Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH HEMATOLOGI

ERITROPOESIS, PROSES ERITROPOESIS, SEL-SEL TAHAPAN


PEMBENTUKAN ERITROSIT, KELAINAN ERITROSIT

DISUSUN OLEH :

1. Argam Hafizhan (P27903218002)


2. Desiana Wahyu Kuswardhani (P27903218005)
3. Dewa Andriany (P27903218006)

JURUSAN ANALIS KESEHATAN PROGRAM KHUSUS PEGAWAI

POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN

Jl. Dr Sitanala Tangerang. Telp (021) 5522250


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Eritrosit atau sel darah merah merupakan salah satu komponen sel yang
terdapat dalam darah, fungsi utamanya adalah sebagai pengangkut hemoglobin
yang akan membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan (Guyton, 1995). Eritrosit
merupakan suatu sel yang kompleks, membrannya terdiri dari lipid dan protein,
sedangkan bagian dalam sel merupakan mekanisme yang mempertahankan sel
selama 120 hari masa hidupnya serta menjaga fungsi hemoglobin selama masa
hidup sel tersebut (Williams, 2007). Eritrosit berbentu bikonkaf dengan diameter
sekitar 7,5 μm, dan tebal 2 μm, pada pria dewasa dengan jumlah eritrosit normal
sekitar 5,4jt/ μl didapati kadar hemoglobin sekitar 15,6 mg/dl (Ganong, 1999).
Eritropoiesis merupakan proses yang diregulasi ketat melalui kendali
umpan balik. Pembentukan eritrosit dihambat oleh kadar hemoglobin diatas
normal dan dirangsang oleh keadaan anemia dan hipoksia. Eritropoiesis pada
masa awal janin terjadi dalam yolk sac, pada bulan kedua kehamilan eritropoiesis
berpindah ke liver dan saat bayi lahir eritropoiesis di liver berhenti dan pusat
pembentukan eritrosit berpindah ke sumsum tulang (Williams, 2007).
Oleh karena itu dalam makalah ini kami sebagai penulis akan membahas
bagaimana proses pembentukan eritrosit, organ apa saja yang teribat didalamnya,
apa saja bahan yang diperlukan untuk membentuk eritrosit, bagaimana struktur
eritrosit dan bagaimana proses daur hidup eritrosit.

1.2.   Tujuan Makalah
Kegiatan pembuatan makalah ini dilakukan untuk menunjang dan
menambah pengetahuan  tentang bagaimana proses pembentukan eritrosit, organ
apa saja yang teribat didalamnya, apa saja bahan yang diperlukan untuk
membentuk eritrosit, bagaimana struktur eritrosit dan bagaimana proses daur
hidup eritrosit. Setelah pembuatan dan pembahasan makalah ini mahasiswa
diharapkan dapat mengetahui gambaran dan bagaimana proses pembentukan
eritrosit, Menambah ilmu pengetahuan pada materi Hematologi dan khususnya
tentang Eritropoiesis.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.  Pengertian Eritropoiesis
Proses pembentukan eritrosit yang disebut sebagai eritropoiesis
merupakan proses yang diregulasi ketat melalui kendali umpan balik.
Pembentukan eritrosit dihambat oleh kadar hemoglobin diatas normal dan
dirangsang oleh keadaan anemia dan hipoksia. Eritropoiesis pada masa awal janin
terjadi dalam yolk sac, pada bulan kedua kehamilan eritropoiesis berpindah
ke liver dan saat bayi lahir eritropoiesis di liver berhenti dan pusat pembentukan
eritrosit berpindah ke sumsum tulang (Williams, 2007).
Pada masa anak-anak dan remaja semua sumsum tulang terlibat dalam
hematopoiesis, namun pada usia dewasa hanya tulang-tulang tertentu seperti
tulang panggul, sternum, vertebra, costa, ujung proksimal femur dan beberapa
tulang lain yang terlibat eritropoiesis. Bahkan pada tulang-tulang seperti disebut
diatas beberapa bagiannya terdiri dari jaringan adiposit. Pada
periode stress hematopoietik tubuh dapat melakukan reaktivasi pada limpa, hepar
dan sumsum berisi lemak untuk memproduksi sel darah, keadaan ini disebut
sebagai hematopoiesis ekstramedular (Munker, 2006).

2.2. Bahan Yang Diperlukan Dalam Proses Eritropoiesis

1.   Asam folat dan vitamin B12, merupakan bahan pokok pembentuk inti sel,
Asam folat dan vitamin B12 bergabung untuk membantu tubuh dalam
memecah, menggunakan dan membentuk protein dan sel darah merah atau
eritrosit.

2. Besi, Sangat diperlukan dalam pembentukan hemoglobin dalam tubuh yang


kemudian digunakan untuk mentransportasikan oksigen dan nutrisi makanan
ke seluruh jaringan tubuh.  

3. Mineral (Cobalt, magnesium, Cu, Zn), ini dibutuhkan untuk proses


pembentukan dan pertumbuhan protein di dalam tubuh sehingga mempercepat
proses pembentukan sel.

4. Asam amino, asam amino merupakan bahan yang paling dasar dalam
pembentukan protein dalam tubuh manusia, asam amino akan bergabung
menjadi rantai asam amino yang disebut polipeptida yang disebut juga sebagai
protein.

5. Vitamin lain : vitamin C. vitamin B kompleks dan lain-lain.


2.3.  Faktor Yang Mempengaruhi Eritropoiesis

1. Eritropoietin merangsang eritropoiesis dengan meningkatkan jumlah sel


progenitor yang terikat untuk eritropoiesis. BFUE dan CFUE lanjut yang
mempunyai reseptor eritropoietin terangsang untuk berproliferasi,
berdiferensiasi, dan menghasilkan hemoglobin.

2. Kemampuan respon sumsum tulang (anemia, perdarahan).

3. Intergritas proses pematangan eritrosit.

2.4. Proses Pembentukan Eritrosit

Setiap orang memproduksi sekitar 1012 atau 10.000.000.000.000 eritrosit


baru tiap hari melalui proses eritropoiesis yang kompleks dan teratur dengan baik.
Eritropoiesis berjalan dari sel induk menjadi prekursor eritrosit yang dapat
dikenali pertama kali di sumsum tulang, yaitu pronormoblas. Pronormoblas
adalah sel besar dengan sitoplasma biru tua, dengan inti ditengah dan nucleoli,
serta kromatin yang sedikit menggumpal. Pronormoblas menyebabkan
terbentuknya suatu rangkaian normoblas yang makin kecil melalui sejumlah
pembelahan sel. Normoblas ini juga mengandung sejumlah hemoglobin yang
makin banyak (yang berwarna merah muda) dalam sitoplasma, warna sitoplasma
makin biru pucat sejalan dengan hilangnya RNA dan apparatus yang mensintesis
protein, sedangkan kromatin inti menjadi makin padat. Inti akhirnya dikeluarkan
dari normoblas lanjut didalam sumsum tulang dan menghasilkan stadium
retikulosit yang masih mengandung sedikit RNA ribosom dan masih mampu
mensintesis hemoglobin.
Sel ini sedikit lebih besar daripada eritrosit matur, berada selama 1-2 hari
dalam sumsum tulang dan juga beredar di darah tepi selama 1-2 hari sebelum
menjadi matur, terutama berada di limpa, saat RNA hilang seluruhnya. Eritrosit
matur berwarna merah muda seluruhnya, adalah cakram bikonkaf tak berinti. Satu
pronormoblas biasanya menghasilkan 16 eritrosit matur. Sel darah merah berinti
(normoblas) tampak dalam darah apabila eritropoiesis terjadi diluar sumsum
tulang (eritropoiesis ekstramedular) dan juga terdapat pada beberapa penyakit
sumsum tulang. Normoblas tidak ditemukan dalam darah tepi manusia yang
normal.
2.5. Tahapan Pematangan Eritrosit (Eritropoesis)

1. Proeritroblas
-Ukuran : 15 - 25 mm
-Sitoplasma : Biru pekat, lebih sempit menebal dibatas inti, terang diluar
inti dengan halo disekitar inti
-Inti : Relativ besar, bulat atau oval, warna ungu kemerahan, kromatin
halus,
-Nukleoli 1-2 ( lebih besar dibanding Mieloblas lebih kebiruan)

2. Basofilik Eritroblas
-Ukuran : 13 - 18 mm
-Sitoplasma : sangat Biru , Besar mulai berkurang
-Inti : Relatif besar, bulat atau oval, Kromatin mulai kasar dibanding
Proeritroblas, Nukleoli tidak ada
Catatan: basofilik eritroblas dengan kondensasi kromatin tengah
berlangsung dan tanpa ada zona perinuklear.

3. Polikromatofilik eritroblas
-Ukuran : 10 - 15 mm
-Sitoplasma : Biru abu2 sampai pink abu2 ( warna gradasi berbeda), mulai
produksi Hb, relatif melebar dibanding inti
-Inti : Bulat, lebih kecil dibanding sebelumnya, Padat dengan kromatin
kasar dan bergumpal, warna biru ungu gelap.

4. Ortokromatik Eritroblas
-Ukuran : 8 - 12 mm
-Sitoplasma : Merah muda, lebih melebar dibanding sebelumnya
-Inti : Piknotik warna biru hitam.
5. Retikulosit
-Ukuran : Hampir sama dengan eritrosit matang atau sedikit lebih
besar
-Sitoplasma : Merah muda sampai keunguan, berisi granula berupa
sisa retikulum RNA yang tercat dengan Supravital
-Inti : Tidak ada
-Pewarnaan : supravital, dengan Cresyl blue
-Range Normal : 0,5-1,5 %

6. Eritrosit Matang
-Ukuran : 6,7-7,7 μm
-Inti : tidak ada
-Sitoplasma : Merah Muda, tanpa inti, bulat bikonkav.
-Bentuk : dari atas bulat, dari samping bikonkaf, bagian sentral terdapat
cekungan disebut central pallor 1/3 sel.

Catatan :
Pembelahan sel menyebabkan sel matang lebih kecil, Warna sitoplasma beubah
lebih merah karena bertambahnya Hb, Kromatin menjadi semakin padat. Nukleus
akhirnya dikeluarkan dari sel (dalam sumsumtulang) menjadi stadium Retikulosit
(masih mengandung ribosomal RNA, masih bisa mensintesa Hb), sel ini di
sumsumtulang 1-2 hari dan didarah tepi 1-2 hari ( Tu di limpa). Bila RNA hilang
sempurna maka jadilah Eritrosit yang matang. Satu Proeritroblas menjadi 16 sel
eritrosit matang. Sel berinti ditemukan di darah tepi bila eritropoesis ekstra
meduler, Penyakit pada sumsum tulang (Keadaan normal tidak ditemukan eritrosit
berinti di darah tepi)

2.6. Kelainan Sel Eritrosit

1. Ukuran / Size
Kelainan morfologi eritrosit karena berbeda-beda ukuran adalah
Anisositosis
 -Ukuran normal berdiameter rata-rata 7 mikron = normositer
-Ukuran lebih kecil dari 7 mikron = mikrositer
-Ukuran lebih besar dari 7 mikron = makrositer

2. Warna
Kelainan morfologi eritrosit karena bentuk yang tidak bikonkaf sempurna
dapat dililihat dari warna / kepucatan eritrosit.
-Eritrosit normal pucat 1/3 bagian = normokrom
-Eritrosit yang pucat lebih besar dari 1/3 bagian = hipokrom
-Eritrosit yang tidak pucat = hiperkrom
3. Bentuk
Eritrosit yang rusak akan memiliki bentuk-bentuk yang tidak biasa dan
spesifik pada penyakit-penyakit tertentu. Contoh bentuk abnormal eritrosit
yaitu bentuk bulan sabit, bentuk hlem, bentuk target, bentuk seperti
durian / irregular, bentuk pensil, bentuk tetesan atau teardrop dll.

Berikut gambaran abnormal dari sel darah merah atau eritrosit yang
bisa di temukanpada saat pemeriksaan hapusan darah beserta Penyakit yang
disebabkan oleh kelainan:

1.     

Ket :    Hipochrome
Gambaran sel darah merah yang hipokrom dapat ditemukan pada anemia
kurang besi (defisiensi fe), sickle cells anemia, thalassemia, atau anemia
karena penyakit kronis. Selain dari hapusan, dapat juga kita lihat dari hasil
pemeriksaan darah MCH < 26 pg dan MCHC < < 32%.

2.     

Ket :    Makrositik
Gambaran makrositik  berarti volume eritrosit lebih besar dari normal.
Dapat ditemukan pada penyakit anemia megaloblastik karena kurang
vit.B12 atau asam folat, anemia setelah perdarahan akut, atau anemia
karena penyakit hati kronik. Dari data pemeriksaan darah ditemukan MCV
> 94 fl.
3.     

Ket :    Target Cell


Gambaran ini dinamakan sel target karena bentukannya mirip dengan
sasaran tembak. Dapat ditemukan pada Thalassemia disertai gambaran
aniso-poikilositosis, polikromasi, hipokrom-mikrositik, dan bintik basofil.

4.

Ket :    Bintik basofil

5.

Ket :    Poikilositosis
Seperti telah dibahas di atas, dua gambaran ini bisa ditemukan di
thalassemia. Selain itu, bintik basofil dapat ditemukan pada anemia
sideroblastik dan keracunan timbal. Sedangkan Poikilositosis merupakan
kondisi kelainan bentuk baik sebagian bentuk dari eritrosit normal atau
bentuk yang benar-benar berbeda. Kondisi ini bisa ditemukan pada
berbagai kelainan karena tidak spesifik, seperti pada thalassemia, anemia
karena defisiensi vitamin B12 atau asam folat, atau bisa juga pada coeliac
disease.

6.  

Ket :    Gametosit

7.   

 
Ket :    Ring Form
Kedua gambaran ini dapat ditemukan pada pasien malaria. Prosedur
pemeriksaannya dengan tetes tebal dan tetes tipis. Pada pemeriksaan ini
dapat juga ditemukan skizon dan eritrosit yang telah pecah karena
hemolisis.
8.     

Ket :    Aglutinasi

9.        

Ket :    Akantosit
Ciri-ciri akantosit : Eritrosit dengan tonjolan sitoplasma runcing dan tidak
teratur seperti duri. Adanya dari sitoplasma mengakibatkan berkurangnya
daerah pucat di tengah sel pada darah normal tidak di temukan akantosit
Pasien yang mengalami sindroma meilodisplasi juga ditemukan akantosit.
Penyebab sindroma meilodisplasi belum diketahui dengan pasti diduga
karena adanya senyawa mutagen ( benzene, obat-obatan akilating) dan
radiasi.

10.
Ket :    Sel Sabit
Penyakit sel sabit (sickle cell disease) adalah suatu penyakit keturunan
yang ditandai dengan sel darah merah yang berbentuk sabit dan anemia
hemolitik kronik. Pada penyakit sel sabit, sel darah merah memiliki
hemoglobin (protein pengangkut oksigen) yang bentuknya abnormal,
sehingga mengurangi jumlah oksigen di dalam sel dan menyebabkan
bentuk sel menjadi seperti sabit.
Selain itu sel sabit juga dapat disebabkan oleh : (Price A Sylvia, 1995, hal :
239)
a.Infeksi
b.Disfungsi jantung
c.Disfungsi paru
d.Anastesi umum
f.Menyelam

11.   

Ket :    Sferosit
Sferositosis Herediter adalah penyakit keturunan dimana sel darah merah
berbentuk bulat.Sel darah merah yang bentuknya berubah dan kaku
terperangkap dan dihancurkan dalam limpa, menyebabkan anemia dan
pembesaran limpa.Anemia biasanya ringan, tetapi bisa semakin berat jika
terjadi infeksi.
Jika penyakit ini berat, bisa terjadi:
- sakit kuning (jaundice)
- anemia
- pembesaran hati
- pembentukan batu empedu

12.    

Ket: Howell Joly Bodies


13.

Ket: Skistosit
-Eritrosit dengan bentuk tak teratur
-Akibat proses fragmentasi
-Dikeluarkan ke dalam sirkulasi oleh RE sistem
BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan dan Saran


Eritropoiesis merupakan proses pembentukan sel eritrosit yang diregulasi
ketat melalui kendali umpan balik. Dalam pembentukannya diperlukan bahan
antara lain asam folat dan vitamin b12, besi, mineral, asam amino dan vitamin
yang lain, kemudian faktor yang mempengaruhi pembentukan dari sel eritrosit
adalah eritropoietin, kemampuan respon sumsum tulang dan intergritas proses
pematangan eritrosit. Proses yang dilalui untuk membentuk sel eritrosit selama 23
hari untuk merubah sel puncak menjadi eritrosit melalui retikulosit.
Struktur sel eritrosit memiliki 3 struktur utama yang terbagi atas membran
eritrosit, sistem enzim dan hemoglobin. Di karenakan sel eritrosit mengandung
hemoglobin maka fungsi utama dari sel ini ialah sebagai sistem transportasi untuk
mengedarkan oksigen dan nutrisi ke seluruh jaringan tubuh dan mengangkut sisa
metabolismeuntuk di buang melalui proses ekskresi. Umur dari sel eritrosit ini
rata-rata hanya sekitar 120 hari, sehingga apabila sel telah mencapai umurnya
(menua) atau rusak maka sel eritrosit ini akan di destruksi atau dihancurkan
melalui makrofag dan di lakukan di dalam reticuloendothelial yang kemudian sisa
dari penghancuran sel eritrosit ini dibuang melalui urine maupun feses.
DAFTAR PUSTAKA

1. https://www.scribd.com/doc/208111011/3-4-hematopoiesis-script-type-text-
javascript-src-http-app-mam-conduit-com-getapp-ct3314884-webMam-js-ctid-
ct3314884-id-valueApps-script-id
2. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/156/jtptunimus-gdl-fitriindah-7799-3-
babii.pdf
3. P. B. Notopoero. 2007.Eritropoitin Fisiologi, Aspek Klinik, Dan
Laboratorik(Erythropoietin Physiology, Clinical, And Laboratory Aspect). Vol.
14, No. 1: 28-36
4.  Hoffbrand A.V dkk. 2005. Essential Haematology . Jakarta : EGC.
5. Usu institutional repository- universitas sumatra utara/ ww.Repository.usu.ac.id
6.  http://repository.usu.ac.id/bitstream/1234567
7. http://www.academia.edu/1953047/Reish_Amanda_Fitria_1102013250_Fk-
B_B11_Lekas_Lelah_Bila_Bekerja
8.  http://www.academia.edu/8361465/Eritrosit

Anda mungkin juga menyukai