Anda di halaman 1dari 6

HEMATOPOIESIS

Hematopoiesis merupakan proses pembentukan komponen sel darah, dimana terjadi Proliferasi, Maturasi dan
Diferensiasi sel yang terjadi secara serentak.

Proliferasi sel menyebabkan peningkatan atau pelipat gandaan jumlah sel, dari satu sel hematopoietik
pluripotent menghasilkan sejumlah sel darah.

Maturasi merupakan proses pematangan sel darah.

Diferensiasi menyebabkan beberapa sel darah yang terbentuk memiliki sifat khusus yang berbeda-beda.

Faktor pertumbuhan hematopoietik :

· hormon glikoprotein yang mengatur proliferasi dan diferensiasi sel-sel progenitor dan fungsi sel-sel matur.

· Efek biologik diperantarai melalui reseptor spesifik pada sel target.

· Terdapat macam-macam faktor pertumbuhan yang memiliki karakteristik yang umum.

· Bekerja pada berbagai stadium hematopoiesis

· Biasanya dihasilkan oleh beberapa jenis sel

· Biasanya mempengaruhi lebih dari satu jalur sel

· Biasanya menunjukkan interaksi yang sinergis maupun aditif dengan faktor pertumbuhan lain

· Seringkali bekerja dengan sel neoplastik yang setara dengan suatu sel normal

· Kerja multipel :proliferasi,diferensiasi,maturasi,aktivasi fungsional, menghambat apoptosis

PLURIPOTENT CELL

1. Myeloid stem cell

a. Erythropoiesis

Erythropoiesis adalah seluruh proses pembentukan eritrosit di bone marrow, terjadi selama kurang lebih 5 hari
dibantu oleh eritropoietin (growth factor yang menstimulasi erytrhoid precursor) melalui beberapa tahap
reduksi dan divisi.

Faktor yang berperan dalam regulasi eritropoesis :

Mekanisme regulasi : faktor pertumbuhan hemopoetik dan eritropoetin

b. Nutrisi penting untuk proses eritropoesis seperti : protein,vitamin B12,folat, vitamin B6,vitamin
C,niacin,vitamin E,iron

c. Mekanisme eritropoietin untuk meningkatkan produksi sel darah merah ketika oksigenasi jaringan berkurang

1) sel progenitor

sel progenitor adalah sel dengan kemampuan untuk terdiferensiasi menjadi suatu jenis sel tertentu. Yang
membedakan sel progenitor dari sel punca, diferensiasi sel punca dapat terjadi pada beberapa lintasan
diferensiasi, sedangkan diferensiasi sel progenitor hanya terjadi pada satu lintasan diferensiasi.

2) Rubriblas atau proeritroblas atau pronormoblas


Rubriblas atau proeritroblas atau pronormoblas adalah tingkatan pertama dari tingkat perkembangan
dari eritrosit. Rubriblas berukuran 12 hingga 15 mikronatau sekitar 2 sampai 2,5 kali ukuran eritrosit. Bentuknya
bulat atau oval.

Inti rubriblas besar, berwarna keunguan, kromatin halus, dan memiliki anak inti yang jelas terlihat 2 hingga 3
buah.

Dalam histologi, amat sulit untuk membedakan rubriblas dengan sel blas lainnya
seperti limfoblas, mieloblas, monoblas, dan megakarioblas. Sitoplasmarubriblas tidak bergranula, berwarna biru
dalam pewarnaan Hematoksilin-eosin, yang mengindikasikan sifat basofilik dan memiliki tonjolan (pseudopodi).

3) eritroblas basofilik

eritroblas basofilik adalah Turunan proeritroblas disebut eritroblas basofilik. Sel ini agak lebih kecil daripada
proeritroblas. Intinya yang bulat lebih kecil dan kromatinnya lebih padat. Sitoplasmanya bersifat basofilik merata
karena banyak polisom, tempat pembuatan rantai globin untuk hemoglobin.

4) Rubrisit

Rubrisit disebut juga normoblast polikromatik atau eritroblast polikromatik. Inti sel ini mengandung kromatin
yang kasar dan menebal secara tidak teratur, di beberapa tempat tampak daerah-daerah piknotik. Pada sel ini
sudah tidak terdapat lagi anak inti, inti sel lebih kecil daripada prorubrisit tetapi sitoplasmanya lebih banyak,
mengandung warna biru karena kandungan Asam ribonukleat (ribonucleic acid-RNA) dan merah karena
kandungan hemoglobin, tetapi warna merah biasanya lebih dominan. Jumlah sel ini dalam sumsum tulang orang
dewasa normal adalah 10-20 %.

5) Eritroblas ortokromatofilik

Eritroblas ortokromatofilik ditandai dengan nukleus yang terus memadat dan tidak ada sitoplasma basofil yang
terlihat, menghasilkan suatu sitoplasma asidofilik uniformis

6) Retikulosit

Retikulosit ditandai dengan adanya suatu seri tonjolan sitoplasma dan terdorongnya nukleus ke dalam suatu
lapisan tipis sitoplasma. Terdapat sisa sejumlah kecil poliribosom yang ketika diberi pewarnaan supravital
brilliant cresyl blue beragregasi membentuk suatu jaringan yang berwarna.

7) Eritrosit

Eritrosit ditandai dengan hilangnya seluruh poliribosom dan nukleusnya. Pada proses maturasi eritrosit, setelah
pembentukan hemoglobin dan penglepasan inti sel, masih diperlukan beberapa hari lagi untuk melepaskan sisa-
sisa RNA. Sebagian proses ini berlangsung di dalam sumsum tulang dan sebagian lagi dalam darah tepi. Pada
saat proses maturasi akhir, eritrosit selain mengandung sisa-sisa RNA juga mengandung berbagai fragmen
mitokondria dan organel lainnya. Pada stadium ini eritrosit disebut retikulosit atau eritrosit polikrom. Retikulum
yang terdapat di dalam sel ini hanya dapat dilihat dengan pewarnaan supravital. Tetapi sebenarnya retikulum ini
juga dapat terlihat segai bintik-bintik abnormal dalam eritrosit pada sediaan apus biasa. Polikromatofilia yang
merupakan kelainan warna eritrosit yang kebiru-biruan dan bintik-bintik basofil pada eritrosit sebenarnya
disebabkan oleh bahan ribosom ini. Setelah dilepaskan dari sumsum tulang sel normal akan beredar sebagai
retikulosit selama 1-2 hari. Kemudian sebagai eritrosit matang selama 120 hari. Dalam darah normal terdapat
0,5-2,5 % retikulosit.

b. Thrombopoeisis

Trombosit berasal dari megakariosit yang terdapat dalam sumsum tulang. Sudah diketahui bahwa megakariosit
ini berasal dari sel induk pluripotensial. Pengaturan produksi Trombosit dilakukan oleh suatu faktor
trombopoetik, yaitu sejenis hormon yang analog dengan eritropoetin yang disebut trombopoetin.
Trombopoetin telah dapat ditentukan ciri-cirinya dan ternyata bahwa zat ini pada elektroforesis bergerak
bersama fraksi albumin dan betaglobulin plasma.
Tempat produksi dan biodimanika trombopoetin belum diketahui dengan pasti ; beberapa peneliti menduga
bahwa ginjal merupakan salah satu tempat pembentukan hormon ini. Defisiensi trombopoetin ditemukan pada
penderita trombositopenia kronik yang mungkin congenital.
Produksi Trombosit diatur pula oleh jumlah atau masa Trombosit yang ada. Selain itu faktor-faktor lain seperti
limpa dan kadar besi dalam serum juga mungkin berpengaruh pada trombopoesis.

1) Progenitor cell

sel progenitor adalah sel dengan kemampuan untuk terdiferensiasi menjadi suatu jenis sel tertentu. Yang
membedakan sel progenitor dari sel punca, diferensiasi sel punca dapat terjadi pada beberapa lintasan
diferensiasi, sedangkan diferensiasi sel progenitor hanya terjadi pada satu lintasan diferensiasi.

2) Megakarioblast

Megakarioblast adalah sel besar berukuran 20-45 um, inti besar dengan kromatin halus dan terdapat 1 atau 2
anak inti, sitoplasma biru tidak bergranula.

3) Promegakaryocyte

Promegakariosit mengandung inti yang terbagi menjadi 2 atau 4 lobus, dalam sitoplasma biasanya telah ada
granula berwarna biru kemerah-merahan dan sitoplasma tidak terlalu biru. Mungkin tampak tonjolan-tonjolan
sitoplasma seperti gelembung. Inti menjadi sangat poliploid mengandung DNA sampai 30 kali banyak dari sel
normal. Sitoplasma sel ini homogen dan sangat basofilik.

4) Megakaryocyte

Megakariosit biasanya berukuran lebih besar daripada sel pendahulunya. Merupakan sel raksasa diameter 35 –
150 mikron, inti dengan berlobus tidak teratur, kromatin kasar,anak inti tidak terlihat dan bersitoplasma banyak.
Sitoplasma penuh terisi mitokondria, mengandung sebuah Retikulum Endoplasma Kasar (RE Rough) yang
berkembang baik dan sebuah Kompleks Golgi luas. Dalam sitoplasma terdapat banyak granula berwarna biru
kemerah-merahan. Dengan matangnya Megakariosit terjadi banyak invaginasi dari membran plasma yang
membelah-belah seluruh sitoplasma, membentuk membran dermakasi yang memberi sekat pada tiap tempat.
Sistem ini membatasi daerah sitoplasma megakariosit dan beberapa bagian dari sitoplasma yang bergranula itu
kemudian melepaskan diri dan membentuk trombosit. Dari satu megakariosit dapat menghasilkan 1000-5000
sel trombosit. Setelah megakariosit melepaskan banyak trombosit dan sitoplasma yang berisi thrombosit habis
maka yang tertinggal hanya inti saja dan oleh sistem RES dalam hal ini makrofag akan memfagositosis inti ini
untuk dihancurkan dan dicernakan.

5) Thrombosit (Platelet)
Merupakan sel yang berbentuk kepingan berukuran 3-4 mikron, dikeluarkan dari sitoplasma megakariosit dan
kemudian memasuki darah perifer sebagai sel pembeku darah. Terdiri dari sitoplasma yang bersifat basofilik
yang pucat (hialomer), memiliki granula berupa granula azurofil (granulomer). Dengan pewarnaan Romanowsky
akan berwarna merah pucat. Dalam darah tepi berumur pendek, jumlahnya tidak merata, mudah menggumpal
dan mudah rusak. Dalam darah tepi orang normal ditemukan 150.000-300.000 sel permm3 darah.

c. Leukopolesis

Leukopoiesis adalah proses pembentukan leukosit, yang dirangsang oleh adanya colony stimulating factors atau
faktor perangsang koloni. Penstimulasi (perangsang) koloni ini dihasilkan oleh sel darah putih (leukosit) dewasa.
Perkembangan dari setiap sel darah putih dimulai dengan terjadinya pembelahan sel batang temopoitik menjadi
sel “blas”. Leukopoiesis adalah bentuk hematopoiesis di mana sel darah putih (WBC, atau leukosit ) terbentuk
di sumsum tulang yang terletak di tulang pada orang dewasa dan organ hematopoietik pada janin. Sel darah
putih, memang semua sel darah, terbentuk dari diferensiasi sel induk hematopoietik pluripoten yang
menimbulkan beberapa garis sel dengan potensi diferensiasi tak terbatas. Garis sel langsung ini, atau koloni,
adalah progenitor sel darah merah ( eritrosit ), trombosit ( megakaryocytes ), dan dua kelompok utama
leukosit, mielosit dan limfosit . Atas dasar sejarah penyakit leukemia terkait, itu dibagi menjadi dua kelompok
utama: akut dan kronis. Insiden leukemia kronis dan akut lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan.

1) sel progenitor

sel progenitor adalah sel dengan kemampuan untuk terdiferensiasi menjadi suatu jenis sel tertentu. Yang
membedakan sel progenitor dari sel punca, diferensiasi sel punca dapat terjadi pada beberapa lintasan
diferensiasi, sedangkan diferensiasi sel progenitor hanya terjadi pada satu lintasan diferensiasi.

2) a. 1. Myeloblast

Myeloblas adalah sel punca yang tidak menonjol, yang akan berdiferensiasi menjadi salah satu efektor
seri granulosit . Stimulasi oleh G-CSF dan sitokin lainnya memicu pematangan, diferensiasi, proliferasi
dan kelangsungan hidup sel . [1] Ia ditemukan di sumsum tulang . Myeloblast juga disebut sebagai sel Band. Inti
dari myleoblasts melengkung dalam bentuk. Mereka muncul dalam bentuk S, C atau V sedangkan inti dari
limfoblas berbentuk bulat. Inti besar di limfoblas dan memiliki pigmen kromatin tebal yang membuat mereka
lebih menonjol dan homogen tanpa menggumpal dibandingkan dengan mieloblas. Ukuran limfoblas adalah
sekitar 15 um diameter di mana seperti yang myeloblast tampaknya sekitar 20 um. Sitoplasma adalah minim
dan agranular di limfoblas dibandingkan dengan myleoblasts yang relatif banyak dan berisi batang Auer yang
merupakan fitur ciri khas untuk mengidentifikasi mereka dalam smear sumsum tulang. Myeloblast juga noda
positif untuk myeloperoxidase noda.

2. promyelocyte

Promielosit Sel ini agak lebih besar dari mieloblas. Intinya bulat atau lonjong, dengan heterokromatin perifer
padat, serta anak inti yang tak jelas. Pada umumnya sitoplasma basofil, tetapi dapat memperlihatkan daerah
yang asidofil setempat. Ciri-ciri sel tersebut adalah adanya granula azurofil padat yang tersebar. Granula primer,
atau granula non spesifik ini dianggap merupakan suatu jenis khusus lisosom primer. Sitoplasma telah
memperlihatkan granula berwarna biru tua. Berbentuk bulat tidak teratur. Granula tampak menutupi inti. Inti
bulat besar. Kromatin kasar. Anak inti masih ada tapi tidak jelas.

- Eosinofil
Eosinofil dapat ditemukan pada medulla oblongata dan sambungan antara korteks otak besar dan
timus, dan di dalam saluran pencernaan, ovarium, uterus, limpa dan lymph nodes. Tetapi tidak
dijumpai di paru, kulit, esofagus dan organ dalam lainnya, pada kondisi normal, keberadaan eosinofil
pada area ini sering merupakan pertanda adanya suatu penyakit. Eosinofil dapat bertahan dalam
sirkulasi darah selama 8-12 jam, dan bertahan lebih lama sekitar 8-12 hari di dalam jaringan apabila
tidak terdapat stimulasi.
- Basofil
Basofil adalah granulosit dengan populasi paling minim, yaitu sekitar 0,01 – 0,3% dari sirkulasi sel darah
putih. Basofil mengandung banyak granula sitoplasmik dengan dua lobus. Seperti granulosit lain, basofil
dapat tertarik keluar menuju jaringan tubuh dalam kondisi tertentu. Saat teraktivasi, basofil
mengeluarkan antara lain histamin, heparin, kondroitin, elastase dan lisofosfolipase, leukotriena dan
beberapa macam sitokina. Basofil memainkan peran dalam reaksi alergi (seperti asma).
- Neutrofil
Neutrofil adalah bagian sel darah putih dari kelompok granulosit. Bersama dengan dua sel granulosit
lain: eosinofil dan basofil yang mempunyai granula pada sitoplasma, disebut juga polymorphonuclear
karena bentuk inti sel mereka yang aneh. Granula neutrofil berwarna merah kebiruan dengan 3 inti sel.
Neutrofil berhubungan dengan pertahanan tubuh terhadap infeksi bakteri dan proses peradangan kecil
lainnya, serta menjadi sel yang pertama hadir ketika terjadi infeksi di suatu tempat. Dengan sifat
fagositik yang mirip dengan makrofaga, neutrofil menyerang patogen dengan serangan respiratori
menggunakan berbagai macam substansi beracun yang mengandung bahan pengoksidasi kuat,
termasuk hidrogen peroksida, oksigen radikal bebas, dan hipoklorit. Rasio sel darah putih dari neutrofil
umumnya mencapai 50-60%. Sumsum tulang normal orang dewasa memproduksi setidaknya 100
miliar neutrofil sehari, dan meningkat menjadi sepuluh kali lipatnya juga terjadi inflamasi akut. Setelah
lepas dari sumsum tulang, neutrofil akan mengalami 6 tahap morfologis: mielocit, metamielocit,
neutrofil non segmen (band), neutrofil segmen. Neutrofil segmen merupakan sel aktif dengan kapasitas
penuh, yang mengandung granula sitoplasmik (primer atau azurofil, sekunder, atau spesifik) dan inti sel
berongga yang kaya kromatin. Sel neutrofil yang rusak terlihat sebagai nanah.

b. 1. Monoblast

Monoblas biasanya ditemukan di sumsum tulang dan tidak muncul di darah perifer normal. Mereka matang
menjadi monosit yang, pada gilirannya, berkembang menjadi makrofag . Monoblas khas berdiameter sekitar 12
sampai 20 µm, memiliki rasio nuklir hingga sitoplasma 4: 1 hingga 3: 1, dan, seperti kebanyakan ledakan
myeloid, memiliki nukleus bulat hingga oval dengan struktur kromatin halus. Satu hingga empat nukleolus
biasanya terlihat. Inti dapat menjadi pusat atau eksentrik dan dapat menunjukkan bukti indentasi atau
lipat. Sitoplasma bersifat agranular, bernoda agak ke basofilik ringan, dan sering memiliki pinggiran yang sangat
bernoda dan zona perinuklear yang menonjol.

2. Promonosit

promonosit dapat dikenali dari intinya yang memperlihatkan lekukan terlipat atau menyerupai gambaran otak
dan sitoplasma dengan pseudopodia. Ukuran 14 –
18, Sitoplasma sedang sampai penuh, Nucleus bentuk irregular,berlekuk memberikan gambaran seperti lipat
an, Pola kromatin lebih kasar dibandingkan monoblas, nucleoli. Terlihat 1 atau tanpa nucleoli.

3. Monocyte

Monocyte Besarnya sel 10 – 22 mikron, Inti sel, Letaknya dalam sel eksentrik. Bentuk inti menyerupai otak (brain
like form), Warna inti kemerah-merahan/keunguan, Kromatin tersusun lebih kasar, Butir inti (nucleoli) tidak ada,
Sitoplasma, Luasnya/lebarnya relatif lebih besar kadang-kadang ada pseudopodia, Warna sitoplasma biru pucat,
Perinuklear Zone tidak ada, Granula dalam sitoplasma kadang-kadang ada granula Azurophil, Fungsi melakukan
fagositosis.

Leukopolesis

Limfoblas adalah limfosit naif yang dimodifikasi yang juga terlihat sangat berbeda. Ini terjadi ketika limfosit
diaktifkan oleh antigen (dari sel yang menyajikan antigen) dan meningkat dalam volume oleh pertumbuhan inti
dan sitoplasma serta mRNA baru dan sintesis protein. Limfoblas kemudian mulai membelah dua hingga empat
kali setiap 24 jam selama 3-5 hari, dengan limfoblas tunggal menghasilkan sekitar 1.000 klon limfosit naif
aslinya, dengan masing-masing berbagi spesifisitas antigen yang awalnya unik. Akhirnya sel pembagi
berdiferensiasi menjadi sel efektor, yang dikenal sebagai Sel Plasma (untuk sel B), sel T sitotoksik, dan sel T
Pembantu. [1]

Limfoblas juga bisa merujuk pada sel-sel yang belum matang yang
biasanya berdiferensiasi membentuk limfosit matang. [2] Biasanya limfoblas ditemukan di sumsum tulang, tetapi
pada leukemia limfoblastik akut (ALL), limfoblas berproliferasi tak terkendali dan ditemukan dalam jumlah besar
dalam darah perifer.
Ukurannya antara 10 dan 20 μm. [3]

Meskipun umumnya limfoblas mengacu pada sel prekursor dalam pematangan leukosit , penggunaan istilah ini
kadang-kadang tidak konsisten. The Chronic Lymphocytic Leukemia Research Consortium mendefinisikan
limfoblas sebagai "limfosit A yang telah menjadi lebih besar setelah dirangsang oleh antigen. Lymphoblasts
terlihat seperti limfosit matang, dan pernah dianggap sebagai sel-sel prekursor.". [4] Biasanya, ketika berbicara
tentang leukemia, "ledakan" digunakan sebagai singkatan untuk limfoblas.

Limfoblas dapat dibedakan secara mikroskopis dari mieloblas dengan memiliki nukleolus yang kurang berbeda,
kromatin lebih kental, dan tidak adanya butiran sitoplasma. Namun perbedaan morfologi ini tidak absolut dan
diagnosis definitif bergantung pada antibodi immunostaining untuk kehadiran klaster reseptor diferensiasi
yang unik.

Limfosit adalah jenis sel darah putih yang ditemukan dalam darah manusia dan
diproduksi terutamadi dalam organ limfoid primer dan sekunder.

Organ utama termasuk timus dan sumsum


tulang, sedangkan organ limfoid sekunder termasuklimpa, patch peyer ditemukan dalam saluran
pencernaan, amandel dan kelenjar gondok, dan kelenjar getah bening dan nodul ditemukan di seluruh tubuh.

Pematangan limfosit memiliki tiga


tahap sel yaitu; limfoblas, prolimfosit dan limfosit matang. Sebuahlimfosit matang memiliki dua
jenis; limfosit kecil dan besar. Ukuran dari limfosit kecil adalah sekitar 6 sampai 9 mikrometer dan sel yang
besar adalah sekitar 17 sampai 20 mikrometer.

Sel berisi bulat-sampai–lonjong inti berbentuk dengan atau tanpa lekukan. Tidak
ada nukleolusterlihat ditemukan di dalam nukleolus . Pematangan terjadi di dua tempat (a) dalam timus, di
manalimfosit T diproduksi, dan (b) pada kelenjar getah bening, di mana limfosit B diproduksi.

Jumlah limfosit dalam darah perifer bervariasi berdasarkan usia individu. Biasanya anak-anak di
bawah usia empat memiliki jumlah jauh lebih tinggi dari limfosit daripada orang dewasa. Limfositadalah penting
untuk menjaga kekebalan yang dimediasi sel dan imunitas humoral dalam tubuh.

Anda mungkin juga menyukai