Anda di halaman 1dari 11

TOPIK KULIAH PAKAR : HEMATOPOESIS DAN STRUKTUR KOMPONEN DARAH

Dr. Muhammad Budi Syahputra,M.Biomed


TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS
1. FISIOLOGI PROSES HEMATOPOESIS
2. STRUKTUR KOMPONEN DARAH

PENDAHULUAN
Darah merupakan suatu suspensi partikel dalam suatu larutan koloid cair yang mengandung
elektrolit, sebagai transpor masal berbagai bahan antara sel dan lingkungan eksternal atau antara
sel-sel itu sendiri, transpor semacam ini esensial untuk mempertahankan homeostasis.
Memiliki karakteristik yakni: temperature rata-rata 38° C, viskositas lima kali lebih besar dari
viskositas air. PH alkali, 7.35 - 7.45 volume : 5,5 L (pria), 5 L (wanita), memiliki berat 8% dari
berat badan. Dalam keadaan fisiologik, darah selalu berada dalam pembuluh darah sehingga
dapat menjalankan fungsinya.
Fungsi darah
a. Transportasi dari gas yang terlarut, nutrisi, hormone dan zat sisa metabolic, sebagai alat
pengangkut
yaitu
· Mengambil oksigen/ zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan keseluruh jaringan
tubuh.
· Mengangkut karbon dioksida dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru.
· Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan dibagikan ke seluruh
jaringan/ alat
tubuh
· Mengangkat / mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk dikeluarkan
melalui ginjal
dan kulit.
· Mengedarkan hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar endokrin yang dilakukan oleh plasma
darah.
b. Regulasi dari pH dan komposisi dari cairan intersisial. Sebagai pengatur regulasi yaitu :
mempertahankan PH dan konsentrasi elektrolit pada cairan interstitial melalui pertukaran ion-
ion dan
molekul pada cairan interstitial.
c. Restriksi dari kehilangan cairan pada daerah yang luka
d. Pertahanan melawan toxin dan patogen.
Darah Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun dalam tubuh dengan
perantaraan leukosit dan antibodi untuk mempertahankan tubuh terhadap invasi
mikroorganisme dan benda asing (leukosit) dan proses homeostatis (trombosit).
e. Termoregulasi (pengatur suhu tubuh)
Menyebarkan panas keseluruh tubuh, darah mengatur suhu tubuh melalui transport panas
menuju kulit dan paru-paru.

MATERI
HEMATOPOIESIS
Hematopoiesis merupakan proses produksi (mengganti sel yang mati) dan perkembangan sel
darah dari sel induk / asal / stem sel, dimana terjadi proliferasi, maturasi dan diferensiasi sel yang
terjadi secara serentak. Proliferasi sel menyebabkan peningkatan atau pelipat gandaan jumlah sel,
dari satu sel hematopoietik pluripotent menghasilkan sejumlah sel darah.
Maturasi merupakan proses pematangan sel darah, sedangkan diferensiasi menyebabkan
beberapa sel darah yang terbentuk memiliki sifat khusus yang berbeda-beda.
Tempat terjadinya hematopoiesis pada manusia :
1. Embrio dan Fetus
a. Stadium Mesoblastik, Minggu ke 3-6 s/d 3-4 bulan kehamilan : Sel-sel mesenchym di yolk
sac. Minggu ke 6 kehamilan produksi menurun diganti organ-organ lain.
b. Stadium Hepatik, Minggu ke 6 s/d 5-10 bulan kehamilan : Menurun dalam waktu relatif
singkat. Terjadi di Limpa, hati, kelenjar limfe
c. Stadium Mieloid, Bulan ke 6 kehamilan sampai dengan lahir, pembentukan di sumsum
tulang : Eritrosit, leukosit, megakariosit.
2. Bayi sampai dengan dewasa
Hematopoiesis terjadi pada sumsum tulang, normal tidak diproduksi di hepar dan limpa, keadaan
abnormal dibantu organ lain.
a. Hematopoiesis Meduler (N) Lahir sampai dengan 20 tahun : sel sel darah → sumsum tulang.
Lebih dari 20 tahun : corpus tulang panjang berangsur – angsur diganti oleh jaringan lemak
karena produksi menurun.
b. Hematopoiesis Ekstrameduler (AbN) Dapat terjadi pada keadaan tertentu, misal:
Eritroblastosis foetalis, An.Peniciosa, Thallasemia, An.Sickle sel, Spherositosis herediter,
Leukemia. Organ – organ Ekstrameduler : Limpa, hati, kelenjar adrenal, tulang rawan, ginjal.
Kelangsungan hemopoesis Untuk kelangsungan hemopoesis diperlukan :
1. Sel induk hemopoetik (hematopoietic stem cell)
Sel induk hemopoetik ialah sel-sel yang akan berkembang menjadi sel-sel darah, termasuk
eritrosit, lekosit, trombosit, dan juga beberapa sel dalam sumsum tulang seperti fibroblast. Sel
induk yang paling primitif sebagai pluripotent (totipotent) stem cell.
2. Lingkungan mikro (microenvirontment) sumsum tulang
Lingkungan mikro sumsum tulang adalah substansi yang memungkinkan sel induk tumbuh
secara kondusif.
Bahan-bahan pembentuk darah Bahan-bahan yang diperlukan untuk pembentukan darah
adalah :
1. Asam folat dan vitamin B12 : merupakan bahan pokok pembentuk inti sel.
2. Besi : sangat diperlukan dalam pembentukan hemoglobin.
3. Cobalt, magnesium, Cu, Zn.
4. Asam amino.
5. Vitamin lain : vitamin C. vitamin B kompleks dan lain-lain
Mekanisme regulasi
Mekanisme regulasi sangat penting untuk mengatur arah dan kuantitas pertumbuhan sel dan
pelepasan sel darah yang matang dari sumsum tulang ke darah tepi sehingga sumsum tulang
dapat merespon kebutuhan tubuh dengan tepat. Produksi komponen darah yang berlebihan
ataupun kekurangan (defisiensi) sama-sama menimbulkan penyakit. Dalam regulasi hemopoesis
normal terdapat feed back mechanism yaitu suatu mekanisme umpan balik yang dapat
merangsang hemopoesisjika tubuh kekurangan komponen darah (positive loop) atau menekan
hemapoesis jika tubuh kelebihan komponen darah tertentu (negative loop).
Zat-zat yang berpengaruh dalam mekanisme regulasi ini adalah :
a. Faktor pertumbuhan hemopoesis (hematopoietic growth factor)
: i. Granulocyte-macrophage colony stimulating factor (GM-CSF)
ii. Granulocyte colony stimulating factor (G-CSF)
iii. Macrophage-colony stimulating factor (M-CSF)
iv. Thrombopoietin
v. Burst promoting activity (BPA)
vi. Stem cell factor (kit ligand

b. Sitokon (Cytokine)
seperti misalnya IL-3 (interleukin-3), IL-4, IL-5, IL-7, IL-8, IL-9, IL-9, IL-10. Growth factor dan
sitokin sebagian besar dibentuk oleh sel-sel darah sendiri, seperti limfosit, monosit, atau
makrofag, serta sebagian oleh selsel penunjang, seperti fibroblast dan endotil. Sitokin ada yang
merangsang pertumbuhan sel induk (stimulatory cytokine), sebagian lagi menekan pertumbuhan
sel induk (inhibitory cytokine). Keseimbangan kedua jenis sitokin ini sangat menentukan proses
hemopoesis normal.

c. Hormon hemopoetik spesifik


yaitu Erythrpoietin : merupakan hormon yang dibentuk diginjal khusus merangsang precursor
eritroid.

d. Hormon nonspesifik
Beberapa jenis hormone diperlukan dalam jumlah kecil untuk hemopoesis, seperti :
i. Androgen : berfungsi menstimulasi eritropoesis.
ii. Estrogen : menimbulkan inhibisi eritropoesis.
iii. Glukokortikoid.
iv. Growth hormone
v. Hormone tiroid .
ERITROPOESIS
Pembentukan eritrosit (eritropoiesis) merupakan suatu mekanisme umpan balik. Ia dihambat
oleh peningkatan kadar eritrosir bersirkulasi dan dirangsang oleh anemia. Ia juga dirangsang oleh
hipoksia dan peningkan aklimatisasi ke tempat tinggi.
Eritropoiesis dikendalikan oleh suatu hormon glikoprotein bersirkulasi yang dinamai
eritropoietin yang terutama disekresikan oleh ginjal.
Setiap orang memproduksi sekitar 1012 eritrosit baru tiap hari melalui proses eritropoiesis yang
kompleks dan teratur dengan baik. Eritropoiesis berjalan dari sel induk menjadi prekursor
eritrosit yang dapat dikenali pertama kali di sumsum tulang, yaitu pronormoblas.
Pronormoblas adalah sel besar dengan sitoplasma biru tua, dengan inti ditengah dan nucleoli,
serta kromatin yang sedikit menggumpal. Pronormoblas menyebabkan terbentuknya suatu
rangkaian normoblas yang makin kecil melalui sejumlah pembelahan sel.
Normoblas ini juga mengandung sejunlah hemoglobin yang makin banyak (yang berwarna
merah muda) dalam sitoplasma, warna sitoplasma makin biru pucat sejalan dengan hilangnya
RNA dan apparatus yang mensintesis protein, sedangkan kromatin inti menjadi makin padat. Inti
akhirnya dikeluarkan dari normoblas lanjut didalam sumsum tulang dan menghasilkan stadium
retikulosit yang masih mengandung sedikit RNA ribosom dan masih mampu mensintesis
hemoglobin.
Perkembangan eritrosit ditandai dengan penyusutan ukuran (makin tua makin kecil), perubahan
sitoplasma (dari basofilik makin tua acidofilik), perubahan inti yaitu nukleoli makin hilang,
ukuran sel makin kecil, kromatin makin padat dan tebal, warna inti gelap.
Tahapan perkembangan eritrosit yaitu sebagai berikut :
a. Proeritroblas
Proeritroblas merupakan sel yang paling awal dikenal dari seri eritrosit. Proeritroblas adalah sel
yang terbesar, dengan diameter sekitar 15-20µm. Inti mempunyai pola kromatin yang seragam,
yang lebih nyata dari pada pola kromatin hemositoblas, serta satu atau dua anak inti yang
mencolok dan sitoplasma bersifat basofil sedang. Setelah mengalami sejumlah pembelahan
mitosis, proeritroblas menjadi basofilik eritroblas
b. Basofilik Eritroblas
Basofilik Eritroblas agak lebih kecil daripada proeritroblas, dan diameternya rata-rata 10µm.
Intinya mempunyai heterokromatin padat dalam jala-jala kasar, dan anak inti biasanya tidak
jelas. Sitoplasmanya yang jarang nampak basofil sekali
c. Polikromatik Eritroblas (Rubrisit)
Polikromatik Eritoblas adalah Basofilik eritroblas yang membelah berkalikali secara mitotris,
dan menghasilkan sel-sel yang memerlukan hemoglobin yang cukup untuk dapat diperlihatkan di
dalam sediaan yang diwarnai. Setelah pewarnaan Leishman atau Giemsa, sitoplasma warnanya
berbeda-beda, dari biru ungu sampai lila atau abu-abu karena adanya hemoglobin terwarna
merah muda yang berbeda-beda di dalam sitoplasma yang basofil dari eritroblas. Inti
Polikromatik Eritroblas mempunyai jala kromatin lebih padat dari basofilik eritroblas, dan selnya
lebih kecil.
d. Ortokromatik Eritroblas (Normoblas)
Polikromatik Eritroblas membelah beberapa kali secara mitosis. Normoblas lebih kecil daripada
Polikromatik Eritroblas dan mengandung inti yang lebih kecil yang terwarnai basofil padat.
Intinya secara bertahap menjadi piknotik. Tidak ada lagi aktivitas mitosis. Akhirnya inti
dikeluarkan dari sel bersama-sama dengan pinggiran tipis sitoplasma. Inti yang sudah
dikeluarkan dimakan oleh makrofagmakrofag yang ada di dalam stroma sumsum tulang.
e. Retikulosit
Retikulosit adalah sel-sel eritrosit muda yang kehilangan inti selnya, dan mengandung sisa-sisa
asam ribonukleat di dalam sitoplasmanya, serta masih dapat mensintesis hemoglobin. Retikulosit
dianggap kehilangan sumsum retikularnya sebelum meninggalkan sumsum tulang, karena jumlah
retikulosit dalam darah perifer normal kurang dari satu persen dari jumlah eritrosit. Dalam
keadaan normal keempat tahap pertama sebelum menjadi retikulosit terdapat pada sumsung
tulang. Retikulosit terdapat baik pada sumsum tulang maupun darah tepi. Di dalam sumsum
tulang memerlukan waktu kurang lebih 2 – 3 hari untuk menjadi matang, sesudah itu lepas ke
dalam darah
f. Eritrosit
Eritrosit merupakan produk akhir dari perkembangan eritropoesis. Sel ini berbentuk lempengan
bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang. Pada manusia, sel ini berada di dalam sirkulasi selama
kurang lebih 120 hari. Jumlah normal pada tubuh laki – laki 5,4 juta/µl dan pada perempuan 4,8
juta/µl. setiap eritrosit memiliki diameter sekitar 7,5 µm dan tebal 2 µm.
Perkembangan normal eritrosit tergantung pada banyak macammacam faktor, termasuk adanya
substansi asal (terutama globin, hem dan besi). Faktor-faktor lain, seperti asam askorbat, vitamin
B12, dan faktor intrinsic (normal ada dalam getah lamung), yang berfungsi sebagai koenzim
pada proses sintesis, juga penting untuk pendewasaan normal eritrosit Membran Eritrosit
Membran eritrosit terdiri atas lipid dua lapis (lipid bilayer), protein membran integral, dan suatu
rangka membrane.
Sekitar 50% membran adalah protein, 40% lemak, dan 10 % karbohidrat. Karbohidrat hanya
terdapat pada permukaan luar sedangkan protein dapat diperifer atau integral, menembus lipid
dua lapis.
HEMOGLOBIN
     Hemoglobin : berfungsi sebagai alat angkut oksigen. Komponennya terdirir atas :
a)      Heme : yang merupakan gabungan protoporfirin dengan besi
b)      Globin : bagian protein yang terdiri atas 2 rantai alfa dan 2 rantai beta.
Perubahan struktur eritrosit akan menimbulkan kelainan. Kelainan yang timbul karena kelainan
membran disebut sebagai membranopati, kelainan akibat gangguan sistem enzim eritrosit disebut
ensimopati, sedangkan kelainan akibat gangguan struktur hemoglobin disebut sebagai
hemoglobinopati.

Kandungan hemoglobin normal rata-rata 16 g/dl pada pria dan 14 g/dl pada wanita, yang
semuanya terdapat dalam eritrosit
KOMPOSISI DARAH
Darah terdiri atas 2 komponen utama :
a. Plasma darah : bagian cair darah yang sebagian besar terdiri atas air, elektroit, dan protein
darah.
Plasma protein terdiri dari albumin (58%), globulin α, β, γ (38%), fibrinogen (4%), other
solutes 2%.
b. Formed elements, yang terdiri atas :
® Eritrosit : sel darah merah (SDM)-red blood cell (RBC)
® Leukosit : sel darah putih (SDP)-white blood cell (WBC)
® Trombosit : butir pembeku-platelet
               KONSTITUEN                    FUNGSI

Plasma
1. Air Medium transportasi; mangangkut panas
2. Elektrolit Eksitabilitas membran; distribusi
osmotik cairan intrasel dan ekstrasel;
manyangga perubahan Ph

3. Nutrien, zat sisa, gas, hormon Diangkut dalam darah; gas CO2  darah
berperan dalam keseimbangan asam-basa
4. Protein plasma Secara umum, menimbulkan efek
osmotic yang penting dalam distribusi
cairan ekstrasel antara kompartemen
vaskuler dan intestisium; menyangga
perubahan pH
4.1 Albumin Mengangkut banyak zat; memberi
kontribusi terbesar bagi tekanan osmotik
koloid
4.2 Globulin
4.2.1 Alfa dan Beta Mengangkut banyak zat; factor
pembekuan; molekul precursor inaktif
4.2.2 Gama Antibodi
4.3 Fibrinogen Prekursor inaktif untuk jaringan fibrin
pada bekuan darah
Elemen Selular
1. Eritrosit Mengangkut O2 dan CO2 (terutama O2)
2. Leukosit
2.1 Neutrofil Fagosit yang memakan bakteri dan
debris
2.2 Eosinofil Menyerang cacing parasit; penting
dalam reaksi alergi
2.3 Basofil Mengeluarkan histamin, yang penting
dalam reaksi alergi, dan heparin yang
membantu membersihkan lemak dari
darah dan mungkin berfungsi sebagai
antikoagulan
2.4 Monosit Dalam transit untuk menjadi makrofag
jaringan
2.5 Limfosit
2.5.1 Limfosit B Pembentukan antibody
2.5.2 Limfosit T Respons imun seluler
3. Trombosit Hemostasis
DAFTAR PUSTAKA

1. Hall, J. E. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Elsevier. 2014;12.

2. Sherwood. L. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC. 2016;8.

Anda mungkin juga menyukai