Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ILMU SOSIAL BUDAYA

MANUSIA DAN KEADILAN

DOSEN PEMBIMBING :
Wawan Sofwan Z, S.Pd, M.kes
Dr. Ommo Sutomo, M.kes
Barlian, SH, M.kes

DISUSUN OLEH :
1. Argam Hafizhan (P27903218002)
2. Desiana Wahyu Kuswardhani (P27903218005)
3. Dewa Andriany (P27903218006)
4. Tri Suharmi (P27903218034)

JURUSAN ANALIS KESEHATAN PROGRAM KHUSUS PEGAWAI


POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN
Jl. Dr Sitanala Tangerang. Telp (021) 5522250
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah tentang kalimat efektif, dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai kalimat efektif. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya
berharap danya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah saya buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Tangerang, 22 Januari 2018

Manusia dan Keadilan 2


Daftar Isi

Kata Pengantar ..................................................................................................................... 2


Daftar Isi ............................................................................................................................. 3
Bab 1 (Pendahuluan) .......................................................................................................... 4
A. Latar belakang ....................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 5
C. Tujuan ................................................................................................................... 5
Bab II (Pembahasan)
A. Pengertian keadilan ................................................................................................ 6
B. Makna keadilan ...................................................................................................... 7
C. Macam-macam keadilan ........................................................................................ 8
D. Kejujuran ................................................................................................................ 9
E. Kekurangan ............................................................................................................ 9
F. Kecurangan ............................................................................................................ 10
G. Perhitungan (Hisab) ............................................................................................... 11
H. Pemulihan nama baik ............................................................................................. 11
I. Pembalasan ............................................................................................................ 12
J. Dampak yang terjadi pada masyarakat .................................................................. 12
K. Hubungan manusia dengan keadilan ..................................................................... 13
L. Contoh manusia dengan keadilan .......................................................................... 13
Bab III (Penutup) ............................................................................................................... 14
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 15
B. Saran ...................................................................................................................... 15
Daftar Pustaka .................................................................................................................... 16

Manusia dan Keadilan 3


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara ini membutuhkan keadilan untuk bisa menata kembali kehidupan
bernegaranya. Dalam berbagai tayangan di televisi dapat kita lihat bahwa betapa tidak ada
jaminan kepastian akan hukum dan keadilan dalam berbagi ruang di negara kita, contoh
kasus yang begitu menarik kita adalah masalah penahanan mantan Kabareskrim Susno
Duadji, terkait kasus arwana yang sebenarnya belum jelas dan tidak perlu untuk dilakukan
penahanan. Kasus arwana ini sebenarnya masih terkait dengan terkuaknya kasus
penggelapan pajak oleh Gayus tambunan. Namun sepertinya polisi lebih memilih untuk
menyelesaikan kasus arwana terlebih dahulu, daripada Gayus. Bagaimana dengan kasus
sejenis yang menyangkut penggelapan pajak dengan rasio yang lebih besar daripada Gayus
?
Pertanyaan ini semakin menghilang dengan semakin kurang bergemanya kasus ini.
Sama dengan kasus Century yang semakin membungkam. Padahal sempat kasus ini menjadi
top headline dari semua pemberitaan di setiap media. Apakah selalu begini yang terjadi di
indonesia ? maksudnya, akankah setiap kasus yang booming menjadi pemberitaan di setiap
media tiba-tiba menghilang begitu saja tanpa penyelesaian yang jelas ? mengapa kita tidak
pernah tuntas dalam menyelesaikan sebuah permasalahan ?
Pertanyaannya semakin berlanjut bila kita ingat kembali beberapa kasus yang sempat
menarik perhatian khalayak, yaitu kasus dimana ada seseorang nenek yang terpaksa mencuri
cokelat dan dengan mudahnya langsung dipenjarakan. Lalu ada juga kasus 2 orang lelaki
yang terpaksa menginap di penjara hanya karena mencuri semangka. Apakah ini yang
disebut adil ? pembenahan seperti apakah yang harus kita lakukan agar keadilan benar-benar
bisa ditegakkan ?
Kasus-kasus kecil begitu mudahnya diselesaikan, walaupun terkesan kurang adil, dan
berlebihan. Sementara orang-orang dengan kasus yang begitu besar, tidak terselesaikan,
bahkan banyak dari mereka yang keburu meninggal sebelum kasusnya diselesaikan.
Sepertinya kita membutuhkan pemimpin yang bukan hanya tegas, tetapi bisa
mensinergiskan semua kekuatan yang ada, baik dari kekuatan politik, militer, dan kekuatan
yang bersal dari aspirasi masyarakat sehingga fokus pada pembenahan tidak terpecah.
Yang selalu saya lihat adalah, begitu banyaknya kepentingan para elite yang berkuasa
sehingga sehingga sering kali terjadi tarik menarik kekuasaan, dan politik saling

Manusia dan Keadilan 4


menjatuhkan. Bentuk koalisi yang diadakan hanya sekedar sebagai ajang untuk menarik
kekuasaan, bukan sebagai penyatuan visi indonesia. DPR bukanlah pencerminan dari apa
yang diinginkan oleh masyarakat, melainkan aspirasi partai.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu arti keadilan dan macam-macamnya ?
2. Apa itu arti dari kejujuran
3. Apa itu arti dari kecurangan dan faktor apa yang
menimbulkan kecurangan itu ?
4. Apa arti pemulihan nama baik itu ?
5. Apa itu pembalasan ?
6. Apa dampaknya terhadap masyarakat ?
7. Apa hubungan manusi dan keadilan ?
8. Berikan contoh manusia dan keadilan ?

C. Tujuan
Agar kita sesama manusia bisa berlaku adil dan selalu mengutamakan kejujuran, karna
dengan kejujuran itu keadilan mudah untuk di capai. Dan agar kita bisa memperlakukan hak
dan kewajiban secara seimbang.

Manusia dan Keadilan 5


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Keadilan
Keadilan adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal, baik
menyangkut benda atau orang. Menurut istilah keadilan adalah pengakuan dan
perlakukan yang seimbang antara hak dan kewajiban.

 Menurut kamus umum bahasa indonesia susunan W.J.S Poerwadarminta, kata


adil berarti tidak berat sebelah atau memihak manapun tidak sewenang-wenang.
 Menurut Aristoteles keadilan adalah kelayakan dalam tindakan manusia,
kelayakan diartikan sebagai titik tengah diantara kedua ujung ekstrem yang
terlalu banyak dan terlalu sedikit.
 Keadilan oleh Plato diproyeksikan pada diri manusia sehingga yang dikatakan
adil adalah orang yang mengendalikan diri dan perasaannya dikendalikan oleh
akal. Socrates memproyeksikan keadilan pada pemerintahan.
 Menurut Socrates, keadilan akan tercipta bilamana warga Negara sudah
merasakan bahwa pemerintah sudah melakukan tugasnya dengan baik. Mengapa
diproyeksikan kepada pemerintah ? sebab pemerintah adalah pimpinan pokok
yang menentukan dinamika masyarakat.
 Kong Hu Cu berpendapat bahwa keadilan terjadi apabila anak sebagai anak, bila
ayah sebagai ayah, bila raja sebagai raja, masing-masing telah melaksanakan
kewajibannya. Pendapat ini terbatas pada nilai-nilai tertentu yang sudah diyakini
atau disepakati.
 John Rawls, filsuf Amerika Serikat yang dianggap salah satu filsuf politik
terkemuka abad ke-20, menyatakan bahwa “Keadilan adalah kelebihan (virtue)
pertama dari institusi sosial, sebagaimana halnya kebenaran pada sistem
pemikiran”.

Tapi, menurut kebanyakan teori juga, keadilan belum lagi tercapai: “Kita tidak hidup di
dunia yang adil”. Kebanyakan orang percaya bahwa ketidakadilan harus dilawan dan dihukum,
dan banyak gerakan sosial dan politis di seluruh dunia yang berjuang menegakkan keadilan.

Manusia dan Keadilan 6


Tapi, banyaknya jumlah dan variasi teori keadilan memberikan pemikiran bahwa tidak jelas
apa yang dituntut dari keadilan dan realita ketidakadilan, karena definisi apakah keadilan itu
sendiri tidak jelas. keadilan intinya adalah meletakkan segala sesuatunya pada tempatnya.
Menurut pendapat yang lebih umum dikatakan bahwa keadilan itu adalah pengakuan dan
perlakuan yang seimbang antara hak dan kewajiban. Keadilan terletak pada keharmonisan
menuntut hak dan menjalankan kewajiban. Dengan kata lain keadilan adalah keadaan bila
setiap orang memperoleh apa yang menjadi haknya dan setiap orang memperoleh bagian yang
sama dari kekayaan bersama.

B. Makna Keadilan
Keadilan memberikan kebenaran, ketegasan dan suatu jalan tengah dari berbagai
persoalan juga tidak memihak kepada siapapun. Dan bagi yang berbuat adil merupakan
orang yang bijaksana.
 Sila Pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa; menuntut setiap warga negara mengakui
Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta dan tujuan akhir, baik dalam hati dan tutur
kata maupun dalam tingkah laku sehari-hari. Konsekuensinya adalah pancasila
menuntut umat beragama dan kepercayaan untuk hidup rukun walaupun berbeda
keyakinan.
 Sila Kedua, Kemanusiaan yang adil dan beradab; mengajak masyarakat untuk
mengakui dan memperlakukan setiap orang sebagai sesama manusia yang memiliki
martabat mulia serta hak-hak dan kewajiban asasi. Dengan kata lain, ada sikap untuk
menjunjung tinggi martabat dan hak-hak asasinya atau bertindak adil dan beradap
terhadapnya.
 Sila Ketiga, Persatuan Indonesia; menumbuhkan sikap masyarakat untuk mencintai
tanah air, bangsa dan negara Indonesia, ikut memperjuangkan kepentingan-
kepentingannya, dan mengambil sikap solider serta loyal terhadap sesama warga
negara.
 Sila Keempat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawarahan/perwakilan; mengajak masyarakat untuk bersikap peka dan ikut
serta dalam kehidupan politik dan pemerintahan negara, paling tidak secara tidak
langsung bersama sesama warga atas dasar persamaan tanggung jawab sesuai dengan
kedudukan masing-masing

Manusia dan Keadilan 7


 Sila Kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia; mengajak masyarakat
aktif dalam memberikan sumbangan yang wajar sesuai dengan kemampuan dan
kedudukan masing-masing kepada negara demi terwujudnya kesejahteraan umum,
yaitu kesejahteraan lahir dan batin selengkap mungkin bagi seluruh rakyat.

C. Macam-macam Keadilan
1. Keadilan Komutatif (iustitia commutativa) yaitu keadilan yang memberikan kepada
masing-masing orang apa yang menjadi bagiannya berdasarkan hak seseorang
(diutamakan obyek tertentu yang merupakan hak seseorang). Keadilan ini bertujuan
memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahteraan umum. Bagi Aristoteles
pengertian keadilan itu merupakan asas pertalian dan ketertiban dalam masyarakat.
Semua tindakan yang bercorak ujung ekstrim menjadikan ketidak adilan dan akan
merusak atau bahkan menghancurkan pertalian dalam masyarakat.
2. Keadilan Distributif (iustitia distributiva) yaitu keadilan yang memberikan kepada
masing-masing orang apa yang menjadi haknya berdasarkan asas proporsionalitas
atau kesebandingan berdasarkan kecakapan, jasa atau kebutuhan. Aristoles
berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana bilamana hal-hal yang sama
diperlakukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama secara tidak sama (justice is
done when equals are treated equally)
3. Keadilan legal (iustitia Legalis), yaitu keadilan berdasarkan Undang-undang
(obyeknya tata masyarakat) yang dilindungi UU untuk kebaikan bersama (bonum
Commune). Plato berpendapat bahwa keadilan dan hukum merupakan substansi
rohani umum dari masyarakat yang membuat dan menjaga kesatuannya. Dalam suatu
masyarakat yang adil setiap orang menjalankan pekerjaan yang menurut sifat
dasarnya paling cocok baginya (Than man behind the gun). Pendapat Plato itu disebut
keadilan moral, sedangkan Sunoto menyebutnya keadilan legal.
4. Keadilan Vindikatif (iustitia vindicativa) adalah keadilan yang memberikan kepada
masing-masing orang hukuman atau denda sesuai dengan pelanggaran atau
kejahatannya.
5. Keadilan kreatif (iustitia creativa) adalah keadilan yang memberikan kepada masing-
masing orang bagiannya berupa kebebasan untuk mencipta sesuai dengan kreatifitas
yang dimilikinya di berbagai bidang kehidupan.

Manusia dan Keadilan 8


6. Keadilan protektif (iustitia protectiva) adalah keadilan yang memberikan
perlindungan kepada pribadi-pribadi dari tindakan sewenang-wenang pihak lain.

D. Kejujuran
Jujur atau kejujuran berati apa yang dikatakan seseorang sesuai dengan hati
nuranimya, jujur berarti juga seseorang yang bersih hatinya dari perbuatan-perbuatan
yang dilarang agama dan hukum, untuk itu dutuntut satu kata dan perbuatan, yang berarti
bahwa apa yang dikatakan harus sama dengan perbuatanya.
Jujur berarti pula menepati janji atau menepati sanggupan, baik yang telah terlahir
dalam kata-kata maupun apa yang masih di dalam hati (niat). Jadi seseorang yang tidak
menepati niatnya berarti mendustai dirinya sendiri. Apabila niat itu terlahir dari kata -
kata, padahal tidak di tepati maka kebohonganya di saksikan oran lain.
Jujur memberikan keberanian dan ketentraman hati, serta mensucikan, lagi pula
membuat luhurnya budi pekerti. Teguhlah pada kebenaran, sekalipun kejujuran dapat
menikammu, serta jangan pula mendusta, walaupun dustamu menguntungkan.

E. Kekurangan
Kekurangan atau curang identik dengan ketidak jujuran atau tidak jujur, dan sama
pula dengan licik, meskipun tidak serupa benar,. Curang atau kecurangan artinya apa
yang diinginkan tidak sesuai dengan hati nuraninya, atau orang itu memang dari hatinya
sudah berbuat curang dengan maksud memperoleh keuntungan tanpa bertenaga dan
berusaha.
Beberapa faktor yang menimbulkan kecurangan, antara lain :
1. Faktor ekonomi
Setiap orang berhak hidup layak dan membahagiakan dirinya. Terkadang untuk
mewujudkan hal tersebut kita sebagai makhluk lemah, tempat salah dan dosa.
Sangat rentan sekali dengan hal-hal pintas dalam merealisasikan apa yang kita
inginkan dan fikirkan.
2. Faktor peradaban dan kebudayaan
Peradaban dan kebudayaan sangat mempengaruhi mentalitas individu yaqng
terdapat didalamnya “system kebudayaan” meski terkadang hal ini tidak selalu

Manusia dan Keadilan 9


mutlak. Keadilan dan kecurangan merupakan sikap mental yang menumbuhkan
keberanian dan sportifitas. Pergeseran moral saat ini memicu terjadinya pergeseran
nurani, hamper pada setiap individu di dalamnya sehingga sulit sekali untuk
menentukan dan bahkan menegakkan keadilan.

3. Faktor Teknis
Hal ini juga menentukan arah kebijakan, bahkan keadilan itu sendiri, terkadang
untuk bersikap adil kitapun mengedapankan aspek perasaan dan kekeluargaan,
sehingga sangat sulit sekali untuk dilakukan, atau bahkan mempertahankan kita
sendiri harus melukai perasaan orang lain.

F. Kecurangan
Kecurangan atau curang identik dengan ketidakjujuran atau tidak jujur, dan sama
pula dengan licik, meskipun tidak serupa benar. Curang atau kecurangan artinya apa
yang diinginkan tidak sesuai dengan hari nuraninya atau, orang itu memang dari hatinya
sudah berniat curang dengan maksud memperoleh keuntungan tanpa bertenaga dan
berusaha.
Kecurangan menyebabkan orang menjadi serakah, tamak, ingin menimbun kekayaan
yang berlebihan dengan tujuan agar dianggap sebagai orang yang paling hebat, paling
kaya, dan senang bila masyarakat disekelilingnya hidup menderita.
Jenis kecurangan :
Sebagai konsep legal yang luas, kecurangan menggambarkan setiap upaya penipuan
yang disengaja, yang dimaksudkan untuk mengambil harta atau hak orang atau pihak
lain. Dua kategori yang utama adalah pelaporan keuangan yang curang dan
penyalahgunaan aktiva.
1. Pelaporan Keuangan yang Curang
Pelaporan keuangan yang curang adalah salah saji atau pengabaian jumlah atau
pengungkapan yang disengaja dengan maksud menipu para pemakai laporan
keuangan itu. Pengabaian jumlah kurang lazim dilakukan, tetapi perusahaan dapat
saja melebihsajikan laba dengan mengabaikan utang usaha dan kewajiban lainnya.

Manusia dan Keadilan 10


2. Penyalahgunaan aktiva.
Penyalahgunaan (misappropriation) aktiva adalah kecurangan yang melibatkan
pencurian aktiva entitas. Pencurian aktiva perusahaan sering kali mengkhawatirkan
manajemen, tanpa memerhatikan materialitas jumlah yang terkait, karena pencurian
bernilai kecil menggunung seiring dengan berjalannya waktu.

G. Perhitungan (Hisab)
Di negara kita ada suatu lembaga khusus yang menangani kejahatan yaitu POLISI,
disini polisi akan menyelidiki, dan mengungkap berbagai macam kasus kejahatan yang
di lakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, dan yang selanjutnya akan
diserahkan kepengadilan untuk diproses menurut UUD.
Dalam islam kita kenal yaitu Yaumul hisab yaitu hari perhitungan segala amal dan
perbuatan kita semasa hidup kita didunia. disini manusia yang telah meninggal akan di
hitung semua amal baik dan buruknya jika amal baiknya lebih banyak maka iya akan
masuk surga dan jika amal buruknya jauh lebih banyak maka akan masuk neraka. dan di
neraka inilah segala perbuatan jahat manusia di dunia akan di balas sesuai dengan
banyaknya kejahatan mereka didunia.

H. Pemulihan Nama Baik


Nama baik merupakan tujuan utama orang hidup. Nama baik adalah nama yang
tidak tercela. Setiap orang menjaga dengan hati-hati agar namanya baik. Lebih-lebih jika
ia menjadi teladan bagi orang atau tetangga disekitarnya adalah suatu kebagaan batin
yang tak ternilai harganya. Penjagaan nama baik erat hubunganya dengn keadaan
tingkah laku atau perbuatan atau boleh dikatakan bahwa baik atau tidak baik adalah
tingkah laku atau perbuatanya.

Yang dimaksud tingkah laku dan perbuatan itu antara lain : cara berbahasa, cara
bergaul, sopan santun, ramah tamah, disiplin pribadi, cara menghadapi orang, perbuatan-
perbuatan yang dihalalkan agama dan sebagainya. Pada hakikatnya pemulihan nama

Manusia dan Keadilan 11


baik adalah kesadaran manusia akan segala kesalahanya, bahwa apa yang diperbuatnya
tidak sesuai dengan ukuran moral atau tidak sesuai dengan akhlak yang baik.

Untuk memulihkan nama baik, manusia harus tobat atau meminta maaf. Tobat dan
minta maaf tidak hanya dibibir, mewlainkan harus beratingkah laku yang sopan, ramah,
berbuat norma dengan memberikan kebajikan dan pertolongan kepada sesama hidup
yang perlu ditolng dengan kasih saying, tanpa pamrih takwa kepada tuhan dan
mempunyai sikap rela, tawakal, jujur, adil dan budi luhur selalu di pupuk.

I. Pembalasan
Pembalasan adalah suatu reaksi atas perbuatan orang lain. Reaksi itu dapat berupa
perbuatan yang serupa, perbuatan yang seimbang, tingkah laku yang serupa, tingkah laku
yang seimbang. Pembalasan disebabkan oleh adanya pergaulan. Pergaulan yang
bersahabat mendapat pembalasan yang bersahabat. Sebaliknya pergaulan yang penuh
kecurigaan menimbulkan balasan yang tidak bersahabat pula. Pada dasarnya, manusia
adalah makhluk moral dan makhluk social. Dalam bergaul manusia harus mematuhi
norma-norma untuk mewujudkan moral itu.
Bila manusia berbuat amoral, lingkungannyalah yang menyebabkanya. Perbuatan
amoral pada hakikatnya perbuatan yang melanggar atau memperkosa hak dan kewajiban
manusia. Oleh karena itu manusia tidak menghendaki hak dan kewajibannya dilanggar
atau diperkosa, maka manusia berusaha mempertahankan hak dan kewajibanya itu.
Mempertahakn hak dan kewajiban itu adalah pembalasan.

J. Dampak Yang Terjadi Pada Masyarakat


Dampak positif dari keadilan itu sendiri dapat menghasilkan kreatifitas dan seni
tingkat tinggi, karena ketika seseorang mendapat perlakuan yang tidak adil maka orang
tersebut akan mencoba untuk bertanya atau melalukan perlawanan “protes” dengan
caranya sendiri. Dan dengan cara itulah yang dapat menghasilkan kreatifitas dan seni
tingkat tinggi seperti demonstrasi, melukis, menulis dalam bentuk apapun.

Manusia dan Keadilan 12


Sedangkan dampak negatif nya seperti protes oleh pihak yang kalah dengan
menggunakan kekerasan, arogan seperti pengrusakan fasilitas umum, bahkan memicu
terjadinya tawuran karena adanya rasa dendam.

K. Hubungan manusia dengan keadilan

Keadilan adalah sesuatu yang selalu menjadi dambaan setiap orang. Keadilan selalu
berhubungan dengan hak dan kewajiban.Ukuran keadilan ditentukan oleh soal hak dan
kewajiban. Hak adalah sesuatu yang menjadi milik atau harus diterima setelah orang yang
bersangkutan melaksanakan kewajiban yang menjadi tugasnya.Kewajiban atau tugas adalah
pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh seseorang sesuai dengan profesi atau jabatanya.

Berbuat adil berarti menghargai atau menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia.
Berbuat tidak adil berarti menginjak-injak harkat martabat manusia, sebab dengan berbuat
demikian ada manusia yang dirugikan. Berbuat demikian berarti menganggap manusia lain
lebih rendah , padahal hakikatnya manusia itu sama.

Satu Sila dalam Pancasila yang Ada Hubungannya dengan Keadilan


Keadilan merupakan sila kelima dari pancasila yang berbunyi "Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia." Para pemimpin membuat perumusan pancasila dengan berbagai uraian,
seperti dari Bung Hatta dalam uraiannya mengenai sila "Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia", menulis sebagai berikut "Keadilan sosial adalah langkah yang menentukan untuk
melaksanakan Indonesia yang adil dan makmur." Selanjutnya diuraikan bahwa para pemimpin
Indonesia yang menyusun UUD 45 percaya bahwa cita-cita keadilan sosial dalam bidang
ekonomi ialah dapat mencapai kemakmuran yang merata.

L. Contoh Manusia dengan keadilan


Sebagai contoh misalnya seorang maling biji coklat yang hanya mencuri mungkin cuma
sekali dan hanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya karena masalah ekonomi dan
kesenjanagan sosial yang di hadapinya harus merasakan hukuman yang berat atau
kurungan walaupun hanya 3-5 bulan.
Tetapi rasanya tidak adil sekali ketika kita melihat seorang mafia kasus seperti gayus
tambunan yang kasusnya berat dan banyak merugikan masyarakat terutama masyarakat

Manusia dan Keadilan 13


menengah kebawah,dia memang sama juga seperti maling biji coklat sama-sama mendapat
hukuman tetapi apakah proses yang dilakukan terhadap si maling dan gayus itu melaui
proses yang sama?tentu tidak,mungkin karena kasus gayus tersebut merugikan negara
hingga triliunan jadi harus memalui proses-proses terlebih dahulu,tetapi hukuman yang
didapatkannya tidak setimpal dengan apa yang dilakukannya terhadapa negara sedangkan
si maling biji coklat dia harus menerima resiko hukuman yang berat juga walaupun untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya,apakah anda menyadari kalau seorang gayus melaukan
korupsi untuk kebutuhan hidup juga seperti si maling biji coklat?tentu kitabisa menilainya
sendiri.
Kesimpulannya dalam contoh kasus keadilan ini masih banyak sikap tebang pilih dalam
prakteknya tidak seperti apa yang dibicarakan oleh mereka yang duduk di gedung DPR dan
MPR sana yang selalu sibuk merevisi undang-undang hukum tetapu percuma saja bila
sistem yang ada tidak berjalan sesuai apa yang telah direncanakan.

Manusia dan Keadilan 14


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keadilan meruapakan pengakuan dan perbuatan yang seimbang antara hak dan
kewajiban, tidak semihak sebelah ataupun tidak sewenang-wenang.
Kejujuran berarti apa yang dikatakan seseorang itu sesuai dengan hati nuraninya dan
kenyataan yang benar. Kecurangan apa yang dilakukanya tidak sesuai dengan hati
nuraninya. Pembalasan suatu reaksi atas perbuatan orang lain, baik berupa perbuatan yang
serupa ataupun tidak.

B. Saran
Janganlah kita berlaku tidak adil terhadap orang lain. Karena dengan berlaku
adil kita bisa mencapai ketentraman dan kemakmuran antar sesama manusia.

Manusia dan Keadilan 15


DAFTAR PUSTAKA
Notowidagdo, rohiman, haji, Ilmu Budaya Dasar Berdasarkan Al-qur’an dan Hadist,
rajawali pers, Jakarta, 2000
Mustofa, ahmad, Ilmu Budaya Dasar, Pustaka Setia, solo,1997
http/www.carin4mzil.blayspot.com
http://news.okezone.com/read/2009/11/20/340/277724/340/dituduh-curi-buah-kakao-3-
biji-nenek-ditahan-rumah-3-bulan
http://www.forumbebas.com/thread-97719.html
http://yomazzz.blogspot.com/2011_01_16_archive.html\
https://10menit.wordpress.com/tugas-kuliah/ilmu-budaya-dasar-manusia-dan-keadilan-
bab7/
http://anamalabinsamudi.blogspot.co.id/2015/04/makalah-manusia-dan-keadilan.html
http://panduug.blogspot.co.id/2015/06/manusia-dan-keadilan-tugas-ibd.html
Seri Diktat Kuliah MKDU: Ilmu Budaya Dasar karya Widyo Nugroho dan Achmad Muchji,
Universitas Gunadarma

Manusia dan Keadilan 16

Anda mungkin juga menyukai