Shinta M. Latulola
Reginald L. Lefrandt
Abstrak: Torsade de pointes (TdP) adalah gangguan irama jantung berupa takikardi
ventrikuler tipe polimorfik, dimana ventrikel berkontraksi lebih dari 200 sampai 250 kali per
menit secara tidak beraturan dengan sumbu axis QRS yang bervariasi, membentuk gambaran
seperti kumparan (twisting of points). Kami melaporkan kasus seorang perempuan dengan
torsade de pointes dan long QT syndrome yang didapat. Faktor penyebab multifaktorial
berupa gangguan elektrolit (hipokalemia dan hipomagnesemia), obat-obatan (amiodaron dan
digoksin), serta adanya penyakit jantung kronik. Penanganan pada kasus ini terdiri dari
defibrilasi, pemberian magnesium, penghentian pemberian amiodaron dan digoksin, koreksi
ketidakseimbangan elektrolit, supresi EADs, serta penanganan gagal jantung.
Kata kunci: torsade de pointes, aritmia, multifaktorial
126
Latulola, Lefrandt; Torsade de Pointes 127
mia, hipokalsemia), obat-obatan, bahan badan 158 cm, berat badan 55 kg, body
kimia lain, gangguan endokrin, dan pe- mass index 22,03. Konjungtiva tidak
nyakit jantung.6 anemis dan sklera tidak ikterus. Pada
Gambaran klinis dapat asimtomatik pemeriksaan leher, trakea terletak di te-
atau simtomatik, berupa palpitasi, syncope, ngah, tidak terdapat pembesaran kelenjar
kejang, atau henti jantung. Biasanya ber- getah bening, dan tekanan vena jugular
sifat sementara dan berakhir spontan; ka- normal. Pada pemeriksaan dada tampak
dang berulang, dan dapat menjadi takikardi simetris kiri dan kanan baik statis maupun
ventrikuler, fibrilasi ventrikel, hingga ke- dinamis, perkusi sonor, serta batas paru hati
matian mendadak.3 pada ruang antar iga VI kanan. Suara
Terdapat beberapa metode penanganan pernapasan vesikular, dan tidak ditemukan
TdP yaitu dengan defibrilator, preparat ronki atau mengi. Pada pemeriksaan fisik
magnesium, isoproterenol, mexiletine, beta- jantung, iktus kordis tak tampak tetapi
blockers, temporary transvenous pacing, teraba di ruang antar iga V kiri 1 cm dari
dan implantable cardioverter-defibrilators garis midklavikula; batas kanan jantung
(ICDs).3,4 pada ruang antar iga V 1 cm dari garis
parasternal kanan; batas kiri jantung pada
LAPORAN KASUS ruang antar iga V kanan 1 cm dari garis
midklavikula; irama jantung tidak teratur
Seorang perempuan berusia 63 tahun,
dengan denyut jantung 128 x/menit; suara
pekerjaan ibu rumah tangga, masuk ke
jantung normal; dan terdapat bising holo-
rumah sakit Prof. Dr. R.D Kandou di ICCU
sistolik derajat 3/VI low pitch, punctum
pada tanggal 26 Agustus 2010, dengan
maximum di apeks yang menjalar ke aksila.
keluhan utama jantung berdebar-debar.
Abdomen terlihat datar; tidak tampak
Keluhan ini telah dirasakan sejak satu
minggu lalu, baik saat beraktivitas maupun bendungan vena; lemas pada palpasi; tidak
istirahat. Kadang-kadang pasien terbangun teraba benjolan; hati dan limpa tidak
tengah malam karena sesak yang tiba-tiba, teraba; tidak terdapat pekak berpindah; dan
sehingga harus tidur menggunakan 2-3 peristaltik usus normal. Pada pemeriksaan
bantal. Riwayat cepat lelah dan sesak napas ekstremitas, warna kulit normal, tidak
saat beraktivitas sedang telah berlangsung ditemukan adanya edema dan paresa,
sejak dua bulan sebelum masuk rumah sensibilitas normal, dan kekuatan otot 5.
sakit, dan bersifat hilang timbul. Tidak Hasil pemeriksaan laboratorium tang-
dikeluhkan nyeri dada, batuk, dan demam. gal 27 Agustus 2011 didapatkan kadar he-
Tidak terdapat keluhan mual dan muntah, moglobin 13,3 gr%, leukosit 12.700/mm 3,
tetapi nafsu makan telah berkurang sejak trombosit 157.000/mm3, gula darah sewak-
bulan terakhir. Riwayat penyakit darah tu 99 mg%, natrium serum 136, kalium
tinggi, sakit kencing manis, sakit jantung, serum 2,7, klorida serum 139, ureum 40
atau sakit ginjal sebelumnya disangkal. mg/dL, dan kreatinin 1,1 mg/dL. Pada
Pasien tidak merokok dan minum alkohol. rekaman elektrokardiografi (EKG) didapat-
Di dalam keluarga hanya pasien ini yang kan atrial fibrilation (AF) rapid ventricular
menderita sakit demikian. Tidak terdapat responses, denyut jantung 120 x/menit,
anggota keluarga yang mengalami tuli anteroinferior old myocardial infarction,
sejak kecil dan riwayat mati mendadak. lateral myocardial ischemia, dan ekstra-
Pada pemeriksaan fisik didapatkan sistol ventrikel. Foto toraks memberi kesan
keadaaan umum tampak sakit sedang, kardiomegali (Gambar 1). Berdasarkan
kesadaran kompos mentis, tekanan darah anamnesis, pemeriksaan fisik, pemerik-
90/70 mmHg, nadi 128 x/menit, tidak saan laboratorium, dan pemeriksaan penun-
teratur, isi lemah, frekuensi pernapasan 24 jang, ditegakkan diagnosis syok kardioge-
x/menit, suhu badan aksiler 36,5°C, tinggi nik, atrial fibrilation rapid ventricular
128 Jurnal Biomedik, Volume 4, Nomor 2, Juli 2012, hlm. 126-135
Tindakan lanjut yaitu koreksi magnesium EKG sinus bradikardi, OMI inferoantero-
dengan MgSO4 20% 2 cc/jam dalam septal, dan QTC=0,621ms (Gambar 3).
syringe pump, digoksin 0,25 mg ½ tablet Pada jam 08.00 pasien kejang, hasil
pagi hari, sedangkan terapi lain dilanjutkan. monitor EKG TdP, pasien dianjurkan untuk
Pada hari ke-10 perawatan, tekanan mengedan dan batuk, dan berhasil kembali
darah 110/60 mmHg, nadi 80 x/menit ke irama sinus. Pemberian amiodaron dan
ireguler. Hasil EKG yaitu AF normorespon, digoxin dihentikan, sedangkan terapi lain
bigemini dan OMI inferoanteroseptal. Pada dilanjutkan. Beberapa hari selanjutnya
jam 09.00, pasien kejang, hasil EKG pasien beberapa kali mengalami kejang
ventricular tachycardia (VT), dilakukan dengan ECG TdP-VT, tetapi dapat kembali
DC shock 200 Joule, dan berhasil kembali ke irama sinus dengan kardioversi 50 joule.
ke irama sinus. Pada jam 11.00 pasien Terapi ditambahkan terapi ginko biloba
kejang, hasil EKG TdP-VT, dilakukan ekstrak (tebokan) 40 mg 3 x 1 tablet.
kardioversi 200 joule, dan berhasil kembali Pada hari ke-27 perawatan keluhan
ke irama sinus. Pada jam 12.00, hasil EKG lemah badan, tekanan darah 120/80 mHg,
bigemini, dan diberikan bolus cordaron 150 nadi 78 x/menit regular, EKG irama sinus
mg IV, dilanjutkan IVFD cordaron drips dan OMI inferoanteroseptal. Hasil
375 mg/6 jam dalam NaCl 0,9% 100cc. pemeriksaan laboratorium magnesium 2,58,
Pada jam 00.15 monitor EKG VT berhasil dan pemberian MgSO4 dihentikan. Pada
dilakukan DC shock 200 joule, tekanan jam 23.00 pasien kejang, hasil monitor
darah 110/70 mmHg, denyut jantung 60 TdP-VT, dilakukan kardioversi 50 joule,
x/menit, ireguler. Pada jam 04.45, hasil dan berhasil kembali ke irama sinus.
labo-ratorium natrium 128, kalium 2,8, Pada hari ke-31 perawatan, pasien
klorida 98, kemudian dilakukan koreksi kejang, hasil monitor EKG TdP-VT,
kalium dengan IVFD NaCl 0,9% dan KCl dilakukan kardioversi 50 joule, dan berhasil
50 mEq 10 gtt/ menit. kembali ke irama sinus. Pada jam 02.35
Hari ke-11 perawatan, keluhan lemah tekanan darah 200/100 mmHg, nadi 74
badan, tekanan darah 120/70mmHg, nadi x/menit, respirasi 20 x/menit, dan diberikan
72 x/menit ireguler. Hasil laboratorium captopril 25 mg sublingual. Tekanan darah
magnesium 1,42 dan dikoreksi dengan turun sampai 140/80 dan nadi 74x/menit.
MgSO4 20% 20 cc/jam dalam NaCl 0.9% Captopril diberikan rutin 3 x 25 mg/hari.
50cc, terapi lain dilanjutkan ditambahkan Pada hari ke-35 perawatan, keluhan
amiodaron 3 x 1 tablet. pusing tekanan darah 110/70 mmHg, nadi
Pada hari ke14 perawatan gambaran 64 x/menit regular, respirasi 20 x/menit,
EKG AF normorespon, bigemini dan OMI dan suhu badan 36,5 °C. Hasil EKG irama
inferoanteroseptal. Terapi ditambahkan sinus dan OMI infero anteroseptal. Pem-
IVFD NaCl 0,9% dan vitamin C 1000 mg 8 berian captopril 12,5 mg diganti dengan
gtt/menit, sedangkan terapi lain dilanjut- lisinopril 5 mg 1 tablet/hari.
kan. Pasien ini beberapa kali mengalami Pada hari ke-47 perawatan, EKG
TdP-VT, tetapi kembali ke irama AF irama sinus dan OMI inferoantero septal.
normorespon dengan cardiac massage dan Keluhan tidak ada, tekanan darah 110/70
ada juga yang kembali spontan. mmHg, nadi 74 x/menit respirasi 24
Pada hari ke-15 perawatan, keluhan x/menit, suhu tubuh 36,8°C, EKG irama
lemah badan, tekanan darah 120/80 mmHg, sinus dan OMI inferoanteroseptal.
nadi 60 x/menit ireguler, respirasi 18 Diagnosis CHF functional class II et causa
x/menit, suhu badan 36,8 °C, EKG AF nor- TR MR severe et causa OMI infero
morespons, occasional VES dan OMI anteroseptal, post torsade de pointes.
inferoanteroseptal. Dosis amiodaron di- Terapi yang diberikan lisinopril 5 mg 1
turunkan 2 x 1 tablet/hari, dan terapi lain tablet pagi hari, clopidogrel 75 mg 1
dilanjutkan. tablet/hari, Aspilet 80 mg 1 tablet/hari,
Pada hari ke-18 perawatan, gambaran Beraprost 20 mcg 1 tablet/hari, trimeta-
130 Jurnal Biomedik, Volume 4, Nomor 2, Juli 2012, hlm. 126-135
adanya peningkatan durasi QTc dan pada torium saat masuk didapatkan kadar kalium
keadaan-keadaan seperti hipokalemia, hi- serum 2,7. Berdasarkan anamnesis, peme-
pofosfatemia, hipomagnesemia, gangguan riksaan fisik, pemeriksaan laboratorium,
fungsi ventrikel, bradikardi berat, AV blok dan pemeriksaan penunjang ditegakkan
derajat 3, atau T wave alternans R-on-T diagnosis kerja syok kardiogenik, atrial
phenomenon. Faktor predisposisi terjadinya fibrilation rapid ventricular response, CHF
TdP ialah penggunaan obat antiaritmia, functional class II et causa old myocardial
gangguan metabolisme, obat-obatan, atau infarction infero-anteroseptal, iskemia
fase akut infark miokard.3,4 miokard lateral, ekstrasistol ventrikel, dan
Long QT syndrome (LQTS) merupa- hipokalemia.
kan suatu keadaan dimana fase repolarisasi Atrial fibrilation (AF) ialah aritmia
jantung menjadi lambat, mengakibatkan supraventrikular yang ditandai oleh tidak
terjadinya takikardi ventrikular polimorfik terkoordinasinya aktivitas atrium sehingga
yang membahayakan, yaitu torsade de terjadi gangguan fungsi mekanis dari
pointes. Mekanisme dasar terjadinya long atrium. Penyebab AF pada pasien ini yaitu
QT syndrome (LQTS) diakibatkan terham- adanya gangguan jantung berupa gagal jan-
batnya aliran keluar kalium (Ikr), dengan tung, penyakit jantung koroner, dan gang-
konsekuensi pemanjangan repolarisasi yang guan pada katup mitral yang terlihat pada
menyebabkan EAD dan re-entry. Saluran pemeriksaan ekokardiografi. Pada pasien
K+ ini dikodekan oleh human ether-ago-go- ini, AF sudah disertai gangguan hemo-
related gene (hERG). Penghambatan aliran dinamik berupa syok kardiogenik. Selain
kalium hERG oleh obat antiaritmia kelas AF, pada rekaman jantung ditemukan ada-
III menyebabkan pemanjangan aksi poten- nya ekstrasistol ventrikel; kejadian ini
sial jantung, yang menghasilkan efek arit- dinamakan Ashman phenomenon. Dalam
mia yang bermanfaat. Pemanjangan aksi hal ini terdapat anomali konduksi intraven-
potensial yang berlebihan akibat re-entry trikular akibat perubahan denyut jantung,
Ca2+/Na+ dapat menyebabkan LQTS.3 yang dapat dicetuskan oleh obat-obatan,
Gambaran klinis TdP biasanya berupa gangguan elektrolit, dan metabolisme.7,8
episode berulang dari berdebar-debar, pu- Prinsip penanganan awal pada pasien
sing, dan pingsan, serta tidak jarang kema- ini ialah mengatasi gangguan hemodina-
tian mendadak yang dapat terjadi pada se- mik, mengontrol laju dan irama jantung,
rangan pertama. Muntah, keringat dingin, koreksi ganguan elektrolit, memperlambat
sesak napas, dan nyeri dada dapat terjadi, proses perburukan gagal jantung, menekan
tetapi tidak spesifik. Pemeriksaan fisik mortalitas, serta mencegah efek samping
pada TdP dapat berupa denyut nadi yang pengobatan. Untuk memperbaiki gangguan
cepat, tekanan darah yang normal atau hemodinamik digunakan dopamin dan do-
rendah, dan kehilangan kesadaran yang butamin. Bisoprolol diberikan untuk me-
dapat didahului oleh bradikardi, atau pre- ngontrol laju dan irama jantung, yang se-
mature ventricular contractions (menye- kaligus dapat memperbaiki gangguan he-
babkan palpitasi), atau temuan lain berda- modinamik. Terapi lainnya ialah pembe-
sarkan penyebab TdP.1,3 rian aspirin, clopidogrel, co-enzym Q dan
Pada kasus ini, pasien seorang trimetazidin, serta koreksi elektrolit.
perempuan, datang dengan keluhan lemah Pada hari perawatan ke-6 pasien masih
badan, pusing, dada berdebar-debar, dan mengalami syok kardiogenik dengan re-
riwayat sesak napas yang hilang timbul. kaman jantung masih memperlihatkan
Pemerikasaan fisik ditemukan adanya kar- gambaran AF rapid ventricular response.
diomegali, dengan gambaran EKG atrial Berdasarkan hal tersebut dilakukan digi-
fibrilation rapid ventricular response, talisasi cepat dengan pemberian digoksin
antero-inferior old myocard infarction, 0,5 μg IV perlahan. Beberapa jam
lateral myocardial ischemia, dan ekstra- kemudian pasien kejang dengan gambaran
sistol ventrikel. Pada pemeriksaan labora- EKG takikardi ventrikel, dilakukan
132 Jurnal Biomedik, Volume 4, Nomor 2, Juli 2012, hlm. 126-135
kardioversi 200 joule dan berhasil. Terapi hambat semua tipe saluran kalium. Pada
selanjutnya ditambahkan koreksi mag- kasus usia lanjut dan memiliki gangguan
nesium dengan MgSO4 20% 2 cc/jam, elektrolit, pemberian amiodaron dapat me-
pemberian digoksin 0,25 mg ½ tablet per nyebabkan memanjangnya QT interval,
hari. Pada hari perawatan ke-10, pasien yang dapat mencetuskan TdP.12-14
kembali mengalami kejang dengan gam- Digoksin merupakan digitalis dengan
baran EKG TdP-VT. Pada pasien dilakukan efek inotropik positif lemah dan juga dapat
kardioversi 200 Joule, dan berhasil kembali memperlambat denyut ventrikel, khususnya
ke irama sinus. Pada pasien ini juga pada fibrilasi atrial, yang memungkinkan
terdapat gambaran bigemini dan diberikan pengisian ventrikel yang lebih baik, sehing-
bolus cordaron 150 mg IV, dilanjutkan ga dapat digunakan pada pasien CHF
dengan cordaron drips 375 mg/6 jam, dengan fibrilasi atrium. Disamping efek
kemudian dengan amio-daron 3 x 1 tablet/ terapeutiknya sempit, mortalitas yang ber-
hari. Pada hari ke-18, pasien masih be- hubungan dengan intoksikasi digitalis ting-
berapa kali mengalami TdP, sehingga se- gi dan umumnya tidak diketahui. Digitalis
lain karena ketidakseimbangan elektrolit, menghambat Na+K+-ATPase, yang kemu-
TdP disini juga dicurigai dicetuskan oleh dian mengganggu pompa klorida. Sebagai
obat-obatan yaitu digoksin dan amiodaron. konsekuensinya, Na+ terakumulasi dalam
Diagnosis TdP pada pasien ini ditegak- sel dan menganggu pertukaran Na+-Ca2+.
kan berdasarkan adanya gambaran EKG Gangguan ini menye-babkan perlambatan
takikardi ventrikel tipe polimorfik dengan pada after depolarization sehingga dapat
komplek QRS yang bervariasi baik aksis terjadi takiaritmia. Peningkatan stimulasi
maupun morfologinya. Gambaran EKG simpatetik, hipokalemia, hiperkalsemia, hi-
sebelumnya memperlihatkan adanya feno- pomagnesemia, diuretik, iskemia, dan gagal
mena R on T mengawali terjadinya TdP, jantung dapat memfasilitasi terjadinya
yang kemudian mengakibatkan terjadinya takiaritmia akibat digitalis. Pemberian digi-
fibrilasi ventrikel. Pada pasien ini tidak talis harus dengan hati-hati pada lanjut usia.
dapat dilakukan pengukuran interval QT Pada keadaan-keadaan hipokalemia berat
sebelum terjadinya TdP karena sedang serta adanya pemakaian obat-obatan seperti
mengalami atrial fibrilasi. Beberapa hari β-Blocker dan amidaron dapat meningkat-
kemudian dilakukan pengukuran interval kan konsentrasi digoksin plasma sehingga
QT dengan menggunakan formula Bezzet, menyebabkan aritmia karena toksisitas di-
dan didapatkan corrected QT interval 0,621 gitalis. Pada pasien ini penggunaan digitalis
detik yang berarti terdapat pemanjangan. dicurigai sebagai salah satu pencetus TdP
QT interval lebih dari 500 miliseconds disamping usia lanjut. Selain itu juga ter-
yang berhubungan dengan peningkatan dapat hipokalemia dan hipomagnesemia
risiko terjadinya TdP. Penyebab TdP pada berat, serta penggunaan bersama-sama
pasien ini terdiri dari banyak faktor, yaitu amiodaron dan β- Blocker.15-17
disamping adanya penyakit jantung yang Prinsip penanganan pada TdP dapat
mendasar, juga karena ketidakseimbangan dibagi atas penanganan jangka pendek dan
elektrolit berupa hipomagnesemia, hipo- jangka panjang. Penanganan jangka pendek
kalemia, serta pemakain digitalis dan berupa defibrilasi, menghentikan/koreksi
amiodaron.9-11 faktor pencetus, dan supresi early after
Amiodaron merupakan obat antiarit- depolarizations (EADs). Magnesium me-
mia kelas III yang utama dan merupakan rupakan obat pilihan utama untuk supresi
obat pilihan dalam mencegah terjadinya EADs dan menghilangkan aritmia. Mag-
AF. Obat ini antara lain berefek menu- nesium diberikan 1-2 g IV pada mulanya
runkan denyut jantung dan konduksi nodus dalam 30-60 detik, dan dapat diulangi
atrioventrikular, memperpanjang periode dalam selang waktu 5-15 menit. Pemberian
refraktori, dan menurunkan konduksi intra- infus kontinyu dapat dimulai pada dosis 3-
kardiak. Antiaritmia kelas III dapat meng- 10 mg/menit. Mexiletine juga berguna
Latulola, Lefrandt; Torsade de Pointes 133
tensin II receptor, aldosterone and 23. Ou HC, Lee WJ, Lee IT, Chiu TH, Tsai
renin. In: Opie LH, Gersh BJ, editors. KL, Lin CY, et al. Ginko biloba
Drugs for the Heart (Seventh Edition). extract attenuates oxLDL-induced
Philadelphia: Elsevier Saunders, 2009. oxidative functional damages in
21. Yoshitomi Y, Kojima S, Kuramochi. endothelial cells. J Appl Physiol. 2009;
Long-term effect of a new oral pros- 106:1674-85.
tacyclin analogue, beraprost sodium, in 24. Kuller LH, Ives DG, Fitzpatric AL,
isolated peripheral pulmonary artery Carlson MC, Mercado C, Lopez OL,
stenosis in the adult. Journal of Internal et al. Does ginko biloba reduce the risk
Medicine. 1999;246:227-30. of cardiovascular events? Circ
22. Nagaya N. Orally active prostacyclin Cardiovasc Qual Outcomes. 2010;3:
analogue for cardiovascular disease. Int 41-7.
Angiol. 2010;29(2):14-8.