126
Cedera kepala berat (CKB) GCS 3 – 8.
Glasgow Coma Score (GCS) digunakan sebagai alat bantu diagnosis untuk
menentukan tingkat kegawatan pasien cedera kepala saat datang di Rumah
Sakit. Dalam perkembangannya GCS dapat juga digunakan sebagai evaluasi
dan prediksi perkembangan pasien cedera kepala selama perawatan. Adanya
perbaikan GCS dalam kurun waktu tertentu setelah cedera kepala dapat
menilai keadaan pasien.
CEDERA KEPALA
---------------------------------------------------------------------------------------------------
RD-Collection 2002
Penilaian perbaikan GCS pasien cedera kepala dapat dikelompokkan menjadi :
Cedera kepala adalah masalah yang umum terjadi pada suatu trauma. Cedera kepala
sering terjadi pada usia muda dan produktif di masyarakat. Dalam penanganan 1. Perbaikan cepat Jika terjadi kenaikan 4 skor GCS dalam 24 jam
cedera kepala diperlukan evaluasi yang ketat sejak pasien ditempat kejadian sampai 2. Perbaikan sedang Jika terjadi kenaikan 4 skor GCS dalam 3 hari
keluar dari Rumah Sakit. Pengelolaan yang tepat dapat menurunkan angka
morbiditas dan mortalitas akibat cedera kepala. Glasgow Coma Score (GCS) 3. Perbaikan Lambat Jika terjadi kenaikan 4 skor GCS dalam 7 hari
sebagai alat bantu diagnosis cedera kepala sudah diterima dalam standar. GCS 4. Perbaikan sangat lambat Jika terjadi kenaikan 4 skor GCS lebih dari 7 hari.
juga dapat digunakan sebagai alat evaluasi tingkat kesadaran dan prediksi cedera
kepala. Penilaian GCS meliputi respon membuka mata, respon bicara/verbal, dan respon
Menurut data dari National Health Interview Survey (NHIS) di Amerika pada tahun motorik. Masing-masing respon tersebut mempunyai nilai sebagai berikut:
1990 terdapat 1,97 juta lebih kasus cedera kepala, dengan 373 ribu kasus
memerlukan perawatan di Rumah Sakit dan 75 ribu kasus berakhir dengan kematian. JENIS PEMERIKSAAN SKOR
Penyebab utama cedera kepala berasal dari kecelakaan lalu-lintas (KLL) yaitu 60 –
70 %, dengan risiko tertinggi pada usia 15 – 40. Angka kejadian cedera kepala pada Respon membuka mata / E
laki-laki lebih tinggi daripada perempuan yaitu 2 – 4 : 1. Spontan 4
Dengan panggilan 3
Klasifikasi Dengan rangsang nyeri 2
Cedera kepala diklasifikasikan berdasarkan : ATLS Tidak ada respon 1
Mekanisme
Respon motorik / M
1. Trauma tumpul (blunt)
Menurut perintah 6
Trauma tumpul dapat berasal dari trauma benturan dengan kecepatan tinggi
seperti pada kecelakaan lalu-lintas (traffic accident) dan trauma benturan Melokalisasi rangsang nyeri 5
dengan kecepatan rendah misalnya jatuh atau kasus penyerangan Menolak rangsang nyeri 4
2. Trauma Tajam (penetrating). Gerakan fleksi abnormal 3
Trauma tajam berasal dari tembakan senjata api dan benda tajam lainnya.. Gerakan ekstensi abnormal 2
Tidak ada respon 1
Beratnya Respon bicara/verbal /V
Berdasarkan GCS cedera kepala dikelompokkan menjadi : Orientasi penuh 5
Cedera kepala ringan (CKR) GCS 13 – 15 Kalimat yang membingungkan 4
Cedera kepala sedang (CKS) GCS 9 - 12 Kata-kata yang tidak berarti 3
127
Suara yang tidak jelas 2
Tidak ada respon 1 Pemeriksaan Verbal
Total skor: 15
Pemeriksaan Mata
Morfologinya
Pemeriksaan penunjang adalah Computed Tomography Scanning (CT Scan)
dan Magnetic Resonance Imaging (MRI). Pada pemeriksaan CT Scan
morfologi cedera kepala dapat dikelompokkan menjadi
1. Fraktur tulang kepala
Gambaran fraktur tulang kepala dapat berupa fraktur linier atau stelata,
fraktur depresi atau tidak, fraktur tertutup atau terbuka
Fraktur kranium dapat terjadi pada atap atau dasar tengkorak. Klinis berupa
ekimosis periorbital(Racoon eyes sign), ekimosis retro aurikuler (Battle’s
sign) , kebocoran CSS (rhinorrhea, otorrhea0 dan paresis nervus fasialis.
2. Lesi intracranial.
Pemeriksaan Motorik Gambaran lesi intracranial adalah
-
Fokal subdural hematom, epidural hematom, intracerebral hematom
-
Difus memar (concussion) dan cedera akson (diffuse axonal injury).
Penatalaksanaan
Pengelolaan pasien dengan cedera kepala pra-rumah sakit dan ruang gawat darurat
(primary survey) yaitu menjaga stabilitas airway, breathing, circulation. Setelah
pasien stabil dilanjutkan dengan secondary survey yaitu pemeriksaan evaluasi
neurologi dengan GCS dan pemeriksaan fisik secara lengkap.
Pemeriksaan penunjang yaitu laboratorium dan CT Scan.
Indikasi CT Scan antara lain:
GCS < 14
GCS 15 dengan riwayat pingsan, amnesia retrograde deficit neurology dan
tanda-tanda fraktur tulang kepala.
129
Hematom epidural yang berasal dari perdarahan vena lebih jarang terjadi bila
dibandingkan dengan yang berasal dari arteri, dan terjadi akibat adanya robekan
vena-vena di tulang kepala pada bagian yang mengalami fraktur atau berasal dari
sinus venosus mayor dura yang mengalami laserasi.
Karena tekanan vena lebih rendah dari tekanan arteri, hematom epidural yang
berasal dari vena biasanya terbentuk hanya jika terdapat fraktur depressed tulang
tengkorak yang melepaskan dura dari tulang dan meninggalkan jarak dimana
hematom dapat berkembang. Hematom ini umumnya disebabkan oleh laserasi
sinus duramatris oleh fraktur oksipital, parietal, atau tulang sphenoid.
Lokasi hematom epidural vena adalah di fosa posterior (akibat laserasi sinus
sigmoid atau transversus), fosa media (akibat cedera sinus sfenoparietal) dan para-
sagital (akibat robekan sinus sagitalis superior). Hematom epidural yang terletak
di fosa posterior lebih sedikit (2-29%) dibandingkan dengan hematom yang
terletak di supratentorial, dan tampaknya kebanyakan berasal dari perdarahan
vena (85%) serta mempunyai prognosis yang lebih buruk.
Hematom epidural secara klasik terjadi akibat adanya tekanan di kepala yang
mengalami fraktur dan menyebabkan pasien mengalami periode tidak sadar yang
cukup lama. Setelah pasien menjadi sadar, mungkin terjadi ‘lucid interval’
dimana hanya ada gejala atau tanda minimal. Ketika hematom membesar, terjadi
kompresi hemisfer. Sesuai berjalannya waktu, bagian medial dari lobus
termporalis mengalami penekanan di dasar tentorium, yang menyebabkan
kompresi dari nervus okulomotorius dan dilatasi pupil ipsilateral. Kompresi dari
EPIDURAL HEMATOM (EDH) pedunculus serebri ipsilateral juga terjadi, menyebabkan hemiparesis
---------------------------------------------------------------------------------------------------- kontralateral, yang mungkin berkembang menjadi deserebarsi postur. Koma,
RD-Collection 2002 pupil dilatasi, dan deserebrasi adalah trias klasik dari herniasi transtentorial.
Saat ini investigasi hematom epidural ditegakkan secara akurat dengan pemeriksaan
Adalah terkumpulnya darah / bekuan darah dalam ruang antara tulang kepala dan sken komputer tomografi otak dan sken resonansi magnet, dimana ia tampil sebagai
durameter dengan ciri berbentuk bikonveks atau menyerupai lensa cembung. suatu lapisan perdarahn dengan bentuk bikonveks atau lentikuler. Mengingat bahwa
Sering terletak di area temporal atau temporoparietal. Perdarahan ini berasal dari : agiografi serebarl merupakan investgasi diagnosis yang bersifat invasive, biasanya
Arteri / vena meningea media paling sering hanya dilakukan bila fasilitas sken komputer tomografi otak tidak ada (menampilkan
Sinus venosus adanya pergeseran garis tengah dan zona avaskuler).
Arteri2 yang melekat di tulang cranii Pada EDH dapat menunjukkan LUCID INTERVAL yaitu suatu keadaan dimana
Vena pada durameter penderita yang semula mampu bicara tiba-tiba meninggal.
EDH adalah perdarahan yang terjadi di antara tabula interna dan dural membran dan EDH SDH
dikenal dengan hematom ekstradural. Hematom jenis ini biasanya berasal dari
perdarahan arterial akibat adanya fraktur linear yang menimbulkan laserasi langsung
atau robekan arteri-arteri meningens (a. meningea media), lebih jarang mengenai
cabang posterior daripada pembuluh meningel anterior. Kadang perdarahan dapat
terjadi dari robekan sinus venosa. Fraktur tengkorak yang menyertainya dijumpai
pada 85%-95% kasus, sedangkan sisanya (9%) disebabkan oleh regangan dan
robekan arteri tanpa ada fraktur (terutama pada kasus anak-anak dimana deformitas
terjadi hanya sementara).
130
Dilatasi pupi mula-mula pada tempat cedera, dan jika hemtom tidak didrainase
maka pupil yang sebelah lagi juga akan berdilatasi
Trias yang menunjukkan adanya herniasi: koma, dilatasi pupil, dan deserebrasi.
Hemiplegi kontralateral tempat trauma dengan herniasi
Pemeriksaan penunjang:
Sinar X tulang kepala AP, lateral (untuk fraktur setiap tulang kepala), gambaran
hematom(+), fraktur linear/impresi (+)
Head CT-Scan menunjukkan lokasi, volume, efek, dengan gambaran bikonvek.
Adanya fokal isodens atau hipodens dapat menunjukkan adanya perdarahan
aktif.
Terapi :
Evakuasi bekuan darah dapat dilakukan sebagai tindakan darurat jika penderita harus
diselamatkan karena ia dapat meninggal dalam beberapa saat. Paling baik jika
dilakukan dalam 12 jam dari saat cedera. Tempat cedera dapat ditentukan dari tanda-
Gejala klinis : tanda lokal dan dari pemeriksaan. Jika lokasi tidak dapat ditentukan dengan pasti
Sekitar 20 % pasien menunjukkan adanya gambaran klinis lucid interval, karena maka dilakukan pengeboran multipel mulai dari lokasi yang paling memungkinkan.
cedera penderita tidak sadar untuk beberapa waktu dan timbul pembengkakan Pasca operasi: penderita disuruh tidur terlentang untuk memungkinkan ekspansi
pada tempat cedera, di atas dan di depan telinga. Setelah itu penderita pulih kembali, jika dalam beberapa waktu kesadaran masih belum pulih dan tekanan CSS
kembali, harus hati-hati karena pada saat ini darah menumpuk pada tempat cedera rendah, maka dapat disuntikkan larutan fisiologis steril secara intratekal
dan mengangkat dura dari kulit kepala, periode kesadaran penuh ini disebut lucid Biasanya pascaoperasi dipasang drainase selama 2x24 jam untuk menghindari adanya
interval. Penderita mulai bingung, mengantuk, kejang karena iritasi dan disertai pengumpulan perdarahan yang baru.
kompresi area motorik diikuti paralisis dan koma yang semakin dalam. Prognosa tentang survival dan devisit sisa tergantung dari derajat progresivitas
Paralisis dan kejang timbul pada tempat yang berhadapan dengan tempat cedera. dekompresi intrakranial dismping juga adanya penyerta lesi intrakranial lain.
Nyeri kepala (pusing), Muntah Mortalitasnya berkisar antara 7-15% dan cacat sisa pada 5-10% kasus (akibat cedera
penyerta pada otak lainnya
Gejala klasik hematom epidural terdiri dari trias gejala: (1) interval lusid, (2) INTRA CEREBRAL HEMATOM
hemiplegia, dan (3) anisokori pupil; disamping gejala lainnya: peninggian ----------------------------------------------------------------------------------------------------R
D-Cillection 2002
tekanan intrakranial dan epilepsy.
Diferensiasi diagnosa banding antara hematom epidural yang berasal dari Hipertensi arterial menjadi penyebab utama akan kejadian perdarahan intracerebral
perdarahan arteri atau perdarahan vena dilakukan berkaitan dengan perbedaan terapi ini. Kebanyakan hematom terjadi pada regio parietotemporal. Penemuan pada
dan prognosis. Hematom yang berasal ari perdarahan vena mempunyai bentuk yang pemeriksaan klinis secara umum meliputi; hemiparese, hemisensori sindrom, dan
lebih bervariasi dan umumnya terletak di dekat sinus dura. gangguan pada lapang pandang. Kejang terjadi pada 23 % dari pasien, dan koma
Klinis : Lucid interval (+) dan lateralisasi (+) dapat muncul pada waktu terjadi perdarahan.
Pemeriksaan : Angka kematian berkisar 32%. Ukuran hematom yang terlihat pada CT scan
dihubungkan dengan outcome : Pasien dengan hematom yang kecil akan membaik
Cushing respon menandakan adanya peningkatan tekanan intrakranial ditandai selama perawatan, dan pada ukuran hematom sedang mempunyai angka kematian
dengan hipertensi, bradikardi dan bradipnea. 14 %, sedangkan pada ukuran hematom yang besar mempunyai angka kematian
Penurunan tingkat kesadaran dalam berbagai tingkat (GCS). 60%. Setengah dari pasien yang ukuran hematomnya besar diterapi dengan
Kontusi, laserasi atau adanya penonjolan tulang di tempat terjadinya trauma. pembedahan. Terapi pembedahan sangat dianjurkan pada hematom yang ukurannya
131
sedang dan besar, terutama bila terjadi penurunan tingkat kesadaran yang progresif, Di Negara barat kecelakaan adalah penyebab terbanyak kematian orang dewasa
atau bila ada pergeseran midline yang prominen. Lobar intracerebral hemorrhages dibawah umur 45 tahun. Jumlah cedera kepala kira – kira 70 % dari cedera yang
(ICH) terjadi pada subkortikal substansia alba dari lobus cerebral, kadang merupakan mematikan ini dan penyebab cacat terbanyak dari yang selamat dari kecelakaan
perdarahan yang kecil tetapi kadang melingkar dan oval. Meskipun frekuensi dari itu. Kebanyakan pasien datang dalam keadaan koma, walaupun demikian kira –
lobar ICH tinggi terjadi hanya pada perdarahan di putamen, perdarahan lobar kira 50 % dari pasien yang cedera kepala memerlukan tindakan emergensi bedah
memerlukan perhatian yang besar; penampakan klinis dan aspek dari CT scan telah saraf terdiri dari cedera kepala berat Galasgow Coma Scale ( GCS ) 3-8 yang
dilakukan penelitian. Meskipun demikian tidak ada kriteria klinik maupun radiologi memerlukan operasi dan dan cedera kepala sedang (GCS Score 9 – 13 & 14 –
untuk menyeleksi terapi pada pasien dengan lobar ICH yang dikembangkan. 15 ). Pasien – pasien ini lebih baik jika mendapat pertolongan medis dan
intervensi bedah dalam waktu yang tepat (sebelum terjadi penurunan
neurologis). Pada kebanyakan pasien tersebut terdapat lesi massa intracranial.
Cushing Phenomena Dari sejumlah besar pasien yang terjadi hematom intracranial memerlukan
dekompresi emergensi dan separuhnya terdapat interval lusid dimana masih
Tekanan darah meningkat dan nadi turun sehingga otak tidak mampu menahan / dapat berkomunikasi diantara waktu cedera dan penurunan kesadaran.
mengkompensasdi penambahan volume sehingga batang otak tertekan SDH adalah penumpukan darah yang terjadi akibat dari ruptur vena yang terjadi
dalam ruang subdural. Sinus-sinus dura terdiri dari sinus sagitalis superior dan
inferior, sinus sigmoidalis transversus (lateral), sinus rektus dan sinus
kavernosus. Ruang subdural, yaitu ruang antara durameter dengan arakhnoid
merupakan ruang potensial. Perdarahan diruang subdural dapat menyebar dengan
bebas, dan hanya terbatas oleh sawar falks serebri dan tentorium. Vena-vena otak
yang melewati ruangan ini hanya mempunyai sedikit jaringan penyokong oleh
karena itu mudah sekali terjadi cedera dan robek pada trauma kepala.
Klasifikasi
Berdasarkan waktu dan gambaran pada CT scan, dibagi menjadi :
Akut : < 3 hari dan gambaran pada CT scan berupa hiperdense.
Subakut : 3- 20 hari dengan gambaran CT scan isodense atau hipodense.
Kronik : > 20 hari dengan gambaran CT scan hipodense.
134
Cedera Kepala dan
Penanganannya
-------------------------------------------------------------------------------------------------
--- dr. Endro Basuki
Cedera kepala merupakan salah satu penyebab perlukaan dan kematian yang
tinggi. Di negara-negara berkembang dimana transportasi sangat padat dengan
regulasi yang belum tertata baik; maka cedera kepala karena kecelakaan lalu lintas
menjadi kasus yang tinggi angka kejadiannya. Selain itu kasus perkelahian; jatuh
dan perlukaan senjata tajam dan senjata api juga semakin menonjol. Kecelakaan
kerja dan cedera olah raga juga merupakan penyebab cedera kepala. Karena resiko
yang tinggi tersebut, maka dokter-dokter atau paramedis yang menangani kasus-
kasus tersebut secara awal, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
penanganan cedera kepala semaksimal mungkin, karena ahli bedah saraf belum
dapat diharapkan keberadaannya segera. Oxygenasi yang adekuat dan
mempertahankan, tekanan darah yang cukup untuk perfasi ke otak dan
menghindari kerusakan otak sekunder merupakan hal yang amat menentukan
outcome pasien cedera kepala.
Konsultasi kepada ahli bedah saraf pada awal-awal kejadian akan sangat
membantu terutama bila pasien coma dan kemungkinan adanya lesi intracranial,
karena keterlambatan akan berakibat buruk pada outcome. Pada konsultasi
kepada ahli bedah saraf; dibutuhkan informasi mengenai :
- Umur pasien, waktu dan mekanisme cedera
- Respirasi dan status cardiovaskuler
- Keadaan kesadarannya (GCS), pupil
- Adanya cedera lain
- Hasil-hasil pemeriksaan yang sudah ada, terutama hasil CT Scan (kalau ada).
Anatomi
A. SCALP
Merupakan 5 lapisan yang menutupi tulang kepala, meliputi :
1). Skin (kulit)
2). Connective tissue (jaringan pengikat)
3). Aponeurosis atau galea aponeurotica
4). Loase areolar tissue (jaringan areolar longgar).
5). Pericoanium
135
perlukan pada scalp dapat menyebabkan kehilangan darah yang hebat, terutama memori. Lobus occipital relative kecil dan berfungsi sebagai pusat
pada anak-anak. penglihatan
136
Fisiologi
A. TEKANAN INTRAKRANIAL (TIK)
ICP intracranial pressure
Proses-proses pathologis yang mengenai otak bisa menyebabkan kenaikan
tekanan intrakranial dimana selanjutnya hipertensi intrakranial akan
mempengaruhi fungsi otak dan outcome. TIK yang normal pada keadaan
istirahat adalah 10 mm Hg (136 mm air). TIK > 20 mm Hg dikatakan tidak
normal dan TIK > 40 mm Hg dikategorikan kenaikan hebat / berat.
3. Pengantar pasien harus diberi informasi tentang kondisi pasien dan kebutuhan
pada saat transfer yaitu : pemeliharaan jalan nafas, pengaturan volume cairan,
tindakan khusus yang mungkin diperlukan dan menilai kembali Trauma Score dan
GCS, tindakan resusitasi serta setiap perubahan yang terjadi saat pengiriman.
5. Pada pasien tidak sadar dengan pernafasan yang tidak adekwat perlu dibantu
pernafasannya secara manual dengan ambu bag , atau dipasang endotrakeal tube
dan penyedotan lendir secara teratur.
Diberikan Manitol 20% dengan dosis 5 ml/ kg berat badan bolus , dilanjutkan 2 ml
/ kgb bolus dalam 20 menit setiap 6 jam. Dipasang neck collar untuk immobilisasi
138