DOSEN PEMBIMBING :
Wawan Sofwan Z, S.Pd, M.kes
Dr. Ommo Sutomo, M.kes
Barlian, SH, M.kes
DISUSUN OLEH :
1. Argam Hafizhan (P27903218002)
2. Desiana Wahyu Kuswardhani (P27903218005)
3. Dewa Andriany (P27903218006)
4. Tri Suharmi (P27903218034)
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu arti keadilan dan macam-macamnya ?
2. Apa itu arti dari kejujuran
3. Apa itu arti dari kecurangan dan faktor apa yang
menimbulkan kecurangan itu ?
4. Apa arti pemulihan nama baik itu ?
5. Apa itu pembalasan ?
6. Apa dampaknya terhadap masyarakat ?
7. Apa hubungan manusi dan keadilan ?
8. Berikan contoh manusia dan keadilan ?
C. Tujuan
Agar kita sesama manusia bisa berlaku adil dan selalu mengutamakan kejujuran, karna
dengan kejujuran itu keadilan mudah untuk di capai. Dan agar kita bisa memperlakukan hak
dan kewajiban secara seimbang.
A. Pengertian Keadilan
Keadilan adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal, baik
menyangkut benda atau orang. Menurut istilah keadilan adalah pengakuan dan
perlakukan yang seimbang antara hak dan kewajiban.
Tapi, menurut kebanyakan teori juga, keadilan belum lagi tercapai: “Kita tidak hidup di
dunia yang adil”. Kebanyakan orang percaya bahwa ketidakadilan harus dilawan dan dihukum,
dan banyak gerakan sosial dan politis di seluruh dunia yang berjuang menegakkan keadilan.
B. Makna Keadilan
Keadilan memberikan kebenaran, ketegasan dan suatu jalan tengah dari berbagai
persoalan juga tidak memihak kepada siapapun. Dan bagi yang berbuat adil merupakan
orang yang bijaksana.
Sila Pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa; menuntut setiap warga negara mengakui
Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta dan tujuan akhir, baik dalam hati dan tutur
kata maupun dalam tingkah laku sehari-hari. Konsekuensinya adalah pancasila
menuntut umat beragama dan kepercayaan untuk hidup rukun walaupun berbeda
keyakinan.
Sila Kedua, Kemanusiaan yang adil dan beradab; mengajak masyarakat untuk
mengakui dan memperlakukan setiap orang sebagai sesama manusia yang memiliki
martabat mulia serta hak-hak dan kewajiban asasi. Dengan kata lain, ada sikap untuk
menjunjung tinggi martabat dan hak-hak asasinya atau bertindak adil dan beradap
terhadapnya.
Sila Ketiga, Persatuan Indonesia; menumbuhkan sikap masyarakat untuk mencintai
tanah air, bangsa dan negara Indonesia, ikut memperjuangkan kepentingan-
kepentingannya, dan mengambil sikap solider serta loyal terhadap sesama warga
negara.
Sila Keempat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawarahan/perwakilan; mengajak masyarakat untuk bersikap peka dan ikut
serta dalam kehidupan politik dan pemerintahan negara, paling tidak secara tidak
langsung bersama sesama warga atas dasar persamaan tanggung jawab sesuai dengan
kedudukan masing-masing
C. Macam-macam Keadilan
1. Keadilan Komutatif (iustitia commutativa) yaitu keadilan yang memberikan kepada
masing-masing orang apa yang menjadi bagiannya berdasarkan hak seseorang
(diutamakan obyek tertentu yang merupakan hak seseorang). Keadilan ini bertujuan
memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahteraan umum. Bagi Aristoteles
pengertian keadilan itu merupakan asas pertalian dan ketertiban dalam masyarakat.
Semua tindakan yang bercorak ujung ekstrim menjadikan ketidak adilan dan akan
merusak atau bahkan menghancurkan pertalian dalam masyarakat.
2. Keadilan Distributif (iustitia distributiva) yaitu keadilan yang memberikan kepada
masing-masing orang apa yang menjadi haknya berdasarkan asas proporsionalitas
atau kesebandingan berdasarkan kecakapan, jasa atau kebutuhan. Aristoles
berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana bilamana hal-hal yang sama
diperlakukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama secara tidak sama (justice is
done when equals are treated equally)
3. Keadilan legal (iustitia Legalis), yaitu keadilan berdasarkan Undang-undang
(obyeknya tata masyarakat) yang dilindungi UU untuk kebaikan bersama (bonum
Commune). Plato berpendapat bahwa keadilan dan hukum merupakan substansi
rohani umum dari masyarakat yang membuat dan menjaga kesatuannya. Dalam suatu
masyarakat yang adil setiap orang menjalankan pekerjaan yang menurut sifat
dasarnya paling cocok baginya (Than man behind the gun). Pendapat Plato itu disebut
keadilan moral, sedangkan Sunoto menyebutnya keadilan legal.
4. Keadilan Vindikatif (iustitia vindicativa) adalah keadilan yang memberikan kepada
masing-masing orang hukuman atau denda sesuai dengan pelanggaran atau
kejahatannya.
5. Keadilan kreatif (iustitia creativa) adalah keadilan yang memberikan kepada masing-
masing orang bagiannya berupa kebebasan untuk mencipta sesuai dengan kreatifitas
yang dimilikinya di berbagai bidang kehidupan.
D. Kejujuran
Jujur atau kejujuran berati apa yang dikatakan seseorang sesuai dengan hati
nuranimya, jujur berarti juga seseorang yang bersih hatinya dari perbuatan-perbuatan
yang dilarang agama dan hukum, untuk itu dutuntut satu kata dan perbuatan, yang berarti
bahwa apa yang dikatakan harus sama dengan perbuatanya.
Jujur berarti pula menepati janji atau menepati sanggupan, baik yang telah terlahir
dalam kata-kata maupun apa yang masih di dalam hati (niat). Jadi seseorang yang tidak
menepati niatnya berarti mendustai dirinya sendiri. Apabila niat itu terlahir dari kata -
kata, padahal tidak di tepati maka kebohonganya di saksikan oran lain.
Jujur memberikan keberanian dan ketentraman hati, serta mensucikan, lagi pula
membuat luhurnya budi pekerti. Teguhlah pada kebenaran, sekalipun kejujuran dapat
menikammu, serta jangan pula mendusta, walaupun dustamu menguntungkan.
E. Kekurangan
Kekurangan atau curang identik dengan ketidak jujuran atau tidak jujur, dan sama
pula dengan licik, meskipun tidak serupa benar,. Curang atau kecurangan artinya apa
yang diinginkan tidak sesuai dengan hati nuraninya, atau orang itu memang dari hatinya
sudah berbuat curang dengan maksud memperoleh keuntungan tanpa bertenaga dan
berusaha.
Beberapa faktor yang menimbulkan kecurangan, antara lain :
1. Faktor ekonomi
Setiap orang berhak hidup layak dan membahagiakan dirinya. Terkadang untuk
mewujudkan hal tersebut kita sebagai makhluk lemah, tempat salah dan dosa.
Sangat rentan sekali dengan hal-hal pintas dalam merealisasikan apa yang kita
inginkan dan fikirkan.
2. Faktor peradaban dan kebudayaan
Peradaban dan kebudayaan sangat mempengaruhi mentalitas individu yaqng
terdapat didalamnya “system kebudayaan” meski terkadang hal ini tidak selalu
3. Faktor Teknis
Hal ini juga menentukan arah kebijakan, bahkan keadilan itu sendiri, terkadang
untuk bersikap adil kitapun mengedapankan aspek perasaan dan kekeluargaan,
sehingga sangat sulit sekali untuk dilakukan, atau bahkan mempertahankan kita
sendiri harus melukai perasaan orang lain.
F. Kecurangan
Kecurangan atau curang identik dengan ketidakjujuran atau tidak jujur, dan sama
pula dengan licik, meskipun tidak serupa benar. Curang atau kecurangan artinya apa
yang diinginkan tidak sesuai dengan hari nuraninya atau, orang itu memang dari hatinya
sudah berniat curang dengan maksud memperoleh keuntungan tanpa bertenaga dan
berusaha.
Kecurangan menyebabkan orang menjadi serakah, tamak, ingin menimbun kekayaan
yang berlebihan dengan tujuan agar dianggap sebagai orang yang paling hebat, paling
kaya, dan senang bila masyarakat disekelilingnya hidup menderita.
Jenis kecurangan :
Sebagai konsep legal yang luas, kecurangan menggambarkan setiap upaya penipuan
yang disengaja, yang dimaksudkan untuk mengambil harta atau hak orang atau pihak
lain. Dua kategori yang utama adalah pelaporan keuangan yang curang dan
penyalahgunaan aktiva.
1. Pelaporan Keuangan yang Curang
Pelaporan keuangan yang curang adalah salah saji atau pengabaian jumlah atau
pengungkapan yang disengaja dengan maksud menipu para pemakai laporan
keuangan itu. Pengabaian jumlah kurang lazim dilakukan, tetapi perusahaan dapat
saja melebihsajikan laba dengan mengabaikan utang usaha dan kewajiban lainnya.
G. Perhitungan (Hisab)
Di negara kita ada suatu lembaga khusus yang menangani kejahatan yaitu POLISI,
disini polisi akan menyelidiki, dan mengungkap berbagai macam kasus kejahatan yang
di lakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, dan yang selanjutnya akan
diserahkan kepengadilan untuk diproses menurut UUD.
Dalam islam kita kenal yaitu Yaumul hisab yaitu hari perhitungan segala amal dan
perbuatan kita semasa hidup kita didunia. disini manusia yang telah meninggal akan di
hitung semua amal baik dan buruknya jika amal baiknya lebih banyak maka iya akan
masuk surga dan jika amal buruknya jauh lebih banyak maka akan masuk neraka. dan di
neraka inilah segala perbuatan jahat manusia di dunia akan di balas sesuai dengan
banyaknya kejahatan mereka didunia.
Yang dimaksud tingkah laku dan perbuatan itu antara lain : cara berbahasa, cara
bergaul, sopan santun, ramah tamah, disiplin pribadi, cara menghadapi orang, perbuatan-
perbuatan yang dihalalkan agama dan sebagainya. Pada hakikatnya pemulihan nama
Untuk memulihkan nama baik, manusia harus tobat atau meminta maaf. Tobat dan
minta maaf tidak hanya dibibir, mewlainkan harus beratingkah laku yang sopan, ramah,
berbuat norma dengan memberikan kebajikan dan pertolongan kepada sesama hidup
yang perlu ditolng dengan kasih saying, tanpa pamrih takwa kepada tuhan dan
mempunyai sikap rela, tawakal, jujur, adil dan budi luhur selalu di pupuk.
I. Pembalasan
Pembalasan adalah suatu reaksi atas perbuatan orang lain. Reaksi itu dapat berupa
perbuatan yang serupa, perbuatan yang seimbang, tingkah laku yang serupa, tingkah laku
yang seimbang. Pembalasan disebabkan oleh adanya pergaulan. Pergaulan yang
bersahabat mendapat pembalasan yang bersahabat. Sebaliknya pergaulan yang penuh
kecurigaan menimbulkan balasan yang tidak bersahabat pula. Pada dasarnya, manusia
adalah makhluk moral dan makhluk social. Dalam bergaul manusia harus mematuhi
norma-norma untuk mewujudkan moral itu.
Bila manusia berbuat amoral, lingkungannyalah yang menyebabkanya. Perbuatan
amoral pada hakikatnya perbuatan yang melanggar atau memperkosa hak dan kewajiban
manusia. Oleh karena itu manusia tidak menghendaki hak dan kewajibannya dilanggar
atau diperkosa, maka manusia berusaha mempertahankan hak dan kewajibanya itu.
Mempertahakn hak dan kewajiban itu adalah pembalasan.
Keadilan adalah sesuatu yang selalu menjadi dambaan setiap orang. Keadilan selalu
berhubungan dengan hak dan kewajiban.Ukuran keadilan ditentukan oleh soal hak dan
kewajiban. Hak adalah sesuatu yang menjadi milik atau harus diterima setelah orang yang
bersangkutan melaksanakan kewajiban yang menjadi tugasnya.Kewajiban atau tugas adalah
pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh seseorang sesuai dengan profesi atau jabatanya.
Berbuat adil berarti menghargai atau menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia.
Berbuat tidak adil berarti menginjak-injak harkat martabat manusia, sebab dengan berbuat
demikian ada manusia yang dirugikan. Berbuat demikian berarti menganggap manusia lain
lebih rendah , padahal hakikatnya manusia itu sama.
B. Saran
Janganlah kita berlaku tidak adil terhadap orang lain. Karena dengan berlaku
adil kita bisa mencapai ketentraman dan kemakmuran antar sesama manusia.