Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI III

NAMA : RIZKY ZAHRA N. SABARNO


NIM : 20118067
PRODI : D4 TLM / 3B

RANGKUMAN MATERI HEMATOPOEISIS


Hematopoiesis merupakan proses pembentukan dan perkembangan sel-sel darah. Tempat
utama terjadinya hemopoiesis berada di yolk sac (kantung kuning telur) pada beberapa minggu
pertama gestasi. Sejak usia enam minggu sampai bulan ke 6-7 masa janin, hati dan limpa
merupakan organ utama yang berperan dan terus memproduksi sel darah sampai sekitar 2
minggu setelah lahir. Sumsum tulang adalah tempat yang paling penting sejak usia 6-7 bulan
kehidupan janin dan merupakan satu-satunya sumber sel darah baru selama masa anak dan
dewasa yang normal. Sel-sel yang sedang berkembang terletak di luar sinus sumsum tulang dan
sel yang matang dilepaskan ke dalam rongga sinus. Proses ini terjadi pada masa prenatal (masih
dalam kandungan) dan post natal (setelah lahir) (Cairo dan Bradley, 2007).
Sejak 3 bulan sebelum kelahiran, sumsum tulang menjadi lokasi utama hematopoiesis
dan akan berlanjut sebagai sumber sel darah setelah lahir dan sepanjang kehidupan. Proses
pembentukan darah dapat terjadi di nodus limfatikus, lien, timus, hepar apabila individu dalam
keadaan patologis (sumsum tulang sudah tidak berfungsi atau kebutuhan meningkat).
Pembentukan darah di luar sumsum tulang ini disebut hematopoiesis ekstra meduler (Price et al.,
2006).
Asal mula dari seluruh sel-sel dalam sirkulasi darah berasal dari sel stem hematopoietik
pluripoten yang mempunyai kemampuan untuk pembaharuan diri dan mampu berkembang
menjadi progenitor multipoten. Selanjutnya, progenitor multipoten akan berkembang menjadi
progenitor oligopoten yakni common lymphoid progenitor (CLP) dan common myeloid
progenitor (CMP). Sel induk yang mempunyai komitmen untuk berdiferensiasi melalui salah
satu garis turunan sel dan membentuk suatu jalur sel khusus disebut sel stem committed (Traver
et al., 2000; Manz et al., 2001).
Berbagai sel stem committed bila ditumbuhkan dalam biakan akan menghasilkan koloni
tipe sel darah yang spesifik. Suatu sel stem committed yang menghasilkan eritrosit disebut unit
pembentuk koloni eritrosit (CFU-E/colony forming unit-erythrocyte). Demikian pula unit yang
membentuk koloni granulosit dan monosit yang disebut CFU-GM, dan seterusnya. Sel punca
myeloid dan sel punca limfoid berkembang langsung menjadi sel prekursor. Generasi berikutnya
adalah sel prekursor (-blast). Setelah beberapa kali pembelahan, sel prekursor akan berkembang
menjadi bagian sesungguhnya dari darah, contohnya, monoblast akan berkembang menjadi
monosit (Mikkola dan Stuart, 2006).
Sel induk pluripoten yang bereaksi terhadap berbagai rangsangan spesifik akan
membelah, berdiferensiasi, dan mengalami proses kematangan menjadi sub set sel dewasa
dengan fungsi spesifik. Berbagai bahan untuk stimulasi dibentuk oleh sel di bawah pengaruh
berbagai stres untuk mempertahankan homeostasis dalam sistem imunitas. Bahan yang disekresi
oleh sel-sel ini secara umum dinamakan sitokin dan beraksi secara autokrin maupun parakrin.
Salah satu ciri kerja faktor pertumbuhan yang penting adalah bahwa dua faktor atau lebih dapat
bekerja sinergis dalam merangsang suatu sel tertentu untuk berproliferasi atau berdiferensiasi.
Kerja satu faktor pertumbuhan pada suatu sel dapat merangsang produksi faktor pertumbuhan
lain atau reseptor faktor pertumbuhan. Faktor pertumbuhan dapat menyebabkan proliferasi sel,
tetapi juga dapat menstimulasi diferensiasi, maturasi, menghambat apoptosis, dan mempengaruhi
fungsi sel matur (Abbas dan Litchman, 2005)
Faktor pertumbuhan hematopoietik berupa hormon glikoprotein yang mengatur
proliferasi dan diferensiasi sel-sel progenitor hematopoietik dan fungsi sel-sel darah matur.
Faktor pertumbuhan dapat bekerja secara lokal di tempat produksinya melalui kontak antar sel
atau bersirkulasi dalam plasma. Limfosit T, monosit dan makrofag serta sel stroma adalah
sumber utama faktor pertumbuhan kecuali eritropoietin, yang 90%-nya disintesis di ginjal dan
trombopoietin yang terutama diproduksi di hati (Mostert et al., 2006).
Gambar 1. Perkembangan Hematopoiesis (Chen, et al., 2012)

Pembentukan sel darah (Hemopoesis/Hematopoiesis)


Hemopoesis atau hematopoiesis ialah proses pembentukan darah. Tempat hemopoesis
pada manusia berpindah-pindah sesuai dengan umur :
a. Janin : umur 0-2 bulan (kantung kuning telur)
umur 2-7 bulan (hati, limpa)
umur 5-9 bulan (sumsum tulang)
b. Bayi : Sumsum tulang
c. Dewasa : vertebra, tulang iga, sternum, tulang tengkorak, sacrum
8
dan pelvis, ujung proksimal femur.

Pada orang dewasa dalam keadaan fisiologik semua hemopoesis terjadi pada sumsum
tulang. Untuk kelangsungan hemopoesis diperlukan :
1. Sel induk hemopoetik (hematopoietic stem cell)
Sel induk hemopoetik ialah sel-sel yang akan berkembang menjadi sel-sel darah,
termasuk eritrosit, lekosit, trombosit, dan juga beberapa sel dalam sumsum tulang seperti
fibroblast. Sel induk yang paling primitif sebagai pluripotent (totipotent) stem cell.
Sel induk pluripotent mempunyai sifat :
a. Self renewal : kemampuan memperbarui diri sendiri sehingga tidak akan pernah habis
meskipun terus membelah;
b. Proliferative : kemampuan membelah atau memperbanyak diri;
c. Diferensiatif : kemampuan untuk mematangkan diri menjadi sel-sel dengan fungsi-
fungsi tertentu.

Menurut sifat kemampuan diferensiasinya maka sel induk hemopoetik dapat dibagi
menjadi :
a. Pluripotent (totipotent)stem cell : sel induk yang mempunyai yang mempunyai
kemampuan untuk menurunkan seluruh jenis sel-sel darah.
b. Committeed stem cell : sel induk yang mempunyai komitmet untuk berdiferensiasi
melalui salah satu garis turunan sel (cell line). Sel induk yang termasuk golongan ini
ialah sel induk myeloid dan sel induk limfoid.
c. Oligopotent stem cell : sel induk yang dapat berdiferensiasi menjadi hanya beberapa
jenis sel. Misalnya CFU-GM (colony forming unit-granulocytelmonocyte) yang dapat
berkembang hanya menjadi sel-sel granulosit dan sel-sel monosit.
d. Unipotent stem cell : sel induk yang hanya mampu berkembang menjadi satu jenis sel
saja. Contoh CFU-E (colony forming unit-erythrocyte) hanya dapat menjadi eritrosit,
CFU-G (colony forming unit-granulocyte) hanya mampu berkembang menjadi
granulosit.

2. Lingkungan mikro (microenvirontment) sumsum tulang


Lingkungan mikro sumsum tulang adalah substansi yang memungkinkan sel induk
tumbuh secara kondusif. Komponen lingkungan mikro ini meliputi :
a. Mikrosirkulasi dalam sumsum tulang
b. Sel-sel stroma :
- Sel endotel
- Sel lemak
- Fibroblast
- Makrofag
- Sel reticulum
c. Matriks ekstraseluler : fibronektin, haemonektin, laminin, kolagen, dan proteoglikan.

Gbr 1. Fisiologi dan Patologi Haemopoesis


(Haematology at a Glance, oleh Victor Hoffbrand, edisi ke-2, London 2005, hal 8)

Lingkungn mikro sangat penting dalam hemopoesis karena berfungsi untuk :


a. Menyediakan nutrisi dan bahan hemopoesis yang dibawa oleh peredaran darah
mikro dalam sumsum tulang.
b. Komunikasi antar sel (cell to cell communication), terutama ditentukan oleh adanya
adhesion molecule.
c. Menghasilkan zat yang mengatur hemopoesis : hematopoietic growth factor,
cytokine, dan lain-lain.

3. Bahan-bahan pembentuk darah


Bahan-bahan yang diperlukan untuk pembentukan darah adalah :
1. Asam folat dan vitamin B12 : merupakan bahan pokok pembentuk inti sel.
2. Besi : sangat diperlukan dalam pembentukan hemoglobin.
3. Cobalt, magnesium, Cu, Zn.
4. Asam amino.
10
5. Vitamin lain : vitamin C. vitamin B kompleks dan lain-lain

4. Mekanisme regulasi
Mekanisme regulasi sangat penting untuk mengatur arah dan kuantitas pertumbuhan sel
dan pelepasan sel darah yang matang dari sumsum tulang ke darah tepi sehingga sumsum
tulang dapat merespon kebutuhan tubuh dengan tepat. Produksi komponen darah yang
berlebihan ataupun kekurangan (defisiensi) sama-sama menimbulkan penyakit. Zat-zat
yang berpengaruh dalam mekanisme regulasi ini adalah :
a. Faktor pertumbuhan hemopoesis (hematopoietic growth factor) :
- Granulocyte-macrophage colony stimulating factor (GM-CSF)
- Granulocyte colony stimulating factor (G-CSF)
- Macrophage-colony stimulating factor (M-CSF)
- Thrombopoietin
- Burst promoting activity (BPA)
- Stem cell factor (kit ligand)
b. Sitokon (Cytokine) seperti misalnya IL-3 (interleukin-3), IL-4, IL-5, IL-7, IL-8, IL-9,
IL-9, IL-10.
Growth factor dan sitokin sebagian besar dibentuk oleh sel-sel darah sendiri, seperti
limfosit, monosit, atau makrofag, serta sebagian oleh sel-sel penunjang, seperti
fibroblast dan endotil. Sitokin ada yang merangsang pertumbuhan sel induk
(stimulatory cytokine), sebagian lagi menekan pertumbuhan sel induk (inhibitory
cytokine). Keseimbangan kedua jenis sitokin ini sangat menentukan proses
hemopoesis normal.
c. Hormon hemopoetik spesifik yaitu Erythrpoietin : merupakan hormon yang dibentuk
diginjal khusus merangsang precursor eritroid.
d. Hormon nonspesifik
Beberapa jenis hormone diperlukan dalam jumlah kecil untuk hemopoesis, seperti :
- Androgen : berfungsi menstimulasi eritropoesis.
- Estrogen : menimbulkan inhibisi eritropoesis.
- Glukokortikoid.
- Growth hormon
- Hormone tiroid

Dalam regulasi hemopoesis normal terdapat feed back mechanism : suatu mekanisme
umpan balik yang dapat merangsang hemopoesisjika tubuh kekurangan komponen darah
(positive loop) atau menekan hemapoesis jika tubuh kelebihan komponen darah tertentu

(negative loop).11

Gbr 2. Diagram tabung yang berisi darah dengan plasma darah

(A Beginner’s Guide to Blood Cells, oleh Barbara J Bain, 2nd Edition, by Blackwell Publishing
Ltd, 2004, halaman 2)

Anda mungkin juga menyukai