Anda di halaman 1dari 25

Darah merupakan komponen esensial mahluk hidup, mulai dari binatang primitif

sampai manusia. Dalam keadaan fisiologik, darah selalu berada dalam pembuluh darah
sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai pembawa oksigen, mekanisme pertahanan
tubuh terhadap infeksi, dan mekanisme hemostasis.

Pembentukan sel darah (Hemopoesis/Hematopoiesis)

Hemopoesis atau hematopoiesis ialah proses pembentukan darah. Tempat hemopoesis


pada manusia berpindah-pindah sesuai dengan umur :

a) Janin : umur 0-2 bulan (kantung kuning telur)

umur 2-7 bulan (hati, limpa)

umur 5-9 bulan (sumsum tulang)

b) Bayi : Sumsum tulang


: vertebra, tulang iga, sternum, tulang tengkorak,
c) Dewasa. sacrum

dan pelvis, ujung proksimal femur

Pada orang dewasa dalam keadaan fisiologik semua hemopoesis terjadi pada sumsum
tulang. Untuk kelangsungan hemopoesis diperlukan :

1. Sel induk hemopoetik (hematopoietic stem cell)

Sel induk hemopoetik ialah sel-sel yang akan berkembang menjadi sel-sel darah,
termasuk eritrosit, lekosit, trombosit, dan juga beberapa sel dalam sumsum tulang
seperti fibroblast. Sel induk yang paling primitif sebagai pluripotent (totipotent) stem
cell.

Sel induk pluripotent mempunyai sifat :

a. Self renewal : kemampuan memperbarui diri sendiri sehingga tidak akan pernah

habis meskipun terus membelah;

b. Proliferative : kemampuan membelah atau memperbanyak diri;


c. Diferensiatif : kemampuan untuk mematangkan diri menjadi sel-sel dengan
9
fungsi-fungsi tertentu.

Menurut sifat kemampuan diferensiasinya maka sel induk hemopoetik dapat dibagi
menjadi :

a. Pluripotent (totipotent)stem cell : sel induk yang mempunyai yang mempunyai


kemampuan untuk menurunkan seluruh jenis sel-sel darah.

b. Committeed stem cell : sel induk yang mempunyai komitmet untuk berdiferensiasi
melalui salah satu garis turunan sel (cell line). Sel induk yang termasuk golongan
ini ialah sel induk myeloid dan sel induk limfoid.

c. Oligopotent stem cell : sel induk yang dapat berdiferensiasi menjadi hanya
beberapa jenis sel. Misalnya CFU-GM (colony forming unit-granulocytelmonocyte)
yang dapat berkembang hanya menjadi sel-sel granulosit dan sel-sel monosit.

d. Unipotent stem cell : sel induk yang hanya mampu berkembang menjadi satu
jenis sel saja. Contoh CFU-E (colony forming unit-erythrocyte) hanya dapat
menjadi eritrosit, CFU-G (colony forming unit-granulocyte) hanya mampu
berkembang menjadi granulosit.

2. Lingkungan mikro (microenvirontment) sumsum tulang

Lingkungan mikro sumsum tulang adalah substansi yang memungkinkan sel induk
tumbuh secara kondusif. Komponen lingkungan mikro ini meliputi :
a) Mikrosirkulasi dalam sumsum tulang

b) Sel-sel stroma :

i. Sel endotel

ii. Sel lemak

iii. Fibroblast

iv. Makrofag

v. Sel reticulum

c) Matriks ekstraseluler : fibronektin, haemonektin, laminin, kolagen,


dan proteoglikan.

Gbr 1. Fisiologi dan


Patologi Haemopoesis
(Haematology at a Glance,
oleh Victor Hoffbrand,
edisi ke-2, London 2005,
hal 8)
Lingkungn mikro sangat penting dalam hemopoesis karena berfungsi
untuk :

a. Menyediakan nutrisi dan bahan hemopoesis yang dibawa oleh


peredaran darah mikro dalam sumsum tulang.

b. Komunikasi antar sel (cell to cell communication), terutama

ditentukan oleh adanya adhesion molecule.

c. Menghasilkan zat yang mengatur hemopoesis : hematopoietic

growth factor, cytokine, dan lain-lain.

3. Bahan-bahan pembentuk darah

Bahan-bahan yang diperlukan untuk pembentukan darah adalah :

1. Asam folat dan vitamin B12 : merupakan bahan pokok pembentuk inti

sel.

2. Besi : sangat diperlukan dalam pembentukan hemoglobin.

3. Cobalt, magnesium, Cu, Zn.

4. Asam amino.

10
5. Vitamin lain : vitamin C. vitamin B kompleks dan lain-lain

4. Mekanisme regulasi

Mekanisme regulasi sangat penting untuk mengatur arah dan kuantitas


pertumbuhan sel dan pelepasan sel darah yang matang dari sumsum
tulang ke darah tepi sehingga sumsum tulang dapat merespon kebutuhan
tubuh dengan tepat. Produksi komponen darah yang berlebihan ataupun
kekurangan (defisiensi) sama-sama menimbulkan penyakit. Zat-zat yang
berpengaruh dalam mekanisme regulasi ini adalah :

a. Faktor pertumbuhan hemopoesis (hematopoietic growth factor) :


i. Granulocyte-macrophage colony stimulating factor (GM-CSF)

ii. Granulocyte colony stimulating factor (G-CSF)

iii. Macrophage-colony stimulating factor (M-CSF)

iv. Thrombopoietin

v. Burst promoting activity (BPA)

vi. Stem cell factor (kit ligand)

b. Sitokon (Cytokine) seperti misalnya IL-3 (interleukin-3), IL-4, IL-5, IL-7, IL-8,

IL-9, IL-9, IL-10.

Growth factor dan sitokin sebagian besar dibentuk oleh sel-sel darah
sendiri, seperti limfosit, monosit, atau makrofag, serta sebagian oleh sel-
sel penunjang, seperti fibroblast dan endotil. Sitokin ada yang
merangsang pertumbuhan sel induk (stimulatory cytokine), sebagian lagi
menekan pertumbuhan sel induk (inhibitory cytokine). Keseimbangan
kedua jenis sitokin ini sangat menentukan proses hemopoesis normal.

c. Hormon hemopoetik spesifik yaitu Erythrpoietin : merupakan hormon

yang dibentuk diginjal khusus merangsang precursor eritroid.

d. Hormon nonspesifik

Beberapa jenis hormone diperlukan dalam jumlah kecil untuk


hemopoesis, seperti :

i. Androgen : berfungsi menstimulasi eritropoesis.

ii. Estrogen : menimbulkan inhibisi eritropoesis.

iii. Glukokortikoid.

iv. Growth hormon

v. Hormone tiroid
Dalam regulasi hemopoesis normal terdapat feed back mechanism
: suatu mekanisme umpan balik yang dapat merangsang hemopoesisjika
tubuh kekurangan komponen darah (positive loop) atau menekan
hemapoesis jika tubuh kelebihan komponen darah tertentu (negative
11
loop).

Gbr 2. Diagram tabung yang berisi darah dengan plasma darah


nd
(A Beginner’s Guide to Blood Cells, oleh Barbara J Bain, 2 Edition, by
Blackwell Publishing Ltd, 2004, halaman 2)

ERITROSIT

Eritrosit membawa hemoglobin didalam sirkulasi. Ia merupakan cakram


bikonkaf yang dibentuk dalam sumsum tulang. Pada mamalia, ia kehilangan
intinya sebelum memasuki sirkulasi. Untuk mengangkut hemoglobin agar
berkontak erat dengan jaringan dan agar pertukaran gas berhasil, eritrosit yang
berdiameter 8 µm harus dapat secara berulang melalui mikrosirkulasi yang
diameter minimumnya 3,5 µm, untuk mempertahankan hemoglobin dalam
keadaan tereduksi (ferro) dan untuk mempertahankan keseimbangan osmotik
walaupun konsentrasi protein (hemoglobin) tinggi dalam sel. Perjalanan secara
keseluruhan selama masa hidupnya yang 120 hari diperkirakan sepanjang 480 km
(300 mil). Untuk memenuhi fungsi ini, eritrosit adalah cakram bikonkaf yang
fleksibel dengan kemampuan menghasilkan energy sebagai adenosin trifosfat
(ATP) melalui jalur glikolisis anaerob (Embden-meyerhof) dan menghasilkan
kekuatan pereduksi sebagai NADH melalui jalur ini serta sebagai nikotinamida
adenine dinukleotida fosfat tereduksi (NADPH) melalui jalur pintas heksosa
12
monofosfat.

Gbr.3 gambar eritrosit normal


nd
(A Beginner’s Guide to Blood Cells, oleh Barbara J Bain, 2 Edition, by
Blackwell Publishing Ltd, 2004, halaman 3)

Eritropoiesis

Pembentukan eritrosit (eritropoiesis) merupakan suatu mekanisme


umpan balik. Ia dihambat oleh peningkatan kadar eritrosir bersirkulasi dan
dirangsang oleh anemia. Ia juga dirangsang oleh hipoksia dan peningkan
aklimatisasi ke tempat tinggi. Eritropoiesis dikendalikan oleh suatu hormon
glikoprotein bersirkulasi yang dinamai eritropoietin yang terutama disekresikan
13
oleh ginjal.

12
Setiap orang memproduksi sekitar 10 eritrosit baru tiap hari melalui
proses eritropoiesis yang kompleks dan teratur dengan baik. Eritropoiesis
berjalan dari sel induk menjadi prekursor eritrosit yang dapat dikenali pertama
kali di sumsum tulang, yaitu pronormoblas. Pronormoblas adalah sel besar
dengan sitoplasma biru tua, dengan inti ditengah dan nucleoli, serta kromatin
yang sedikit
menggumpal. Pronormoblas menyebabkan terbentuknya suatu rangkaian
normoblas yang makin kecil melalui sejumlah pembelahan sel. Normoblas ini juga
mengandung sejunlah hemoglobin yang makin banyak (yang berwarna merah
muda) dalam sitoplasma, warna sitoplasma makin biru pucat sejalan dengan
hilangnya RNA dan apparatus yang mensintesis protein, sedangkan kromatin inti
menjadi makin padat. Inti akhirnya dikeluarkan dari normoblas lanjut didalam
sumsum tulang dan menghasilkan stadium retikulosit yang masih mengandung
14
sedikit RNA ribosom dan masih mampu mensintesis hemoglobin.

Gbr. 4. Gambar sel-sel darah dalam hematopoiesis (Colour Atlas of Hematology,


Practical Microscopic and Clinical Diagnosis, oleh Harald
Theml,M.D.Professor,Newyork 2004, hal 2-3)

Sel ini sedikit lebih besar daripada eritrosit matur, berada selama 1-2 hari
dalam sumsum tulang dan juga beredar di darah tepi selama 1-2 hari sebelum
menjadi matur, terutama berada di limpa, saat RNA hilang seluruhnya. Eritrosit
matur berwarna merah muda seluruhnya, adlah cakram bikonkaf tak berinti. Satu
pronormoblas biasanya menghasilkan 16 eritrosit matur. Sel darah merah berinti
(normoblas) tampak dalam darah apabila eritropoiesis terjadi diluar sumsum
tulang (eritropoiesis ekstramedular) dan juga terdapat pada beberapa penyakit
sumsum tulang. Normoblas tidak ditemukan dalam darah tepi manusia yang
15
normal.
Membran Eritrosit

Membran eritrosit terdiri atas lipid dua lapis (lipid bilayer), protein
membran integral, dan suatu rangka membrane. Sekitar 50% membran adalah
protein, 40% lemak, dan 10 % karbohidrat. Karbohidrat hanya terdapat pada
permukaan luar sedangkan protein dapat diperifer atau integral, menembus lipid
15
dua lapis.

HEMOGLOBIN

Pigmen merah pembawa oksigen didalam eritrosit vertebrata merupakan


hemoglobin, suatu protein dengan berat molekul 64.450. Hemoglobin suatu
molekul globin yang dibentuk 4 subunit. Tiap subunit mengandung suatu gugus
hem yang dikonjugasi ke suatu poplipeptida. Hem merupakan turunan porfirin
yang mengandung besi. Polipeptida dinamai secara bersama-sama sebagai
bagian globin dari molekul hemoglobin. Ada 2 pasangan polipeptida dalam tiap
molekul hemoglobin, 2 subunit mengandung satu jenis polipeptida dan 2
mengandung lainnya. Pada hemoglobin manusia dewasa normal (hemoglobin A),
2 jenis polipeptida dinamai rantai α, masing-masingnya mengandung 141
gugusan asam amino dan rantai β, yang masing-masingnya mengandung 146
gugusan asam amino. Sehingga hemoglobin A dinamai α 2β2. Tidak semua
hemoglobin dalam darah dewasa normal merupakan hemoglobin A. sekitar 2,5%
hemoglobin merupakan hemoglobin A 2, tempat rantai β digantikan oleh δ (α 2δ2).
Rantai δ juga mengandung 146 gugusan asam amino, tetapi 10 gugusan
16
tersendiri berbeda dari yang dalam rantai β.

Ada sejumlah kecil dari rantai 3 turunan hemoglobin A yang berhubungan


erat dengan hemoglobin A yang diglikolisasi. Salah satu dari ini, hemoglobin A 1c
(HbA1c), mempunyai suatu glukosa yang dilekatkan ke valin terminal dalam tiap
rantai β dan mempunyai minat khusus karena jumlah dalam darah meningkat
17
didalam diabetes mellitus terkontrol buruk.

Hemoglobin mengikat O2 untuk membentuk oksihemoglobin, O2 yang


2+
melekat ke Fe didalam hem. Afinitas hemoglobin bagi O 2 dipengaruhi oleh pH,
+
suhu, dan dan konsentrasi 2,3-difosfogliserat (2,3-DPG). 2,3-DPG dan H bersaing
denganO2 dalam pengikatan ke hemoglobin di deoksigenasi, yang menurunkan
afinitas hemoglobin bagi O2 dengan memindahkan posisi 4 rantai polipeptida
18
(struktur kuatener).

Bila darah terpapar ke berbagai obat dan zat pengoksidasi lain in vitro
2+ 3+
atau in vivo, maka besi fero (Fe ) dalam molekul diubah ke ion feri (Fe ), yang
membentuk methemoglobin. Methemoglobin berwarna gelap dan bila ia ada
didalam jumlah besar didalam sirkulasi, maka ia akan menyebabkan pewarnaan
kulit berwarna kehitaman yang menyerupai sianosis. Normalnya timbul sejumlah
oksidasi hemoglobin ke methemoglobin, tetapi system enzim didalam eritrosit,
system NADH-methemoglobin reduktase, mengubah methemoglobin kembali ke
19
hemoglobin.

Gbr. 5. Hemoglobin dewasa normal. (Haematology at a Glance,


oleh Victor Hoffbrand, edisi ke-2, London 2005, hal 10)

Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin membentuk


karbonmonoksi hemoglobim (karboksihemoglobin). Afinitas hemoglobin bagi O 2
jauh lebih rendah dibandingkan afinitasnya bagi karbon monoksida, yang
akibatnya menggeser O2 dari hemoglobin, yang mengurangi kapasitas darah
20
membawa oksigen.

Sumber : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27832/4/Chapter%20II.pdf
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Darah
Darah adalah komponen esensial mahluk hidup yang berfungsi sebagai
pembawa oksigen dari Paru-Paru kejaringan dan Karbon dioksida dari jaringan
ke Paru-Paru untuk dikeluarkan, membawa zat nutrien dari saluran cerna ke
jaringan kemudian menghantarkan sisa metabolisme melalui organ sekresi
.
seperti Ginjal, menghantarkan hormon dan materi-materi pembekuan darah
[2]

Struktur Darah terdiri atas :


1. Plasma : ialah cairan darah ( 55 % ) sebagian besar terdiri dari air ( 95%),
7% protein, 1% nutrien . Didalam plasma terdapat sel-sel darah dan lempingan
darah, Albumin dan Gamma globulin yang berguna untuk mempertahankan
tekanan osmotik koloid, dan gamma globulin juga mengandung antibodi
( imunoglobulin ) seperti IgM, IgG, IgA, IgD, IgE untuk mempertahankan tubuh
terhadap mikroorganisme. Didalam plasma juga terdapat zat/faktor-faktor
pembeku darah, komplemen, haptoglobin, transferin, feritin, seruloplasmin,
kinina, enzym, polipeptida, glukosa, asam amino, lipida, berbagai mineral, dan
metabolit, hormon dan vitamin-vitamin.
2. Sel-sel darah : kurang lebih 45 % terdiri dari Eritrosit ( 44% ), sedang
sisanya 1% terdiri dari Leukosit atau sel darah putih dan Trombosit. Sel
.[4]
Leukosit terdiri dari Basofil, Eosinofil, Neutrofil, Limfosit, dan Monosit
Karakteristik darah :
a. Warna : Darah arteri berwarna merah muda karena banyak oksigen yang
berikatan dengan hemoglobin dalam sel darah merah. Darah Vena berwarna
merah tua / gelap karena kurang oksigen dibandingkan dengan darah Arteri.
1 Viskositas : Viskositas darah atau kekentalan darah ¾ lebih tinggi dari pada
viskositas air yaitu sekitar 1.048 sampai 1.066.
1. pH: pH darah bersifat alkaline dengan pHδ 7.35 sampai 7.45.
2. Volume : pada orang dewasa volume darah sekitar 70 sampai 75 ml/kg BB
atau sekitar 4 sampai 5 liter darah.

Jenis-Jenis Sel Darah


a. Sel darah putih / Leukosit
Leukosit dalam darah atau sel darah putih berperan sebagai sistim
3
imunitas tubuh. Jumlah dalam keadaan normal adalah 5000-10000 sel/mm .
Leukosit terdiri dari 2 kategori yaitu granulosit dan agranulosit.
a) Granulosit yaitu sel darah putih yang didalamnya terdapat granula.
b) Agranulosit : merupakan bagian dari sel darah putih yang mempunyai 1
sel lobus dan sitoplasmanya tidak mempunyai granula.
b. Sel Trombosit
Trombosit dalam darah berfungsi sebagai faktor pembeku darah dan
hemostasis ( menghentikan perdarahan ). Jumlahnya dalam darah dalam
keadaan normal sekitar 150.000 sampai dengan 300.000 /ml darah dan
mempunyai masa hidup sekitar 1 sampai 2 minggu atau kira-kira 8 hari.
c. Sel Erytrosit
Sel darah merah merupakan cakram bikonkaf dengan diameter sekitar
7.5 mikron, tebal bagian tepi 2 mikron dan bagian tengahnya 1 mikron atau
kurang, tersusun atas membran yang sangat tipis sehingga sangat mudah
diffusi oksigen, karbon dioksida dan sitoplasma, tetapi tidak mempunyai inti
sel. Eritrosit dapat mencapai umur 120 hari. Setiap harinya ada 1/120 x
5x5.1012 Eritrosit yang mati.
Sel darah merah yang matang mengandung 200-300 juta hemoglobin,
terdiri Hem merupakan gabungan dari protoporfirin dengan besi dan globin
adalah bagian dari protein yang tersusun oleh 2 rantai alfa dan 2 rantai beta
dan enzim-enzim seperti Glucose 6-phosphate dehydrogenase(G6PD).
Hemoglobin mengandung kira-kira 95% besi dan berfungsi membawa oksigen
dengan cara mengikat oksigen ( menjadi oksihemoglobin ) dan diedarkan
keseluruh tubuh untuk kebutuhan metabolisme.

2. Hemoglobin
Hemoglobin adalah protein yang terdapat pada sel darah merah.
Berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari Paru-Paru dan dalam peredaran
darah untuk dibawa ke jaringan dan membawa karbon dioksida dari jaringan
[4,19]
tubuh ke Paru-Paru.
Struktur Hemoglobin terdiri atas dua unsur utama yaitu :
1 Besi yang mengandung pigmen Hem
2 Protein Globin, seperti halnya jenis protein lain, globin mempunyai rantai
panjang dari asam amino. Ada empat rantai globin yaitu alpha (α ), beta
(β), delta (δ) dan gamma (ð), dan enzim-enzim spt G6PD
Ada tiga jenis Hemoglobin yaitu :
1. HbA merupakan mayoritas dari hemoglobin orang dewasa, mempunyai
rantai globin 2 alfa dan 2 beta.
2. HbA2 merupakan minoritas dari hemoglobin orang dewasa, mempunyai
rantai globin 2 alfa dan 2 beta.
3. HbF merupakan hemoglobin fetal, mempunyai rantai globin 2 alfa dan 2
gamma. Saat bayi lahir 2/3 jenis hemoglobinnya adalah jenis hemoglobin HbF dan
1/3nya adalah HbA. Menjelang usia 5 tahun menjadi HbA > 95 %, HbA2 < 3.5 %
dan HbF < 1.5% ( Susan M, Hinchliff, 1996 ).
Hemoglobin mengandung kira-kira 95% Besi ( Fe ) dan berfungsi
membawa oksigen dengan cara mengikat oksigen menjadi Oksihemoglobin
dan diedarkan keseluruh tubuh untuk kebutuhan metabolisme. Disamping
Oksigen, hemoglobin juga membawa Karbondioksida dan dengan Karbon
monooksida membentuk ikatan Karbon Monoksihemoglobin (HbCO), juga
.[19]
berperan dalam keseimbangan ph darah
Sintesis hemoglobin terjadi selama proses Eritropoisis, pematangan
sel darah merah akan mempengaruhi fungsi hemoglobin. Proses
pembentukan sel darah merah ( Eritropoeisis ) pada orang dewasa terjadi di
sumsum tulang seperti pada tulang tengkorak, vertebra, pelvis, sternum, iga,
dan epifis tulang-tulang panjang. Pada usia 0-3 bulan intrauterine terjadi
pada yolk sac, pada usia 3-6 bulan intrauterine terjadi pada hati dan limpa.
Dalam proses pembentukan sel darah merah membutuhkan bahan zat besi,
vitamin B12, asam folat, vitamin B6 ( piridoksin ), protein dan faktor lain.
Kekurangan salah satu unsur diatas akan mengakibatkan penurunan
produksi sel darah sehingga mengakibatkan Anemia yang ditandai dengan
[12]
Kadar hemoglobin yang rendah/kurang dari normal.
Kadar Hemoglobin normal dalam darah yaitu :

Tabel 2.1 Tabel Kadar Hemoglobin Normal

No Umur Kadar Hb

1 Bayi baru lahir 17-22 gr/dl


2 Bayi 6 bulans/d 6 th 11 gr/dl
3 Wanita hamil 11gr/dl
4 Wanita dewasa 12 gr/dl
5 Laki-laki dewasa 13 gr/dl

[23]
Sumber WHO

Metode Pemeriksaan Hemoglobin


Ada beberapa cara pemeriksaan hemoglobin diantaranya adalah :
1 Pemeriksaan Hb cara Sahli , metode ini sekarang sudah banyak
ditinggalkan karena tingkat kesalahannya yang tinggi.
2 Pemeriksaan Hb metode Cyanmethemoglobin, yaitu cara pemeriksaan
hemoglobin dengan menggunakan larutan Drabskin dan diukur dengan alat
[7]
spektrofotometer pada panjang gelombang tertentu.
Pada penelitian ini pemeriksaan hemoglobin dilakukan secara otomatis
dengan menggunakan alat coulter AcT 80
3. Sel Darah Putih/Leukosit
Sel leukosit atau sel darah putih adalah sel yang membentuk
komponen darah. Sel darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh
melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan
tubuh. Sel darah putih tidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak
secara amoebeid, dan dapat menembus dinding kapiler /diapedesis.
Jumlah dalam keadaan normal adalah 5000-10000 sel/mm3. Jumlah sel
leukosit yang lebih dari normal atau melebihi 10000 disebut Leukositosis,
sedangkan jumlah sel leukosit yang kurang dari normal atau kurang dari
[12]
5000 disebut Leukopenia
Leukosit terdiri dari 2 kategori yaitu granulosit dan agranulosit.
1. Granulosit atau disebut juga polimorfonuklear yaitu sel darah putih
yang didalamnya terdapat granula antara lain : eosinofil, basofil, neutrofil. 75
% dari komponen leukosit adalah sel granulosit dan sel ini dibentuk didalam
sumsum tulang belakang.
2. Agranulosit : merupakan bagian dari sel darah putih yang mempunyai
1 sel lobus dan sitoplasmanya tidak mempunyai granula antara lain limfosit
dan
monosit.
Fungsi leukosit adalah sebagai sistim imunitas atau kekebalan tubuh,
bila tubuh kemasukan benda asing misal bakteri atau virus maka oleh sel
sel neutrofil atau limfosit benda asing tersebut akan difagositosis dimana
sel limfosit T akan membunuh langsung atau membentuk limfokin yaitu
suatu substansi yang memperkuat daya fagositosis sedangkan limfosit B
akan mengeluarkan antibodi yang akan menghancurkan benda asing
tersebut.
Jenis-jenis sel Leukosit
a Neutrofil
Sel Neutrofil adalah bagian dari leukosit yang bertindak sebagai garis
depan dalam sistem kekebalan tubuh, neutrofil akan memfagositosis
bakteri dan mengencerkannya dengan enzim asam amino D oksidase
dalam granula azurofilik. Mielo peroksidase yang terdapat dalam
neutrofil berikatan dengan peroksida dan halida bekerja pada
molekultirosin dinding sel bakteri dan menghancurkannya. Neutrofil
dibentuk dalam sumsum tulang dan dikeluarkan dalam sirkulasi,
jumlahnya dari leukosit adalah 60 -70 % . Sel neutrofil bergaris tengah
sekitar 12 um, mempunyai satu inti dan terdiri dari 2-5 lobus. Sitoplasma
yang banyak diisi oleh granula-granula spesifik (0;3-0,8µm) mendekati
batas resolusi optik, dengan pewarnaan giemsa tampak berwarna
keunguan.
Granul pada neutrofil ada dua :
ii Azurofilik yang mengandung enzym lisozom dan peroksidase.
iii Granul spesifik lebih kecil mengandung fosfatase alkali dan zat-zat
bakterisidal (protein Kationik) yang dinamakan fagositin.
Neutrofil jarang mengandung retikulum endoplasma granuler, sedikit
mitokondria, apparatus golgi rudimenter dan sedikit granula glikogen.
e. Eosinofil
Eosinofil adalah bagian dari sel leukosit yang dapat bergerak amuboid
untuk memfagositosis bakteri atau benda asing yang masuk dalam tubuh
meskipun pergerakannya tidak secepat neutrofil. Jumlah eosinofil sedikit
hanya 1-4 % leukosit darah, mempunyai garis tengah 9um (sedikit lebih
kecil dari neutrofil). Mempunyai inti biasanya berlobus dua, mempunyai
granula ovoid yang dengan eosin asidofilik sehingga kelihatan berwarna
merah, granula adalah lisosom yang mengandung fosfatase asam,
katepsin, ribonuklase, tapi tidak mengandung lisosim.
c. Basofil
Basofil jumlahnya 0-1% dari leukosit darah, ukuran garis tengah 12µm,
inti satu, besar bentuk pilihan ireguler, umumnya bentuk huruf S,
sitoplasma basofil terisi granul yang lebih besar, dan seringkali granul
.[15]
menutupi inti, granul bentuknya ireguler berwarna biru
d. Limfosit
Limfosit merupakan sel yang sferis, garis tengah 6-8µm, jumlah dalam
leukosit sekitar 20-30% . Sel yang normal berinti relatif besar, bulat sedikit
cekungan pada satu sisi, kromatin inti padat, sitoplasma sedikit sekali,
sedikit basofilik, mengandung granula-granula azurofilik. Sel limfosit
dibentuk didalam kelenjar limfe dan sumsum tulang. Tidak memiliki
gerakan amuboid dan tidak dapat memfagositosis bakteri tetapi sel
limfosit berperan dalam membentuk antibodi untuk meningkatkan
kekebalan tubuh terhadap infeksi. Jumlah limfosit yang meningkat dalam
tubuh disebut limfositosis. Jumlah sel limfosit akan menurun seiring
bertambahnya usia, pada saat lahir jumlahnya sekitar 5% tetapi pada usia
lanjut kemampuan tubuh akan berkurang dalam memproduksi limfosit
[15,20]
sehingga kekebalan tubuh akan berkurang juga.

e. Monosit
Merupakan sel leukosit yang besar 3-8% dari jumlah leukosit normal,
diameter 9-10 um tapi pada sediaan darah kering diameter mencapai
20um, atau lebih. Inti biasanya eksentris, adanya lekukan yang dalam
berbentuk tapal kuda. Kromatin kurang padat, susunan lebih fibriler,
Granula azurofil, merupakan lisosom primer, lebih banyak tapi lebih kecil.
Monosit ditemui dalam darah, jaringan penyambung, dan rongga-rongga
tubuh. Monosit tergolong fagositik mononuclear (system retikuloendotel).
[8,15]

4. Sel Trombosit
Trombosit adalah sel tak berinti yang diproduksi oleh sumsum tulang,
yang berbentuk cakram dengan diameter 2-5 µm. Trombosit dalam darah
tersusun atas substansi fosfolipid yang berfungsi sebagai faktor pembeku
darah dan hemostasis (menghentikan perdarahan). Jumlahnya dalam
darah dalam keadaan normal sekitar 150.000 sampai dengan 300.000 /ml
darah dan mempunyai masa hidup sekitar 1 sampai 2 minggu atau kira-
kira 8 hari. Pembentukan trombosit berasal dari Multipotensial Stem Cell
menjadi
Unipotensial Stem Cell dibantu Trombopoitin. Sel yang paling muda yang
dapat dilihat dengan mikroskop adalah Megakarioblas, Megakarioblas
akan diubah menjadi megakariosit imatur kemudian menjadi megakariosit
[13]
matur.
Fungsi Trombosit bila tubuh mengalami luka maka trombosit akan
berkumpul dan saling melekatkan diri sehingga akan menutup luka
tersebut, trombosit juga akan mengeluarkan zat yang merangsang untuk
terjadinya pengerutan luka sehingga ukuran luka menyempit dan karena
mempunyai zat pembeku darah maka dapat menghentikan perdarahan.
Umur Trombosit
Umur trombosit didalam tubuh sangat pendek yaitu sekitar 8 sampai 10
hari, berbeda dengan umur eritrosit sekitar 120 hari serta sangat mudah
terjadi destruksi, apabila trombosit rusak maka akan segera dihancurkan
didalam limpa.
Tranfusi trombosit diperlukan pada kasus-kasus tertentu
misalnya : a. Kelainan jumlah trombosit
3
Jumlah trombosit kurang dari 50.000 / mm disebut
Trombositopenia, Hal ini bisa terjadi pada kasus-kasus penyakit misalnya
demam berdarah (DBD), penyakit ini disebabkan oleh 4 virus dengue yaitu
DN-1, Den-2, Den-3 dan Den-4 sebagai diagnosa awalnya adalah
penurunan jumlah trombosit terutama pada hari ke3 dan ke4 dari
[18]
serangan , Idiopathic Thrombocytopenia Purpura (ITP).
b. Kelainan Fungsi Trombosit
Kelainan ini terjadi bila Adenosin Difosfat ( ADP) dalam trombosit
berkurang sehingga agregasi trombosit berkurang. Hal ini terjadi pada
penyakit Lupus Eritematosus (LE), Idiopatik Trombocytopenia Purpura
(ITP), Lekemia limfositik kronik sehingga menyebabkan jumlah trombosit
3
kurang dari 50.000/mm darah.
Sel trombosit sangat mudah rusak apalagi bila berada diluar tubuh,
trombosit akan kehilangan fungsinya bila disimpan lebih dari 24 jam
dengan suhu penyimpanan yang tidak sesuai akan mempercepat proses
kerusakan trombosit. Penyimpanan juga akan membentuk mikroagregat,
Untuk itu tranfusi trombosit harus segera dilakukan sesegera mungkin dari
proses pengambilan darah dan apabila disimpan maka harus tidak boleh
0 0 .[1,16]
lebih dari 3 hari dengan suhu 20 c-24 c

sumber : http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/115/jtptunimus-gdl-onysuci-
5726-3-3.babii-i.pdf

Penjendalan Darah

Kemampuan tubuh untuk mengendalikan aliran darah setelah terjadi injuri


vaskuler adalah sangat penting. Proses blood clotting (penjendalan darah)
dan disusul larutnya jendalan, setelah perbaikan jaringan rusak disebut
hemostasis. Hemostasis merupakan gabungan dari 4 kejadian utama yang
terjadi dalam sebuah rangkaian setelah terjadi kerusakan jaringan yaitu:

1. Fase inisial yaitu konstriksi vaskuler yang membatasi aliran darah ke lokasi
injuri.
2. Aktivasi trombosit oleh trombin dan berkumpul pada tempat injuri,
bersifat sementara, membangun sumbatan trombosit yang longgar.
Fibrinogenlah yang pertama berespon untuk merangsang kumpulnya
trombosit. Setelah aktivasi, trombosit melepaskan nukleotida, ADP dan
eikosanoid, TXA2 (keduanya mengaktifkan trombosit tambahan),
serotonin, fosfolipid, lipoprotein, dan protein penting lain untuk
koagulasi. Untuk merangsang sekresi, trombosit yang telah diaktifkan
akan berubah bentuk untuk mengakomodir pembentukan sumbatan.
3. Untuk menjamin stabilitas sumbatan trombosit longgar, jala fibrin atau
clot (jendalan) dibentuk dan menjerat sumbatan. Jika sumbatan hanya
mengandung trombosit, maka disebut thrombus putih, jika juga terdapat
eritrosit di dalamnya maka disebut trombus merah.
4. Akhirnya jendalan harus larut agar aliran darah normal kembali. Larutnya
jendalan terjadi karena peran dari plasmin.
Gambar 7. Peristiwa perdarahan

Ada 2 jalur pembentukan jendalan fibrin yaitu jalur intrinsik dan jalur
ekstrinsik. Kedua jalur tersebut akhirnya bersatu pada jalur utama yang
bermuara pada pembentukan jendalan. Kedua jalur bersifat kompleks dan
melibatkan berbagai macam protein yang disebut clotting factor (faktor
penjendalan). Pembentukan jendalan fibrin sebagai respon terhadap injuri
adalah kejadian yang paling relevan secara klinis dari hemostasis, disbanding
kondisi normal. Proses ini adalah akibat dari aktivasi jalur ekstrinsik.
Pembentukan thrombus merah atau jendalan sebagai respon terhadap
abnormalitas dinding pembuluh darah tanpa kerusakan jaringan adalah
akibat dari jalur intrinsik. Jalur intrinsik memiliki signifikansi klinik rendah
dibandingkan dengan kondisi normal. Yang paling signifikan secara klinis
adalah aktivasi jalur intrinsik oleh kontak dinding pembuluh darah dengan
partikel lipoprotein, VLDL (very low density lipoprotein) dan kilomikron.
Proses ini menunjukkan peran hiperlipidemia dalam pembentukan
aterosklerosis. Jalur intrinsik juga dapat diaktifkan oleh kontak dinding
pembuluh darah dengan bakteri.

Secara lengkap, faktor-faktor yang terlibat dalam proses penjendalan darah


diuraikan pada Tabel 3 terlampir.
Gambar 9. Skema jalur proses koagulasi darah

Dalam sistem hemostasis ada 3 mekanisme yang bekerja bersama-sama


untuk menghentikan aliran darah yaitu:
1. Vasokonstriksi
2. Pembentukan sumbatan trombosit
3. Penjendalan darah

Pertama: VASOKONSTRIKSI
Vasokonstriksi dapat memperlambat aliran darah sehingga kehilangan darah
berkurang. Proses ini diperantarai oleh:
- Kontrol lokal
Vasokonstriktor misalnya tromboksan yang dilepaskan pada lokasi
kerusakan menyempitkan vaskuler setempat.
- Kontrol sistemik
Epinefrin yang dilepaskan oleh kelenjar adrenal merangsang vasokonsriksi
secara sistemik.
Kedua: PEMBENTUKAN SUMBATAN TROMBOSIT

Saat terjadi kerusakan vaskuler, darah terpapar oleh serat kolagen pada
membran basal pembuluh darah. Trombosit diaktifkan akibat kontak dengan
kolagen tersebut. Trombosit yang telah aktif melepaskan substansi kimia
antara lain ADP dan tromboksan yang menyebabkan berkumpulnya
trombosit-trombosit lain ke lokasi injuri. Kumpulan trombosit membentuk
sumbatan trombosit yang menghentikan aliran darah keluar dari pembuluh
darah. Sumbatan trombosit ini kadang-kadang ada yang menuju sasaran yang
salah (bukan daerah injuri). Untuk mengatasi hal ini, pembuluh darah
mengeluarkan enzim prostasiklin yang dapat menghambat aktifasi dan
berkumpulnya trombosit.

Gambar: Pembentukan sumbatan trombosit

Ketiga: PENJENDALAN DARAH

Darah memiliki belasan faktor penjendalan, berupa protein yang eksis di


dalam darah dalam kondisi inaktif, namun akan aktif jika ada kerusakan
pembuluh darah. Aktifasi faktor-faktor penjendalan ini terjadi menurut
urutan tertentu. Faktor pertama mengaktifkan faktor kedua, faktor kedua
mengaktifkan faktor ketiga, demikian seterusnya. Urutan reaksi ini
dinamakan clotting cascade (luncuran jendalan). Penjendalan darah adalah
transformasi dari bentuk cair ke bentuk jel semisolid. Jendalan dibuat fibrin
yaitu serat (polimer) protein. Monomer fibrin dihasilkan dari aktifasi
fibrinogen yang semula adalah prekursor inaktif. Ujung fibrinogen memiliki
penutup, yang jika dilepas akan melekat ke fibrin-fibrin yang lain, sehingga
terbentuklah polimer fibrin. Proses perubahan fibrinogen menjadi fibrin
membutuhkan enzim yaitu trombin. Proses ini juga membutuhkan kalsium
yang mengikat monomer-monomer fibrin menjadi polimer fibrin. Serat-serat
fibrin membentuk jala-jala longgar yang distabilkan oleh faktor XIII. Jala-jala
fibrin yang telah stabil menangkap eritrosit sehingga terbentuk jendalan dan
menghentikan aliran darah.
Gambar: Pembentukan jendalan darah

PENGENDALIAN PROSES PENJENDALAN DARAH

Dari gambar di atas terlihat bahwa trombin adalah kunci mekanisme penjendalan. Jika
trombin tersedia, maka penjendalan berlangsung, tetapi jika trombin tidak ada, penjendalan
tidak akan terjadi.

Bagaimana trombin dikendalikan?


Trombin berasal dari prekursor inaktif yaitu protrombin. Ada 2 jalur untuk mengubah
protrombin menjadi trombin yaitu jalur intrinsik dan jalur ekstrinsik.

Gambar: Dua jalur pembentukan trombin

Pertama: JALUR INTRINSIK

Jalur intrinsik, dirangsang oleh elemen-elemen intrinsik (elemen-elemen


dalam darah sendiri). Kerusakan dinding pembuluh darah merangsang
aktifasi luncuran faktor penjendalan. Luncuran ini mengakibatkan aktifasi
faktor X. Faktor X yang teraktifasi merupakan enzim pengubah protrombin
menjadi trombin. Trombin mengubah fibrinogen menjadi monomer fibrin
yang kemudian terpolimerasi menjadi serat fibrin. Serat fibrin membentuk
jala-jala longgar yang distabilkan oleh serat melintang yang dibuat oleh faktor
XIII. Jala-jala serat fibrin yang stabil menjadi jendalan yang menangkap
eritrosit dan trombus, kemudian menghentikan aliran darah.

Kedua: JALUR EKSTRINSIK

Jalur ekstrinsik dirangsang oleh kerusakan jaringan di luar pembuluh darah.


Jalur ini menjendalkan darah yang mengalir dari pembuluh darah ke jaringan.
Kerusakan jaringan merangsang aktifasi tromboplastin jaringan, suatu enzim
yang mengkatalisis aktivasi faktor X. Pada poin ini jalur intrinsik dan ekstrinsik
bersatu dan langkah selanjutnya sama dengan yang dilalui jalur intrinsik.

Editor : Sartika Pradhipta

Anda mungkin juga menyukai