Anda di halaman 1dari 5

HEMATOPOESIS/HEMOPOESIS

Hemopoesis adalah proses pembentukan sel-sel darah dalam organ


pembentuk sel darah. Hemopoesis dimulai sejak fetus berada dalam
kandungan, sejak saat terjadinya saccus vitellinus (kantung kuning
telur/indung telur) sebelum terjadi organ-organ lain.
Fase Hemopoesis terjadi dalam 3 fase, yaitu:
1. Fase Mesoblastik.
Sel-sel darah primitif dibentuk dalam kantung kuning telur atau yolk sack.
Sel-sel darah disini masih serupa dan merupakan sel asal. Berlangsung
pada bulan pertama sampai kedua dalam kandungan.
2. Fase Hepato-spleno-lymphomyeloid.
Sel-sel darah dibuat dalam hati dan limpa. Berlangsung pada fetus
berumur 2 bulan sampai 9-10 bulan.
3. Fase Myeloid
Sel-sel darah dibuat oleh sumsum tulang merah sejak umur 4 bulan
sampai meninggal. Dalam fase ini terbentuk sel dan diferensiasi sel
menjadi bermacam-macam sel darah sehingga terdapat bentuk-bentuk
sel muda sampai sel tua (sel yang sudah matang).
Pusat-pusat perbentukan sel darah adalah di sumsum tulang dari tulangtulang panjang (misalnya: femur, humerus) dan tulang-tulang pipih
(misalnya: tulang rusuk/iga, tulang panggul, belikat, tulang belakang).
Pada masa bayi semua sumsum tulang berbentuk sel darah, namun
selama masa anak-anak terjadi pergantian lemak sumsum dari sumsum
merah menjadi sumsum kuning (tulang panjang). Tulang panjang hanya
berisi lemak kecuali bagian proksimal yaitu tulang paha dan lengan atas).
Pada usia dewasa, pusat pembentukan sel-sel darah hanya terdapat di
tulang pipih (sumsum merah).
Dalam proses pembentukan komponen sel darah atau Hemopoiesis, terjadi
proliferasi, maturasi dan diferensiasi sel yang terjadi secara bersamaan.
Proliferasi sel merupakan proses peningkatan atau pelipatgandaan
jumlah sel, dari satu sel hematopoetik menghasilkan sejumlah sel
darah.
Maturasi merupakan proses pematangan sel darah
Diferensiasi merupakan beberapa sel darah yang terbentuk memiliki
sifat khusus yang berbeda-beda.

ERITROPOESIS
Definisi: proses pembentukan sel-sel darah merah (eritrosit) dalam tubuh
dimulai dari sel yang paling muda (pronormoblast) sampai terbentuk eritrosit
matang. Eritropoesis dipengaruhi oleh eritropoietin, yaitu suatu hormon yang
mempengaruhi aktivitas sumsum tulang yang membantu proses produksi
eritrosit.
Proses pembentukan sel eritrosit ini antara lain :
1. Pronormoblast
Pronormoblast atau proeritrosit, merupakan sel termuda dalam sel
eritrosit. Sel ini berinti bulat dengan beberapa anak inti dan kromatin yang
halus. Dengan pulasan Romanowsky inti berwarna biru kemerah-merahan
sitoplasmanya berwarna biru. Ukuran sel rubriblast bervariasi 18-25
mikron. Dalam keadaan normal jumlah sel ini dalam sumsum tulang
adalah kurang dari 1 % dari seluruh jumlah sel berinti.

2. Normoblast basofilik
Pada pewarnaan kromatin inti tampak kasar dan anak inti menghilang atau
tidak tampak, sitoplasma sedikit mengandung hemoglobin sehingga warna
biru dari sitoplasma akan tampak menjadi sedikit kemerah-merahan.
Ukuran lebih kecil dari pronormoblast. Jumlahnya dalam keadaan normal 14 % dari seluruh sel berinti.

3. Normoblast polikromatik
Inti sel ini mengandung kromatin yang kasar dan menebal secara tidak
teratur, di beberapa tempat tampak daerah-daerah piknotik. Pada sel ini
sudah tidak terdapat lagi anak inti, inti sel lebih kecil daripada prorubrisit
tetapi sitoplasmanya lebih banyak, mengandung warna biru karena
kandungan Asam Ribonukleat (ribonucleic acid-RNA) dan merah karena
kandungan hemoglobin, tetapi warna merah biasanya lebih dominan.
Jumlah sel ini dalam sumsum tulang orang dewasa normal adalah 10-20 %.

4. Normoblast ortokromatik
Inti sel ini kecil padat dengan struktur kromatin yang menggumpal. Sitoplasma telah
mengandung lebih banyak hemoglobin sehingga warnanya merah walaupun masih ada sisa-sisa
warna biru dari RNA. Jumlahnya dalam keadaan normal adalah 5-10 %.

5. Retikulosit
Pada proses maturasi eritrosit, setelah pembentukan hemoglobin &
penglepasan inti sel, masih diperlukan beberapa hari lagi untuk
melepaskan sisa-sisa RNA. Sebagian proses ini berlangsung di dalam
sumsum tulang dan sebagian lagi dalam darah tepi. Pada saat proses
maturasi akhir, sel bakal eritrosit mengandung sisa-sisa RNA dan juga
mengandung berbagai fragmen mitokondria dan organel lainnya. Pada
stadium tersebut, sel ini disebut retikulosit atau eritrosit polikrom.
Retikulum yang terdapat di dalam sel ini hanya dapat dilihat dengan
pewarnaan supravital. Seperti pewarnaan Brilliant Cresyl Blue dan New
Methylene Blue.

Tetapi sebenarnya retikulum ini juga dapat terlihat sebagai bintik-bintik


abnormal dalam eritrosit pada sediaan apus biasa. Polikromatofilia yang
merupakan kelainan warna eritrosit yang kebiru-biruan dan bintik-bintik
basofil pada eritrosit sebenarnya disebabkan oleh bahan ribosom ini.
Setelah dilepaskan dari sumsum tulang sel normal akan beredar sebagai
retikulosit selama 1-2 hari. Kemudian sebagai eritrosit matang selama 120
hari. Dalam darah normal terdapat 0,5-1,5 % retikulosit.

6. Eritrosit
Eritrosit normal merupakan sel berbentuk cakram bikonkaf dengan ukuran
diameter 7-8 um dan tebal 1,5-2,5 m. Bagian tengah sel ini lebih tipis
daripada bagian tepi. Dengan pewarnaan Wright, eritrosit akan berwarna
kemerah-merahan karena mengandung hemoglobin. Eritrosit sangat lentur
dan sangat berubah bentuk selama beredar dalam sirkulasi. Umur eritrosit
adalah sekitar 120 hari.

7-

Tahapan eritropoiesis

Anda mungkin juga menyukai