Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Hematogenesis diambil dari bahasa Yunani Kuno yaitu “Hema” yang artinya darah
dan “togegesis” yang artinya untuk membuat. Hematogenesis (Hemopoiesis) adalah proses
pembentukan sel-sel darah dalam organ pembentuk sel darah, terutama dalam sumsum tulang
dan organ lainnyadimana terjadi proliferasi, maturasi dan diferensiasi sel yang terjadi secara
serentak. Asal mula semua sel darah berasal dari hemocytoblast yang kemudian berkembang
menjadi beberapa sel asal. Sel - sel darah kecuali limfosit dibentuk di dalam sumsum tulang
dada, iga, panggul serta pangkal tulang paha dan lengan atas. Hemopoesis dimulai sejak fetus
berada dalam kandungan, sejak saat terjadinya Succus Vitellinus sebelum terjadi organ-organ
lain. Fungsi Hematogenesis adalah memoroduksi sel darah untuk mengganti sel yang rusak
atau mati. Proses yang terjadi bisa lebih jelas dilihat melalui gambar di bawah ini :

Hematogenesis pada manusia terdiri atas beberapa periode :

a) Mesoblastik

Dari embrio umur 2 – 10 minggu. Terjadi di dalam yolk sac. Yang dihasilkan adalah
HbG1, HbG2, dan Hb Portland.
b) Hepatik

Dimulai sejak embrio umur 6 minggu terjadi di hati Sedangkan pada limpa terjadi
pada umur 12 minggu dengan produksi yang lebih sedikit dari hati. Disini
menghasilkan Hb.

c) Mieloid

Dimulai pada usia kehamilan 20 minggu terjadi di dalam sumsum tulang, kelenjar
limfonodi, dan timus. Di sumsum tulang, hematopoiesis berlangsung seumur hidup
terutama menghasilkan HbA, granulosit, dan trombosit. Pada kelenjar limfonodi
terutama sel-sel limfosit, sedangkan pada timus yaitu limfosit, terutama limfosit
T.Beberapa faktor yang mempengaruhi proses pembentukan sel darah di antaranya
adalah asam amino, vitamin, mineral, hormone, ketersediaan oksigen, transfusi darah,
dan faktor- faktor perangsang hematopoietik.

Pada prenatal, proses pembentukan terjadi di yolk sac (kantung kuning telur),
kemudian fase selanjutnya pada hepar dan lien, dan pada fase lanjut di sumsum tulang Pada
post natal, pembentukan utama terjadi di sumsum tulang. Pada keadaan patologis (sumsum
tulang sudah tidak berfungsi atau kebutuhan meningkat), pembentukan dapat terjadi di nodus
limfatikus, lien, timus, hepar. Pembentukan darah di luar sumsum tulang ini disebut
hematopoiesis ekstra meduler.Nodus limfatikus, lien dan timus dalam keadaan normal juga
berfungsi dalam maturasi dan aktivasi limfosit.Unsur darah yang berbentuk dapat dibagi
dalam dua golongan menurut tempat berkembang dan berdeferensiasi pada orang dewasa,
yaitu Limfosit dan monosit. Limfosit adalah sel-sel bulat dengan diameter yang berfariasi
antara 6 sampai 8 mm, walaupun beberapa diantaranya mungkin lebih besar.

Kantung kuning telur adalah tempat utama terjadinya hemopoiesis pada beberapa
minggu pertama gestasi. Sejak usia enam minggu sampai bulan ke 6-7 masa janin, hati dan
limpa merupakan organ utama yang berperan dan terus memproduksi sel darah sampai sekitar
2 minggu setelah lahir. Sumsum tulang adalah tempat yang paling penting sejak usia 6-7
bulan kehidupan janin dan merupakan satu-satunya sumber sel darah baru selama masa anak
dan dewasa yang normal.

Darah merupakan komponen esensial mahluk hidup, mulai dari binatang primitif
sampai manusia. Dalam keadaan fisiologik, darah selalu berada dalam pembuluh darah
sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai pembawa oksigen, mekanisme pertahanan
tubuh terhadap infeksi, dan mekanisme hemostasis.

Pembentukan sel darah (Hemopoesis/Hematogenesis)

Hemopoesis atau hematogenesis ialah proses pembentukan darah. Tempat


hemopoesis pada manusia berpindah-pindah sesuai dengan umur :

a) Janin
Umur 0-2 bulan (kantung kuning telur)
Umur 2-7 bulan (hati, limpa)
Umur 5-9 bulan (sumsum tulang)
b) Bayi
Sumsum tulang
c) Dewasa
vertebra, tulang iga, sternum, tulang tengkorak, sacrum dan pelvis, ujung proksimal
femur.
Pada orang dewasa dalam keadaan fisiologik semua hemopoesis terjadi pada sumsum
tulang. Untuk kelangsungan hemopoesis diperlukan :

1. Sel induk hemopoetik (hematopoietic stem cell)

Sel induk hemopoetik ialah sel-sel yang akan berkembang menjadi sel-sel
darah, termasuk eritrosit, lekosit, trombosit, dan juga beberapa sel dalam sumsum
tulang seperti fibroblast. Sel induk yang paling primitif sebagai pluripotent
(totipotent) stem cell.

a) Self renewal : kemampuan memperbarui diri sendiri sehingga tidak akan


pernah habis meskipun terus membelah;

b) Proliferative : kemampuan membelah atau memperbanyak diri;

c) Diferensiatif : kemampuan untuk mematangkan diri menjadi sel-sel dengan


fungsi-fungsi tertentu.

Menurut sifat kemampuan diferensiasinya maka sel induk hemopoetik dapat


dibagi menjadi :

a) Pluripotent (totipotent)stem cell


Sel induk yang mempunyai yang mempunyai kemampuan untuk menurunkan
seluruh jenis sel-sel darah.

b) Committeed stem cell


Sel induk yang mempunyai komitmet untuk berdiferensiasi melalui salah satu
garis turunan sel (cell line). Sel induk yang termasuk golongan ini ialah sel
induk myeloid dan sel induk limfoid.

c) Oligopotent stem cell

Sel induk yang dapat berdiferensiasi menjadi hanya beberapa jenis sel.
Misalnya CFU-GM (colony forming unit-granulocytelmonocyte) yang dapat
berkembang hanya menjadi sel-sel granulosit dan sel-sel monosit.

d) Unipotent stem cell


Sel induk yang hanya mampu berkembang menjadi satu jenis sel saja. Contoh
CFU-E (colony forming unit-erythrocyte) hanya dapat menjadi eritrosit, CFU-
G (colony forming unit-granulocyte) hanya mampu berkembang menjadi
granulosit.

2. Lingkungan mikro (microenvirontment) sumsum tulang

Sumsum tulang membentuk lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan dan


perkembangan sel induk. Sumsum tulang tersusun atas sel stroma dan jaringan
mikrovaskuler. Sel stroma meliputi sel lemak (adiposa), fibroblas, sel retikulum, sel
endotel dan makrofag. Sel-sel tersebut mensekresi molekul ekstraseluler seperti
kolagen, glikoprotein (fibronektin dan trombospondin), serta glikosaminoglikan
(asam hialuronat dan derivat kondroitin) untuk membentuk suatu matriks
ekstraseluler. Selain itu, sel stroma mensekresi beberapa faktor pertumbuhan yang
diperlukan bagi kelangsungan hidup sel induk.

Lingkungan mikro sumsum tulang adalah substansi yang memungkinkan sel


induk tumbuh secara kondusif. Komponen lingkungan mikro ini meliputi :
a) Mikrosirkulasi dalam sumsum tulang
b) Sel-sel stroma : Sel endotel
 Sel lemak
 Fibroblast
 Makrofag
 Sel reticulum
c. Matriks ekstraseluler : fibronektin, haemonektin, laminin, kolagen, dan
proteoglikan.
Gambar 1.1 pembentukan hemtopoiesis/hematogenesis

Lingkungn mikro sangat penting dalam hemopoesis karena berfungsi untuk:

a) Menyediakan nutrisi dan bahan hemopoesis yang dibawa oleh peredaran darah mikro
dalam sumsum tulang.
b) Komunikasi antar sel (cell to cell communication), terutama ditentukan oleh adanya
adhesion molecule.
c) Menghasilkan zat yang mengatur hemopoesis : hematopoietic growth factor, cytokine,
dan lain-lain.

3. Bahan-bahan pembentuk darah


Bahan-bahan yang diperlukan untuk pembentukan darah adalah :
a). Asam folat dan vitamin B12 : merupakan bahan pokok pembentuk inti sel.
b). Besi : sangat diperlukan dalam pembentukan hemoglobin.
c). Cobalt, magnesium, Cu, Zn.
d). Asam amino.
e). Vitamin lain : vitamin C. vitamin B kompleks dan lain-lain

Gambar 1.2 definitive hematopoiesis

4. Mekanisme regulasi
Mekanisme regulasi sangat penting untuk mengatur arah dan kuantitas
pertumbuhan sel dan pelepasan sel darah yang matang dari sumsum tulang ke darah
tepi sehingga sumsum tulang dapat merespon kebutuhan tubuh dengan tepat. Produksi
komponen darah yang berlebihan ataupun kekurangan (defisiensi) sama-sama
menimbulkan penyakit. Zat-zat yang berpengaruh dalam mekanisme regulasi ini
adalah :

a) Faktor pertumbuhan hemopoesis (hematopoietic growth factor) :


Faktor pertumbuhan hemopoietik adalah hormon glikoprotein yang mengatur
proliferasi dan diferensiasi sel-sel progenitor hemopoietik dan fungsi sel-sel darah
matur. Faktor pertumbuhan dapat bekerja secara lokal di tempat produksinya melalui
kontak antar sel atau bersirkulasi dalam plasma. Limfosit T, monosit dan makrofag
serta sel stroma adalah sumber utama faktor pertumbuhan kecuali eritropoietin, yang
90%-nya disintesis di ginjal dan trombopoietin yang terutama diproduksi di hati.
Salah satu ciri kerja faktor pertumbuhan yang penting adalah bahwa dua faktor
atau lebih dapat bekerja sinergis dalam merangsang suatu sel tertentu untuk
berproliferasi atau berdiferensiasi. Kerja satu faktor pertumbuhan pada suatu sel dapat
merangsang produksi faktor pertumbuhan lain atau reseptor faktor pertumbuhan.
Faktor yang mempengaruhi yaitu :
 Granulocyte-macrophage colony stimulating factor (GM-CSF)
 Granulocyte colony stimulating factor (G-CSF)
 Macrophage-colony stimulating factor (M-CSF)
 Thrombopoietin
 Burst promoting activity (BPA)
 Stem cell factor (kit ligand)
b). Sitokon (Cytokine) seperti misalnya IL-3 (interleukin-3), IL-4, IL-5, IL-7, IL-8, IL-9,
IL-9, IL-10.
Growth factor dan sitokin sebagian besar dibentuk oleh sel-sel darah sendiri, seperti
limfosit, monosit, atau makrofag, serta sebagian oleh sel-sel penunjang, seperti
fibroblast dan endotil. Sitokin ada yang merangsang pertumbuhan sel induk
(stimulatory cytokine), sebagian lagi menekan pertumbuhan sel induk (inhibitory
cytokine). Keseimbangan kedua jenis sitokin ini sangat menentukan proses
hemopoesis normal.
c). Hormon Homeopetik spesifik yaitu Erythrpoietin
Merupakan hormon yang dibentuk diginjal khusus merangsang precursor eritroid.
d). horman non spesifik
Beberapa jenis hormone diperlukan dalam jumlah kecil untuk hemopoesis, seperti
 Androgen : berfungsi menstimulasi eritropoesis.
 Estrogen : menimbulkan inhibisi eritropoesis.
 Glukokortikoid.
 Growth hormon
 Hormone tiroid

Dalam regulasi hemopoesis normal terdapat feed back mechanism : suatu


mekanisme umpan balik yang dapat merangsang hemopoesisjika tubuh kekurangan
komponen darah (positive loop) atau menekan hemapoesis jika tubuh kelebihan
komponen darah tertentu (negative loop).

Hematogenesis – Proses Pembentukan Sel Darah


Darah terdiri atas komponen sel dan plasma. Komponen sel terdiri atas sel darah
merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit: basofil, eosinofil, neutrofil batang, neutrofil
segmen, limfosit, monosit), dan trombosit (keping darah/platelet). Komponen sel dalam darah
dibentuk dalam suatu proses yang dinamakan hematopoiesis.
Hematogenesis terjadi sejak masa embrional. Hematogenesis menurut waktu
terjadinya terbagi atas hematogenesis prenatal dan hematogenesis postnatal. Hematogenesis
prenatal terjadi selama dalam kandungan. Hematogenesis prenatal terdiri atas 3 fase:
mesoblastik, hepatik, dan mieloid. Fase mesoblastik dimulai sejak usia mudigah 14 hari
sampai minggu kesepuluh, berlangsung diyolk sac (saccus vitelinus). Sedangkan fase hepatik
berlangsung mulai minggu keenam sampai kelahiran, berlangsung di mesenkim hepar, dan
mulai terjadi differensiasi sel. Fase mieloid berlangsung dalam sumsum tulang pada usia
mudigah 12-17 minggu, ini menandakan sudah berfungsinya sumsum tulang untuk
menghasilkan sel darah.
Organ yang berperan dalam proses hematogenesis adalah sumsum tulang dan organ
retikuloendotelial (hati dan spleen). Jika terdapat kelainan pada sumsum tulang,
hematogenesis terjadi di hati dan spleen. Ini disebut hematogenesis ekstra medular. Sumsum
tulang yang berperan dalam pembentukan sel darah adalah sumsum tulang merah, sedangkan
sumsum kuning hanya terisi lemak. Pada anak kurang dari 3 tahun, semua sumsum tulang
dari sumsum tulang berperan sebagai pembentuk sel darah. Sedangkan saat dewasa, sumsum
merah hanya mencakup tulang vertebra, iga, sternum, tengkorak, sakrum, pelvis, ujung
proksimal femur dan ujung proksimal humerus.
Dalam setiap pembentukan sel darah, terjadi 3 proses yaitu: proliferasi, diferensiasi
dan maturasi. Sedangkan komponen yang terdapat dalam proses pembentukan sel darah
mencakup: stem sel, sel progenitor, dan sel prekursor. Seluruh komponen sel darah berasal
dari hematopoietic stem cells (HSC). HSC bersigat multipoten karena dapat berdiferensiasi
dan kemudian terbagi menjadi beberapa proses terpisah yang mencakup: eritropoiesis,
mielopoiesis (granulosit dan monosit), dan trombopoiesis (trombosit).
Proses hematogenesis terjadi atas regulasi dari hematopoietic growth factor.
Hematopoietic growth factor ini memiliki peran dalam proses proliferasi, diferensiasi, supresi
apoptosis, maturasi, aktivasi fungsi saat terjadi hematogenesis.

Proses Pembentukan Sel-sel Darah

Darah terbagi atas dua, yaitu :


a. Plasma darah

Cairan yang terdiri dari 90% air. sebagai medium bagi bahan-bahan yang dibawa oleh darah.
Plasma menyerap dan menyebarkan sebagian besar dari panas yang dihasilkan oleh proses
metabolisme dalam jaringan inorganik dan organik.

b. Sel-sel Darah
1) ERITROSIT
Eritrosit membawa hemoglobin didalam sirkulasi. Ia merupakan cakram
bikonkaf yang dibentuk dalam sumsum tulang. Pada mamalia, ia kehilangan intinya
sebelum memasuki sirkulasi. Untuk mengangkut hemoglobin agar berkontak erat
dengan jaringan dan agar pertukaran gas berhasil, eritrosit yang berdiameter 8 μm
harus dapat secara berulang melalui mikrosirkulasi yang diameter minimumnya 3,5
μm, untuk mempertahankan hemoglobin dalam keadaan tereduksi (ferro) dan untuk
mempertahankan keseimbangan osmotik walaupun konsentrasi protein (hemoglobin)
tinggi dalam sel. Perjalanan secara keseluruhan selama masa hidupnya yang 120 hari
diperkirakan sepanjang 480 km (300 mil). Untuk memenuhi fungsi ini, eritrosit adalah
cakram bikonkaf yang fleksibel dengan kemampuan menghasilkan energy sebagai
adenosin trifosfat (ATP) melalui jalur glikolisis anaerob (Embden-meyerhof) dan
menghasilkan kekuatan pereduksi sebagai NADH melalui jalur ini serta sebagai
nikotinamida adenine dinukleotida fosfat tereduksi (NADPH) melalui jalur pintas
heksosa monofosfat.

GAMBAR

Eritrosit Normal Dan Ukurannya


Fungsi Eritrosit
Fungsi utamanya adalah pengangkutan oksigen dan dengan tingkat yang lebihr
endah yaitu karbondioksida, ion hidrogen dalam darah. oksigen yang didalamnya
terdapat hemoglobin. Hemoglobin di dalamnya terdapat dua bagian Globin suatu
protein yang terbentuk dari rantai poplitida yang sangat berlipat-lipat Gugusheme
empat gugus protein yang mengandung besi.

Gambar sel darah merahp


Eritropoiesis
Pembentukan eritrosit (eritropoiesis) merupakan suatu mekanisme umpan balik.
Ia dihambat oleh peningkatan kadar eritrosir bersirkulasi dan dirangsang oleh anemia.
Ia juga dirangsang oleh hipoksia dan peningkan aklimatisasi ke tempat tinggi.
Eritropoiesis dikendalikan oleh suatu hormon glikoprotein bersirkulasi yang dinamai
eritropoietin yang terutama disekresikan oleh ginjal. Setiap orang memproduksi sekitar
10 eritrosit baru tiap hari melalui proses eritropoiesis yang kompleks dan teratur
dengan baik. Eritropoiesis berjalan dari sel induk menjadi prekursor eritrosit yang
dapat dikenali pertama kali di sumsum tulang, yaitu pronormoblas. Pronormoblas
adalah sel besar dengan sitoplasma biru tua, dengan inti ditengah dan nucleoli, serta
kromatin yang sedikit menggumpal.
Pronormoblas menyebabkan terbentuknya suatu rangkaian normoblas yang
makin kecil melalui sejumlah pembelahan sel. Normoblas ini juga mengandung
sejunlah hemoglobin yang makin banyak (yang berwarna merah muda) dalam
sitoplasma, warna sitoplasma makin biru pucat sejalan dengan hilangnya RNA dan
apparatus yang mensintesis protein, sedangkan kromatin inti menjadi makin padat. Inti
akhirnya dikeluarkan dari normoblas lanjut didalam sumsum tulang dan menghasilkan
stadium retikulosit yang masih mengandung sedikit RNA ribosom dan masih mampu
mensintesis hemoglobin.

Gambar
sel-sel darah dalam hematogenesis

Sel ini sedikit lebih besar daripada eritrosit matur, berada selama 1-2 hari dalam
sumsum tulang dan juga beredar di darah tepi selama 1-2 hari sebelum menjadi matur,
terutama berada di limpa, saat RNA hilang seluruhnya. Eritrosit matur berwarna merah
muda seluruhnya, adlah cakram bikonkaf tak berinti. Satu pronormoblas biasanya
menghasilkan 16 eritrosit matur. Sel darah merah berinti (normoblas) tampak dalam
darah apabila eritropoiesis terjadi diluar sumsum tulang (eritropoiesis ekstramedular)
dan juga terdapat pada beberapa penyakit sumsum tulang. Normoblas tidak ditemukan
dalam darah tepi manusia yang normal.

Membran Eritrosit
Membran eritrosit terdiri atas lipid dua lapis (lipid bilayer), protein membran
integral, dan suatu rangka membrane. Sekitar 50% membran adalah protein, 40%
lemak, dan 10 % karbohidrat. Karbohidrat hanya terdapat pada permukaan luar
sedangkan protein dapat diperifer atau integral, menembus lipid dua lapis.

2). LEUKOSIT
Leukosit adalah sel lain yang terdapat di dalam darah. Fungsi umum leukosit
sangat berbeda dengan eritrosit. Leukosit berfungsi membawa makanan dari tempat
penyerapan ke seluruh tubuh, membawa bahan buangan dalam arah sebaliknya dan
mempertahankan tubuh dari benda asing yang berbahaya.Jumlah leukosit di dalam
darah tidak sebanyak eritrosit. Leukosit berda dalam jumlah antara 0,1-0,2% dari
jumlah eritrosit. Leukosit tidak diperlukan setiap saat oleh tubuh. Sel ini hanya
diperlukan di tempat-tempat terjadinya masalah dengan benda asing. Untuk
melindungi tubuh dari serangan benda asing di tempat tertentu, leukosit akan berada di
tempat sel yang diserang benda asing. Apabila benda asing tersebut cukup banyak atau
penangannannya memerlukan jangka waktu tertentu, sebagian dari leukosit dapat
memperbanyak diri dengan mitosis di luar jaringan sumsum tulang.

Gambar
sel darah merah dan putih
Fungsi Leukosit
Fungsinya adalah suatu mobile dalam sistem pertahanan imun tubuh Leukosit terbagi
atas dua, yaitu :
Gambar komponen sel darah putih
a) Granulosit adalah sel yang memiliki granula. Sel ini terdiri atas tiga jenis :
 Neutrofil
Neutrofil berhubungan dengan pertahanan tubuh terhadap infeksi bakteri serta
proses peradangan kecil lainnya, serta biasanya juga yang memberikan
tanggapan pertama terhadap infeksi bakteri, aktivitas dan matinya neutrofil
dalam jumlah yang banyak menyebabkan adanya nanah.
 Eusinofil
Eosinofil terutama berhubungan dengan infeksi parasit, dengan demikian
meningkatnya eosinofil menandakan banyaknya parasit.
 Basofil
Basofil terutama bertanggung jawab untuk memberikan reaksi alergi dan
antigen dengan jalan mengeluarkan histamin kimia yang menyebabkan
peradangan.
b) Agranulosit adalah sel yang tidak memiliki granula. Sel ini terdiri atas dua
jenis :
 Monosit
Monosit membagi fungsi pembersih vakum (fagositosis) dari neutrofil, tetapi
lebih jauh dia hidup dengan tugas tambahan yaitu memberikan potongan
patogen kepada sel T sehingga patogen tersebut dapat dihafal dan dibunuh,
atau dapat membuat tanggapan antibodi untuk menjaga. Makrofag monosit
dikenal juga sebagai makrofag setelah dia meninggalkan aliran darah serta
masuk ke dalam jaringan.
 Limfosit
Limfosit lebih umum dalam sistem limfa

Pembentukan Leukosit
Pembentukan sel darah putih dimulai dari diferensiasi dini dari sel stem
hemopoietik pluripoten menjadi berbagai tipe sel stem committed. Selain sel-sel
committed tersebut, untuk membentuk eritrosit dan membentuk leukosit. Dalam
pembentukan leukosit terdapat dua tipe yaitu mielositik dan limfositik.
Pembentukan leukosit tipe mielositik dimulai dengan sel muda yang berupa
mieloblas, sedangkan pembentukan leukosit tipe limfositik dimulai dengan sel
muda yang berupa limfoblas.
Leukosit yang dibentuk di dalam sumsum tulang, terutama granulosit,
disimpan dalam sumsum sampai sel-sel tersebut diperlukan dalam sirkulasi.
Kemudian, bila kebutuhannya meningkat, beberapa faktor seperti sitokin-sitokin
akan dilepaskan. Dalam keadaan normal,granulosit yang bersirkulasi dalam
seluruh darah kira-kira tiga kali jumlah yang disimpan dalam sumsum. Jumlah
ini sesuai dengan persediaan granulosit selama enam hari. Sedangkan limfosit
sebagian besar akan disimpan dalam berbagai area limfoid kecuali pada sedikit
limfosit yang secara temporer diangkut dalam darah.
3) TROMBOSIT
Trombosit disebut juga keping darah. Sebenarnya, trombosit tidak dapat
dipandang sebagai sel utuh karena ia berasal dari sel raksasa yang berada di sumsum
tulang yang dinamakan megakariosit. Dalam pematangannya, magakariosit pecah
menjadi 3000-4000 serpihan sel, yang disebut trombosit. Trombosit mempunyai
bentuk cembung dengan garis tengah 0,75-2,25 mm. Trombosit tidak mempunyai inti.
Akan tetapi kepingan sel ini masih dapat melakukan sintesis protein, walaupun sangat
terbatas, karena di dalam sitoplasma masih terdapat sejumlah RNA. Selain itu,
trombosit masih mempunyai mitokondria, butir glikogen yang mungkin berfungsi
sebagai cadangan energi dan 2 jenis granula, yaitu granula-alpha dan granula yang
lebih padat.
Umur trombosit antara 8 sampai 14 hari setelah terpecah dari sel asalnya dan
masuk darah. Konsentrasi trombosit di dalam darah antara 105 sampai 5.106/mL
darah.
Trombosit juga berfungsi sebagai pertahanan tubuh, tetapi fungsi utamanya
bukan terhadap benda asing. Trombosit berfungsi penting dalam usaha tubuh untuk
mempertahankan keutuhan jaringan bila terjadi luka. Trombosit ikut serta dalam
usaha menutup luka, sehingga tubuh tidak mengalami kehilangan darah dan
terlindung dari penyusupan benda asing. Sebagian trombosit akan pecah dan
mengeluarkan isinya, yang berfungsi untuk memanggil trombosit dan sel-sel leukosit
dari tempat lain. Sebagian dari isi trombosit yang pecah tersebut juga aktif dalam
mengkatalisis proses pembekuan darah, sehingga luka tersebut selanjutnya disumbat
oleh gumpalan yang terbentuk.

Pembentukan Trombosit

Megakarioblas (sel besar dengan sitoplasma homogeny basofilik yang tidak


mengandung granula spesifik. Mengandung banyak nukleous dan memperlihatkan
polakromatin yang jarang) selama berdiferensiasi megakarioblas menjadi sangat
besar, intinya berlipat-lipat menjadi promegakariosit lalu menjadi metamegakariosit
dan kemudian menjadi megakasiosit matang lalu terakhir trombosit.
Gambar
Trombosit Proses Pembekuan Darah

Fungsi tombosit
Fungsi utamanya adalah berperan dalam proses pembekuan darah. Trombosit juga
mempunyai peran dalam melawan infeksi virus dan bakteri.

Pembpentukan Sel Darah Pada Sumsum Tulang dan Embrio


(Eritropoesis)
Sumsum Tulang
Sumsum tulang membentuk lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan dan
perkembangan sel induk. Sumsum tulang tersusun atas sel stroma dan jaringan
mikrovaskuler. Sel stroma meliputi sel lemak (adiposa), fibroblas, sel retikulum, sel endotel
dan makrofag. Sel-sel tersebut mensekresi molekul ekstraseluler seperti kolagen, glikoprotein
(fibronektin dan trombospondin), serta glikosaminoglikan (asam hialuronat dan derivat
kondroitin) untuk membentuk suatu matriks ekstraseluler. Selain itu, sel stroma mensekresi
beberapa faktor pertumbuhan yang diperlukan bagi kelangsungan hidup sel induk.

Pembentukan Sel Darah Pada Sumsum Tulang dan Embrio (Eritropoesis) - Sel darah
merah merupakan komponen sel darah yang memiliki presentase paling banyak. Setiap
sentimeter kubik (cm3) darah manusia mengandung 5-6 juta sel ini dan sekitar 25 triliun sel
dalam 5 L darah dalam tubuh manusia. Sel tersebut bertanggung jawab dalam pengangkutan
oksigen dari sistem respirasi ke seluruh sel tubuh. Namun, sel yang begitu berguna ini tidak
memiliki inti sel dan mitokondria. Hal ini merupakan penyesuaian terhadap fungsi sel darah
merah itu sendiri. Sel darah merah mengandung 33% senyawa hemoglobin, suatu protein
yang berperan dalam pengikatan oksigen. Hemoglobin mengikat oksigen dengan membentuk
senyawa oksi-hemoglobin. Selain itu, hemoglobin juga akan mengikat limbah karbon
dioksida dengan membentuk karbamino-hemoglobin, namun hanya sedikit karbondioksida
yang diikat oleh hemoglobin. Sebagian besar karbondioksida dibawa oleh plasma darah
dalam bentuk ion bikarbonat (HCO3-). Ikatan karbonmonoksida dengan hemoglobin
membentuk karboksihemoglobin, memiliki ikatan yang lebih kuat dan menetap dibanding
dengan oksigen. Oleh karena itu akan mengganggu proses pengangkutan oksigen ke dalam
tubuh. Ukuran sel darah merah sangat kecil, sel darah merah memiliki diameter sekitar 12µm
(1µ= 10-6m). Dengan ukuran yang sangat kecil ini akan memaksimalkan pengikatan oksigen.
Semakin kecil ukuran sel darah merah maka akan semakin banyak oksigen yang dapat
diangkut. Sel darah merah memiliki bentuk bikonkaf, mencekung pada bagian tengah yang
membuat luas permukaan sel meningkat.
Keabsenan nukleus pada sel membuat sel darah merah kehilangan kemampuan dalam
bereproduksi. Pembentukan sel darah merah terjadi melalui proses eritropoesis yang
berlangsung di dalam sumsum tulang. Sel ini memiliki masa hidup yang pendek, sekitar 120
hari, maka sel akan beredar di dalam pembuluh darah, kemudian dirombak oleh makrofag.

Pematangan Sel Darah

Sel darah yang dalam proses pematangan memiliki karakteristik umum yang sama, yaitu:
1. Ukuran: semakin matang, ukurannya semakin kecil
2. Rasio inti:sitoplasma. Semakin matang, rasionya semakin menurun. Hal ini menandakan
bahwa inti sel semakin mengecil saat sel darah semakin matang.
3. Karakteristik inti: a) semakin matang maka ukuran inti semakin kecil, b) kromatin muda
halus, lalu kasar, lalu lebih padat saat menuju ke arah matang, c) anak inti tidak terlihat
saat sel darah matang
4. Sitoplasma pada sel muda biru tua, tanpa granul.

Pembentukan sel darah merah dipengaruhi oleh hormon eritropoetin. Eritropoesis


merupakan salah satu dari proses hematopoesis. Sel darah memiliki sel dasar yang sama, sel
pluripoten, yang bersifat multipoten sel yaitu kemampuan untuk membelah dan dapat
berdiferensiasi menjadi sel jenis lain. Pluripoten membentuk dua jenis sel yang juga memiliki
sifat multipoten, limpoid, dan mieloid. Kelompok limpoid merupakan kelompok yang
bermigrasi ke organ limpa, sedang kelompok mieloid berada tetap di dalam sumsum tulang.
Kelompok mieloid membelah dan berdiferensiasi menjadi sel-sel baru. Eritroblas merupakan
sel bakal pembentuk sel darah merah (eritrosit) yang memiliki ukuran besar dan masih
memiliki inti sel.

Pematangan meliputi proses pembentukan hemoglobin, enukleasi yang berukuran


kecil dan berbentuk bikonkaf. Selama proses pematangan eritrosit mengalami perubahan.
Volume (ukuran) sel berkurang, anak inti mengecil, dan kromatik makin memadat kemudian
pada akhirnya inti didorong ke luar sel. Diameter sel berkurang, pengurangan jumlah
poliriosom, dan menghilangnya mitokondria, terakhir terjadi peningkatan jumlah
hemoglobin. Hormon eritropoetin, zat besi, asam folat, dan vitamin B12 sangat penting dalam
pembentukan eritrosit. Hormon eritropoetin dhasilkan oleh kelenjar ginjal, hormon ini akan
merangsang mRNA untuk mensintesis protein Globin yang merupakan unsur penyusun
hemoglobin. Pematangan sel darah merah berlangsung sekitar 10 hari untuk siap diedarkan
ke seluruh tubuh. Sel darah merah akan beredar di dalam sistem sirkulasi selama 120 hari,
sel-sel yang tua akan dihancurkan (dimakan) oleh sel darah putih (makrofag) yang
berlangsung di dalam hati. Perombakan sel darah merah akan menghasilkan cairan empedu
yang disimpan dalam kantung empedu di hati dan sangat penting dalam pencernaan lemak.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
Pembentukan sel darah dalam tulang (hematogenesis) merupakan proses pembentukan
komponen sel darah, dimana terjadi Proliferasi, Maturasi dan Diferensiasi sel yang terjadi
secara serentak. Dimana sel-sel darah terdiri eritrosit , leukosit dan trombosit. Sel-sel darah
tersebut mempunyai peranan penting di dalam tubuh. Diantaranya :

a). Eritrosit berfungsi membawa O2 ke jaringan dan mengembalikan CO2 dari jaringan
ke paru. Untuk mencapai pertukaran gas ini, eritrosit mengandung protein khusus
yaitu hemoglobin.

b). Leukosit berfungsi membawa makanan dari tempat penyerapan ke seluruh tubuh,
membawa bahan buangan dalam arah sebaliknya dan mempertahankan tubuh dari
benda asing yang berbahaya.

c). Trombosit berfungsi mencegah tubuh kehilangan darah akibat perdarahan di dinding
pembuluh darah.
DAFTAR PUSTAKA

- A.V. Hoffbrand, J.E. Pettit, P.A.H. Moss ; 2005 ; Kapita selekta hematologi ;
Jakarta ; Buku Kedoktera

- Junquiera, L.C. 1998. Histologi Dasar. EGC. Jakarta

- Corwin EJ. 2007. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.

- Dr. H. Mohamad Sadikin, DSc. ; 2001 ; Biokimia darah ; Jakarta ; Widya Medika

Hematologi klinik ringkas,

- Wahab AS. 1996. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta : EGC

- Bakta, I Made. 2006. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: EGC.

- Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. Jakarta: EGC.

- (Price,S.A,1995 :175) Muskuloskeletal System.

- Suharti, C. Dasar-dasar Hematogenesis dalam Sudoyo, Aru W. Setiyohadi, Bambang. Alwi,


Idrus. Simadibrata K, Marcellus. Setiati, Siti. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
- Jurnal l'Ergomotricité - Le corps, le travail et la santé - Michel Gendrier - Collection
Grenoble Sciences ”Muskuloskeletal System”. 2006.
- Jurnal “Hematopoietic Stem Cells and Hematopoiesis” Cla y t on Sm it h, MD
January/February 2008, Vol. 10, No. 1
- Jurnal Keperawatan Anak . Volume 1, No. 2, November 2013; 99-103 Hubungan Antara
Kejadian Anemia Dengan Kemampuan Kognitif Anak Usia Sekolah Di Sekolah Dasar
Negeri (SDN) Susukan 04 Ungaran Timur / Primalia Putrihantini, Meira Erawati.
- 2010 SGD 14 LBM 1 MODUL 6// ANNISA RAHIM
- ANATOMI SISTEM MUSKULOSKELETAL & SISTEM INTEGUMEN// Kuntarti, SKp,
M.Biomed. Anat_muskuloskeletal/ikun/2007
- Jurnal Mathematical Model on Hematopoiesis Process with Proliferation Time Delay//
Usman Pagalay , Anita Ambarsari. (Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. 28, No. 2,
Agustus 2014); Korespondensi: Usman Pagalay.
- Jurnal “HUBUNGAN ASUPAN ZAT GIZI PEMBENTUK SEL DARAH MERAH DENGAN
KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL DI KABUPATEN GOW A” // Angreani
Besuni1, Nurhaedar Jafar1, Rahayu Indriasari1. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar (Alamat korespondensi:
angreanipolopadang@yahoo.com/085242178601)

Anda mungkin juga menyukai