Anda di halaman 1dari 11

TUGAS HEMATOLOGI

DOSEN PENGAMPU:
CHAIRANI, S.SiT, M.BIOMED

OLEH:
MUHAMMAD IKHWANUL IHSAN
(2210262180)

DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

2022/2023
1. Definisi Hematopoeisis
Hemtopoeisis Adalah proses produksi sel- sel darah yang bersikulasi secara
terus menerus yang dimulai sejak terbentuknya kehidupan janin di dalam kandungan
sampai individu tersebut dilahirkan. Proses hemopoiesis dimulai pertama kali di “yolk
sac” dan Aorta gonad mesonephros (AGM), kemudian beralih ke hati, limpa janin dan
terakhir ke bagian sum sum tulang.

Tempat terjadinya hematopoiesis pada manusia :


1. Embrio dan Fetus
a. Stadium Mesoblastik, Minggu ke 3-6 s/d 3-4 bulan kehamilan : Sel-sel
mesenchym di yolk sac. Minggu ke 6 kehamilan produksi menurun diganti
organ-organ lain.
b. Stadium Hepatik, Minggu ke 6 s/d 5-10 bulan kehamilan : Menurun dalam
waktu relatif singkat. Terjadi di Limpa, hati, kelenjar limfe
c. Stadium Mieloid, Bulan ke 6 kehamilan sampai dengan lahir, pembentukan
di sumsum tulang : Eritrosit, leukosit, megakariosit.
2. Bayi sampai dengan dewasa
Hematopoiesis terjadi pada sumsum tulang, normal tidak diproduksi di hepar
dan limpa, keadaan abnormal dibantu organ lain. Setelah proses kelahiran,
hemopoiesis di hati sudah berhenti dan dilanjutkan di sum sum tulang.
Hemopoiesis di dalam sum sum tulang disebut dengan “hemopoiesis intra
medular”. Sedangkan di luar sum sum tulang, seperti di hati dan limpa disebut
dengan “hemopoiesis ekstra medular”.

a. Hematopoiesis Meduler (N) Lahir sampai dengan 20 tahun : sel sel

2
darah → sumsum tulang. Lebih dari 20 tahun : corpus tulang
panjang berangsur – angsur diganti oleh jaringan lemak karena produksi
menurun.
b. Hematopoiesis Ekstrameduler (AbN) Dapat terjadi pada keadaan tertentu,
misal: Eritroblastosis foetalis, An.Peniciosa, Thallasemia, An.Sickle sel,
Spherositosis herediter, Leukemia. Organ – organ Ekstrameduler : Limpa,
hati, kelenjar Lingkungan mikro (microenvirontment) sumsum tulang
Lingkungan mikro sumsum tulang adalah substansi yang memungkinkan
sel induk tumbuh secara kondusif.adrenal, tulang rawan, ginjal.

1. Janin 0-2 bulan (kantung kuning telur)


2-7 bulan (hati, limpa)
5-9 bulan (sumsum tulang)
2. Bayi Sumsum tulang (pada semua tulang.
3. Dewasa Vertebra, tulang iga, sternum, tulang tengkorak,
sakrum dan pelvis, ujung proksimal femur.

Kelangsungan hemopoesis
Untuk kelangsungan hemopoesis diperlukan :
1. Sel induk hemopoetik (hematopoietic stem cell) Sel induk hemopoetik ialah sel-
sel yang akan berkembang menjadi sel-sel darah, termasuk eritrosit, lekosit,
trombosit, dan juga beberapa sel dalam sumsum tulang seperti fibroblast. Sel
induk yang paling primitif sebagai pluripotent (totipotent) stem cell.
2. Lingkungan mikro (microenvirontment) sumsum tulang Lingkungan mikro
sumsum tulang adalah substansi yang memungkinkan sel induk tumbuh secara
kondusif.

A. Eritrosit
1. Eritropoiesis
Tubuh manusia memproduksi kira-kira 1012 eritrosit baru setiap hari melalui
proses eritropoiesis. Eritropoiesis merupakan proses pembentukan sel darah merah.
Mekanisme eritropoiesis membutuhkan tiga faktor pendukung, yaitu: 1) stem cells
hematopoietic, 2)sitokin spesifik, growth factor dan hormonal
regulator, dan 3) hematopoietik yang mempengaruhi micro environment, yaitu

3
stroma pendukung dan interaksi sel dengan sel yang diikuti proliferasi dan
diferensiasi hematopoietik stem cell dan mempengaruhi progenitor eritroid yang
akhirnya menghasilkan erirosit matur. Proliferasi dan maturasi diatur oleh sitokin,
termasuk eritropoietin.
2. Eritropoietin
Eritropoiesis diatur oleh hormon eritropoietin. Eritropoietin merupakan
glikoprotein hormon dengan berat molekul 30-39 kD yang akan berikatan dengan
reseptor spesifik progenitor eritrosit, yang akan memberi sinyal untuk
menstimulasi proliferasi dan diferensiasi. Pada keadaan normal, 90% hormon ini
dihasilkan oleh peritubular interstisial (endothelial) ginjal, dan sisanya sebanyak
10% dihati. Eritropoietin diproduksi tubuh tergantung pada stimulus tekanan
oksigen dalam jaringan ginjal. Bila tekanan oksigen rendah seperti pada keadaan
anemia dan hipoksia maka nefron ginjal akan merespon dengan memproduksi
eritropoietin sehingga terjadi peningkatan produksi eritrosit di sumsum tulang.
3. Hemoglobin
Hemoglobin berasal dari dua kata, yaitu: haem dan globin. Hemoglobin
mengandung feroprotoporfirin dan protein globin. Eritrosit mengandung protein
khusus, yaitu hemoglobin untuk mencapai proses pertukaran gas antara O2 dan
CO2, dimana salah satu fungsi eritrosit adalah mengangkut oksigen (O2) ke
jaringan dan mengembalikan karbondioksida (CO2) dari jaringan tubuh ke paru.
Hemoglobin normal kadarnya 13,0-17,5 gr/dl pada pria dan 12,0-15,5 gr/dl pada
wanita. Selain itu darah juga berperan dalam menyuplai nutrisi, mengangkut zat
sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun untuk
pertahanan tubuh dari berbagai penyakit.

B. Leukosit
1. Eukopoiesis
Leukopoiesis merupakan proses pembentukan leukosit. Proses ini dirangsang
oleh Colony Stimulating Factor (CSF) yang dihasilkan oleh leukosit matur.
Pembentukan leukosit terjadi di sumsum tulang (terutama seri granulosit), akan
disimpan dalam sumsum tulang sampai diperlukan dalam sistem sirkulasi darah.
2. Jenis-jenis Leukosit
- Eosinofil

4
- Basofil
- Neutrofil
- Limfosit
- Monosit

C. Trombosit
1. Trombopoiesis
Trombosit terbentuk dari megakariosit di sumsum tulang. Megakariosit
merupakan sel yang sangat besar dalam susunan hematopoietik dalam sumsum
tulang belakang yang kemudian memecah menjadi trombosit atau keping-keping
darah. Trombosit dihasilkan dengan cara fragmentasi (melepaskan diri) dari
perifer sitoplasma megakariosit akibat stimulus trombopoietin. Megakariosit
berasal dari megakarioblas yang merupakan hasil diferensiasi dari sel induk
hematopoietik prekursor mieloid paling awal yang membentuk megakariosit.
2. Asal Usul Maturasi dan Nomenklatur Sel Darah
Teori Asal Usul
1. Monofiletik/Satu Sel Induk (Stem)
Kelompok monofiletik adalah kelompok organisme yang membentuk
sebuah klad, terdiri dari semua keturunan dari nenek moyang yang sama.
Kelompok monofiletik biasanya ditandai oleh karakteristik turunan bersama
(sinapomorfi) yang membedakan organisme di dalam klad dengan organisme
lain. Susunan anggota kelompok monofiletik disebut monofili.
2. Dualistik
Adalah konsep filsafat yang menyatakan ada dua substansi. Dalam
pandangan tentang hubungan antara jiwa dan raga, dualisme mengklaim
bahwa fenomena mental adalah entitas non-fisik.
3. Polifiletik
Kelompok polifiletik adalah sejumlah organisme, atau unsur lainnya,
yang dikelompokkan bersama namun tak berbagi leluhur umum langsung.
Istilah tersebut sering kali ditujukan kepada kelompok yang berbagi sifat yang
tampak mirip namun tak diwarisi dari leluhur umum.

5
Pada orang dewasa dalam keadaan fisiologik semua hemopoesis terjadi pada sumsum tulang.
Untuk kelangsungan hemopoesis diperlukan :

1. Sel induk hemopoetik (hematopoietic stem cell)

Sel induk hemopoetik ialah sel-sel yang akan berkembang menjadi sel-sel darah, termasuk
eritrosit, lekosit, trombosit, dan juga beberapa sel dalam sumsum tulang seperti fibroblast. Sel
induk yang paling primitif sebagai pluripotent (totipotent) stem cell.

Sel induk pluripotent mempunyai sifat :

1. Self renewal : kemampuan memperbarui diri sendiri sehingga tidak akan pernah habis
meskipun terus membelah;
2. Proliferative : kemampuan membelah atau memperbanyak diri;
3. Diferensiatif : kemampuan untuk mematangkan diri menjadi sel-sel dengan fungsi-
fungsi tertentu.

Menurut sifat kemampuan diferensiasinya maka sel induk hemopoetik dapat dibagi menjadi :

1. Pluripotent (totipotent)stem cell : sel induk yang mempunyai yang mempunyai


kemampuan untuk menurunkan seluruh jenis sel-sel darah.

6
2. Committeed stem cell : sel induk yang mempunyai komitmet untuk berdiferensiasi
melalui salah satu garis turunan sel (cell line). Sel induk yang termasuk golongan ini
ialah sel induk myeloid dan sel induk limfoid.
3. Oligopotent stem cell : sel induk yang dapat berdiferensiasi menjadi hanya beberapa
jenis sel. Misalnya CFU-GM (colony forming unit-granulocytelmonocyte) yang dapat
berkembang hanya menjadi sel-sel granulosit dan sel-sel monosit.
4. Unipotent stem cell : sel induk yang hanya mampu berkembang menjadi satu jenis sel
saja. Contoh CFU-E (colony forming unit- erythrocyte) hanya dapat menjadi eritrosit,
CFU-G (colony forming unit-granulocyte) hanya mampu berkembang menjadi
granulosit.

2. Lingkungan mikro (microenvirontment) sumsum tulang

Lingkungan mikro sumsum tulang adalah substansi yang memungkinkan sel induk tumbuh
secara kondusif. Komponen lingkungan mikro ini meliputi :

1. Mikrosirkulasi dalam sumsum tulang


2. Sel-sel stroma :
o Sel endotel
o Sel lemak
o Fibroblast
o Makrofag
o Sel reticulum
3. Matriks ekstraseluler : fibronektin, haemonektin, laminin, kolagen, dan proteoglikan.

7
Lingkungn mikro sangat penting dalam hemopoesis karena berfungsi untuk :

 Menyediakan nutrisi dan bahan hemopoesis yang dibawa oleh peredaran darah mikro
dalam sumsum tulang.
 Komunikasi antar sel (cell to cell communication), terutama ditentukan oleh adanya
adhesion molecule.
 Menghasilkan zat yang mengatur hemopoesis : hematopoietic growth factor, cytokine,
dan lain-lain.

3. Bahan-bahan pembentuk darah

Bahan-bahan yang diperlukan untuk pembentukan darah adalah :

1. Asam folat dan vitamin B12 : merupakan bahan pokok pembentuk inti sel.
2. Besi : sangat diperlukan dalam pembentukan hemoglobin.
3. Cobalt, magnesium, Cu, Zn.
4. Asam amino.
5. Vitamin lain : vitamin C. vitamin B kompleks dan lain-lain10

4. Mekanisme regulasi

8
Mekanisme regulasi sangat penting untuk mengatur arah dan kuantitas pertumbuhan sel dan
pelepasan sel darah yang matang dari sumsum tulang ke darah tepi sehingga sumsum tulang
dapat merespon kebutuhan tubuh dengan tepat. Produksi komponen darah yang berlebihan
ataupun kekurangan (defisiensi) sama-sama menimbulkan penyakit. Zat-zat yang
berpengaruh dalam mekanisme regulasi ini adalah :

1. Faktor pertumbuhan hemopoesis (hematopoietic growth factor) :


o Granulocyte-macrophage colony stimulating factor (GM-CSF)
o Granulocyte colony stimulating factor (G-CSF)
o Macrophage-colony stimulating factor (M-CSF)
o Thrombopoietin
o Burst promoting activity (BPA)
o Stem cell factor (kit ligand)
2. Sitokon (Cytokine) seperti misalnya IL-3 (interleukin-3), IL-4, IL-5, IL-7, IL-8, IL-9,
IL-9, IL-10.

Growth factor dan sitokin sebagian besar dibentuk oleh sel-sel darah sendiri, seperti
limfosit, monosit, atau makrofag, serta sebagian oleh sel- sel penunjang, seperti
fibroblast dan endotil. Sitokin ada yang merangsang pertumbuhan sel induk
(stimulatory cytokine), sebagian lagi menekan pertumbuhan sel induk (inhibitory
cytokine). Keseimbangan kedua jenis sitokin ini sangat menentukan proses
hemopoesis normal.

3. Hormon hemopoetik spesifik yaitu Erythrpoietin : merupakan hormon yang dibentuk


diginjal khusus merangsang precursor eritroid.
4. Hormon nonspesifik

Beberapa jenis hormone diperlukan dalam jumlah kecil untuk hemopoesis, seperti :

1. Androgen : berfungsi menstimulasi eritropoesis.


2. Estrogen : menimbulkan inhibisi eritropoesis.
3. Glukokortikoid.
4. Growth hormon
5. Hormone tiroid

9
Dalam regulasi hemopoesis normal terdapat feed back mechanism : suatu mekanisme
umpan balik yang dapat merangsang hemopoesisjika tubuh kekurangan komponen darah
(positive loop) atau menekan hemapoesis jika tubuh kelebihan komponen darah tertentu
(negative loop).

10
DAFTAR PUSTAKA

Andika Alviameita Puspitasari. (2019) Buku Ajar Hematologi, Universitas Muhammadiyah


Sidoarjo. Umsida Press.

Mauli Ardhiya, Hematopoiesis. Swadaya Gunung Jati University Undergraduate. Academia

Unadira Danastri Luna Badira & Haljordan Hari Yoga Pratama. (2017). Bagaimana Proses
Hematopoiesis. Ilmu Kedokteran.

11

Anda mungkin juga menyukai