Anda di halaman 1dari 12

HEMATOPOIESIS

Hematopoiesis, proses pembentukan sel darah, postnatal terjadi di red bone marrow
(RBM). Pada janin, hematopoiesis berawal dari mesoderm, hepar, limpa, dan timus, lalu
diambil alih oleh RBM di trimester akhir.

Red bone marrow merupakan jaringan ikat yang sangat tervaskularisasi yang terletak pada
rongga-rongga mikroskopik diantara traberkula jaringan tulang spons. RBM terutama
terdapat pada tulang aksial, pektoral, dan pelvis, dan pada epifisa proksimal dari humerus dan
femur. Sekitar 0,005-0,1% sel-sel RBM merupakan derivasi dari mesenkim, yang dinamakan
pluripotent stem cells atau hemositoblast. Sel-sel ini memiliki kapasitas untuk berkembang
menjadi banyak tipe sel lain. Pada bayi yang baru lahir, seluruh bone marrow merupakan
RBM yang aktif dalam produksi sel darah. Seiring dengan pertumbuhan individu, rata-rata
produksi sel darah berkurang; RBM pada rongga medular tulang panjang menjadi tidak aktif
dan digantikan oleh yellow bone marrow (YBM) yang merupakan sel-sel lemak. Pada
kondisi-kondisi tertentu, seperti saat terjadi pendarahan, YBM dapat berubah menjadi RBM
dengan ekstensi RBM kearah YBM, dan repopulasi YBM oleh pluripotent stem cells.

Stem cells pada RBM memperbanyak diri sendiri, berproliferasi, dan berdiferensiasi
menjadi sel yang selanjutnya akan berkembang menjadi sel darah, makrofag, sel retikular, sel
mast, dan adiposit. Sebagian stem cells juga membentuk osteoblast, chondroblast, dan sel-sel
otot. Sel retikular memproduksi serabut retikular, yang membentuk stroma untuk menunjang
sel-sel RBM. Saat sel darah selesai diproduksi di RBM, sel tersebut masuk ke sirkulasi darah
melalui sinusoid (sinus), kapiler-kapiler yang membesar dan mengelilingi sel-sel dan serabut
RBM. Terkecuali limfosit, sel-sel darah tidak membelah setelah meninggalkan RBM.

Untuk membentuk sel darah, pluripotent stem cells di RBM memproduksi 2 jenis stem
cells lanjutan, yang memiliki kemampuan untuk berkembang menjadi beberapa jenis sel. Sel-
sel ini dinamakan myeloid stem cells dan lymphoid stem cells. Sel myeloid memulai
perkembangannya di RBM, dan selanjutnya akan menghasilkan sel-sel darah merah, platelet,
monosit, neutrofil, eosinofil, dan basofil. Sel lymphoid mulai berkembang di RBM dan
mengakhiri perkembangannya di jaringan-jaringan limpatik; sel-sel ini akan membentuk
limfosit.

Saat berlangsung hematopoiesis, beberapa sel myeloid berdiferensiasi menjadi sel


progenitor. Sel myelod yang lain dan sel-sel lymphoid berkembang langsung menjadi sel
prekursor. Sel-sel progenitor tidak lagi memiliki kemampuan untuk memperbanyak dirinya
sendiri, dan sebagai gantinya membentuk elemen darah yang lebih spesifik.

Pada tahap selanjutnya, sel-sel ini dinamakan sel prekursor, dikenal juga dengan sebutan
blast. Melalui beberapa tahap pembelahan, sel-sel ini berkembang menjadi sel darah yang
sebenarnya. Sebagai contoh, monoblast berkembang menjadi monosit, myeloblast eosinofilik
berkembang menjadi eosinofil, dan seterusnya. Sel prekursor dapat dikenali dan dibedakan
gambaran mikroskopisnya.

Beberapa hormon yang dinamakan faktor pertumbuhan hematopoietik (hematopoietic


growth factors) meregulasi diferensiasi dan proliferasi dari sel progenitor. Eritropoietin atau
EPO meningkatkan jumlah prekursor sel darah merah. EPO diproduksi oleh sel-sel ginjal
yang terletak diantara tubulus-tubulus ginjal (sel intersisial peritubular). Dalam keadaan gagal
ginjal, pelepasan EPO melambat dan produksi sel darah merah menjadi tidak adekuat.
Trombopoietin atau TPO merupakan hormon yang diproduksi oleh hati yang menstimulasi
pembentukan platelet (trombosit) dari megakariosit. Beberapa sitokin yang berbeda
meregulasi perkembangan berbagai jenis sel darah. Sitokin merupakan glikoprotein kecil
yang diproduksi oleh sel, seperti sel RBM, leukosit, makrofag, fibroblast, dan sel endotel.
Sitokin umumnya bekerja sebagai hormon lokal (autokrin atau parakrin), yang menstimulasi
proliferasi sel-sel progenitor di RBM dan meregulasi aktivitas sel yang berperan dalam
pertahanan nonspesifik (seperti fagosit) dan respon imun (seperti sel B dan sel T). Dua
keluarga penting sitokin yang menstimulasi pembentukan sel darah putih adalah colony-
stimulating factors (CSFs) dan interleukin.

Sel induk dewasa (adult stem cells)

Sel induk dewasa mempunyai dua karakteristik. Karakteristik pertama adalah sel-sel
tersebut dapat berproliferasi untuk periode yang panjang untuk memperbarui diri.
Karakteristik kedua, sel-sel tersebut dapat berdiferensiasi untuk menghasilkan sel-sel khusus
yang mempunyai karakteristik morfologi dan fungsi yang spesial.

Sel yang dapat bereplikasi menjadi mature cell dengan karakteristik dan bentuk khas.
Teminologi stem sel oleh para peneliti dibedakan berdasarkan karakteristik in vivo, in vitro
dan paska transplantasi in vivo; yaitu:

1. Totipoten: Sel berasal dari sel telur yang mempunyai kemampuan menjadi sel dan
jaringan embrio serta jaringan yang mendukung pertumbuhan embrio itu sendiri
2. Pluripoten: Sel berasal dari 3 lapisan germinal embrio yang berasal dari inner cell
blastokis sebelum menempel pada dinding uterus. Ketiga lapisan tersebut terdiri dari;
mesoderm, endoderm dan ektoderm yang merupakan cikal dari semua sel dalam
tubuh.

3. Unipoten: Terminologi ini digunakan pada sel yang berasal dari suatu organ, sehingga
hanya mampu membentuk sel yang sama, sehingga dengan karakteristik demikian
maka stem sel dapat berupa stem sel embrional dan stem sel dewasa.

1. ERITROSIT

Sel darah merah tidak memiliki nukleus, oleh karena itu sel ini tidak dapat mensintesis DNA
untuk membentuk protein yang digunakan dalam pertumbuhan, pembelahan dan perbaikan
sel. Maka dari itu sel darah merah hanya mampu bertahan rata-rata 120 hari dengan hanya
berbekal sedikit zat-zat yang disintesis sebelum nukleus dan organel-organel dikeluarkan
pada fase pembentukan sel darah merah/eritropoiesis di dalam sumsum tulang merah
(Baldy,2006). Produksi sel darah merah oleh sumsum tulang merah dalam keadaan normal
seimbang dengan kecepatan lenyapnya sel darah merah yang sudah tua dalam organ limpa
dan hati, sehingga hitung sel darh merah konstan. Eritropoiesis dirangsang oleh eritopoietin,
hormon yang dikeluarkan ginjal sebagai respon terhadap peningkatan kapasitas mengangkut
O2 oleh sel darah merah akibat kebutuhan O2 oleh jaringan yang semakin meningkat atau
kurang teroksigenisasinya suatu jaringan. Berikut gambaran proses eritropoiesis dan kontrol
umpan balik negatif (Sacher dan Richard,2004; Sheerwood,2001):

Eritropoiesis :

Sel Bakal Pluripoten → Sel Bakal Mieloid → BFU-E (burst forming unit erythroid) → CFU-
E (colony forming unit erythroid) → Proeritroblas → Basofilik Eritroblas → Polikromatofilik
Eritroblas → Ortokromatofilik Eritroblas → Retikulosit → Eritrosit (sel darah merah)

Kontol umpan balik negatif :

Kebutuhan jaringan akan O2 → Peningkatan kapasitas mengangkut O2 → Ginjal mensekresi


eritropoietin → Eritropoiesis meningkat di sumsum tulang → Produk sel darah merah
meningkat → Oksigenisasi jaringan terpenuhi → Ginjal menurunkan jumlah sekresi
eritropoietin.
- Pembentukan Hemoglobin

Hemoglobin terdiri dari kompleks senyawa globin-hem. Hemoglobin secara fisiologis ada 2
macam yaitu HbA dan HbF. HbA adalah hemoglobin yang terdapat pada orang dewasa,
sebaliknya HbF terdapat pada janin. Berikut perbedaan kedua jenis hemoglobin
(Sadikin,2002) dan proses pembentukan hemoglobin (Guyton,1997):

Hemoglobin

Sejak masa embrio, janin, anak dan dewasa sel darah merah mempunyai 6 hemoglobin antara
lain :

1. Hemoglobin embrional : Gower-1, Gower-2, Portland

2. Hemoglobin fetal : Hb-F

3. Hemoglobin dewasa : Hb-A1 dan Hb-A2

Sintesis hemoglobin dimulai dalam proeritroblas dan kemudian dilanjutkan sedikit dalam
stadium retikulosit, karena ketika retikulosit meninggalkan sumsum tulang dan masuk ke
dalam aliran darah, maka retikulosit tetap membentuk sedikit hemoglobin selama beberapa
hari berikutnya.Skema di atas menunjukkan tahap dasar kimiawi pemebentukan hemoglobin
(Guyton,1997).

PEMATANGAN ERITROSIT

Sel matang adalah sel yang telah berdiferensiasi mencapai tahap dimana sel telah memiliki
kemampuan untuk melaksanakan segala fungsi khususnya. Proses dasar pematangan adalah
sintesa hemoglobin dan pembentukan suatu enukleasi, bikonkaf, badan kecil. Selama
pematangan eritrosit, terjadi beberapa perubahan besar. Volume sel berkurang, anak inti
mengecil sampai tidak tampak dengan mikroskop cahaya. Garis tengah inti berkurang, dan
kromatin tampak makin padat sampai inti kelihatan piknotik dan akhirnya didorong keluar
sel. Terjadi pengurangan poliribosom (basofilia) yang diikuti secara bersamaam oleh
peningkatan jumlah hemoglobin (asidofilia) di dalam sitoplasma, dan mitokondria yang
secara perlahan-lahan menghilang.
Perkembangan sautu eritrosit dari pertama rangkaian sel tersebut dikenali sampai pelepasan
retikulosit ke dalam darah membutuhkan waktu kurang lebih 7 hari. Hormon eritropoetin dan
zat lain seperti besi, asam folat dan vitamin B12 penting untuk pematangan eritrosit.
Eritropoetin sendiri adalah suatu glikoprotein yang dihasilkan di dalam ginjal yang
merangsang mRNA untuk globin sebagai komponen protein dalam molekul hemoglobin.

Diferensiasi dan maturasi eritrosit meliputi pembentukan proeritroblas, eritroblas basofilik,


eritroblas polikromatofilik, retikulosit eritroblas ortokromatofilik (normoblas) dan eritrosit.

a. Proeritroblas merupakan sel besar dengan kromatin longgar, berikatan dan anak inti yang
jelas terlihat dikelilingi oleh sitoplasma yang basofilik.

b. Eritroblas basofilik ditandai dengan sitoplasma yang basofilik kuat dan suatu nukleus padat
yang tidak memperlihatkan nukleolus. Sifat basofil ini disebabkan oleh banyaknya
poliribosom yang ikut dalam sintesis hemoglobin.

c. Eritroblas polikromatofilik ditandai dengan berkurangnya poliribosom dan daerah


sitoplasma mulai dipenuhi oleh hemoglobin sehingga pada pewarnaan akan menyebabkan
munculnya beberapa warna

d. Eritroblas ortokromatofilik ditandai dengan nukleus yang terus memadat dan tidak ada
sitoplasma basofil yang terlihat, menghasilkan suatu sitoplasma asidofilik uniformis

e. Retikulosit ditandai dengan adanya suatu seri tonjolan sitoplasma dan terdorongnya
nukleus ke dalam suatu lapisan tipis sitoplasma. Terdapat sisa sejumlah kecil poliribosom
yang ketika diberi pewarnaan supravital brilliant cresyl blue beragregasi membentuk suatu
jaringan yang berwarna.
f. Eritrosit ditandai dengan hilangnya seluruh poliribosom dan nukleusnya.

2. LEUKOSIT

Leukosit (sel darah putih) merupakan unit sistem pertahanan tubuh. Secara garis besar,
berdasarkan ada tidaknya granula dan jumlah nukleus, leukosit terbagi menjadi dua, yaitu : 1.
Granuler Polimorfonukleus, meliputi : neutrofil, eosinofil, dan basofil. 2. Agranuler
Mononukleus, meliputi : limfosit dan monosit.

Semua sel darah berasal dari sel bakal sama (pluripoten stem cell) yang diproduksi di
sumsum tulang. Namun untuk perkembangan selanjutnya, pematangan sel limfosit T
dilaksanakan di luar sumsum tulang (ekstramedular), yaitu dimatangkan di kelenjar timus.
Sel darah putih selain limfosit T, semua pematangan (maturasi) dilaksanakan di dalam
sumsum tulang (Sadikin,2002; Sheerwood,2001)

Tahap-tahap perkembangan dan pematangan sel darah putih secara umum sebagai berikut :
berawal dari pluripoten stem cell akan membelah menjadi dua macam sel bakal yaitu mieloid
stem cell (sel bakal dari sel granulosit, monosit, trombosit, dan eritrosit) dan limfoid stem cell
(sel bakal dari sel limfosit). Perkembangan selanjutnya untuk kedua sel bakal tersebut
mempunyai kemiripan yaitu : Dari stem cell akan berkembang membentuk CFU (colony-
forming-unit), kemudian mieloblast/limfoblast, promielosit, mielosit, selanjutnya akan
mengalami maturasi menjadi metamielosit, band (batang), dan hasil akhir berupa sel darah
putih yang bermacam-macam yang dapat dilihat variasi bentuknya dalam apusan darah tepi
(Baldy,2006; Dorland, 2002; Sacher,2004). Apabila sel darah putih imatur (limfoblast)
tidak berkembang menjadi sel darah putih matur,

3. TROMBOSIT

Trombosit atau platelet sangat penting untuk menjaga hemostasis tubuh. Adanya
abnormalitas pada vaskuler, trombosit, koagulasi, atau fibrinolisis akan menggangu
hemostasis sistem vaskuler yang mengakibatkan perdarahan abnormal/gangguan perdarahan
(Sheerwood,2001).
FISIOLOGI TROMBOSIT

1. Trombopoiesis

Trombosit adalah fragmen sitoplasmik tanpa inti berdiameter 2-4 mm yang berasal dari
megakariosit. Hitung trombosit normal di dalam darah tepi adalah 150.000 – 400.000/uL
dengan proses pematangan selama 7-10 hari di dalam sumsum tulang. Trombosit dihasilkan
oleh sumsum tulang (stem sel) yang berdiferensiasi menjadi megakariosit
(Candrasoma,2005). Megakariosit ini melakukan replikasi inti endomitotiknya kemudian
volume sitoplasma membesar seiring dengan penambahan lobus inti menjadi kelipatannya.
Kemudian sitoplasma menjadi granular dan trombosit dilepaskan dalam bentuk
platelet/keping-keping. Enzim pengatur utama produksi trombosit adalah trombopoietin yang
dihasilkan di hati dan ginjal, dengan reseptor C-MPL serta suatu reseptor lain, yaitu
interleukin-11 (A.V Hoffbrand et al, 2005). Trombosit berperan penting dalam hemostasis,
penghentian perdarahan dari cedera pembuluh darah (Guyton,1997; Sherwood,2001).

2. Struktur Trombosit

Trombosit memiliki zona luar yang jernih dan zona dalam yang berisi organel-organel
sitoplasmik. Permukaan diselubungi reseptor glikoprotein yang digunakan untuk reaksi
adhesi & agregasi yang mengawali pembentukan sumbat hemostasis. Membran plasma
dilapisi fosfolipid yang dapat mengalami invaginasi membentuk sistem kanalikuler.
Membran plasma ini memberikan permukaan reaktif luas sehingga protein koagulasi dapat
diabsorpsi secara selektif. Area submembran, suatu mikrofilamen pembentuk sistem skeleton,
yaitu protein kontraktil yang bersifat lentur dan berubah bentuk. Sitoplasma mengandung
beberapa granula, yaitu: granula densa, granula a, lisosome yang berperan selama reaksi
pelepasan yang kemudian isi granula disekresikan melalui sistem kanalikuler. Energi yang
diperoleh trombosit untuk kelangsungan hidupnya berasal dari fosforilasi oksidatif (dalam
mitokondria) dan glikolisis anaerob (Aster,2007; A.V Hoffbrand et al, 2005;
Candrasoma,2005).

Cara kerja trombosit dalam hemostasis dapat dijelaskan sebagai berikut : Adanya pembuluh
darah yang mengalami trauma maka akan menyebabkan sel endotelnya rusak dan terpaparnya
jaringan ikat kolagen (subendotel). Secara alamiah, pembuluh darah yang mengalami trauma
akan mengerut (vasokontriksi). Kemudian trombosit melekat pada jaringan ikat subendotel
yang terbuka atas peranan faktor von Willebrand dan reseptor glikoprotein Ib/IX (proses
adhesi). Setelah itu terjadilah pelepasan isi granula trombosit mencakup ADP, serotonin,
tromboksan A2, heparin, fibrinogen, lisosom (degranulasi). Trombosit membengkak dan
melekat satu sama lain atas bantuan ADP dan tromboksan A2 (proses agregasi). Kemudian
dilanjutkan pembentukan kompleks protein pembekuan (prokoagulan). Sampai tahap ini
terbentuklah hemostasis yang permanen. Pada suatu saat bekuan ini akan dilisiskan jika
jaringan yang rusak telah mengalami perbaikan oleh jaringan yang baru. (Candrasoma,2005;
Guyton,1997; A.V Hoffbrand et al, 2005).

4. NEUTROFIL

Mieloblas mengandung banyak granula azurofilik primer, tetapi, tanpa terbentuk zona
perinuklear (khas untuk promielosit).promielosit, yang berdekatan satu sama lain dan
memiliki zona perinuklear dengan banyak granul.

Sel-sel ini menonjol dibanding sel sel lainnya karena diameter besar

neutrofil adalah sel terakhir dari diferensiasi mieloid, jadi tidak akan terbagi lagi. Sel ini
berasal dari sel asal (stem cell) di sumsum tulang dan telah mengalami pematangan bertahap
mulai dari mieloblast, promielosit, metamielosit, sel batang, dan akhirnya neutrofil. Berlainan
dengan monosit, karena sel ini banyak tertimbun di sumsum tulang maka bila diperlukan
dapat segera masuk ke sirkulasi. Setelah 12 jam berada di sirkulasi, sel ini akan memasuki
jaringan dan menetap untuk beberapa hari. Sel yang sudah berada di jaringan tidak akan
kembali ke sirkulasi.

Dengan pematangan sel akan terdapat 2 jenis granula, yaitu granula azurofilik dan granula
spesifik. Granula azurofilik tampak lebih padat, mempunyai diameter 0,4 μ dan mempunyai
susunan lisosom sama dengan jaringan lain yang terdiri dari mieloperoksidase, beberapa
lisozim, beberapa kation protein, protein arginin basa, sulfat mukopolisakarida, asam fosfat
dan bermacam asam hidrolase. Granula sekunder spesifik bukanlah lisosom sejati, bentuknya
lebih kecil dari 0,3 μ dan kurang padat, kaya akan fosfatase alkali, lisozim, aminopeptida, dan
laktoferin. Pada tingkat pematangan menengah kedua bentuk granula tersebut sudah terlihat,
dan pada tingkat lebih matang akan tampak lebih banyak granula sekunder. Kedua granula ini
penting kegunaannya dalam proses penghancuran dan pemusnahan mikroorganisme yang
diingesti. Produksi granulosit dan peredarannya diatur oleh faktor selular dan humoral.

5. EUSINOFIL
Mencapai 1 sampai 3% jumlah sel darah putih.

1. Struktur. Eosinofil memiliki granula sitoplasma yang kasar dan besar,dengan


pewarnaan oranye kemerahan. Sel ini memiliki nukleus berlobus dua dan diameter 12
milimikro sampai 15 milimikro

2. Fungsi.

a. Esonofil fagositik lemah. Jumlahnya akan meningkat saat terjadi alergi atau
penyakit parasit,tetapi akan berkurang selama stres berkepanjangan

b. Sel ini berfungsi dalam detoksikasi histamin yang diproduksi sel mast dan jaringan
yang cedera sat inflamasi berlangsung.

c. Esonofil mengandung peroksidase dan fosfatase,yaitu enzim yang mampu


menguraikan protein. Enzim ini mungkin terlibat dalam detoksikasi bakteri dan
pemindahan komplek antien-antibodi,tetapi fungsi pastinya belum diketahui

6. BASOFIL

Basofil memiliki sejumlah granula sitoplasma besar yang bentuknya tidak beraturan
dan akan berwarna keunguan sanpai hitam serta memperlihatkan nukleus berbentuk S.
Diameternya sekitar 12 milimikro sampai 15 milimikro

2. Fungsinya. Basofil menyerupai sel mast. Sel ini mengandung histamin,mungkin


untuk meningkatkan aliran darah ke jaringan yang cedera, dan juga antikoagulan
heparinn mungkin untuk membantu mencegah penggumpalan darah intravaskular.
Funsi sebenarnya belim diketahui

7. MONOSIT

Mencapai 3 sampai 8% jumlah total leukosit

a. Struktur. Monosit adalah sel terbesar,diameternya rata-rata berukuran 12 sampai 18


milimikro. Nukleusnya besar berbentuk seperti telur atau seperti ginjal,yang
dikelilingi sitoplasma berwarna biru kepucatan. Proses pembentukannya berawal dari
sel induk pluripoten kemudian menjadi sel induk unipoten berubah menjadi monoblas
dan lebih mature lagi menjadi promonosit, akhirnya terbentuk monosit.
b. Fungsi. Monosit sangat fagositik dan sangat aktif. Sel ini siap bermigrasi melalui
pembuluh darah. Jika monosit telah meninggalkan aliaran darah, maka sel ini menjadi
histiosit jaringan.

SUMSUM TULANG

Pada kondisi normal, produksi sel-sel darah oleh sumsum tulang dengan tepat disesuaikan
dengan fungsi organ. Produksi disesuaikan dengan keperluan tubuh, meningkatkan aktivitas
sumsum beberapa kali lipat dalam waktu singkat bila dibutuhkan.

Sumsum tulang ditemukan dalam saluran medula pada tulang panjang dan dalam rongga-
rongga tulang spons. Dua jenis sumsum tulang pada pemeriksaan umum akan terlihat sebagai
:

a. sumsum tulang merah (hematogenus) yang warnanya disebabkan banyaknya eritrosit dan
sel pembentuk darah

b. sumsum tulang kuning, yang warnanya disebabkan adanya sejumlah besar sel-sel adiposa.

Pada bayi baru lahir semua sumsum tulang adalah merah karena sangat aktif menghasilkan
sel-sel darah. Dengan bertumbuhnya anak, kebanyakan sumsum tulang berubah secara
bertahap menjadi kuning. Pada kondisi khusus, seperti perdarahan hebat atau hipoksia,
sumsum tulang kuning berubah menjadi sumsum tulang merah.

SUMSUM TULANG MERAH


Terdiri atas :

a. Stroma

Yang merupakan suatu jaringan dengan sel-sel retikuler yang bersifat fagositik dan suatu jala
lembut dari serat-serat retikular yang mengandung sel-sel hematopoietik dan makrofag.

b. Hematopoietic cord

Sebagai matriks sumsum tulang yang mengandung kolagen tipe I dan tipe III, fibronektin,
laminin dan proteoglikan. Tiga zat yang disebut terakhir bersama-sama dengan hemonektin
sebagai suatu zat pengikat sel, saling berhubungan dengan reseptor sel untuk mengikat sel ke
matriks.

c. Kapiler-kapiler sinusoid

Bagian ini dibentuk oleh suatu lapisan sel endotel yang bersambung. Beberapa bagian dari
endotelium tipis dan mungin tempat migrasi dari sel-sel yang matur dari stroma ke dalam
sinusoid.

Kapiler-kapiler sinusoid diperkuat kembali oleh suatu lapisan eksternal sel retikular yang
tidak bersambung dan suatu jaringan serabut retikular longgar.
Pelepasan sel-sel matur dari sumsum tulang diatur oleh faktor pelepas yang dihasilkan
sebagai respon terhadap keperluan organ. Beberapa zat dengan aktivitas pelepasan antara lain
:

a. Komponen C3 dari komplemen (=rangkaian imunologik protein darah yang aktif)

b. Hormon glukokortikoid dan androgen

c. Beberapa jenis toksin bakteri.

Fungsi utama sumsum tulang merah :

a. Menghasilkan sel-sel darah

b. Penghancuran sel darah merah

c. Penyimpanan besi (dalam makrofag) yang dihasilkan dari pemecahan hemoglobin.

Anda mungkin juga menyukai