS KALAZION
JAWABAN:
A. INSISI DAN KURETASE
• Pada kasus diatas, adanya benjolan kelopak
mata yang sudah lama dialami dan tidak
disertai nyeri dapat mengarahkan pada
kondisi kalazion.
• Pada kalazion, penanganan yang sesuai
dengan dilakukan insisi serta kuretase.
• Alternatif lainnya dapat pula dilakukan
pemberian glukokortikoid injeksi intralesi
(bukan topical).
• Pilihan E Penggunaan antibiotik tidak tepat
mengingat kalazion adalah kindisi
granulomatosa dan bukan infeksi.
Kalazion
• Inflamasi idiopatik, steril, dan
kronik dari kelenjar Zeis atau
Meibom
• Ditandai oleh pembengkakan
yang tidak nyeri, muncul
berminggu-minggu.
• Hordeolum bisa jadi kalazion
ketika infalamasi reda
• Dibedakan dari hordeolum oleh
ketiadaan tanda-tanda inflamasi
akut
• Jika sangat besar, kalazion dapat
menekan bola mata,
menyebabkan astigmatisma
Sumber: Riordan-Eva P, Whitcher JP. Vaughan and Asbury’s General Ophtalmology 17th ed. Philadephia: McGraw-Hill, 2007.
Treatment
• Small chalazia often resolve without intervention over days
to weeks.
• For larger lesions, draining can be facilitated by using warm
compresses placed on the face for about 15 minutes four
times per day.
• Antibiotics are not indicated since chalazion is a
granulomatous condition.
• Patients with persistent lesions should be referred to an
ophthalmologist for:
– Incision and curettage
– Glucocorticoid injection
– Persistent or recurring lesions, especially if unilateral, should be
assessed histopathologically for possible basal cell, sebaceous
cell, or meibomian gland carcinoma
Uptodate
31
• Pasien keluhan mata kanan merah, nyeri dan terasa
mengganjal setelah terciprat cairan pembersih WC, 30
menit yang lalu.
• Pasien sempat membilas mata dengan air keran.
• Tampak injeksi konjungtiva dan injeksi silier, penurunan
visus OD jadi 1/6 dan terasa sangat nyeri.
KOMPLIKASI…
DIAGNOSIS TRAUMA KIMIA MATA
JAWABAN:
A. SIMBLEFARON
• Pasien kasus diatas dimana terdapat trauma kimia bersifat alkali
(cairan pembersih WC), maka dapat sebabkan kerusakan pada
mata mengingat cairan bersifat alkali menyebabkan denaturasi
protein tanpa presipitasi.
• Pada kejadian cedera tampak sudah mengganggu media
refraksi, dimana biasanya cedera akibat bahan kimia di mata
dapat sebabkan konjungtivitis, keratitis, bahkan ulkus kornea.
• Trauma kimia mata bisa bervariasi mulai dari hanya kerusakan
epitel kornea hingga ulserasi bahkan iskemik kornea.
Kedepannya dapat timbul komplikasi seperi simblefaron,
glaucoma sekunder, hingga pembentukan sikatriks.
• Komplikasi yang umum kemudian terjadi berupa kerusakan
pada kelopak mata dan selaput mata, salah satunya adalah
simblefaron dimana terjadi adhesi pada konjungtiva bulbar dan
palpebral.
TRAUMA KIMIA MATA
• Klasifikasi :
• Merupakan trauma yang mengenai
bola mata akibat terpaparnya bahan Derajat 1: kornea jernih dan tidak
kimia baik yang bersifat asam atau ada iskemik limbus (prognosis
basa yang dapat merusak struktur bola sangat baik)
mata tersebut
Derajat 2: kornea berkabut
• Keadaan kedaruratan oftalmologi
karena dapat menyebabkan cedera dengan gambaran iris yang masih
pada mata, baik ringan, berat bahkan terlihat dan terdapat kurang dari
sampai kehilangan penglihatan 1/3 iskemik limbus (prognosis
• Etiologi : 2 macam bahan yaitu yang baik)
bersifat asam (pH < 7) dan yang Derajat 3: epitel kornea hilang
bersifat basa (pH > 7,6) total, stroma berkabut dengan
• Pemeriksaan Penunjang : gambaran iris tidak jelas dan
Kertas Lakmus : cek pH berkala
Slit lamp : cek bag. Anterior mata dan lokasi sudah terdapat 1/2 iskemik
luka limbus (prognosis kurang)
Tonometri
Derajat 4: kornea opak dan
Funduskopi direk dan indirek
sudah terdapat iskemik lebih dari
1/2 limbus (prognosis sangat
buruk)
TRAUMA KIMIA MATA
TRAUMA BASA LEBIH BERBAHAYA DIBANDINGKAN ASAM; gejala: epifora, blefarosasme, nyeri
PENYEBAB KELUHAN…
DIAGNOSIS OKLUSI VENA SENTRAL RETINA
JAWABAN:
B. HIPERTENSI
• Pada kasus diatas terdapat kondisi mata
tenang visus turun mendadak, disertai
temuan funduskopi adanya flame
haemorrhage, cotton wool spot, edema
retina, dan dilatasi vena dapat
mengarahkan pada kondisi oklusi vena
sentral retina.
• Umumnya kondisi ini sebagian besar
disebabkan oleh adanya resiko hipertensi
pada pasien (61% kejadian).
• Pilihan A Diabetes mellitus bisa sebabkan
oklusi vena sentral retina, namun biasanya lebih
jarang (8% kejadian).
Defini dan gejala
Oklusi arteri Penyumbataan arteri sentralis retina dapat disebabkan oleh radang arteri, thrombus dan
sentral emboli pada arteri, spsame pembuluh darah, akibat terlambatnya pengaliran darah, giant
retina cell arthritis, penyakit kolagen, kelainan hiperkoagulasi, sifilis dan trauma. Secara
oftalmoskopis, retina superficial mengalami pengeruhan kecuali di foveola yang
memperlihatkan bercak merah cherry (cherry red spot). Penglihatan kabur yang hilang
timbul tanpa disertai rasa sakit dan kemudian gelap menetap. Penurunan visus
mendadak biasanya disebabkan oleh emboli
Oklusi vena Kelainan retina akibat sumbatan akut vena retina sentral yang ditandai dengan
sentral penglihatan hilang mendadak.
retina Vena dilatasi dan berkelok, Perdarahan dot dan flame shaped , Perdarahan masif pada ke
4 kuadran , Cotton wool spot, dapat disertai dengan atau tanpa edema papil
Ablatio suatu keadaan lepasnya retina sensoris dari epitel pigmen retina (RIDE). Gejala:floaters,
retina photopsia/light flashes, penurunan tajam penglihatan, ada semacam tirai tipis berbentuk
parabola yang naik perlahan-lahan dari mulai bagian bawah hingga menutup
Retinopati suatu kondisi dengan karakteristik perubahan vaskularisasi retina pada populasi yang
hipertensi menderita hipertensi. Mata tenang visus turun perlahan dengan tanda AV crossing –
cotton wol spot- hingga edema papil; copperwire; silverwire
OKLUSI VENA RETINA SENTRALIS
(CENTRAL RETINA VEIN OCCLUSION)
• Kelainan retina akibat • Predisposisi :
sumbatan akut vena – Usia diatas 50 thn
retina sentral yang – Hipertensi sistemik 61%
ditandai dengan – DM 7%
penglihatan hilang – Kolestrolemia
mendadak. – TIO meningkat
– Periphlebitis (Sarcouidosis,
Behset disease)
– Sumbatan trombus vena
retina sentralis pada
daerah posterior lamina
cribrosa)
Central Retinal Vein Occlusion
• Ischemic CRVO
– Extensive hemorrhage
– Retinal edema
– Marked venous dilation
– Cotton-wool spots
– Angiogram show
• Widespread capillary nonprofusion
• Risk Factors
– Eye Disease Case-Control
Study
• Hypertension
• Diabetes
– Unlike BRVO
• Glaucoma
– Check and treat IOP!
SUMBER PERDARAHAN…
DIAGNOSIS HIFEMA
JAWABAN:
B. IRIS
• Pasien dengan riwayat trauma mata dan
perdarahan pada anterior chamber di
gambar menandakan hifema
• Pada hifema, yang terjadi adalah
perdarahan akibat pembuluh darah yang
terdapat di iris, sehingga mengisi ruang di
anterior chamber
Arteri mayor pada iris
https://fpnotebook.com/
legacy/Eye/Anatomy/Vscl
rAntmyOfThEy.htm
34
• Pasien, anak 5 tahun, nyeri dan bengkak pada kedua
kelopak mata sejak 2 hari yang lalu.
• Terjadi di sekolah saat pasien bermain-main dengan
berguling-guling di tanah lapangan sekolah.
• PF: kelopak mata merah dengan sisik kering multiple dan
ulkus-ulkus berukuran milier sepanjang margo palpebra,
disertai dengan bulu mata rontok.
FAKTOR RISIKO…
DIAGNOSIS BLEFARITIS ANTERIOR
JAWABAN:
A. HIGIENITAS
• Mata merah dengan sisik kering multiple
dan ulkus-ulkus berukuran milier sepanjang
margo palpebra menandakan blefaritis
anterior
• Faktor resiko blefaritis pada kasus ini adalah
higienitas yang jelas disebutkan di soal,
selain itu ada factor resiko kulit kering, atau
imunitas menurun seperti DM atau HIV
Blefaritis Anterior
https://www.nhcs.com.sg/patient-care/conditions-treatments/blepharitis/causes-risk-factors
35
• Pasien, gangguan penglihatan pada kedua matanya sejak
beberapa hari yang lalu.
• Riwayat: multiple sclerosis dan sedang dalam pengobatan.
• Saat ini pasien mengeluhkan penglihatan kedua mata
menurun. Pasien sering menabrak orang atau benda.
• Gambaran perimetri: di slide berikutnya
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS HEMIANOPSIA HOMONIM DEKSTRA
JAWABAN:
A. HEMIANOPSIA HOMONIM DEKSTRA
• Tidak ada istilah hemianopsia binocular
• Faktor Resiko: Multiple Sclerosis
• Pada perimetri terlihat gambaran berikut.
Ini adalah
Hemianopsia
Homonim
Dextra
OS OD
NEUROLOGI
36
• Laki-laki 23 thn, dengan keluhan kelemahan tungkai atas dan
tungkai bawah sejak 2 hari lalu.
• Awalnya kelemahan dimulai pada tungkai bawah kemudian
disusul dengan kelemahan tungkai atas.
• PF: pemeriksaan kekuatan motorik tungkai atas 3/3, kekuatan
motorik tungkai bawah 2/2, refleks patella dan refleks
patologis dalam batas normal.
ETIOLOGI…
DIAGNOSIS GBS
JAWABAN:
B. GANGLIOSIDE PADA SARAF TEPI DAN
LIPOPOLISAKARIDA CAMPYLOBACTER JEJUNI
• Laki-laki, 23 tahun, keluhan ascending tetraparesis
• Pemeriksaan neurologis: kekuatan motorik tungkai atas
3/3, kekuatan motorik tungkai bawah 2/2, refleks
patella dan refleks patologis dalam batas normal.
• Dengan adanya gejala dan tanda tersebut dicurigai
adanya Guillaine-Barre Syndrome (GBS).
• Patogenesis yang tepat pada kasus ini adalah adanya
reaksi silang respon imun terhadap komponen sistem
saraf perifer (mis: myelin, akson, dsb) dengan
komponen patogen yang masuk (mis: Campilobacter
jejuni, Cytomegalovirus, Epstein-Barr virus, human
immunodeficiency virus (HIV), and Zika virus).
• Penyebab tersering reaksi silang terhadap
campylobacter jejuni.
• Sehingga jawaban yang tepat pada soal ini adalah B.
Ganglioside pada saraf tepi dan lipopolisakarida
campylobacter jejuni.
• Seretide pada saraf tepi dan lipopolisakarida
campylobacter jejuni
• Ganglioside pada saraf pusat dan
lipopolisakarida campylobacter jejuni
• Cerebroside pada saraf tepi dan lipopolisakarida
campylobacter jejuni
• Cerebroside pada saraf pusat dan
lipopolisakarida campylobacter jejuni
Tinel’s sign
Phalen’s maneuver
Pemeriksaan fisik
• Flick's sign. Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau menggerak-
gerakkan jari-jarinya. Bila keluhan berkurang atau menghilang akan
menyokong diagnosa CTS.
• Thenar wasting. Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan adanya
atrofi otot-otot thenar.
• Menilai kekuatan dan ketrampilan serta kekuatan otot
• Wrist extension test/ prayer test.
• Torniquet test. Dilakukan pemasangan tomiquet dengan menggunakan
tensimeter di atas siku dengan tekanan sedikit di atas tekanan sistolik.
Bila dalam 1 menit timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong
diagnosis.
http://www.gponline.com/common-conditions-hand/musculoskeletal-
disorders/article/1219687
38
• Perempuan 33 thn dengan keluhan nyeri kepala sejak 1
minggu.
• Keluhan tersebut dirasakan seperti kepala terikat, tanpa
disertai muntah.
• Keluhan tidak membaik dengan istirahat. Pasien masih
dapat melakukan aktivitas sehari-hari.
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS TTH
JAWABAN:
D. NYERI KEPALA TIPE TEGANG
• Keluhan adanya nyeri kepala seperti terikat
sejak 1 minggu yang lalu tanpa disertai
muntah dan riwayat trauma sebelumnya
dapat arahkan pada kondisi tension type
headache atau nyeri kepala tipe tegang.
• Nyeri kepala kluster biasanya nyeri pada satu
sisi hingga ke sekitar mata disertai gejala lain
seperti mata berair, rhinorea, hingga nyeri
kepala dirasakan sangat hebat.
• Migraine umumnya nyeri kepala berdenyut
satu sisi yang bisa disertai aura maupun tidak.
• Neuragia trigeminal neuralgia trigeminal
biasanya digambarkan nyeri tajam dan muncul
biasanya saat sikat gigi, mengunyah, atau
tersentuh.
• Nyeri kepala primer lain tidak spesifik.
TENSION TYPE HEADACHE
• Nyeri kepala tipe tegang atau TTH adalah bentuk nyeri
kepala primer yang cukup umum dijumpai dan memiliki
karakteristik:
– Nyeri bilateral atau terasa menekan atau mengikat
– Nyeri bisa dirasakan awal pada leher bagian belakang kemudian
menjalar ke kepala bagian belakang dan depan
– Intensitas ringan-sedang
– Tidak bertambah pada aktivitas rutin
– Tidak didapatkan mual atau muntah
– Bisa ada fotofobia atau fonofobia
– Waktu berlangsung nyeri kepala selama 30 menit hingga 1
minggu penuh, terus menerus atau sesaat
• Pemeriksaan fisik umum dan neurologis umumnya dalam
batas normal
Sumber: .
PPK neurologi 2017
Etiologi
• Tension (keteganggan) dan stress.
• Tiredness (Kelelahan).
• Ansietas (kecemasan).
• Lama membaca, mengetik atau konsentrasi
(eye strain)
• Posture yang buruk.
• Jejas pada leher dan spine.
• Tekanan darah yang tinggi.
• Physical dan stress emotional
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS PSYCHOGENIC SEIZURE
JAWABAN:
C. PSYCHOGENIC SEIZURE
• Pada pasien tampak kejang dengan durasi lama
sekitar 15 menit, kesadaran intak dan responsive
selama kejang, serta gerakan kejang yang tidak
sinkron (gerak kejang ganti ganti antara anggota
gerak kanan dan kiri, mata buka tutup secara
bergantian) mengarahkan pada psychogenic
seizures atau konvulsi disosiatif
• Pada kejang epileptik biasanya berlangsung lebih
singkat dengan gerakan sinkron.
• Sementara pada status epileptikus maka akan
ditemukan adanya kejang lebih dari 5 menit atau ≥2
kali kejang tanpa periode sadar diantaranya
• Pada kejang parsial kompleks, seharusnya meski
ditemukan adanya kejang fokal pada satu bagian
tertentu, namun disertai juga dengan gangguan
kesadaran yang tidak ditemukan pada pasien ini.
• Epileptic seizure kejang berulang tanpa disertai
demam, biasanya dicetuskan oleh karena suatu
kondisi. Gejala kejang selalu identik saat serangan.
• Status Epilepticus kejang yang berlangsung lebih
dari 5 menit, atau yang terjadi berulang-ulang dan
pasien tidak sadar diantara kejang.
• Partial complex seizure kejang yang bermula
sebagian kemudian berkembang menjadi kejang
umum.
• Acute symptomatic seizure kejang yang terjadi
akibat suatu kondisi neurologis/ gangguan
metabolik.
Membedakan kejang dengan kondisi
menyerupai kejang
Kejang Syncope Psychogenic non-epileptic
seizure
Prodromal Singkat Menit-Jam, pusing, mual, Bervariasi
nyeri dada, palpitasi,
diaforesis
Deskripsi Durasi detik-3 menit, Diaforesis, pucat, hilang Variatif, biasanya >3 menit, +/-
kejadian membuka mata, deviasi tonus postural tiba tiba, crescendo/decrescendo periods,
kepala +/-, deviasi jerking singkat dengan gerak kepala ke kiri dan kanan,
pandangan mata +/-, deviasi penurunan kesadaran +/- mata terpejam, gerakan tubuh
lidah/menggigit +/-, tidak sinkron, gerakan tidak biasa
inkontinensia urin +/-, (contoh: pelvis thrusting),
gerakan tubuh interaktif/responsif selama
sinkron/ritmik kejang
Pemicu Kurang tidur, penyakit Dehidrasi, olahraga Stressor akut +/-
sistemik, demam, berlebihan/lama di
menstruasi, alkohol, lingkungan panas, berdiri
penggunaan narkoba, stress lama, perubahan postur tiba-
meningkat, tidak patuh tiba, mengedan kuat,
konsumsi OAE hemodialisa
Sumber: Ganti L, Goldstein JN. Neurologic Emergencies. Springer 2018.
Psychogenic Seizures
• PNES atau Psychogenic Non-Epileptic Seizures,
merupakan spells secara klinis menyerupai
kejang, namun tanpa adanya aktivitas listrik otak
yang abnormal
• Bukan malingering, melainkan gangguan
neurologis fungsional mengarah pada gangguan
konversi atau disosiatif
• Berbeda dengan kejang epileptik: biasanya PNES
berlangsung lebih lama, kejang bilateral tidak
sinkron, tetap sadar atau kontak
Sumber: Ganti L, Goldstein JN. Neurologic Emergencies. Springer 2018.
40
• Pasien 76 tahun ditemukan tidak sadarkan diri di dalam
kamar pagi hari.
• Saat tiba pasien tampak tidak membuka mata dengan
rangsang nyeri, hanya mengerang bila anda berikan
rangsang nyeri. Tampak ekstremitas ekstensi abnormal
saat diberikan rangsang nyeri.
NILAI GCS…
DIAGNOSIS PENURUNAN KESADARAN
JAWABAN:
D. E1M2V2
Pada pasien ini ditemukan:
1. Tampak tidak membuka mata dengan
rangsang nyeri Eye : 1
2. Mengerang bila anda berikan rangsang
nyeri Voice : 2
3. Tampak ekstremitas ekstensi abnormal
saat diberikan rangsang nyeri (deserebrasi)
Motor Response : 2
• E1M3V2
• E1M3V3
• E2M3V2
• E2M2V2
ETIOLOGI…
DIAGNOSIS TARDIVE DYSKINESIA
JAWABAN:
B. KELEBIHAN DOPAMINE
• Pada pasien diatas dapat dicurigai adanya kondisi
tardive dyskinesia dikarenakan adanya kondisi
gerakan involunter berulang dan ireguler pada
ekstremitas dan otot wajah serta riwayat konsumsi
obat untuk atasi halusinasi (antipsikotik) jangka
panjang.
• Umumnya penggunaan obat obatan antipsikotik,
bisa sebabkan efek samping tardive dyskinesia
akibat blokade reseptor dopamine jangka panjang
sebabkan upregulasi reseptor D2 disertai
supersensitivitas reseptor dopamine postsinaptik.
• Maka kelebihan kerja dopamine sebabkan gerakan
tubuh tidak terkontrol.
• GABA adalah transmitter inhibitorik mayor di
otak sehingga bila kelebihan GABA, maka
inhibisi berlebih justru sebabkan otak bekerja
lebih lambat bahkan hilang kesadaran.
• Sementara opsi E, bila ada aktivitas reseptor
NMDA berlebih maka bisa sebabkan kematian
neuron.
TARDIVE DYSKINESIA
• Dyskinesia merupakan gangguan gerak dikarakteristikkan dengan
munculnya gerakan ireguler, repetitive, involunter yang bisa
mempengaruhi otot wajah, mulut, atau ekstremitas dan batang
tubuh.
• Tardive dyskinesia merupakan komplikasi akibat penggunaan
dopamine blocking agents (dopaminergic antagonist) jangka
panjang
• Patofisiologi pasti belum sepenuhnya dipahami, namun ada
hipotesis terkait blockade dopamine sentral dalam pathogenesis
terjadinya dyskinesia, yakni paparan kronik neuroleptic
upregulasi reseptor D2 disertai muncul supersensitivitas reseptor
dopamine postsinaps aktivitas dopamine meningkat
dyskinesia
• Hipotesis lain: kerusakan atau disfungsi GABA striatal hipofungsi
GABAergic inhibisi kurang dyskinesia
Sumber: .
Neurophysiology and Neurochemistry Kaplan Sadocks.
Neurosciene of Clinical Psychiatry
Medscape
Penanganan Tardive Dyskinesia
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3709416/pdf/tre-03-161-4138-1.pdf
42
• Laki-laki 50 thn dengan keluhan nyeri kepala sejak 5 hari
yang lalu.
• Muntah (+). Pasien sebelumnya memiliki riwayat keluar
cairan nanah dari telinga yang berbau, namun tidak
pernah memeriksakan ke dokter langsung dan
memperoleh penanganan.
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS ABSES OTAK
JAWABAN:
C. ABSES OTAK
• Kondisi nyeri kepala sejak 5 hari dirasakan
semakin memberat disertai muntah
(peningkatan TIK), serta demam (infeksi)
dapat mengarahkan pada kondisi infeksi
SSP seperti abses otak.
• Abses otak merupakan salah satu
komplikasi dari OMSK yang dicurigai dari
riwayat keluar cairan nanah berbau dari
telinga pada pasien yang tidak ditangani.
• Stroke hemoragik biasanya nyeri kepala hebat
dapat terjadi mendadak disertai deficit neurologis
yang langsung muncul serta tidak dinyatakan pada
kasus di atas.
• Tumor intracerebri Nyeri kepala pada tumor
intraserebri bisa dialami berkepanjangan (kronik),
namun umumnya tanpa demam dan bisa perlahan
disertai deficit neurologis tergantung letak tumor.
• Toxoplasmosis cerebri saja sebabkan nyeri
kepala kronik, bisa ada deficit neurologis, namun
paling sering biasanya ditemukan bersama dengan
kondisi imunodefisiensi seperti HIV, yang tidak
dijelaskan pada kasus diatas.
• HIV faktor risiko infeksi saraf pusat.
Abses Otak
• Infeksi supuratif fokal di dalam parenkim otak, diliputi oleh kapsul bervaskular
• Faktor Predisposisi :
– Otiti media dan mastoiditis
– Sinusitis paranasal
– Infeksi pyogenik di torax atau bagian tubuh lainnya
– Trauma tembus kepala atau prosedur neurosurgery
– Infeksi dental
• Etiologi :
– Immunocompetent : Streptococcus spp. [anaerobic, aerobic, and viridans (40%)],
Enterobacteriaceae [Proteus spp., E. coli sp., Klebsiella spp. (25%)], anaerobes [e.g., Bacteroides
spp., Fusobacterium spp. (30%)], and staphylococci (10%).
– Immunocompromised : HIV infection, organ transplantation, cancer, or immunosuppressive
therapy Nocardia spp., Toxoplasma gondii, Aspergillus spp., Candida spp., and C. neoforma
Abses Otak
• Kriteria diagnosis:
– Secara klinis tidak khas.
• Manifestasi klinis abses serebri bergantung dari lokasi abses, lokasi fokus
primer dan tingginya tekanan intrakranial
– Gejala infeksi (ada demam) dan tanda peningkatan TIK (kepala
memberat dan muntah proyektil) hingga kemudian sebabkan
perubahan kesadaran dan deficit neurologis fokal ataupun kejang.
• Trias Klasik :
– Nyeri kepala : konstan, tumpul di sebelah atau seluruh kepala, makin lama
makin memberat
– Demam muncul pada 50% pasien
– Defisit neurologis fokal hemiparesis, aphasia, gangguan lapang pandang,
kejang
– Pemeriksaan darah rutin: leukositosis (50-60% kasus),
peningkatan LED
– Fokus infeksi lain seperti komplikasi otitis media, sinusitis,
endocarditis, pneumonia, selulitis
– CT scan kepala kontras ditemukan massa hipodens dengan
penyangatan cincin pada tepinya
Sumber: .
PPK Neurologi 2017
Tatalaksana
• Sering disebabkan penyebaran langsung dari focus supuratif
misalnya OMSK, osteomyelitis dinding posterior rongga sinus, hinga
dari mastoiditis (45-50% kasus)
• Terapi kausal:
– Terapi empirik:
• Sefalosporin generasi III intravena (Ceftriaxone 2 g/12 jam iv atau Cefotaxime
2 g/8 jam iv) ditambah
• Metronidazole 500 mg/8 jam IV
– Terapi empirik diberikan hingga didapatkan antibiotik yang sesuai
dengan hasil tes sensitivitas kuman yang diisolasi dari abses atau dari
sumber infeksi.
– Jika hasil isolasi tidak ditemukan kuman penyebab, maka terapi
empirik dapat dilanjutkan hingga 6-8 minggu.
• Antiedema: dexamethason/manitol sesuai indikasi
• Operasi bila tindakan konservatif gagal atau abses berdiameter >2,5
cm
Sumber: .
PPK Neurologi 2017
Medscape
DD Ring enhancement
Abses otak Neuro toxoplasmosis Tuberkuloma otak
Gambaran radiologi
https://radiopaedia.org/articles/intracranial-tuberculous-granuloma
ILMU PSIKIATRI
43
• Pasien berusia 18 tahun dibawa ke dokter karena
merasa cemas dan berdebar-debar setelah
mengonsumsi ganja.
• Pasien baru pertama kali mengonsumsi ganja.
• Keluarga tidak tahu seberapa banyak ganja yang
dikonsumsi.
TATALAKSANANYA…
DIAGNOSIS INTOKSIKASI MARIJUANA
JAWABAN:
A. DIAZEPAM
• Pasien datang dengan keluhan cemas dan
berdebar-debar setelah mengonsumsi
ganja. Pertama kali mengonsumsi ganja dan
tidak tahu seberapa banyak yang
dikonsumsi mengarahkan pada
intoksikasi ganja (marijuana).
• Tatalaksana pada pasien ini adalah obat
golongan benzodiazepine. Seharusnya, obat
yang diberikan adalah lorazepam karena
bersifat short acting. Namun karena tidak
ada dalam pilihan, sehingga yang dipilih
adalah opsi A yaitu diazepam.
– Haloperidol Anti Psikotik
– Fluoxetin Anti Depresan
– Amitriptilin Anti Depresan
– Carbamazepin Anti Epileptik
OBAT PSIKOAKTIF
• Secara umum, sering dibagi menjadi 3
golongan utama berdasarkan gejalanya, yaitu:
– Golongan depresan
– Golongan stimulan
– Golongan halusinogen
Depressant
• Zat yang mensupresi, menghambat dan menurunkan aktivitas CNS.
• Yang termasuk dalam golongan ini adalah sedatives/hypnotics,
opioids, and neuroleptics.
• Medical uses sedation, sleep induction, hypnosis, and general
anaesthesia.
• Contoh:
– Alcohol dalam dosis rendah, anaesthetics, sleeping pills, and opioid
drugs such as heroin, morphine, and methadone.
– Hipnotik (obat tidur), sedatif (penenang) benzodiazepin
• Effects:
– Relief of tension, mental stress and anxiety
– Warmth, contentment, relaxed detachment from emotional as well
as physical distress
– Positive feelings of calmness, relaxation and well being in anxious
individual
– Relief from pain
Stimulants
• Zat yang mengaktivkan dan meningkatkan aktivitas CNS
psychostimulants
• Memiliki berbagai efek fisiologis
– Perubahan denyut jantung, dilatasi pupil, peningkatan TD, banyak berkeringat,
mual dan muntah.
– Menginduksi kewaspadaan, agitasi, dan mempengaruhi penilaian
• Gejala psikotik dapat timbul akibat berlebihnya kadar dopamin dan
serotonin. Gejala halusinogenik terutama akibat efek agonis terhadap
reseptor 5HT-2a (serotonin).
• Penyalahgunaan kronik akan menyebabkan perubahan kepribadian dan
perilaku seperti lebih impulsif, agresif, iritabilitas, dan mudah curiga
• Contoh:
– Amphetamines, cocaine, caffeine, nicotine, and synthetic appetite
suppressants.
• Effects:
– feelings of physical and mental well being, exhilaration, euphoria, elevation of
mood
– increased alertness, energy and motor activity
– postponement of hunger and fatigue
Hallucinogens (psyche delics)
• Zat yang merubah dan mempengaruhi persepsi, pikiran, perasaan, dan
orientasi waktu dan tempat.
• Menginduksi delusi, halusinasi, dan paranoia.
• Adverse effects sering terjadi
– Halusinasi yang menakutkan dan tidak menyenangkan (“bad trips”)
– Post-hallucinogen perception disorder or flashbacks
– Delusional disorder persepsi bahwa halusinasi yang dialami nyata, setelah
gejala mereda
– mood disorder (anxiety, depression, or mania).
• Effects:
– Perubahan mood, perasaan, dan pikiran“mind expansion”
– Meningkatkan kepekaan sensorismore vivid sense of sight, smell, taste and
hearing
– dissociation of body and mind
• Contoh:
– Mescaline (the hallucinogenic substance of the peyote cactus)
– Ketamine
– LSD
– psilocybin (the hallucinogenic substance of the psilocybe mushroom)
– phencyclidine (PCP)
– marijuana and hashish
Marijuana Intoxication in
Adolescents and Adults Therapy
• Mild intoxication — Mild intoxication with dysphoria is a common
presentation in either naïve or chronic marijuana users after ingestion or
inhalation of a high-potency product such as an edible or concentrate.
– Most patients can be managed with a dimly lit room, reassurance, and
decreased stimulation.
– Short-acting benzodiazepines (eg, lorazepam) can be helpful in controlling
symptoms of anxiety and have a low side effect profile
• Severe intoxication — Severe physiologic effects are rare after cannabis
use and their presence should prompt the clinician to consider coingestion
of other recreational drugs, including cocaine, amphetamines, and
phencyclidine, or coexisting mental illness.
– Marked agitation or combativeness not responsive to reassurance and
benzodiazepines may necessitate the use of other medications, depending
upon the cause, and is rarely encountered with intoxication from cannabis
alone.
44
• Pasien berusia 25 tahun datang ke dokter karena merasa nyeri
dada.
• Pasien juga terlihat cemas dan berkeringat.
• Baru habis pesta narkoba 4 jam yang lalu.
• Pada pemeriksaan fisik pasien tampak gelisah, TD 150/90, HR
135 bpm, RR 26x/menit, Suhu 39 derajat Celcius.
• Pupil dilatasi dan ada peningkatan gerak saluran cerna.
DIAGNOSISNYA…
DIAGNOSIS INTOKSIKASI STIMULAN
JAWABAN:
A. INTOKSIKASI AMFETAMIN
• Pada pasien didapatkan gejala peningkatan
seluruh tanda vital disertai dengan gelisah,
dilatasi pupil dan peningkatan motilitas
usus, kemungkinan pada pasien terjadi
intoksikasi stimulan
• Stimulan yang dimaksud dapat berupa
amfetamin atau kokain.
• Lebih dipilih amfetamin karena memiliki
waktu paruh yang panjang (12 jam),
dibandingkan kokain (1 jam), pasien minum
obat 4 jam yang lalu, sehingga dipilih
amfetamin.
• Pada gejala withdrawal stimulan (kokain dan
amfetamin) akan didapatkan mood disforik,
fatigue, nyeri dada dan gangguan tidur yang
mirip satu sama lain sehingga sulit dibedakan.
• Membedakan intoksikasi kedua zat ini hanya
bisa dengan waktu parunya
• Pada intoksikasi alkohol akan ditemukan gejala
seperti slurred speech, gangguan koordinasi dan
gerakan berjalan, nystagmus
Intoksikasi Amfetamin
• Methamphetamine (METH) dan derivatnya, 3,4-
methylenedioxymethamphetamine (MDMA), adalah obat yang
sering disalahgunakan
• Gangguannya meliputi
– peningkatan alertness
– Hyperthermia
– penurunan nafsu makan, dan
– euphoria.
• Hal ini dapat diseretai dengan:
– gejala psikotik dengan halusinasi dan waham, serta
– deficit neurologis berupa kejang.
• Amphetamines meningkatkan neurotransmission of dopamine
(DA), serotonin (5-HT), dan norepinephrine (NE) melalui 5-HT
and DA.
• MDMA memiliki afinitas lebih untuk 5-HT transporters yang
menyebabkan peningkatan serotonin/5-HT.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470276/
Kokain vs Amfetamin
Cocaine Amphetamine
Stimulate the CNS, thereby causing a feeling of Stimulate the CNS, thereby causing a feeling of
elation or euphoria. elation or euphoria.
Hallucinations,
Phencyclidine, LSD,
perceptual
Hyperthermia, mescaline, psilocybin,
HALLUCINO distortions, Mydriasis Nystagmus,
tachycardia, designer amphetamines
GENIC depersonaliza- (usually) dry mouth
hypertension, tachypnea (eg, MDMA ["Ecstasy"],
tion, synesthesia,
MDEA)
agitation
DIAGNOSISNYA…
DIAGNOSIS GANGGUAN PANIK TANPA AGORAPHOBIA
JAWABAN:
A. GANGGUAN PANIK TANPA AGORAPHOBIA
• Pasien wanita berusia 45 tahun pernah beberapa kali
(>3 kali dalam 1 bulan terakhir) merasakan rasa takut
hebat, jantung berdebar-debar, sesak nafas,
berkeringat banyak, mual, dan nyeri dada tetapi
dikatakan pasien tidak memiliki penyakit fisik
karakteristik gangguan panik
• bisa melakukan aktivitas sehari-hari jika tidak sedang
dalam serangan, tetapi pasien mengalami kekhawatiran
akan mengalami gejala tersebut secara tiba-tiba
anticipatory anxiety pada gangguan panik
• Tidak disertai dengan gejala agoraphobia gangguan
panik tanpa agoraphobia (gangguan panik dengan dan
tanpa agorafobia terdapat di DSM IV, sedangkan pada
DSM V sudah tidak ada lagi)
• Agoraphobia merupakan gangguan panik yang
muncul pada suasana keramaian, yang tidak
disebutkan di soal
• Fobia social adalah seseorang yang takut akan
penilaian orang lain
• Pada ganggua ncemas menyeluruh akan
didapatkan kecemasan yang bersifat mengambang
dengan berbagai hal yang dicemaskan
• Gangguan penyesuaian adalah gangguan berupa
ansietas akibat sebuah stressor ringan-sedang
ANSIETAS
Diagnosis Characteristic
Gangguan panik Serangan ansietas yang intens & akut disertai dengan perasaan akan datangnya
kejadian menakutkan.
Tanda utama: serangan panik yang tidak diduga tanpa adanya provokasi dari
stimulus apapun & ada keadaan yang relatif bebas dari gejala di antara serangan
panik.
Tanda fisis:Takikardia, palpitasi, dispnea, dan berkeringat.
Serangan umumnya berlangsung 20-30 menit, jarang melebihi 1 jam.
Tatalaksana: terapi kognitif perilaku + antidepresan.
Gangguan fobik Rasa takut yang kuat dan persisten terhadap suatu objek atau situasi, antara lain:
hewan, bencana, ketinggian, penyakit, cedera, dan kematian.
Gangguan penyesuaian Gejala emosional (ansietas/afek depresif ) atau perilaku dalam waktu <3 bulan
dari awitan stresor. Tidak berhubungan dengan duka cita akibat kematian orang
lain.
Gangguan cemas Ansietas berlebih terus menerus berlangsung setiap hari sampai bbrp minggu
menyeluruh disertai Kecemasan (khawatir akan nasib buruk), ketegangan motorik (gemetar,
sulit berdiam diri, dan sakit kepala), hiperaktivitas otonomik (sesak napas,
berkeringat, palpitasi, & gangguan gastrointestinal), kewaspadaan mental
(iritabilita).
GANGGUAN PANIK
• Serangan ansietas yang intens & akut disertai dengan
perasaan akan datangnya kejadian menakutkan.
• Tanda utama: serangan panik yang tidak diduga tanpa
adanya provokasi dari stimulus apapun & ada keadaan
yang relatif bebas dari gejala di antara serangan panik
• Tanda fisis:
– Takikardia, palpitasi, dispnea, dan berkeringat.
– Serangan umumnya berlangsung 20-30 menit, jarang
melebihi 1 jam.
• Tatalaksana: terapi kognitif perilaku + antidepresan.
PPDGJ
Kaplan & Sadock synopsis of psychiatry.
GANGGUAN PANIK DAN AGORAFOBIA
DIAGNOSISNYA…
DIAGNOSIS SIKLOTIMIA
JAWABAN:
A. GANGGUAN SIKLOTIMIA
• Pada pasien kondisi diatas dengan sedih,
murung, dan putus asa dialami 1 minggu
terakhir tanpa adanya pikiran bunuh diri,
serta riwayat kondisi hipomanik (tidak bisa
tidur dan bicara tidak berhenti), dengan
keluhan serupa berulang ulang selama 2
tahun terakhir dapat mengarahkan pada
kondisi gangguan siklotimia.
• Saat ini kondisi pasien tidak memenuhi
diagnosis depresi mayor dimana setidaknya
harus ada mood depresif atau anhedonia
selama 2 minggu hingga pikiran berulang terkait
kematian atau bunuh diri.
• Pada distimia biasanya akan ada mood depresif
selama 2 tahun tidak memenuhi kriteria depresi
mayor.
• Kondisi pasien juga tidak memenuhi skizoafektif
maupun skizofrenia mengingat tidak ada
keterangan gejala psikotik pada pasien.
Siklotimia
Kriteria diagnosis (DSM 5)
• Gejala hipomanik berulang selama minimal 2 tahun
yang tidak memenuhi kriteria diagnosis hipomanik dan
gejala depresi yang tidak memenuhi kriteria episode
depresi mayor.
• Selama periode 2 tahun, gejala hipomanik dan depresif
timbul selama sedikitnya 1 tahun
• Tidak memenuhi kriteria diagnosis depresi mayor,
manik, atau hipomanik
• Bukan merupakan bagian dari skizoafektif, skizofrenia,
gangguan waham, atau kelianan lainnya.
Diagnosis Banding
http://www.psychiatrictimes.com/dysthymia/depression-0
MANIA &
HIPOMANIA
DIAGNOSISNYA…
DIAGNOSIS GANGGUAN WAHAM MENETAP
JAWABAN:
D. GANGGUAN WAHAM MENETAP
• Pasien dibawa ke dokter karena marah-
marah dan cemburu menuduh istri
selingkuh. Muncul sejak 3 tahun lalu istri
naik pangkat. Pasien masih mampu
melakukan aktivitas sehari-hari dan hanya
curiga ke istri saja mengarahkan pada
gangguan waham menetap.
• Tidak ada halusinasi menyingkirkan
kemungkinan pilihan A, B, dan C.
• Pada gangguan penyesuaian tidak ada
waham/delusi
Gangguan Waham Menetap (DSM-IV)
Jenis Gangguan Waham
Menetap (DSM-IV)
48
• Laki-laki berusia 20 tahun dibawa ke dokter karena sejak
sebulan terakhir selalu tampak murung dan tidak bersemangat
dalam melakukan aktivitas.
• Pasien adalah mahasiswa yang sedang ujian akhir serta baru
putus dengan pacar. Pasien juga cenderung tidak nafsu makan,
sulit tidur, susah berkonsentrasi saat kuliah.
• Satu minggu terakhir, pasien meyakini bahwa ada yang akan
membunuhnya serta mendengar suara yang mengejeknya.
DIAGNOSISNYA…
DIAGNOSIS DEPRESI + PSIKOTIK
JAWABAN:
C. GANGGUAN DEPRESI DENGAN PSIKOTIK
• Pasien datang dengan keluhan selalu
tampak murung, tidak bersemangat dalam
melakukan aktivitas, tidak nafsu makan,
sulit tidur, susah berkonsentrasi ada
gejala mayor dan minor depresi.
• Satu minggu terakhir pasien mendengar
suara yang mengejeknya (halusinasi
auditorik) dan meyakini ada yang akan
membunuhnya gejala psikotik
• Dengan demikian pasien pada soal
mengalami gangguan depresi dengan
psikotik.
• Pada pasien ini merupakan gangguan depresi
yang disertai gejala psikotik jadi dipilih C
• Pada gangguan penyesuaian, tidak ada gejala
yang memenuhi hingga 2 kriteria mayor depresi
dan pasien masih bisa beraktivitas
DEPRESI
• Gejala utama: • Gejala lainnya:
1. afek depresif, 1. konsentrasi menurun,
2. harga diri & kepercayaan diri
2. hilang minat & berkurang,
kegembiraan, 3. rasa bersalah & tidak berguna
3. mudah lelah & yang tidak beralasan,
menurunnya 4. merasa masa depan suram &
aktivitas. pesimistis,
5. gagasan atau perbuatan
membahayakan diri atau bunuh
diri,
6. tidur terganggu,
7. perubahan nafsu makan (naik
atau turun).
Terjadi selama minimal 2 minggu.
PPDGJ
Depresi
• Episode depresif ringan: 2 gejala utama + 2 gejala lain > 2
minggu
PPDGJ
49
• Pasien wanita berusia 21 tahun mengatakan sulit
mengendalikan makan selama seminggu terakhir. Hal ini sudah
terjadi beberapa kali.
• Pasien paham bahwa perilaku tidak baik untuk kesehatan.
Namun pasien juga ingin kurus, takut gemuk sehingga pasien
olahraga terus-terusan serta berlebihan, dan selalu mengukur
lingkar pinggang.
• Pasien juga mengonsumsi obat pencahar agar kurus.
DIAGNOSISNYA…
DIAGNOSIS BULIMIA NERVOSA
JAWABAN:
A. BULIMIA NERVOSA
• Pasien datang dengan episode-episode
sulit mengendalikan makan (periode binge
eating) selama seminggu terakhir, disertai
dengan perilaku kompensasi untuk
melawan efek kegemukan berupa olahraga
berlebihan, dan minum obat pencahar agar
kurus sesuai untuk bulimia nervosa.
• Anorexia nervosa biasanya underweight,
membatasi jumlah kalori yang masuk
• Obsessive Compulsive Disorder Terdapat
obsesi disertai dengan sifat kompulsif yang
sesuai dengan obsesi tersebut, pada kasus
bulimia dan anoreksia tidak termasuk pada OCD
• Body Dysmorphic Disorder Preokupasi pada
cacat tubuh yang sifatnya minor, seperti bentuk
hidung yang kurang mancung, etc
• Gangguan Cemas Menyeluruh Cemas akan
berbagai hal yang sifatnya mengambang
GANGGUAN MAKAN
ANOREKSIA NERVOSA (PPDGJ III)
• Menolak mempertahankan berat badan pada atau diatas berat badan normal minimal
menurut usia dan tinggi badan (misalnya, menurunkan berat badan untuk mempertahankan
berat badan kurang dari 85% yang diharapkan; atau kegagalan untuk menaikan berat badan
yang diharapkan selama periode pertumbuhan, menyebabkan berat badan kurang dari 85%
dari yang diharapkan).
• Ketakutan yang kuat mengalami kenaikan berat badan atau menjadi gemuk, walaupun
sesungguhnya memiliki berat badan kurang.
• Gangguan dalam cara memandang berat atau bentuk badannya sendiri; berat badan atau
bentuk badan yang tidak pantas atas dasar pemeriksaan sendiri, atau menyangkal keseriusan
berat badannya yang rendah.
• Pada wanita pascamenarki, amenore yaitu tidak ada sekurangnya tiga siklus menstruasi
berturut-turut (seorang wanita dianggap mengalami amenore jika periodenya timbul hanya
setelah pemberian hormon, misalnya, estrogen)
BULIMIA NERVOSA (PPDGJ III)
1. Terdapat perokupasi yang menetap untuk makan dan ketagihan (craving)
terhadap makanan yang tidak bisa dilawan, penderita tidak berdaya terhadap
datangnya episode makan berlebihan, dimana makanan dalam jumlah yang
besar dimakan dalam waktu singkat.
2. Pasien berusaha melawan efek kegemukan dengan salahs atu cara atau lebih
seperti merangsang muntah sendiri, menggunakan pencahar secara
berlebihan, puasa berkala, memakai obat-obatan penekan nafsu makan,
sediaan tiroid atau diuretik. Jika terjadi pada penderita diabetes, mereka
akan mengabaikan pengobatan insulinnya.
3. Gejala psikopatologi terdiri atas ketakutan yang luar biasa akan kegemukan
dan penderita mengatur sendiri batasan yang ketat dari ambang berat
badannya sangat di bawah berat badan sebelum sakit yang dianggap berat
badan sehat atau optimal. Seringkali, tetapi tidak selalu, ada riwayat episode
anoreksia nervosa sebelumnya, interval antara kedua gangguan tersebut
berkisar antara beberapa bulan sampai beberapa tahun. Episode sebelumnya
ini dapat terungkap atau dalam bentuk ringan yang tersembunyi dengan
kehilangan berat badan yang sedang dan/ atau suatu fase sementara dari
amenore.
Anorexia
vs
Bulimia
KULIT & PARASIT
50
• Perempuan 24 tahun, keluhan ruam merah pada
punggung
• Ruam muncul saat kembali dari liburan di pantai
• Tinggal di daerah pegunungan yang dingin
http://www.emedicinehealth.com/sunburn/page12_em.htm
Sun burn
• Apoptotic
keratinocytes, “sunburn
cells,” arranged singly or
in clusters or bands in
the outer stratum
spinosum, are a
characteristic
microscopic feature of
acute sun-induced
epithelial damage Montagna, W., Kirchner, S., & Carlisle, K.
(1989). Histology of sun-damaged human
skin. Journal of the American Academy of
Dermatology, 21(5), 907–918
51
• Perempuan 25 tahun, keluhan gatal pada daerah
kemaluan
• Suami juga memiliki keluhan yang sama
• Bercak kehitaman pada celana dalam dan
didapatkan kutu pada rambut kemaluan
TATALAKSANA…
DIAGNOSIS PEDIKULOSIS PUBIS
JAWABAN:
E. MALATION 0.5%
• Perempuan 25 tahun keluhan gatal pada
daerah kemaluan + pasangan alami keluhan
serupa infeksi menular
• Bercak kehitaman pada celana dalam (black
dot) + didapatkan kutu pada rambut
kemaluan pediculosis pubis
• Tatalaksana permethrin 1% atau
malathion 0,5% (opsi E)
• Permetrin 5% untuk infeksi parasite di kulit
seperti scabies (bentuk krim)
• Sulfur presipitatum infeksi parasite misalnya
pada scabies
• Ketokonazole untuk infeksi jamur pada kulit
• Acyclovir untuk infeksi virus misalnya pada
herpes simplex hingga varicella (bentuk oral)
Pedikulosis
• Infeksi kulit/rambut pada manusia yang
disebabkan Pediculus
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
Pedikulosis pubis
• Infeksi rambut di daerah pubis dan sekitarnya
• Terutama menyerang dewasa dan dapat menyerang
jenggot/kumis
• Dapat menyerang anak-anak, seperti di alis/bulu mata
dan pada tepi batas rambut kepala
• Termasuk infeksi menular seksual
• Gejala
• Gatal di daerah pubis dan sekitarnya, dapat meluas ke
abdomen/dada, makula serulae (sky blue spot), black dot
pada celana dalam
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS INSECT BITE
JAWABAN:
B. INSECT BITE
• Perempuan 40 tahun keluhan gatal pada
punggung punggung dan lengan kanan
urtika linier multipel disertai papul dengan
punctum urtikaria papular curiga akibat
insect bites
• Faktor resiko: pindah kerumah baru (belum
bersih dan banyak serangga)
• Diagnosis: insect bites
• Urtikaria diagnosis umum dan pemicu bisa
banyak hal, pada pasien ada disertai punctum pada
lesi (bisa bekas gigitan serangga)
• Prurigo nodularis adanya nodul multiple yang
sangat gatal, predileksi di ekstensor ektremitas,
simetri bilateral, penyebab masih belum diketahui
• Dermatitis seboroik biasanya akan disertai
skuama kekuningan tampak berminyak
• Psoriasis guttata efloresensi berupa plak kecil
seperti tetesan air (tanpa urtikaria) dengan
predileksi trunkus dan ekstremitas proksimal
Mekanisme Alergi Gigitan Serangga
• Mencakup reaksi alergi kulit akibat gigitan, sengatan, dan kontak
dengan bagian tubuh serangga
• Disebut juga urtikaria papular
• Bentuk reaksi
– Eritema, nodus, bula, edema, prurigo, urtikaria papular, urtika,
angoedema, hingga selulitis
• Kontak langsung: misal kupu-kupu (leptodopterisme)atau ulat
(erusisme)
– Dermatitis disertai panas dan gatal
– Penanggulangan: kulit segera dicuci atau direndam air dan diolesi
salap kortikosteroid, antihistamin oral
• Sengatan: misal lebah, kalajengking
– Edema, nekrosis, urtikaria, syok
– Penanggulangan: bagian proksimal sengatan dipasang tourniket,
dibersihkan tanpa ditekan, sengat lebah yang tertinggal diambil,
kompres es, anestesi lokal, tatalaksana syok bila ada
Menaldi, Sri Linuwih. Buku Ajar Penyakit Kulit dan Kelamin. Balai Penerbit FKUI. 2015
Mekanisme Alergi Gigitan Serangga
• Gigitan: misal oleh kelabang, laba2,
semut api, nyamuk
• Penanggulangan MILLIIPEDE
• Diagnosis Klinis
– Papul yang dipuncaknya terdapat punktum hemoragik, papul
dikelilingi urtika dan zona eritematosa yang muncul simultan
ditempat gigitan papul dan vesikel/bula memecah: krusta
– Lesi sangat gatal/nyeri garukan dapat menyebabkan infeksi
sekunder dan bercak pigmentasi
• Tatalaksana
– Simptomatik: kortikosteroid topikal, analgesik, antihistamin PO
– Membasmi seranga
– Menggunakan lotion anti serangga dan pakaian yang menutupi
badan
Menaldi, Sri Linuwih. Buku Ajar Penyakit Kulit dan Kelamin. Balai Penerbit FKUI. 2015
53
• Laki-laki 18 tahun keluhan benjolan pada lipat paha dan ketiak
sejak 2 bulan, awalnya kecil dan makin lama makin membesar
• KU sakit sedang, gizi kurang, regio axilla dextra dan inguinal
dextra didapatkan nodul soliter dengan konsistensi lunak,
konfluens dan melekat dengan jaringan sekitar dan teraba
mobile
• Pada pemeriksaan tes tuberkulin PPD-STU positif kuat
KRITERIA PENYEMBUHAN…
DIAGNOSIS SKROFULODERMA
JAWABAN:
A. FISTEL DAN ULKUS MENUTUP
• Keluhan benjolan pada lipat paha dan ketiak sejak 2
bulan awalnya kecil dan makin lama makin
membesar + regio axilla dextra dan inguinal dextra
nodul soliter dengan konsistensi lunak, konfluens dan
melekat dengan jaringan sekitar dan teraba mobile
curiga skrofuloderma
• Pemeriksaan tes tuberkulin PPD-STU positif kuat
infeksi TB skrofuloderma
• Kriteria penyembuhan: fistel dan ulkus menutup (opsi
A)
• Kriteria lainnya: (tidak ada di opsi lain)
– Kelenjar getah bening mengecil, berdiameter kurang dari 1
cm, dan konsistensi keras
– Sikatriks eritematosa menjadi tidak merah lagi
– Laju endap darah menurun dan normal kembali.
Tuberkulosis kutis
• Penyebaran infeksi tuberkulosis ke kulit
• Etiologi utama Mycobacterium tuberculosis (91,5%)
• TB kutis diklasifikasikan berdasarkan 2 kriteria:
- Rute infeksi: eksogen, endogen, limfogen, dan heamtogen
- Banyaknya BTA: multibasiler dan pausibasiler
Sumber: Andriani PI. Pendekatan klinis infeksi tuberculosis pada kulit. CDK, 2014; 41(8): 584-8
Tuberkulosis Kulit: Gambaran Klinis
JENIS TB GAMBARAN KLINIS
KUTIS
TB Inokulasi • Terjadi pada orang yang belum pernah terinfeksi TB sebelumnya inokulasi
Primer langsung melalui lesi mikro kulit
(Tuberculous • Lokasi: wajah, tangan, kaki, ulkus gusi (primary gingivitis)
chancre) • Lesi awal: papul/nodul ulkus dlm 2-3 minggu: keras, dangkal, tidak nyeri,
dasar granulasi + limfadenopati non nyeri (kompleks Ghon/primer)
Skrofuloderma • Penyebaran infeksi pada struktur bawah kulit: kel. Limfe (tersering), sendi,
tulang, maupun epididimis
• Predileksi: daerah dengan banyak kel. Limfe superfisial (leher dari , ketiak, lipat
paha)
• Lesi awal: kel. Limfe mbesar & berkonfluensi perlunakan (abses dingin)
pecah: fistel ulkus memanjang dan tidak teratur, kulit sekitar merah kebiuran,
dasar jar. Granulasi, dinding bergaung, jembatan jaringan
Tuberkulosis • TB kutis yang terjadi di sekitar orifisium
Orifisialis • Ulkus di mulut, bibir, dan sekitarnya akibat kontak langsung dengan sputum.
Anus (kontak dengan feses) dan OUE (kontak dgn urin terinfeksi
• Terutama pada pasien dengan imun rendah
• Karakteristik ulkus: nyeri, tepi tak rata (punched out), dasar tertutup
pseudomembran fibrin dan mudah berdarah, ukosa sekitar edem dan inflamasi
Tuberkulosis • Pada anak & dewasa dengan TB paru yang menyebar ke seluruh tubuh sampai
Miliaris Akut meningen
• Lokasi paling sering: badan
• Lesi: makula eritema dan papul multipel, ukuran kecil (< 5mm), meninggalkan
sikatriks. Pemeriksaan diaskopi: apple jelly colour
http://www.kalbemed.com/Portals/6/08_219Pendekatan%20Klinis%20Infeksi%20Tuberkulosis%20pada%20Kulit.pdf
Tuberkulosis Kulit: Gambaran Klinis
JENIS TB GAMBARAN KLINIS
KUTIS
TB Gumosa • Infiltrasi subkutan, lunak, berbatas tegas, kronis, destruktif
• Akibat penyebaran mikrobakteria yang dorman secara hematogen
Limfadenitis TB Periadenitis
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
TATALAKSANA
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
54
• Wanita 22 tahun keluhan luka pada bibir kemaluan sejak 1
minggu lalu
• Awal bintil-bintil berisi cairan, yang lalu pecah dan terasa nyeri
• Sudah menikah
• Pada pemeriksaan status lokalis didapatkan adanya ulkus
dangkal, multiple bergerombol, ditutupi jangan nekrotik
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS HERPES GENITAL
JAWABAN:
C. HERPES GENITAL
• Wanita 22 tahun keluhan luka pada bibir
kemaluan sejak 1 minggu lalu + sudah
menikah (sudah hubungan seksual)
curiga infeksi menular seksual
• Awal bintil-bintil berisi cairan (vesikel) yang
lalu pecah dan terasa nyeri + ulkus dangkal,
multiple bergerombol, ditutupi jangan
nekrotik sesuai dengan herpes genital
(umumnya akibat HSV tipe 2)
• Ulkus durum infeksi sifilis, biasanya ulkus tidak
nyeri (pada pasien nyeri) dan soliter
• Ulkus mole chancroid, biasanya ulkus ada nyeri
tekan, dasar kotor dan mudah berdarah, tidak
diawali vesikel seperti pada kasus
• Herpes simplex tidak dipilih karena tidak spesifik
dan bisa ada di berbagai lokasi selain genital
(misalnya pada HSV tipe 1 bisa di mukosa oral)
• Fixed drug eruption umumnya ada riwayat
penggunaan obat-obatan
Herpes Simpleks
DEFINISI MANIFESTASI KLINIS
• Infeksi virus herpes simpleks • Infeksi primer Vesikel
(HSV) pada kulit yang berkelompok yang terasa perih
dan panas, bisa dengan gejala
bermanifestasikan erupsi dan sistemik
vesikel berkelompok pada kulit • Fase laten setelah sembuh
• Jenis-jenis HSV : gejala mereda (tidak
ditemukan gejala klinis)
1. HSV tipe 1
• Infeksi rekuren kejadian 30-
(keratokonjungtivitis, herpes 40%. keluhan tiba-tiba
labialis dan gingivostomatitis) kambuh, kulit terasa terbakar
2. HSV tipe 2 (Genitalis dan dan nyeri 1-2 hari sebelum
muncul lesi
neonatal)
• Memiliki faktor pencetus
(stres, menstruasi, alkohol,
senggama berlebihan)
PPKPERDOSKI2017
Herpes SimplekS
DIAGNOSIS TATALAKSANA
1. Dilakukan pemeriksaan Tzanck tes 1. Lesi episode pertama primer
untuk mencari sel datia berinti banyak • Asiklovir: 5x200 mg/hari selama 7-10 hari
dan badan inklusi intranuklea • asiklovir: 3x400 mg/hari selama 7-10 hari
• Valasiklovir: 2x500-1000 mg/hari selama 7-
2. Kultur virus. Sensitivitas kultur sebesar 10 hari
67-70% bila sediaan diambil dari • Famsiklovir 3x250 mg/hari selama 7-10 hari
vesikel, 32% bila sediaan pustul, dan 2. Lesi rekuren :
hanya positif sebesar 17% bila sediaan Lesi ringan: terapi simtomatik
diambil dari krusta Lesi berat:
– asiklovir 5x200 mg/hari, per oral selama 5 hari
3. Deteksi antigen (dengan enzyme – asiklovir: 3x400 mg/hari selama 5 hari
immunoassay atau fluorescent – asiklovir 3x800 mg/hari selama 2 hari
antibody), atau PCR DNA HSV – Valasiklovir 2x500 mg selama 5 hari
– Famsiklovir 2x125 mg/hari selama 5 hari
4. Serologi IgM da nIgG anti-HSV 1
Rekurensi 6 kali/tahun atau lebih: diberi
terapi supresif
– Asiklovir 2x400 mg/hari
PPKPERDOSKI2017 – Valasiklovir 1x500 mg/hari
https://www.thelancet.com/pdfs/journals/lancet/PIIS01406736 – Famsiklovir 2x250 mg/hari
00046389.pdf
Multinucleate giant cells
55
• Laki-laki 65 tahun keluhan bintil berair di dada hingga
punggung kanan sejak 4 hari disertai rasa nyeri
• Dua hari sebelumnya badan lemas, demam, dan nyeri di
tempat muncul bintil berair
• Regio toraks anterior dekstra didapatkan vesikel
bergerombol di atas makula eritematosa
KOMPLIKASI YG SERING…
DIAGNOSIS HERPES ZOSTER
JAWABAN:
C. NEURALGIA PASKA HERPETIKA
• Laki-laki 65 tahun regio toraks anterior
dekstra didapatkan vesikel bergerombol di
atas makula eritematosa sejak 4 hari
disertai rasa nyeri herpes zoster
• Dua hari sebelumnya badan lemas, demam,
dan nyeri di tempat muncul bintil berair
gejala prodromal herpes zoster
• Komplikasi sering: neuralgia pasca herpes
Herpes Zoster
• Penemuan utama dari PF: kemerahan
yang terdistribusi unilateral sesuai
dermatom
• Rash dapat berupa eritematosa,
makulopapular, vesikular, pustular, atau
krusta tergantung tahapan penyakit
• Terapi nyeri: Gabapentine oral/NSAID
topikal/Lidocaine topikal
• Anti-Viral (diberikan < 72 jam setelah
onset, atau pada
manula/imunokompromais)
– Acyclovir (5x800mg selama 7-10 hari)
– Valacyclovir 3x1 g/hari selama 7 hari
– Famcyclovir 3x250 mg/hari selama 7 hari
• Komplikasi
– Neuralgia pasca herpes, herpes zoster
oftalmika, sindrom Ramsay-Hunt
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
http://www.merckmanuals.com/professional/infectious-diseases/herpesviruses/herpes-zoster
Herpes zoster
• Gejala
– Gejala prodromal sistemik (demam, pusing, malaise) & lokal (mialgia,
gatal, pegal)
– Timbul eritema yang kemudian menjadi vesikel berkelompok dengan
dasar eritematosa & edema pustul & krusta; Lokasi unilateral dan
bersifat dermatomal sesuai tempat persarafan
– Pembesaran KGB regional
– Herpes zoter oftalmikus: infeksi n. V-1
– Sindrom Ramsay-Hunt: gangguan n. fasialis/ N. VII (bisa juga disertai
dengan gangguan N. VIII)
– Komplikasi: Neuralgia pasca herpes (NPH) didefinisikan sebagai
nyeri menetap pada dermatom yang terkena setelah erupsi
herpes zoster (HZ) menghilang. Batasan waktunya adalah nyeri
yang menetap hingga 3 bulan setelah erupsi kulit menyembuh.
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
Tatalaksana Herpes Zoster
Terapi sistemik
Antivirus diberikan tanpa melihat waktu timbulnya lesi pada:
- Usia >50 tahun
- Dengan risiko terjadinya NPH
- HZO/sindrom Ramsay Hunt/HZ servikal/HZ sakral
- Imunokompromais, diseminata/generalisata, dengan komplikasi
- Anak-anak, usia <50 tahun dan ibu hamil diberikan terapi anti-virus bila disertai
NPH, sindrom Ramsay Hunt (HZO), imunokompromais, diseminata/generalisata,
dengan komplikasi
Pilihan antivirus
- Asiklovir oral 5x800 mg/hari selama 7-10 hari.
- Dosis asiklovir anak <12 tahun 30 mg/kgBB/hari selama 7 hari, anak >12 tahun 60
mg/kgBB/hari selama 7 hari.
- Valasiklovir 3x1000 mg/hari selama 7 hari.
- Famsiklovir 3x250 mg/hari selama 7 hari.
Simptomatik
- Nyeri ringan: parasetamol 3x500 mg/hari atau NSAID.
- Nyeri sedang-berat: kombinasi dengan tramadol atau opioid ringan.
PPK PERDOSKI 2017
Terapi Farmakologik Neuralgia
Pasca Herpetika
• Lini pertama: masuk dalam kategori efektivitas sedang-tinggi berbasis
bukti yang kuat dan dengan efek samping rendah.
• Lini pertama:
– Antidepresan trisiklik 10 mg setiap malam (ditingkatkan 20 mg setiap 7 hari
menjadi 50 mg, kemudian menjadi 100 mg dan 150 mg tiap malam)
– Gabapentin 3x100 mg (100-300 mg ditingkatkan setiap 5 hari hingga dosis
1800-3600 mg/hari)
– Pregabalin 2x75 mg (ditingkatkan hingga 2x150 mg/hari dalam 1 minggu)
– Lidokain topical (lidokain gel 5%,lidokain transdermal 5%)
• Lini kedua:
– Tramadol 1x50 mg (tingkatkan 50 mg setiap 3-4 hari hingga dosis 100- 400
mg/hari dalam dosis terbagi)
TATALAKSANA…
DIAGNOSIS MALARIA BERAT
JAWABAN:
C. INJEKSI ARTESUNAT DOSIS TERBAGI INTRAVENA
• Laki-laki 40 tahun demam (suhu 39,4) disertai
penurunan kesadaran (GCS 11) sejak 1 jam yang lalu
+ sklera ikterik + penurunan tonus otot dan refleks
tendon faktor resiko pulang dari daerah Sumba
(endemis malaria) curiga infeksi malaria
malaria berat
• Pemeriksaan sedian apusan darah tebal didapatkan
gametosit (+) menegakkan diagnosis malaria
berat
• Tatalaksana malaria berat injeksi artesunate
dosis terbagi intravena (opsi C) dosis 2,4
mg/kgbb intravena sebanyak 3 kali jam ke 0, 12, 24
selanjutnya setiap 24 jam
• Kina obat alternative bila tidak bisa diberikan
artesunate, kina diberikan melalui infus
(intravena)
• DHP dan primakuin digunakan pada
pengobatan malaria falciparum, knowlesi dan
vivax, namun tidak ppada malaria berat,
sediaan peroral
Malaria Berat pada P. falciparum
• Malaria berat adalah ditemukannya Plasmodium falciparum
stadium aseksual dengan minimal satu dari manifestasi klinis atau
didapatkan temuan hasil laboratorium (WHO, 2015):
– Perubahan kesadaran (GCS<11, Blantyre <3)
– Kelemahan otot (tak bisa duduk/berjalan)
– Kejang berulang-lebih dari dua episode dalam 24 jam
– Distres pernafasan
– Gagal sirkulasi atau syok: pengisian kapiler > 3 detik, tekanan
sistolik <80 mm Hg (pada anak: <70 mmHg)
– Jaundice (bilirubin>3mg/dL dan kepadatan parasit >100.000)
– Hemoglobinuria
– Perdarahan spontan abnormal
– Edema paru (radiologi, saturasi Oksigen <92%
Malaria Berat
Kriteria laboratorium malaria berat:
• Hipoglikemi (gula darah <40 mg%)
• Asidosis metabolik (bikarbonat plasma <15 mmol/L).
• Anemia berat (Hb <5 gr% untuk endemis tinggi, <7gr% untuk endemis
sedang-rendah), pada dewasa, Hb<7gr% atau hematokrit
<15%)
• Hiperparasitemia (parasit >2 % eritrosit atau 100.000 parasit /μL di
daerah endemis rendah atau > 5% eritrosit atau 100.0000 parasit
/μl di daerah endemis tinggi) 5
• Hiperlaktemia (asam laktat >5 mmol/L)
• Hemoglobinuria
• Gangguan fungsi ginjal (kreatinin serum >3 mg%)
Malaria Cerebral
• Malaria cerebral (WHO)
– Sindroma klinis yang dicirikan dengan koma yang berlangsung
minimal 1 jam setelah terjadinya kejang atau hipoglikemia,
ditemukan bentuk aseksual plasmodium falciparum di darah
tepi dan tidak ditemukan penyebab koma lainnya
Pada sediaan darah tebal dapat dijumpai gametosit bentuk pisang, banyak sekali bentuk cincin tanpa
bentuk lain yang dewasa (star in the sky)
Microscopic examination of thick blood smear showed predominantly trophozoites (ring stages; inset
black arrows) of Plasmodium falciparum. Parasitic count 800,000/μL of blood (Giemsa stain [5%]; ×100)
Tatalaksana malaria berat di faskes
primer nonperawatan
• Jika puskesmas/klinik tidak memiliki fasilitas rawat
inap langsung dirujuk
• Sebelum dirujuk berikan terapi awal artesunat
intramuskular (dosis 2,4mg/kgbb).
Tatalaksana malaria berat di Faskes Rawat
• Artesunat intravena merupakan pilihan utama. Jika
tidak tersedia dapat diberikan kina drip.
• Artesunat parenteral tersedia dalam vial yang berisi 60
mg serbuk kering asam artesunik dan pelarut dalam
ampul yang berisi natrium bikarbonat 5%.
• Keduanya dicampur kemudian diencerkan dengan
Dextrose 5% atau NaCL 0,9% sebanyak 5 ml sehingga
didapat konsentrasi 60 mg/6ml (10mg/ml). Obat
diberikan secara bolus perlahan-lahan.
• Artesunat diberikan dengan dosis 2,4 mg/kgbb
intravena sebanyak 3 kali jam ke 0, 12, 24. Selanjutnya
diberikan 2,4 mg/kgbb intravena setiap 24 jam sehari
sampai penderita mampu minum obat.
ILMU KESEHATAN
ANAK
57
• Anak laki-laki usia 5 tahun bertubuh pendek
• Keluarga riwayat kondisi serupa
• Didiagnosis dengan Achondroplasia, kelainan
pembentukan tulang akibat mutasi genetic penyebab
Dwarfisme Disporportional
CIRI PASIEN DENGAN KELAINAN DIATAS…
DIAGNOSIS ACHONDROPLASIA
JAWABAN:
D. POSTUR PENDEK; KEPALA BESAR, TANGAN DAN KAKI
PENDEK, DAN DAHI LEBAR
• Anak 5 tahun bertubuh pendek dan riwayat
serupa di keluarga akondroplasia
• Ciri fisik akondroplasia:
– Postur pendek
– Kepala besar
– Lengan tangan dan kaki pendek
– Trident hand
– Dahi lebar (Frontal bossing)
• Dari pilihan jawaban pilihan D sesuai
(Postur pendek; kepala besar, tangan dan kaki
pendek, dan dahi lebar)
• Pilihan A salah harusnya tidak ada polidaktili,
tangan dan kaki harusnya pendek, bukan
panjang
• Pilihan B salah tangan harusnya pendek dan
berbentuk trident bukan melebar
• Pilihan C salah harusnya dahi lebar, bukan
normal
• Pilihan E salah kepala harusnya besar, bukan
kecil, tangan dan kaki pendek, bukan normal;
dahi harusnya besar, bukan normal.
Dwarfism
◼ There are many causes of dwarfism
◼ Two disorders, Achondroplasia and growth hormone
deficiency (also known as pituitary dwarfism), are
responsible for the majority of dwarfism cases.
◼ Classified into 2 major types
◼ Proportionate dwarfism: the person is proportionately
small all over
◼ Disproportionate dwarfism: some shorter/smaller parts
of the body mixed with average sized parts of the body
Disproportionate Dwarfism: Achondroplasia
DIAGNOSIS …
DIAGNOSIS BRONKIOLITIS
JAWABAN:
A. BRONKIOLITIS
• Bayi 7 bulan gejala infeksi saluran napas
(batuk dan demam) hingga mengalami
sesak napas + retraksi, napas cuping
hidung, dan wheezing sesuai dengan
gambaran bronkiolitis
• Pada asma bisa ada wheezing, namun
umumnya ada riwayat berulang serta
jarang didiagnosis pada anak <2 tahun
• Bronkopneumonia salah satu jenis pneumonia yang
juga disebut pneumonia lobularis, akan ditemukan rhonki
kasar yang menyebar si seluruh lapang paru. Ro
didapatkan bercak infiltrat yang tersebar
• Pneumonia infeksi dari parenkim paru, bisa berupa
pneumonia lobaris (rhonki pada lobus yang terinfeksi).Ro
berupa konsolidasi lobus yang mengalami peradangan
• Bronkitis inflamasi pada bronkus, biasanya
memberikan gejala batuk berdahak, tidak ada gejala
spesifik
• Asma gejala obstruktif dan sesak berulang dengan
pencetus, bersifat reversibel. Jarang didiagnosis pada anak
< 2 tahun
Bronkiolitis
KOMPLIKASI…
DIAGNOSIS SINDROM NEFRITIK
JAWABAN:
A. HIPERTENSI ENSEFALOPATI
• Pasien anak edema palpebra + gross
hematuria + hipertensi trias sindrom
nefritik kemungkinan disebabkan oleh
glomerulonefritis
• Komplikasi glomerulonefritis akut
ensefalopati hipertensi, kelainan elektrolit,
dan gagal ginjal
• Nyeri kepala dan muntah dicurigai
sebagai gejala hipertensi ensefalopati
Glomerulonefritis akut
• Glomerulonefritis akut kondisi yang ditandai dengan edema, hematuria,
hipertensi dan penurunan fungsi ginjal (sindrom nefritik) di mana terjadi
inflamasi pada glomerulus
• Glomerulonefritis disebabkan oleh beberapa macam kelainan yang
memiliki karakteristik berupa kerusakan glomerulus akibat inflamasi
• Glomerulonefritis akut post streptococcal merupakan salah satu bentuk
tersering dari glomerulonefritis akut
• Gejala klinis:
Gross hematuria: urin berwarna seperti the atau coca-cola
Oliguria
Edema
Nyeri kepala, merupakan gejala sekunder akibat hipertensi
Dyspneabisa akibat edema paru atau gagal jantung yang mungkin terjadi
Hipertensi
Niaudet P. Overview of the pathogenesis and causes of glomerulonephritis in children. UpToDate, 2016
Parmar MS. Acute glomerulonephritis. Emedicine, 2016
Komplikasi Glomerulonefritis pada
Anak
• Gagal ginjal akut (termasuk kelainan asam
basa dan kelainan elektrolit)
• Ensefalopati hipertensi
• Gagal jantung
• Edema paru
60
• Anak perempuan 3 tahun muncul bercak merah pada
belakang telinga yang menyebar ke badan hingga lengan
dan tungkai
• Didahului dengan demam sejak 3 hari, batuk dan pilek
• Suhu 39oC, ruam kemerahan di area leher, dadan dan
keempat ekstrimitas, konjungtiva hiperemis
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS MORBILI
JAWABAN:
A. MORBILI
• Anak 3 tahun demam + konjungtivitis
(konjungtiva hiperemis) + batuk pilek
(coryzae) curiga infeksi virus
• Gejala disertai + muncul exanthema pola
pada belakang telinga yang menyebar ke
badan hingga lengan dan tungkai
gambaran mengarahkan pada morbili
• Varicella biasanya ada lesi vesikel, mulai dari
badan menyebar sentrifugal
• Herpes simpleks biasanya ada lesi vesikel,
bisa di sekitar mulut (HSV tipe 1) pada anak
• Herpes zoster biasanya ada lesi vesikel,
tersebar dermatomal, didahului nyeri, ada
riwayat infeksi varicella sebelumnya
• Impetigo bulosa eflorosensi berupa bula
hipopion
Morbili
Species: Measles morbillivirus
• Masa infeksius: 1-2 hari
Genus: Morbillivirus
Family: Paramyxoviridae sblm prodromal s.d. 4 hari
Order: Mononegavirales setelah muncul ruam
Single-stranded, negative-sense, enveloped
(non-segmented) RNA virus • Prodromal
– Hari 7-11 setelah eksposure
• Kel yg rentan:
– Demam, batuk,
– Anak usia prasekolah yg blm konjungtivitis,sekret hidung.
divaksinasi (cough, coryza, conjunctivitis
– Anak usia sekolah yang gagal 3C)
imunisasi
• Enanthem ruam
• Musin: akhir musim dingin/ kemerahan
musim semi
• Koplik’s spots muncul 2 hari
• Inkubasi: 8-12 hari sebelum ruam dan
bertahan selama 2 hari.
Morbili/Rubeola/Campak
• Pre-eruptive Stage
– Demam
– Catarrhal Symptoms – coryza, conjunctivitis
– Respiratory Symptoms – cough
• Eruptive Stage/Stage of Skin Rashes
– Exanthem sign
• Maculopapular Rashes – Muncul 2-7
hari setelah onset
• Demam tinggi yang menetap
• Anoreksia dan iritabilitas
• Diare, pruritis, letargi dan
limfadenopati oksipital
• Stage of Convalescence
– Rash – menghilang sama dengan urutan
munculnya (muka lalu ke tubuh bag bawah)
→ membekas kecoklatan
– Demam akan perlahan menghilang saat
erupsi di tangan dan kaki memudar
• Tindakan Pencegahan :
– Imunisasi Campak pada usia 9 bulan
– Mencegah terjadinya komplikasi berat
61
• Anak perempuan 2 tahun keluhan BAB cair berlendir
tanpa darah sejak 2 minggu yang lalu, disertai nyeri perut,
perut kembung dan terdapat ruam kemerahan pada
bokong dan pipi
• Pasien mendapatkan ASI selama 2 tahun dan baru
mendapatkan susu formula
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS ALERGI SUSU SAPI
JAWABAN:
A. ALERGI SUSU SAPI
• Anak perempuan 2 tahun keluhan:
– Gejala gastrointestinal: BAB cair berlendir
tanpa darah sejak 2 minggu yang lalu + nyeri
perut, perut kembung
– Gejala kutaneus: ruam kemerahan pada
bokong dan pipi
• Riwayat baru mendapatkan susu formula
muncul gejala curiga pada kondisi alergi
susu sapi pada pasien
• Intoleransi laktosa biasanya hanya berupa gejala
gastrointestinal, tanpa melibatkan sistem organ lain
• Protein losing enteropathy menggambarkan kondisi
dimana hilangnya serum protein melalui saluran cerna
sehingga menyebabkan edema, efusi,
hipoproteinemia. Bisa disebabkan oleh berbagai
macam hal, seperti erosi mukosa pada IBD, infeksi
gastrointestinal, dsb
• Gastroenteritis karena virus biasanya disertai
dengan gejala infeksi seperti demam, menghasilkan
diare
• Fat intolerance istilah yang jarang dipakai; yang ada
adalah fat malabsorption
Food Allergy
• Hipersensitivitas terhadap protein di dalam makanan (cth kasein & whey dari
produk sapi)
• Mekanisme pertahanan spesifik dan non-spesifik saluran cerna belum sempurna,
antigen masuk lewat saluran cerna hipersensitivitas
• Hipersensitivitas bisa diperantarai IgE atau Tidak diperantarai IgE
• The prevalence of food allergies has been estimated to be 5-6% in infants and
children younger than 3 years and 3.7 % in adults
• Gejala:
– Anafilaktik
– Kulit: dermatitis atopik, urtikaria, angioedema
– Saluran nafas: asma, rinitis alergi
– Saluran cerna: oral allergy syndrome, esofagitis eosinofilik, gastritis eosinofilik, gastroenteritis
eosinofilik, konstipasi kronik, dll.
• Pemeriksaan: skin test, IgE serum, eliminasi diet, food challenge
• Tata laksana:
– Eliminasi makanan yang diduga mengandung alergen
– Breastfeeding, ibu ikut eliminasi produk susu sapi dalam dietnya
– Susu terhidrolisat sempurna bila susah untuk breastfeeding
Nocerino A. Protein intolerance. http://emedicine.medscape.com/article/931548-overview
Protein intolerance
• Beberapa makanan dapat menjadi antigen bagi manusia, terutama
produk-produk protein
• Beberapa contoh paling sering berdasarkan usia:
1. Masa bayi: susu, soy bean
2. Masa kanak-kanak: protein telur
• Sebagian besar bersifat IgE mediated, dan ada juga yang non-IgE
mediated
• Gejalanya antara lain:
1. Saluran cerna (50%-80%): mual, muntah, nyeri perut, mencret.
Spesifik: oral allergy syndrome, esofagitis eosinofilik, gastritis
eosinofilik, gastroenteritis eosinofilik, konstipasi kronik
2. Cutaneous (20%-40%): urtikaria, dermatitis atopi
3. Respiratori (4%-25%): asma dan rinitis
4. Anafilaksis
Intoleransi Laktosa VS Milk Allergy
INTOLERANSI LAKTOSA MILK ALLERGY
o reaksi hipersensitivitas terhadap
o Ketidakmampuan tubuh untuk
protein susu sapi. Dapat melalui 2
mencerna “gula susu/laktosa”
Definisi mekanisme : 1). Diperantarai IgE ; 2).
akibat defisiensi enzim laktase.
Non IgE (rx hipersensitivitas tipe IV)
o reaksi non – imunologis
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS ASMA BRONKIAL
JAWABAN:
D. ASMA BRONKIAL
• Anak 13 tahun batuk dan sesak nafas
sejak 1 hari yang lalu + pernapasan cuping
hidung dan wheezing curiga ada asma
bronkial
• Berulang 1-2 kali pada malam hari
seminggu gambaran kronik residif +
riwayat atopi keluarga khas pada asma
• Gambaran radiologis tampak hiperlusen
dan peningkatan corakan bronkovaskular
mendukung diagnosis asma bronkial
• PPOK penyakit obstruktif kronik irreversibel
yang biasanya menyerang dewasa, bisa dialami
pada pasien perokok
• Bronkitis peradangan pada bronkus yang
sifatnya nonspesifik
• Bronkiolitis peradangan bronkiolus,
gambaran seperti obstruktif, pada anak < 2
tahun
• Bronkiektasis batuk produktif 3 lapis,
gambaran Rokistik/ honeycomb
Asma pada anak
Based on Pedoman Nasional Anak 2016
• Tanda klinis: sesak napas, mengi, & hiperinflasi. Serangan berat: sianosis,
gelisah, sukar bicara, takikardi, penggunaan otot bantu napas.
TERAPI ANTIBIOTIK…
DIAGNOSIS KOLERA
JAWABAN:
C. ERITROMISIN 40-50 MG/KGBB/HARI/4 DOSIS SELAMA
3 HARI
• Anak 3 tahun keluhan BAB cair >5x dengan
warna BAB seperti air cucian beras + menular
(10 orang alami keluhan serupa) gambaran
diagnosis kolera
• Lemas, kulit mukosa bibir dan lidah kering + TD
84/60 mmHg, nadi 112x/menit anak alami
dehidrasi karena kolera
• Antibiotik kolera untuk anak < 8 tahun
golongan makrolid seperti eritromisin atau
azitromisin eritromisin 40-50
mg/kgbb/hari/4 dosis selama 3 hari
Kolera
• Infeksi usus oleh Vibrio cholerae
– Bakteri anaerobik fakultatif,
– batang gram negatif yang melengkung
berbentuk koma,
– tidak membentuk spora
– Memiliki single, sheathed, polar flagellum
• Gejala klinis (sangat cepat (24-48 jam)):
– Diare sekretorik profuse, tidak berbau,
bersifat tidak nyeri, seperti warna air
cucian beras
– Muntah tidak selalu ada
– Dehidrasi berlangsung sangat cepat,
dengan komplikasi gagal ginjal akut, syok,
dan kematian
– Abdominal cramps
Reduced susceptibility to
fluoroquinolones has been reported in
Fluoroquinolo 20 mg/kg (single Asia and Africa[2,3]. Not
Ciprofloxacin 1 g (single dose)
nes dose)
recommended for pregnant women
and children less than 18 years.
64
• Bayi laki-laki 3 hari keluhan benjolan di leher
sejak lahir
• Benjolan tampaknya tidak nyeri ketika disentuh,
transluminasi +, batas tegas, bulat, tak ada
saluran fistula ataupun punkta
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS KISTA HIGROMA
JAWABAN:
B. KISTA HIGROMA
• Bayi laki-laki 3 hari benjolan di leher
sejak lahir (gambar area posterolateral
leher) + tidak nyeri ketika disentuh,
transluminasi positif, batas tegas, bulat, tak
ada saluran fistula ataupun puncta
sesuai dengan kista hygroma
• Kista hygroma daerah posterior triangle
leher
• Kista brankial biasanya ada di anterior SCM
• Kista duktus tiroglosus biasanya lebih di area
medial leher
• Hemangioma bisa letak dimana saja, tumor
jinak pembuluh darah
• Abses coli umumnya ada tanda inflamasi,
berisi pus
Cystic Hygroma
• Cystic hygroma (CH) is a cystic lymphatic lesion that
can affect any anatomic subsite in the human body.
• More commonly referred to as a lymphatic
malformation (LM).
• Also known as LMs usually affects the head and neck
(~75%), with a predilection for the left side.
• Within the neck, the posterior triangle tends to be
most frequently affected.
• Approximately 20% of LMs occur in the axilla; less
common subsites include the mediastinum, groin, and
retroperitoneum.
Patophysiology
• combination of the following:
– Failure of lymphatics to connect to the venous
system
– Abnormal budding of lymphatic tissue
– Sequestered lymphatic rests that retain their
embryonic growth potential
Anatomy
Posterior Triangle of The Neck /
Trigonum coli posterior
Examination
• On physical examination, the typical LM is a soft,
painless, compressible (doughy) mass that
usually transilluminates.
• In children who present with LM of the neck,
closely evaluate for tracheal deviation or other
evidence of impending airway obstruction.
• Closely inspect the tongue, oral cavity,
hypopharynx, and larynx; any involvement of
these structures may lead to airway obstruction.
DD: Kista Branchial (Branchial Cleft Cyst)
• Tanda dan gejala klinis
– Massa soliter
– Tidak nyeri
– Riwayat bengkak intermiten
terutama berhubungan
dengan infeksi saluran napas.
– Karakteristik massa:
permukaan licin, kenyal,
fluktuasi (+)
– Lokasi: sepertiga bawah batas
anteromedial m.
sternocleidomastoideus.
– Bila terinfeksi, dapat tampak
sinus, pus (+)
DD/ Thyroglossal Duct Cyst
• TDCs are the most • It is a cystic remnant along
frequently encountered the course of the
neck mass in children, with thyroglossal duct between
50% presenting by 10 years the foramen cecum of the
of age. tongue base and the
• It occurs as a result of thyroid bed in the visceral
anomalous development space of the infrahyoid
and migration of the thyroid neck.
gland during the fourth • TDC typically presents in
through eighth weeks of children and young
gestation. patients, with an average
age at presentation of 6
years.
65
• Anak 13 tahun keluhan kuning pada mata sejak 3 hari, disertai
panas badan, tidak ada nafsu makan, mual, muntah dan
kencing berwarna seperti teh, buang air besar dempul
• Pasien sering jajan sembarangan
• Suhu tubuh 38,5oC, ikterus, hepatomegali dan nyeri tekan pada
hepar
PROGNOSIS KASUS…
DIAGNOSIS HEPATITIS A DD/ HEPATITIS E
JAWABAN:
B. DAPAT SEMBUH SEMPURNA
• Anak keluhan demam + gejala pencernaan
(mual, muntah, tidak nafsu makan) + ikterik +
BAK teh hepatitis
• BAB seperti dempul akibat penurunan sekresi
bilirubin karena kolestasis intrahepatik
• Adanya riwayat jajan sembarangan
transmisi fekal oral hepatitis A atau E
• HAV maupun HEV tidak memiliki bentuk
kronik, dapat sembuh sempurna (opsi B)
• Kanker hati dan sirosis hepatis infeksi
hepatitis B, C, atau D
Hepatitis
• Inflamasi hepar yang disebabkan oleh berbagai macam penyebab.
• Penyebab hepatitis: autoimun, hepatitis imbas obat, virus, alkohol,
dan lain-lain.
• Virus hepatitis merupakan infeksi sistemik yang dominan
menyerang hepar. Hepatitis jenis ini paling sering disebabkan oleh
virus hepatotropik (virus Hepatitis A, B, C, D, E).
• Incubation periods for hepatitis A range from 15–45 days (mean, 4
weeks), for hepatitis B and D from 30–180 days (mean, 8–12
weeks), for hepatitis C from 15–160 days (mean, 7 weeks), and for
hepatitis E from 14–60 days (mean, 5–6 weeks).
Hepatitis A
• Virus RNA (Picornavirus)
ukuran 27 nm
• Kebanyakan kasus pada usia
<5 tahun asimtomatik atau
gejala nonspesifik
• Rute penyebaran: fekal oral;
transmisi dari orang-orang
dengan memakan makanan
atau
minumanterkontaminasi,
kontak langsung.
• Inkubasi: 2-6 minggu (rata-
rata 28 hari)
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS DEMAM BERDARAH DENGUE
JAWABAN:
C. DEMAM BERDARAH DENGUE DERAJAT II
• Pertama tentukan Demam Dengue atau Demam
Berdarah Dengue? DBD ada plasma leakage
– Anak 5 tahun demam 4 hari dan nyeri sendi serta
lemas + ada hemokonsentrasi (Ht 48%, normal anak 5
tahun 31-37%, kira-kira Ht naik >20%) +
trombositopenia + tanda plasma leakage (efusi pleura)
Demam Berdarah Dengue
• Tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 100x/menit,
napas 22/menit, suhu 38.5oC tidak ada tanda
syok
• Manifestasi perdarahan spontan (mimisan) + tanpa
tanda syok DBD derajat II
• DHF grade III dan IV sudah ada gangguan sirkulasi
DENGUE FEVER (DF) & DENGUE
HEMORRHAGIC FEVER (DHF)
• Disebabkan oleh virus flavivirus dengan 4 serotipe DE-1, DEN-
2, DEN-3, DEN-4 melalui nyamuk aedes aegypti atau aedes
albopictus
• DEN-2 merupakan serotipe yang paling tinggi risiko infeksi
DHF
• Demam akut 2-7 hari dengan 2 atau lebih gejala berikut:
– Nyeri kepala
– Nyeri retroorbita
– Myalgia/arthralgia
– Ruam
– Manifestasi perdarahan
– Leukopenia
Pediatric Vital
Signs
Heart Rate
Age
(beats/min)
Premature 120-170 *
0-3 mo 100-150 *
3-6 mo 90-120 http://web.missouri.edu/~proste/lab/vitals-peds.pdf
6-12 mo 80-120
1-3 yr 70-110
3-6 yr 65-110
6-12 yr 60-95
12 > yr 55-85
Kleigman, R.M., et al. Nelson Textbook of Pediatrics. 19th ed. Philadelphia: Saunders, 2011. 1Soldin, S.J., Brugnara, C., & Hicks, J.M. (1999). Pediatric
* From Dieckmann R, Brownstein D, Gausche-Hill M (eds): Pediatric Education for Prehospital reference ranges (3rd ed.). Washington, DC: AACC Press.
Professionals. Sudbury, Mass, Jones & Bartlett, American Academy of Pediatrics, 2000, pp 43-45. http://wps.prenhall.com/wps/media/objects/354/36284
† From American Heart Association ECC Guidelines, 2000. 6/London%20App.%20B.pdf
67
• Anak 10 tahun keluhan demam sejak 2 hari yang lalu,
nyeri sendi dan nyeri kepala
• Pemeriksaan tanda vital didapatkan TD 110/70 mmHg,
nadi 88x/menit, napas 21x/menit, suhu 38oC
• Petechie pada kedua ekstremitas. Rumple Leed test (+)
PEMERIKSAAN PENUNJANG…
DIAGNOSIS INFEKSI DENGUE
JAWABAN:
B. NS-1
• Anak 10 tahun demam sejak 2 hari yang
lalu, nyeri sendi dan nyeri kepala + petekie
dan rumple leed positif mengarahkan
pada diagnosis infeksi dengue
• Pemeriksaan penunjang karena masih
hari ke-2 demam NS-1
• IgG dan IgM dengue biasanya pada hari ke-
5 demam atau lebih
Pemeriksaan Penunjang
Serologi Dengue
• NS1:
– antigen nonstructural untuk replikasi virus yang dapat dideteksi sejak
hari pertama demam.
– Puncak deteksi NS1: hari ke 2-3 (sensitivitas 75%) & mulai tidak
terdeteksi hari ke 5-6.
FASE PERSALINAN…
DIAGNOSIS G1P0A0 HAMIL 39 MINGGU KALA I FASE
AKTIF
JAWABAN:
D. FASE AKTIF
• Pasien G1P1A0 hamil aterm, nyeri perut
tembus ke punggung sejak 6 jam, darah dan
lendir keluar dari jalan lahir, his 3x10 menit
selama 50 detik, divergen, pembukaan
serviks 5 cm, station +3 inpartu, kala I
fase aktif.
• BUKAN kala 1 fase aktif memanjang
karena tidak ditemukan kriteria lambatnya
pembukaan (<1,2 cm/jam) atau penurunan
kepala (<1 cm/jam)
Kala Persalinan
PERSALINAN dipengaruhi 3 • PEMBAGIAN FASE / KALA
FAKTOR “P” UTAMA PERSALINAN
1. Power Kala 1
His (kontraksi ritmis otot polos Pematangan dan pembukaan
uterus), kekuatan mengejan ibu, serviks sampai lengkap (kala
keadaan kardiovaskular respirasi pembukaan)
metabolik ibu. Kala 2
2. Passage Pengeluaran bayi (kala
Keadaan jalan lahir pengeluaran)
Kala 3
3. Passanger Pengeluaran plasenta (kala uri)
Keadaan janin (letak, presentasi, Kala 4
ukuran/berat janin, ada/tidak Masa 1 jam setelah partus,
kelainan anatomik mayor) terutama untuk observasi
(++ faktor2 “P” lainnya :
psychology, physician, position)
Kala Persalinan: Sifat HIS
Kala 1 awal (fase laten)
• Tiap 10 menit, amplitudo 40 mmHg, lama 20-30 detik. Serviks terbuka sampai 3 cm
• Frekuensi dan amplitudo terus meningkat
Kala 2
• Amplitudo 60 mmHg, frekuensi 3-4 kali / 10 menit.
• Refleks mengejan akibat stimulasi tekanan bagian terbawah menekan anus dan rektum
Kala 3
• Amplitudo 60-80 mmHg, frekuensi kontraksi berkurang, aktifitas uterus menurun.
Plasenta dapat lepas spontan dari aktifitas uterus ini, namun dapat juga tetap
menempel (retensio) dan memerlukan tindakan aktif (manual aid).
Kala Persalinan: Kala I
Fase Laten
• Pembukaan sampai mencapai 3 cm (8 jam)
Fase Aktif
• Pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), berlangsung
sekitar 6 jam
• Fase aktif terbagi atas :
1. Fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4
cm.
2. Fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm
sampai 9 cm.
3. Fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai
lengkap (+ 10 cm).
Persalinan Lama
• Waktu persalinan memanjang karena
kemajuan persalinan yang terhambat.
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS CRACKED NIPPLE
JAWABAN:
A. CRACKED NIPPLE
• Pasien post partum datang dengan keluhan
rasa nyeri tiap menyusui bayinya, payudara
kanan bengkak, puting eritem, serta luka
mengarahkan pada cracked nipple.
• Payudara yang bengkak pada pasien akibat
bendungan payudara akibat retensi/stasis
ASI yang tidak dikeluarkan
• Pilihan B Mastitis tidak dipilih karena pada pasien tidak
terdapat tanda peradangan pada payudara, dan pasien tidak
demam. Bengkak pada payudara pasien menandakan adanya
bendungan payudara akibat ASI yang tidak dikeluarkan
• Pilihan C Abses payudara gejala menyerupai mastitis
ditambah fluktuasi (+)
• Pilihan D Abses sub areola abses yang terjadi pada wanita
tidak menyusui, ditandai dengan bengkaknya area areolar
disertai tanda peradangan, faktor risiko: tindik payudara
(piercing)
• Pilihan E Fistula sub areola adanya fistula atau saluran di
area areolar, dapat terjadi akibat tindik payudara. Bila terinfeksi
dapat menjadi abses subareolar.
Cracked Nipple
• Perawatan puting payudara
– Jangan digosok terlalu keras atau menggunakan sabun
meningkatkan kekeringan dan iritasi
– Apabila basah/terlalu lembab diangin-anginkan
• Tatalaksana
– Gunakan ASI/lanolin/krim untuk melembabkan
– Tetap susui bayi
– Gunakan nipple shield sebagai alternatif terakhir karena
dapat mengurangi produksi ASI
72
HINTS
TATALAKSANA…
DIAGNOSIS HIPEREMESIS GRAVIDARUM
JAWABAN:
A. INFUS NACL 0.9%
• Pasien hamil 12 minggu, datang dengan
keluhan badan lemas, muntah >5x per hari,
penurunan nafsu makan, penurunan berat
badan 2 kg dalam 2 minggu, bibir tampak
kering hiperemesis gravidarum.
• Hipotensi, takikardia (+ lemah), Ketonuria
(+) HEG grade 2.
• Tatalaksana awal yang tepat adalah
rehidrasi dengan infus NaCl 0.9%.
• Tidak diberikan infus D5% sebagai cairan
rehidrasi awal pada hyperemesis
gravidarum dengan hypovolemia karena
dikhawatirkan bisa menyebabkan
ensefalopati Wernicke
Hiperemesis Gravidarum
Definisi
• Keluhan mual,muntah pada ibu hamil yang berat hingga
mengganggu aktivitas sehari-hari.
• Kondisi pada kehamilan yang ditandari dengan mual muntah yang
berat, menurunnya berat badan, dan gangguan elektrolit
• Terjadi pada trimester 1: Mulai setelah minggu ke-6 dan biasanya
akan membaik dengan sendirinya sekitar minggu ke-12
Etiologi
• Hiperemesis gravidarum berkaitan dengan peningkatan hCG, hCG
yang meningkat dapat menyebabkan hipertiroidisme intermiten
karena meningkatkan reseptor hormone TSH
Komplikasi
• Akibat mual muntah → dehidrasi → elektrolit berkurang,
hemokonsentrasi, aseton darah meningkat → kerusakan liver
RCOG. The Management of Nausea and Vomiting of Pregnancy and Hyperemesis Gravidarum. 2016
Faktor Resiko
• Faktor resikonya adalah keadaan apapun yang
menyebabkan hCG meningkat, seperti:
– Obesitas
– Kehamilan gemeli
– Nuliparitas
– Mola hidatidosa
– Riwayat kehamilan dengan hiperemesis
gravidarum
RCOG. The Management of Nausea and Vomiting of Pregnancy and Hyperemesis Gravidarum. 2016
Hiperemesis Gravidarum
Emesis gravidarum:
• Mual muntah pada kehamilan tanpa komplikasi, frekuensi <5 x/hari
• 70% pasien: Mulai dari minggu ke-4 dan 7
• 60% : membaik setelah 12 minggu
• 99% : Membaik setelah 20 minggu
Hyperemesis gravidarum
• Mual muntah pada kehamilan dengan komplikasi
– dehidrasi
– Hiperkloremik alkalosis,
– ketosis
Grade 1 Penurunan nafsu makan, nyeri epigastrium, peningkatan nadi
>100x/menit, tekanan darah menurun, dehidrasi
Grade 2 Apatis, nadi meningkat dan lemah, ikterik, oliguria, hemokonsentrasi,
nafas bau aseton
Grade 3 Syok hipovolemik, Somnolen-Koma, Ensefalopati Wernicke
1. http://student.bmj.com/student/view-article.html?id=sbmj.c6617. 2. http://emedicine.medscape.com/article/254751-overview#a0104. 3.
Bader TJ. Ob/gyn secrets. 3rd ed. Saunders; 2007. 4. Mylonas I, et al. Nausea and Vomiting in Pregnancy. Dtsch Arztebl 2007; 104(25): A 1821–6.
Diagnosis
Buku saku Pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan. Kementerian Kesehatan RI
Terapi Cairan Pada Hiperemesis
Gravidarum Dengan Hipovolemia
• Correct hypovolemia with up to 2 L intravenous Ringer's lactate infused over
three to five hours, supplemented with appropriate electrolytes and vitamins.
• Isotonic saline is used to treat hyponatremia in hypovolemic patients with
minimal or no symptoms and serum sodium levels >120 mEq/L who are at low
risk of complications from untreated hyponatremia or from excessive rapid
correction of hyponatremia such as osmotic demyelination syndrome (cerebral
edema and neurologic symptoms).
• After initial replacement fluid therapy with Ringer's lactate, we administer
dextrose 5 percent in 0.45 percent saline with 20 mEq potassium chloride at 150
mL/hour to patients with normal potassium levels (hypokalemia is discussed
below).
– It is prudent to avoid use of dextrose in the initial replacement fluid because of the
theoretical concern of inducing Wernicke's encephalopathy from dextrose infusion in
a thiamine-deficient state
https://www.uptodate.com/contents/treatment-and-outcome-of-nausea-and-vomiting-of-
pregnancy?search=hyperemesis%20gravidarum&source=search_result&selectedTitle=1~137&usage_type=default&display_rank=1
#H21389638
73
HINTS
DERAJAT ROBEKAN…
DIAGNOSIS RUPTUR PERINEUM
JAWABAN:
A. GRADE I
• Pasien post partum 3 hari, masih
mengalami perdarahan. Pada pemeriskaan
ditemukan robekan mukosa vagina, mukosa
perineum dan sfingter ani masih intak
sesuai dengan ruptur perineum grade I.
I Luasnya robekan hanya sampai mukosa vagina, komisura
posterior tanpa mengenai kulit perineum. Tidak perlu
dijahit jika tidak ada perdarahan dan posisi luka baik
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS MOLA HIDATIDOSA
JAWABAN:
B. MOLA HIDATIDOSA
• Pasien mengalami perdarahan per vaginam
sejak beberapa hari, hamil 2 bulan, plano
test (+), USG abdomen menunjukkan snow
storm appearance mengarahkan pada
kehamilan mola.
• Pemeriksaan PA menunjukkan villi
membesar, cysterna villi, dan hipertrofi
trofoblas mengarahkan pada mola
hidatidosa.
• Pilihan A Mola invasif tidak dipilih karena pada
temuan patologi akan terdapat infiltrasi vili hingga ke
miometrium.
• Pilihan C Koriokarsinoma ditandai dengan adanya
anaplastik sitotrofoblas dan syncytiotrophoblast tanpa
vili korionik.
• Pilihan E Placental site nodule merupakan sisa
implantasi plasenta dari kehamilan yang lalu, ditandai
dengan adanya trofoblas non-neoplastik jenis
intermediate trofoblas yang biasanya berlokasi di area
endoserviks atau endometrium (histologi nodul berbatas
tegas dikelilingi sel inflamasi kronik)
Mola Hidatidosa
• Definisi
– Latin: Hidatid tetesan air, Mola Bintik
T I P E KO M P L I T T I P E PA R S I A L
• Perdarahan pervaginam setelah • Seperti tipe komplit hanya lebih
amenorea
ringan
• Uterus membesar secara abnormal dan
menjadi lunak • Biasanya didiagnosis sebagai
• Hipertiroidism aborsi inkomplit/ missed abortion
• Kista ovarium lutein • Uterus kecil atau sesuai usia
• Hiperemesis dan pregnancy induced kehamilan
hypertension
• Peningkatan hCG 100,000 mIU/mL • Tanpa kista lutein
TINDAKAN…
DIAGNOSIS G1P0A0 HAMIL 38 MINGGU KALA 2 LAMA
JAWABAN:
C. SECTIO CAESARIA
• Pasien hamil 38 minggu, belum partus
setelah 20 jam di bidan, pemeriksaan:
pembukaan lengkap, UUK arah jam 3 hodge
III, vulva bengkak dan hiperemis.
• Pasien mengalami kala 2 dengan ganguan
passage (jalan lahir bengkak dan
hiperemis) tatalaksana yang tepatuntuk
kondisi tersebut adalah sectio caesaria.
• Pilihan A dan B tidak tepat karena sudah
terdapat edema vulva dan hiperemis, dapat
memperburuk perdarahan jalan lahir bila
dilakukan persalinan per vaginam.
Sectio Caesarea
• Prosedur bedah untuk kelahiran janin dengan insisi melalui abdomen
dan uterus, disebut juga histerotomia untuk melahirkan janin dari
dalam rahim
• Indikasi
– Plasenta Previa sentralis dan lateralis(posterior)
– Panggul Sempit(Panggul dengan CV 8 cm dapat dipastikan tidak dapat
melahirkan pervaginam, 8-10 cm boleh dicoba dengan partus percobaan,
baru setelah gagal dilakukan seksio caesaria sekunder
– Disproporsi sefalo-pelvik(ketidak seimbangan antara ukuran kepala dan
panggul)
– Ruptura uteri mengancam
– Partus Lama
– Partus Lama(prolonged labor)
– Partus Tak Maju
– Distosia servik
– Pre-eklampsia dan hipertensi
Sectio Caesarea: Indikasi
• Malpresentasi janin:
– Letak Lintang
Semua primigravida dengan letak janin lintang harus
ditolong dengan operasi seksio sesaria
– Letak Bokong, dianjurkan seksio sesaria bila:
• Panggul sempit
• Primigravida
• Janin besar dan Berharga
• Presentasi dahi dan muka(letak defleksi) bila reposisi dan cara-cara
lain tidak berhasil
• Presentasi rangkap, bila reposisi tidak berhasil
• Gemelli
Sectio Caesarea: Kontra Indikasi
Kontra Indikasi Absolut Kontra Indikasi Relatif
1. Pasien menolak 1. Infeksi sisitemik (sepsis,
2. Infeksi pada tempat suntikan bakteremia)
3. Hipovolemia berat, syok 2. Infeksi sekitar suntikan
4. Koagulapati atau mendapat 3. Kelainan neurologis
terapi antikagulan
4. Kelainan psikis
5. TIK meninggi
5. Bedah lama
6. Fasilitas resusitasi minimal
6. Penyakit jantung
7. Kurang pengalaman/ tanpa
didampingi konsultan 7. Hipovolemia ringan
anesthesia. 8. Nyeri punggung kronis
78
HINTS
http://www.cdc.gov/std/tg2015/syphilis-pregnancy.htm
Sifilis Pada Kehamilan: Tatalaksana
Sifilis Pada Kehamilan: Tatalaksana
https://www.uptodate.com/contents/syphilis-in-pregnancy#H1972014971
79
HINTS
PENGOBATAN…
DIAGNOSIS PIELONEFRITIS DALAM KEHAMILAN
JAWABAN:
A. CEFTRIAKSON
• Pasien hamil dengan keluhan nyeri perut
kanan atas sejak dua hari an glalu, demam
(+), mual (+), muntah (+), nyeri pinggang
(+). Nyeri ketok CVA (+) mengarahkan
pada pielonefritis dalam kehamilan.
• Antibiotik untuk pielonefritis akut yang
dapat digunakan selama kehamilan adalah
golongan Sefalosporin, sehingga jawaban
yang tepat adalah A. Seftriakson.
• Tidak dipilih B, karena pada pasien ini tidak jelas
usia kehamilannya, sedangkan Kotrimoksazol
sebaiknya dihindari pada trrimester pertama dan
ketiga
• Lefofloxacin merupakan golorang fluoroquinolone
yang sebaiknya tidak digunakan selama kehamilan
• Mefloquin merupakan obat untuk profilaksis
malaria dalam kehamilan
• Metronidazole merupakan obat utk infeksi parasite
seperti amubiasis dan trikomoniasis; serta infeksi
BV
Urinary tract infection in Pregnancy
• Urinary tract infections (UTIs) are common in
pregnant women.
• By convention, UTI is defined either as a
lower tract (acute cystitis) or upper tract
(acute pyelonephritis) infection
• As in nonpregnant women, Escherichia coli is
the predominant uropathogen found in both
asymptomatic bacteriuria and UTI in pregnant
women
Acute pyelonephritis
• Acute pyelonephritis during pregnancy is suggested by the presence of flank
pain, nausea/vomiting, fever (>38ºC), and/or costovertebral angle tenderness, with
or without the typical symptoms of cystitis, and is confirmed by the finding of
bacteriuria in the setting of these symptoms.
• Pregnant women may become quite ill and are at risk for both medical (eg, sepsis,
respiratory failure) and obstetrical complications from pyelonephritis
• Management of acute pyelonephritis :
– hospital admission for parenteral antibiotics, preferably broad spectrum beta-lactams
(table 2).
– Antibiotic therapy can be converted to an oral regimen tailored to the susceptibility
profile of the isolated organism following clinical improvement.
– Oral options are generally limited to beta-lactams or, if in the second
trimester, trimethoprim-sulfamethoxazole. Following the treatment course, suppressive
antibiotics are typically used for the remainder of the pregnancy to prevent recurrence.
• It is generally accepted that penicillins (with or without beta-lactamase inhibitors),
cephalosporins, aztreonam, and fosfomycin are safe in pregnancy. Because of
possible but uncertain associations with adverse birth outcomes, we generally
avoid nitrofurantoin during the first trimester and trimethoprim-
sulfamethoxazole during the first trimester and near term unless no other options
are available.
81
HINTS
PENYEBAB…
DIAGNOSIS HPP EC RUPTUR PERINEUM
JAWABAN:
C. PRIMIGRAVIDA DAN MAKROSOMIA
• Perdarahan post partum umumnya disebabkan oleh
robekan jalan lahir (tear), sisa plasenta (tissue), gangguan
pembekuan darah (thrombin), kontraksi uterus yang
lemah (tone), dan inversio uteri.
• Pada soal, plasenta sudah lahir lengkap, uterus sudah
mengecil, dengan laserasi perineum hingga ke otot
perineum. Berdasarkan keterangan pada soal
kemungkinan diagnosis pada pasien ini adalah perdarahan
post partum ec rupture perineum grade 3.
• Ruptur perineum pada pasien ini disebabkan oleh berat
janin yang besar yaitu 4000 gram (makrosomia) sehingga
menyebabkan robekan pada jalan lahir.
• Primigravida penggunaan alat bantu persalinan (vakum
dan forsep) juga bisa menjadi faktor risiko rupture
perineum
• Pada soal tidak dipilih piliha E Primigravida dan
Persalinan dengan alat bantu karena pada
uraian tidak ada keterangan jika pasien dibantu
dengan forcep atau vakum
• Preterm, BBLR, dan aterm bukan merupakan
faktor risiko robekan perineum
Perineal laceration
• What causes maternal injuries from childbirth?
• These injuries happen when the baby's head or
shoulders tear the perineum during birth. The
tears are more likely to happen if:
– The baby is very large
– The mother is giving birth for the first time
– The doctor or midwife helps pull the baby out with a
device that holds onto the baby's head (eg. using
vacuum or forcep). This might be done if the baby gets
partly stuck in the birth canal.
Penatalaksanaan laserasi jalan lahir
• Menghindari atau mengurangi dengan menjaga jangan
sampai dasar panggul didahului oleh kepala janin
dengan cepat.
• Kepala janin yang akan lahir jangan ditahan terlampau
kuat dan lama, karena akan menyebabkan asfiksia dan
perdarahan dalam tengkorak janin, dan melemahkan
otot-otot dan fasia pada dasar panggul karena
diregangkan terlalu lama.
• Penatalaksanaan farmakologis:
– Dosis tunggal sefalosporin golongan II atau III dapat
diberikan intravena sebelum perbaikan dilakukan (untuk
ruptur perineum yang berat).
Manajemen Ruptur Perineum
• Ruptur perineum harus segera diperbaiki untuk meminimalisir risiko
perdarahan, edema, dan infeksi. Manajemen ruptur perineum
untuk masing-masing derajatnya, antara lain sebagai berikut :
– a. Derajat I
• Bila hanya ada luka lecet, tidak diperlukan penjahitan. Tidak usah menjahit
ruptur derajat I yang tidak mengalami perdarahan dan mendekat dengan baik.
• Penjahitan robekan perineum derajat I dapat dilakukan hanya dengan
memakai catgut yang dijahitkan secara jelujur (continuous suture) atau
dengan cara angka delapan (figure of eight).
– b. Derajat II
• Ratakan terlebih dahulu pinggiran robekan yang bergerigi, dengan cara
mengklem masing-masing sisi kanan dan kirinya lalu dilakukan pengguntingan
untuk meratakannya.
• Setelah pinggiran robekan rata, baru dilakukan penjahitan luka robekan.
– c. Derajat III dan IV
• Dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki dokter spesialis
obstetric dan ginekologi.
82
HINTS
• Pemeriksaan
• Risiko plasenta akreta >> pada
kehamilan dengan plasenta previa
• USG: >> lakuna plasenta pada 15-20
minggu gambaran moth-eaten atau
swiss cheese = plasenta akreta
http://www.acog.org/Resources-And-Publications/Committee-Opinions/Committee-on-
Obstetric-Practice/Placenta-Accreta
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12820840
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/27936997
https://elearning.rcog.org.uk/sites/default/files/Fetal%20growth%20restriction/bjog_200
8_quinton_etal_iugr_smoking.pdf
Antepartum Hemorrhage Clinical
Assesment
1. The primary survey should follow the structured approach of
airway (A), breathing (B) and circulation (C).
– Following initial assessment and resuscitation, causes for haemorrhage
or collapse should be sought.
– All women presenting with APH should have their pulse and blood
pressure recorded.
2. Abdominal palpation
– The woman should be assessed for tenderness or signs of an acute
abdomen.
• The tense or ‘woody’ feel to the uterus on abdominal palpation indicates a
significant abruption.
• Abdominal palpation may also reveal uterine contractions.
• A soft, non-tender uterus may suggest a lower genital tract cause or bleeding
from placenta or vasa praevia.
Antepartum Hemorrhage Clinical
Assesment
3. Speculum examination
– A speculum examination can be useful to identify cervical
dilatation or visualise a lower genital tract cause for the APH.
4. Digital vaginal examination
– If placenta praevia is a possible diagnosis (for example, a
previous scan shows a low placenta, there is a high presenting
part on abdominal examination or the bleed has been painless),
digital vaginal examination should not be performed until an
ultrasound has excluded placenta praevia.
– Digital vaginal examination can provide information on cervical
dilatation if APH is associated with pain or uterine activity.
Antepartum Haemorrhage. 2011. Royal College of Obstretricians and gynaecologists
Blood Tests in Antepartum
Hemorrhage
• In cases of major or massive haemorrhage, blood should be analysed for
full blood count and coagulation screen and 4 units of blood cross-
matched.
• Urea, electrolytes and liver function tests should be assayed.
• The initial haemoglobin may not reflect the amount of blood lost and
therefore clinical judgement should be used when initiating and calculating
the blood transfusion required.
• In such circumstances a point of care test (‘bedside test’) to assess
haemoglobin may be useful.
• The platelet count, if low, may indicate a consumptive process seen in
relation to significant abruption; this may be associated with a
coagulopathy.
• In minor haemorrhage, a full blood count and group and save should be
performed. A coagulation screen is not indicated unless the platelet count
is abnormal.
• In all women who are RhD-negative, a Kleihauer test should be performed
to quantify FMH to gauge the dose of anti-D Ig required.
Ultrasound in Antepartum
Hemorrhage
• Women presenting with APH should have an
ultrasound scan performed to confirm or
exclude placenta praevia if the placental site
is not already known.
• Ultrasound scanning is well established in
determining placental location and in the
diagnosis of placenta praevia.
• The sensitivity of ultrasound for the detection
of retroplacental clot (abruption) is poor.
FetalI nvestigation in Antepartum
Hemorrhage
• An assessment of the fetal heart rate should be performed,
usually with a cardiotocograph (CTG) in women presenting
with APH once the mother is stable or resuscitation has
commenced, to aid decision making on the mode of
delivery.
• Whenever possible, CTG monitoring should be performed
where knowledge of fetal condition will influence the
timing and mode of delivery.
• APH, particularly major haemorrhage and that associated
with placental abruption, can result in fetal hypoxia and
abnormalities of the fetal heart rate pattern.
– If the fetal heart rate cannot be heard on auscultation, then an
ultrasound scan should be performed to exclude an intrauterine
fetal death.
Plasenta Previa:Previa:
Plasenta Tatalaksana
Tatalaksana
Inspekulo + USG + Koreksi cairan dengan infus (NaCl 0,9% atau RL)
Depkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Bakti Husada
Tatalaksana Plasenta Previa
Tatalaksana Umum
• PERHATIAN! Tidak dianjurkan melakukan pemeriksaan
dalam sebelum tersedia kesiapan untuk seksio sesarea.
Pemerik¬saan inspekulo dilakukan secara hati-hati, untuk
menentukan sumber perdarahan.
• Perbaiki kekurangan cairan/darah dengan infus cairan
intravena (NaCl 0,9% atau Ringer Laktat).
• Lakukan penilaian jumlah perdarahan.
• Jika perdarahan banyak dan berlangsung, persiapkan seksio
sesarea tanpa memperhitungkan usia kehamilan
• Jika perdarahan sedikit dan berhenti, dan janin hidup tetapi
prematur, pertimbangkan terapi ekspektatif
Terapi Konservatif
• Agar janin tidak terlahir prematur dan upaya diagnosis dilakukan secara non-invasif.
• Syarat terapi ekspektatif:
– Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti dengan atau
tanpa pengobatan tokolitik
– Belum ada tanda inpartu
– Keadaan umum ibu cukup baik (kadar Hb dalam batas normal)
– Janin masih hidup dan kondisi janin baik
• Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotika profilaksis.
• Lakukan pemeriksaan USG untuk memastikan letak plasenta.
• Berikan tokolitik bila ada kontraksi:
– MgSO4 4 g IV dosis awal dilanjutkan 4 g setiap 6 jam, atau Nifedipin 3 x 20 mg/hari
– Pemberian tokolitik dikombinasikan dengan betamethason 12 mg IM dosis
tunggalselama 2 hari untuk pematangan paru janin
• Perbaiki anemia dengan sulfas ferosus atau ferous fumarat per oral 60 mg selama 1 bulan.
• Pastikan tersedianya sarana transfusi.
• Jika perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama, ibu dapat
dirawat jalan dengan pesan segera kembali ke rumah sakit jika terjadi perdarahan.
Terapi aktif
• Rencanakan terminasi kehamilan jika:
– Usia kehamilan cukup bulan
– Janin mati atau menderita anomali atau keadaan yang mengurangi
kelangsungan hidupnya (misalnya anensefali)
– Pada perdarahan aktif dan banyak, segera dilakukan terapi aktif tanpa
memandang usia kehamilan
– Jika terdapat plasenta letak rendah, perdarahan sangat sedikit, dan presentasi
kepala pemecahan selaput ketuban dan persalinan pervaginam masih
dimungkinkan. Jika tidak, lahirkan dengan seksio sesarea
• Jika persalinan dilakukan dengan seksio sesarea dan terjadi perdarahan
u
PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA LAKSANA KERJA MAJELIS KEHORMATAN ETIK KEDOKTERAN, IDI, 2008
Intisari KODEKI
KEWAJIBAN UMUM KEWAJIBAN THD PASIEN KEWAJIBAN THD DIRI SENDIRI & TS
menjunjung tinggi, menghayati dan ..wajib merujuk jika tidak setiap dokter harus memelihara
mengamalkan sumpah dokter (pasal mampu, atas persetujuan kesehatannya supaya dapat
1) pasien(pasal 14) bekerja dengan baik (pasal 20)
Seorang dokter wajib selalu setiap dokter wajib merahasiakan setiap dokter harus senantiasa
melakukan pengambilan keputusan segala sesuatu yang diketahuinya mengikuti perkembangan ilmu
profesional secara independen, dan tentang seorang pasien , bahkan pengetahuan dan teknologi
mempertahankan perilaku juga setelah pasien itu meninggal kedokteran/kesehatan (psl 21)
profesional dalam ukuran yang dunia (pasal 16)
tertinggi. (pasal 2) setiap dokter memperlakukan
setiap dokter wajib melakukan teman sejawat nya sebagaimana
dalam melakukan pekerjaannya pertolongan darurat sbg suatu ia sendiri ingin diperlakukan
seorang dokter tidak boleh tugas perikemanusiaan, kecuali (pasal 18)
dipengaruhi oleh sesuatu yang bila ia yakin ada orang lain
mengakibatkan hilangnya bersedia dan mampu
kebebasan & kemandirian profesi memberikannya (pasal 17)
(pasal 3)
Medical
Error
PREVENTABLE
• Kesalahan nakes
Pasien cedera ADVERSE MALPRAKTIK
• Dapat dicegah
• Karena berbuat (commission) EVENT
• Karena tdk berbuat
(ommision)
Acceptable
Risk
Simpul tali, biasanya hanya satu simpul yang Simpul tali biasanya lebih dari satu pada bagian
3
letaknya pada bagian samping leher depan leher dan simpul tali tersebut terikat kuat
Tangan tidak dalam keadaan terikat, karena sulit Tangan yang dalam keadaan terikat mengarahkan dugaan pada
7
untuk gantung diri dalam keadaan tangan terikat kasus pembunuhan
Tanda-tanda perlawanan, tidak ditemukan pada Tanda-tanda perlawanan hampir selalu ada kecuali jika korban
10
kasus gantung diri sedang tidur, tidak sadar atau masih anak-anak.
PENGGANTUNGAN ANTEMORTEM VS POSTMORTEM
NO PENGGANTUNGAN ANTEMORTEM PENGGANTUNGAN POSTMORTEM
Tanda jejas jeratan miring, berupa lingkaran Tanda jejas jeratan biasanya berbentuk lingkaran utuh
2 terputus (non-continuous) dan letaknya pada (continuous), agak sirkuler dan letaknya pada bagian
leher bagian atas leher tidak begitu tinggi
Simpul tali biasanya tunggal, terdapat pada Simpul tali biasanya lebih dari satu, diikatkan dengan
3
sisi leher kuat dan diletakkan pada bagian depan leher
20 30 2 6 8 12 24 36
0 mnt mnt jam jam jam jam jam jam
Budiyanto A dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Indonesia.
TANATOLOGI FORENSIK
MEKANISME KEMATIANNYA…
DIAGNOSIS TRAUMA LISTRIK
JAWABAN:
B. ARITMIA KORDIS
• Listrik dengan daya besar dapat
menyebabkan kematian karena luka bakar
secara luas merusak jaringan tubuh
• Akan tetapi pada soal luka bakar bersifat
kecil karena hanya pada tangan korban, jadi
lebih dipilih kemungkinan terjadi aritmia
jantung berupa fibrilasi ventrikel yang
membuat korban meninggal
LUKA LISTRIK
Ada 2 jenis tenaga listrik yang dapat menimbulkan
luka listrik yaitu :
• Tenaga listrik alam seperti petir dan kilat.
• Tenaga listrik buatan meliputi arus listrik searah
(DC) seperti telepon (30-50 volt) dan tram listrik
(600-1000 volt) dan arus listrik bolak-balik (AC)
seperti listrik rumah, pabrik, dll
Pemeriksaan Luar Luka Listrik
• Current mark berbentuk oval, kuning atau coklat keputihan atau coklat
kehitaman atau abu-abu kekuningan dikelilingi daerah kemerahan dan
edema sehingga menonjol dari jaringan sekitarnya (daerah halo).
• Sepatu korban dan pakaian dapat terkoyak.
• Tanda yang lebih berat yaitu kulit menjadi hangus arang, rambut ikut
terbakar, tulang dapat meleleh dengan pembentukan butir kapur/kalk
parels terdiri dari kalsium fosfat.
• Endogenous burn/Joule burn terjadi jika kontak dengan tubuh lama
sehingga bagian tengah yang dangkal dan pucat pada electric mark dapat
menjadi hitam dan hangus terbakar
• Exogenous burn dapat terjadi bila tubuh terkena arus listrik tegangan
tinggi yang sudah mengandung panas, sehingga tubuh akan hangus
terbakar dengan kerusakan yang sangat berat dan tidak jarang disertai
dengan patahnya tulang-tulang .
Electrocution
• Daya listrik yang besar dapat membuat
kerusakan jaringan berupa luka bakar,
namun yang paling sering terjadi adalah
fibrilasi jantung dan henti jantung.
• Efek listrik ke saraf berupa neuropati perifer,
pada pasien yang tidak tewas tersengat
listrik, dapat terjadi neuropati terutama
pada area masuknya listrik
Leslie Alexander Geddes, Rebecca A. Roeder, Handbook of Electrical Hazards and
Accidents Lawyers & Judges Publishing Company, 2006
94
• Seorang pasien anak dirawat di rumah sakit karena batuk dan
demam.
• Orang tua pasien merasa dokter yang merawat kurang ramah
dan tidak memberikan informasi tentang diagnosis anak
mereka.
• Mereka ingin berpindah rumah sakit dan meminta data medis
dari dokter untuk pindah ke rumah sakit lain.
• Luka sayat: Akibat kekerasan tajam yang bergerak k.l sejajar dengan
permukaan kulit. Panjang luka jauh melebihi dalamnya luka.
Brown L, Denmark TK, Wittlake WA, Vargas EJ, Watson T, Crabb JW. Procedural sedation use in the ED: management
of pediatric ear and nose foreign bodies. Am J Emerg Med. 2004 Jul. 22(4):310-4
Penatalaksanaan Benda Asing Hidung
• Jika objeknya dapat tervisualisasi dan berbentuk
tidak bulat, maka instrument langsung dapat
digunakan, seperti alligator forsep
Brown L, Denmark TK, Wittlake WA, Vargas EJ, Watson T, Crabb JW. Procedural sedation use in the ED: management
of pediatric ear and nose foreign bodies. Am J Emerg Med. 2004 Jul. 22(4):310-4
Penatalaksanaan Benda Asing Hidung
• Untuk Benda asing yang besar dan oklusif
dapat digunakan tekanan positif untuk
mendorong benda keluar
Brown L, Denmark TK, Wittlake WA, Vargas EJ, Watson T, Crabb JW. Procedural sedation use in the ED: management
of pediatric ear and nose foreign bodies. Am J Emerg Med. 2004 Jul. 22(4):310-4
Komplikasi akibat benda asing hidung
Epistaxis adalah komplikasi yang paling sering, namun
dapat menghilang hanya dengan kompresi.
Benda asing dapat menyebabkan peradangan, kerusakan
mukosa yang menyebar ke struktur di sekitarnya.
Komplikasi dapat muncul berupa:
• Sinusitis
• Perforasi Septum
Kiger JR, Brenkert TE, Losek JD. Nasal foreign body removal in children. Pediatr Emerg Care. 2008
Nov. 24(11):785-92; quiz 790-2.
97
• Laki-laki, 35 tahun, keluhan nyeri pada leher sejak 2 hari
yang lalu.
• Keluhan disertai nyeri menelan sehingga pasien tidak
dapat makan dan minum, mulut tidak bisa terbuka dan
demam.
• Pemeriksaan fisik didapatkan tonsil t1-t4, hiperemis dan
edema, peritonsil hiperemis dan edema, uvula ke arah
kanan, faring tidak dapat di evaluasi.
KOMPLIKASI…
DIAGNOSIS ABSES PERITONSIL
JAWABAN:
D. ABSES PARAFARING
• Diagnosis abses peritonsil atau disebut juga
abses Quinsy karena terdapat gejala tonsillitis
(nyeri menelan, tonsil t1-t4, hiperemis dan
edema), disertai dengan gejala nyeri pada leher,
trismus (mulut tidak bisa terbuka ), demam, dan
PF didapatkan RR: 24x/m. Pemeriksaan fisik
didapatkan tonsil t1-t4, hiperemis dan edema,
peritonsil hiperemis dan edema, uvula ke arah
kanan
• Secara epidemiologis, komplikasi tersering dari
abses peritonsil abses parafaring
• Maka dipilih jawaban D. Abses parafaring
98
• Anak perempuan, usia 8 tahun, keluhan penurunan
pendengaran telinga kanan sejak beberapa hari terakhir
ini.
• Pada pemeriksaan didapatkan adanya cerumen.
• Hasil pemeriksaan garpu tala didapatkan rinne (+) kanan,
Weber lateralisasi ke kanan, swabach memanjang.
JENIS KETULIAN…
DIAGNOSIS TULI KONDUKSI
JAWABAN:
A. TULI KONDUKSI
• Jenis ketulian yang dialami pasien tuli konduktif
karena terdapat keluhan penurunan pendengaran
telinga kanan sejak beberapa hari terakhir ini, ada
cerumen dan hasil pemeriksaan garpu tala didapatkan
rinne (+) kanan, Weber lateralisasi ke kanan, swabach
memanjang.
• Tuli konduktif dibawah 30 dB, dapat memberikan hasil
Rinne (+)
• Tuli konduktif pada pasien ini kemungkinan karena
adanya serumen
• Tidak dipilih Tuli campuran karena Tuli campuran tidak
dapat didiagnosis dengan uji penala
• Maka jawaban yang tepat adalah A. Tuli konduktif
• Pilihan B biasanya dapat diperiksa dari
pemeriksaan audiogram.
• Pilihan C didapatkan weber lateralisasi ke
telinga yang sehat.
• Pilihan D adanya faktor risiko berupa
paparan bising.
• Pilihan E didapatkan ketulian sejak lahir.
Uji Penala
• Cara Pemeriksaan :
– Tes Rinne penala digetarkan, tangkainya diletakkan pada prosesus
mastoid, setelah tidak terdengar penala diletakkan depan telinga
• Positif (+) bila masih terdengar
• Negatif (-) bila tidak terdengar
– Tes Weber penala digetarkan dan tangkai penala dilerakkan di garis
tengah kepala
– Tes Swabach penala digetarkan, tangkai penala diletakkan pada
prosesus mastoideus sampai tidak terdengar bunyi, lalu segera pindahkan
pada prosesus mastoid pemeriksa.
• Memendek bila pemeriksa masih mendengar
• Jika pemeriksa tidak mendengar maka penala digetarkan pada processus mastoid
pemeriksa lebih dulu. Sampai tidak terdengar bunyi, tangkai penala segera
dipindahkan pada proc mastoideus telinga pasien, bila pasien masih dapat
mendengar bunyi maka swabach pasien memanjang.
Tes Penala
Rinne Weber Schwabach
Sources: Soepardi EA, et al, editor. Buku Ajar Ilmu THT-KL. Ed 6. Jakarta: FKUI. 2009
99
• Laki-laki, 40 tahun, keluhan penurunan pendengaran
terutama telinga kiri.
• Pasien merupakan pekerja pabrik dan tidak pernah memakai
APD karena tidak disediakan.
• Pasien telah bekerja selama kurang lebih 10 tahun.
• Saat ini pasien kesulitan mendengar, terutama pada suasana
ramai.
PEMERIKSAAN…
DIAGNOSIS NIHL
JAWABAN:
C. RINNE (+), SCHAWABACH MEMENDEK, WEBBER
LATERALISASI KANAN
• Diagnosis pasien adalah Tuli akibat Bising
(NIHL) keluhan penurunan pendengaran
terutama telinga kiri, pekerja pabrik yang
tidak pernah memakai APD, telah bekerja
selama 10 tahun + cocktail party deafness
(kesulitan mendengar, terutama pada
suasana ramai)
• NIHL termasuk dalam tuli sensorineural,
maka hasil penala yang benar adalah Rinne
(+), Schawabach memendek, Webber
lateralisasi kanan Pilihan Jawaban C
• Pilihan A hasil pemeriksaan penala pada tuli
konduktif.
Tuli akibat bising (NIHL = Noise
Induced Hearing Loss)
• Kerusakan bagian organ Corti : membran, stereosilia, sel rambut,
• Klinis:
– pendengaran terganggu biasanya bilateral
– Telinga berdenging
– Riwayat terpajan bising dalam jangka waktu lama
– Bising > 85 dB >8 jam perhari atau 40 jam perminggu
– Pada gangguan pendengaran cukup berat, sukar menangkap percakapan
– Uji Penala : R: +, W : tak ada lateralisasi, atau lateralisasi ke sisi yg lebih baik
(tuli sensorineural)
– Audiogram : tuli sensorineural, penurunan pada frek 3000- 6000Hz, terdapat
takik pd frek 4000Hz (“Kahart Notch”)
– Audiometri tutur : gangguan diskriminasi wicara
• Pencegahan NIHL Hearing Conversation Program:
– Pemeriksaan berkala audiometri tiap 6 bulan pada populasi berisiko
– Penggunaan hearing protection (ear plug, ear muff)
Audiogram
100
• Wanita, berusia 20 tahun, keluhan nyeri telinga
kanan sejak 4 hari.
• Pada pemeriksaan daerah telinga didapatkan
vesikel dengan dasar eritem multipel di sekitar
aurikula, terasa nyeri.
KOMPLIKASI…
DIAGNOSIS HERPES ZOSTER OTIKUS
JAWABAN:
D. PARESE N VII
• Diagnosis pasien Herpes zoster otikus
karena terdapat keluhan nyeri telinga kanan
dan ditemukan vesikel dengan dasar eritem
multipel di sekitar aurikula yang terasa
nyeri.
• Komplikasi yang terjadi pada herpes zoster
otikus adalah sindrom Ramsay hunt, tapi
tidak ada dipilihan jawaban
• Pada sindrom Ramsay hunt, salah satu
gejala yang terjadi adalah parese N. VII,
sehingga dipilih jawaban D. Parese N. VII
• Pilihan A paralisis ipsilateral N. VII, sering
bersifat idiopatik, atau terkait virus herpes
simplex (bukan akibat herpes zoster otikus)
• Pilihan B komplikasi dari infeksi kulit akibat
virus herpes zoster
Herpes Zoster Otikus
• Etiologi
Reaktivasi infeksi virus
varicella zoster pada
telinga dalam, telinga
tengah atau telinga luar.
• Manifestasi klinis
Otalgia berat
Erupsi vesikular pada
kanalis eksternus dan
pinna
• Komplikasi
Ramsay Hunt syndrome
Ramsay Hunt Syndrome
• Definisi
Infeksi virus herpes terlokalisasi yg
melibatkan nervus VII dan ganglia
genikulatum sehingga menyebabkan
hilangnya pendengaran, vertigo dan
paralisis nervus fasialis.
• Manifestasi klinis
Adanya vesikel pada
Pinna
Canalis auditorius eksternus
Distribusi nervus fasialis
Paralisis wajah pd sisi yg terkena
Gejala auditori dpt berupa tinnitus, tuli, vertigo
dan nystagmus.
Ramsay Hunt Syndrome
Tatalaksana akut Tatalaksana Kronis
Acyclovir (800 mg PO five times Duloxetine and amitriptyline are
qd for 10 days), famciclovir (500 effective in postherpetic pain.
mg tid for 7 days), or Other agents for postherpetic
valacyclovir (1 g q8h for 7 days) pain include gabapentin and
may hasten pregabalin.
healing. Narcotic analgesics may
Use of prednisone (60 mg PO qd occasionally be necessary.
for 7 days or on a tapering
regimen, 40 mg PO for 2 days, 30
mg for 7 days, followed by
tapering course) is
recommended by some authors
but its use remains controversial.
Analgesics should be used as
indicated.
“We Build Doctors”