Anda di halaman 1dari 5

1. Apa definisi plasma konvalesen?

• Plasma Konvalesen adalah plasma darah yang diambil dari pasien yang terdiagnosa Covid
19 dan sudah 14 hari dinyatakan se mbuh dari infeksi COVID-19 yang ditandai dengan
pemeriksaan Swab menggunakan RT-PCR sebanyak 1 kali pemeriksaan dengan hasil negatif •
Terapi plasma konvalesen adalah pemberian plasma dari pasien COVID-19 yang sudah
sembuh yang kaya dengan Antibodi poliklonal, yang ditransfusikan kepada pasien COVID-19,
sebagai salah satu upaya pemberian terapi imun pasif dengan segera.
(sumber: Yahya Indraswara, Plasma konvalesen untuk covid-19. Institut Ilmu Kesehatan
Strada. 2020)

2. Apa definisi darah?


 Pengertian Darah berasal dari bahasa yunani yakni hemo, hemato dan haima yang
berarti darah.Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali
tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang
dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme,
dan juga berfungsi sebagai pertahanan tubuh manusia terhadap virus atau bakteri.
3. Bagaimana proses pembentukan darah?
 Macam – macam hematopoiesis 1. Seri Eritrosit (Eritropoesis) Perkembangan
eritrosit ditandai dengan penyusutan ukuran (makin tua makin kecil), perubahan
sitoplasma (dari basofilik makin tua acidofilik), perubahan inti yaitu nukleoli makin
hilang, ukuran sel makin kecil, kromatin makin padat dan tebal, warna inti gelap. 9
Tahapan perkembangan eritrosit yaitu sebagai berikut : a. Proeritroblas
Proeritroblas merupakan sel yang paling awal dikenal dari seri eritrosit. Proeritroblas
adalah sel yang terbesar, dengan diameter sekitar 15-20µm. Inti mempunyai pola
kromatin yang seragam, yang lebih nyata dari pada pola kromatin hemositoblas,
serta satu atau dua anak inti yang mencolok dan sitoplasma bersifat basofil sedang.
Setelah mengalami sejumlah pembelahan mitosis, proeritroblas menjadi basofilik
eritroblas. b. Basofilik Eritroblas Basofilik Eritroblas agak lebih kecil daripada
proeritroblas, dan diameternya rata-rata 10µm. Intinya mempunyai heterokromatin
padat dalam jala-jala kasar, dan anak inti biasanya tidak jelas. Sitoplasmanya yang
jarang nampak basofil sekali. c. Polikromatik Eritroblas (Rubrisit) Polikromatik
Eritoblas adalah Basofilik eritroblas yang membelah berkali-kali secara mitotris, dan
menghasilkan sel-sel yang memerlukan hemoglobin yang cukup untuk dapat
diperlihatkan di dalam sediaan yang diwarnai. Setelah pewarnaan Leishman atau
Giemsa, sitoplasma warnanya berbeda-beda, dari biru ungu sampai lila atau abu-abu
karena adanya hemoglobin terwarna merah muda yang berbeda-beda di dalam
sitoplasma yang basofil dari eritroblas. Inti Polikromatik Eritroblas 10 mempunyai
jala kromatin lebih padat dari basofilik eritroblas, dan selnya lebih kecil. d.
Ortokromatik Eritroblas (Normoblas) Polikromatik Eritroblas membelah beberapa
kali secara mitosis. Normoblas lebih kecil daripada Polikromatik Eritroblas dan
mengandung inti yang lebih kecil yang terwarnai basofil padat. Intinya secara
bertahap menjadi piknotik. Tidak ada lagi aktivitas mitosis. Akhirnya inti dikeluarkan
dari sel bersama-sama dengan pinggiran tipis sitoplasma. Inti yang sudah
dikeluarkan dimakan oleh makrofagmakrofag yang ada di dalam stroma sumsum
tulang e. Retikulosit Retikulosit adalah sel-sel eritrosit muda yang kehilangan inti
selnya, dan mengandung sisa-sisa asam ribonukleat di dalam sitoplasmanya, serta
masih dapat mensintesis hemoglobin. (Child, J.A, 2010 ; Erslev AJ, 2001) Retikulosit
dianggap kehilangan sumsum retikularnya sebelum meninggalkan sumsum tulang,
karena jumlah retikulosit dalam darah perifer normal kurang dari satu persen dari
jumlah eritrosit. Dalam keadaan normal keempat tahap pertama sebelum menjadi
retikulosit terdapat pada sumsung tulang. Retikulosit terdapat baik pada sumsum
tulang maupun darah tepi. Di dalam sumsum tulang memerlukan waktu kurang lebih
2 – 3 hari untuk menjadi matang, sesudah itu lepas ke dalam darah. (Bell dan Rodak,
2002) 11 f. Eritrosit Eritrosit merupakan produk akhir dari perkembangan
eritropoesis. Sel ini berbentuk lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang.
Pada manusia, sel ini berada di dalam sirkulasi selama kurang lebih 120 hari. Jumlah
normal pada tubuh laki – laki 5,4 juta/µl dan pada perempuan 4,8 juta/µl. setiap
eritrosit memiliki diameter sekitar 7,5 µm dan tebal 2 µm. (Ganong, William F.1998)
Perkembangan normal eritrosit tergantung pada banyak macammacam faktor,
termasuk adanya substansi asal (terutama globin, hem dan besi). Faktor-faktor lain,
seperti asam askorbat, vitamin B12, dan faktor intrinsic (normal ada dalam getah
lamung), yang berfungsi sebagai koenzim pada proses sintesis, juga penting untuk
pendewasaan normal eritrosit.(Djunaedi Wibawa, 2011) Pada sistem Eritropoesis
dikenal juga istilah Eritropoiesis inefektif, yang dimaksud Eritropoiesis inefektif
adalah suatu proses penghancuran sel induk eritroid yang prematur disumsum
tulang. Choi, dkk, dalam studinya bahwa pengukuran radio antara retikulosit di
sumsum tulang terhadap retikulosit di darah tepi merupakan ukuran yang pentng
untuk bisa memperkirakan beratnya gangguan produksi SDM. (Choi JW. 2006) 12 2.
Seri Leukosit a. Leukosit Granulosit / myelosit Myelosit terdiri dari 3 jenis yaitu
neutrofil, eosinofil dan basofil yang mengandung granula spesifik yang khas.
Tahapan perkembangan myelosit yaitu : 1) Mieloblas Mieloblas adalah sel yang
paling muda yang dapat dikenali dari seri granulosit. Diameter berkisar antara 10-
15µm. Intinya yang bulat dan besar memperlihatkan kromatin halus serta satu atau
dua anak inti. 2) Promielosit Sel ini agak lebih besar dari mielobas. Intinya bulat atau
lonjong, serta anak inti yang tak jelas. 3) Mielosit Promielosit berpoliferasi dan
berdiferensiasi menjadi mielosit. Pada proses diferensiasi timbul grnula spesifik,
dengan ukuran, bentuk, dan sifat terhadap pewarnaan yang memungkinkan
seseorang mengenalnya sebagai neutrofil, eosinofil, atau basofil. Diameter berkisar
10µm, inti mengadakan cekungan dan mulai berbentuk seperti tapal kuda. 4)
Metamielosit Setelah mielosit membelah berulang-ulang, sel menjadi lebih kecil
kemudian berhenti membelah. Sel-sel akhir pembelahan adalah 13 metamielosit.
Metamielosit mengandung granula khas, intinya berbentuk cekungan. Pada akhir
tahap ini, metamielosit dikenal sebagai sel batang. Karena sel-sel bertambah tua, inti
berubah, membentuk lobus khusus dan jumlah lobi bervariasi dari 3 sampai 5. Sel
dewasa (granulosit bersegmen) masuk sinusoid-sinusoid dan mencapai peredaran
darah. Pada masing-masing tahap mielosit yang tersebut di atas jumlah neutrofil
jauh lebih banyak daripada eosinofil dan basofil. b. Leukosit non granuler 1) Limfosit
Sel-sel precursor limfosit adalah limfoblas, yang merupakan sel berukuran relatif
besar, berbentuk bulat. Intinya besar dan mengandung kromatin yang relatif dengan
anak inti mencolok. Sitoplasmanya homogen dan basofil. Ketika limfoblas
mengalami diferensiasi, kromatin intinya menjadi lebih tebal dan padat dan granula
azurofil terlihat dalam sitoplasma. Ukuran selnya berkurang dan diberi nama
prolimfosit. Sel-sel tersebut langsung menjadi limfosit yang beredar. 2) Monosit
Monosit awalnya adalah monoblas berkembang menjadi promonosit. Sel ini
berkembang menjadi monosit. Monosit meninggalkan darah lalu masuk ke jaringan,
disitu jangka hidupnya sebagai makrofag mungkin 70 hari. 14 3. Seri Trombosit
(Trombopoesis) Pembentukan Megakariosit dan Keping-keping darah Megakariosit
adalah sel raksasa (diameter 30-100µm atau lebih). Inti berlobi secara kompleks dan
dihubungkan dengan benang-benang halus dari bahan kromatin. Sitoplasma
mengandung banyak granula azurofil dan memperlihatkan sifat basofil setempat.
Megakariosit membentuk tonjolantonjolan sitoplasma yang akan dilepas sebagai
keping-keping darah. Setelah sitoplasma perifer lepas sebagai keping-keping darah,
megakariosit mengeriput dan intinya hancur. (Nadjwa Zamalek D, 2002 ; Indranila
KS, 1994)
4. AMBIL DARI PPT INGENIO !
5. BAGAIMANA MEKANISME PENGGOLONGAN DARAH?
 Sel darah merah memiliki salah satu dari antigen A, B , AB atau tidak sama sekali
pada permukaan sel tersebut. Golongan A memiliki antigen A, golongan B memiliki
antigen B, golongan AB memiliki antigen A dan B, sementara golongan O tidak
mengandung antigen. Antigen tersebut mampu memproduksi antibodi. Individu
yang memiliki golongan darah AB merupakan resipien universal (dapat menerima
semua jenis darah) karena tidak memiliki antibodi, seseorang yang bergolongan
darah O merupakan donor universal (dapat menerima semua jenis darah) (Kee,
2002).

6. Bagaimana mekanisme penggolongan darah?
Di dalam UTD (Unit Tranfusi Darah) terdapat 4 bagian, yaitu: a) Pertama pendataan
pendonor serta cek lolos donor dengan ketentuan-ketentuan yang ada, b) Kedua terdapat
bagian Aftaf atau ruang pengambilan darah; bagi Pendonor yang telah lolos akan di ambil
darahnya oleh petugas c) Ketiga yaitu bagian laboraterium yg bertugas mengecek dan
menguji darah dalam keadaan sehat atau tidak sebelum di kontibusikan kepada pasien
yang membutuhkan darah serta ke Bank Darah yang ada dalam rumah sakit, serta menjadi
satu dengan bagian pelayaan permintaan darah serta pencatatan penerimaan dari pasien
sebelum kebagian keuangan. d) Bagian penerimaan (bagian keuangan) dalam penerimaan
keuangan yang di terima oleh petugas labolatorium.
7.

Anda mungkin juga menyukai