Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia, rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga palaksanaan dan penyusunan Makalah Eritropoiesis ini dapat berjalan
dengan lancar. Makalah ini memberikan wawasan dan pengetahuan mengenai pengertian
Makalah ini disusun sebagai tugas dari mata kuliah Hematologi Rutin yang akan
dipresentasikan pada tanggal 21 Maret 2015 di ruang perkuliahan Akademi Analis Kesehatan
Nasional Surakarta.
Oleh karena terbatasnya kemampuan dan sarana yang dimiliki, penulis menyadari
bahwa Makalah Eritropoiesis ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu penulis
mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan
Dengan ini kami mengharapkan semoga Makalah Eritropoiesis ini dapat berguna serta
PENDAHULUAN
Eritrosit atau sel darah merah merupakan salah satu komponen sel yang terdapat dalam
darah, fungsi utamanya adalah sebagai pengangkut hemoglobin yang akan membawa oksigen
dari paru-paru ke jaringan (Guyton, 1995). Eritrosit merupakan suatu sel yang kompleks,
membrannya terdiri dari lipid dan protein, sedangkan bagian dalam sel merupakan mekanisme
yang mempertahankan sel selama 120 hari masa hidupnya serta menjaga fungsi hemoglobin
selama masa hidup sel tersebut (Williams, 2007). Eritrosit berbentu bikonkaf dengan diameter
sekitar 7,5 μm, dan tebal 2 μm, pada pria dewasa dengan jumlah eritrosit normal sekitar 5,4jt/ μl
Eritropoiesis merupakan proses yang diregulasi ketat melalui kendali umpan balik.
Pembentukan eritrosit dihambat oleh kadar hemoglobin diatas normal dan dirangsang oleh
keadaan anemia dan hipoksia. Eritropoiesis pada masa awal janin terjadi dalam yolk sac, pada
bulan kedua kehamilan eritropoiesis berpindah ke liver dan saat bayi lahir eritropoiesis di liver
berhenti dan pusat pembentukan eritrosit berpindah ke sumsum tulang (Williams, 2007).
Oleh karena itu dalam makalah ini kami sebagai penulis akan membahas bagaimana
proses pembentukan eritrosit, organ apa saja yang teribat didalamnya, apa saja bahan yang
diperlukan untuk membentuk eritrosit, bagaimana struktur eritrosit dan bagaimana proses daur
hidup eritrosit.
1.2. Tujuan Makalah
pengetahuan tentang bagaimana proses pembentukan eritrosit, organ apa saja yang teribat
didalamnya, apa saja bahan yang diperlukan untuk membentuk eritrosit, bagaimana struktur
eritrosit dan bagaimana proses daur hidup eritrosit. Setelah pembuatan dan pembahasan makalah
ini mahasiswa diharapkan dapat mengetahui gambaran dan bagaimana proses pembentukan
eritrosit, Menambah ilmu pengetahuan pada materi Hematologi dan khususnya tentang
Eritropoiesis.
1.9.2 Memberikan penjelasan apa saja bahan yang diperlukan dalam eritropoiesis.
1.9.4 Memberikan penjelasan apa saja proses yang dilalui untuk membentuk sel eritrosit.
1.9.7 Memberikan penjelasan umur sel eritrosit dan bagaimana proses destruksi dan pembuangan sel
eritrosit.
BAB II
PEMBAHASAN
Proses pembentukan eritrosit yang disebut sebagai eritropoiesis merupakan proses yang
diregulasi ketat melalui kendali umpan balik. Pembentukan eritrosit dihambat oleh kadar
hemoglobin diatas normal dan dirangsang oleh keadaan anemia dan hipoksia. Eritropoiesis pada
masa awal janin terjadi dalam yolk sac, pada bulan kedua kehamilan eritropoiesis berpindah ke
liver dan saat bayi lahir eritropoiesis di liver berhenti dan pusat pembentukan eritrosit berpindah
Pada masa anak-anak dan remaja semua sumsum tulang terlibat dalam hematopoiesis,
namun pada usia dewasa hanya tulang-tulang tertentu seperti tulang panggul, sternum, vertebra,
costa, ujung proksimal femur dan beberapa tulang lain yang terlibat eritropoiesis. Bahkan pada
tulang-tulang seperti disebut diatas beberapa bagiannya terdiri dari jaringan adiposit. Pada
periode stress hematopoietik tubuh dapat melakukan reaktivasi pada limpa, hepar dan sumsum
berisi lemak untuk memproduksi sel darah, keadaan ini disebut sebagai hematopoiesis
2.2.1 Asam folat dan vitamin B12, merupakan bahan pokok pembentuk inti sel, Asam folat dan
vitamin B12 bergabung untuk membantu tubuh dalam memecah, menggunakan dan membentuk
2.2.2 Besi, Sangat diperlukan dalam pembentukan hemoglobin dalam tubuh yang kemudian
digunakan untuk mentransportasikan oksigen dan nutrisi makanan ke seluruh jaringan tubuh.
2.2.3 Mineral (Cobalt, magnesium, Cu, Zn), ini dibutuhkan untuk proses pembentukan dan
2.2.4 Asam amino, asam amino merupakan bahan yang paling dasar dalam pembentukan protein
dalam tubuh manusia, asam amino akan bergabung menjadi rantai asam amino yang disebut
2.3.1 Eritropoietin merangsang eritropoiesis dengan meningkatkan jumlah sel progenitor yang terikat
untuk eritropoiesis. BFUE dan CFUE lanjut yang mempunyai reseptor eritropoietin terangsang
melalui proses eritropoiesis yang kompleks dan teratur dengan baik. Eritropoiesis berjalan dari
sel induk menjadi prekursor eritrosit yang dapat dikenali pertama kali di sumsum tulang, yaitu
pronormoblas. Pronormoblas adalah sel besar dengan sitoplasma biru tua, dengan inti ditengah
terbentuknya suatu rangkaian normoblas yang makin kecil melalui sejumlah pembelahan sel.
Normoblas ini juga mengandung sejunlah hemoglobin yang makin banyak (yang berwarna
merah muda) dalam sitoplasma, warna sitoplasma makin biru pucat sejalan dengan hilangnya
RNA dan apparatus yang mensintesis protein, sedangkan kromatin inti menjadi makin padat. Inti
akhirnya dikeluarkan dari normoblas lanjut didalam sumsum tulang dan menghasilkan stadium
retikulosit yang masih mengandung sedikit RNA ribosom dan masih mampu mensintesis
hemoglobin.
Sel ini sedikit lebih besar daripada eritrosit matur, berada selama 1-2 hari dalam sumsum
tulang dan juga beredar di darah tepi selama 1-2 hari sebelum menjadi matur, terutama berada di
limpa, saat RNA hilang seluruhnya. Eritrosit matur berwarna merah muda seluruhnya, adalah
cakram bikonkaf tak berinti. Satu pronormoblas biasanya menghasilkan 16 eritrosit matur. Sel
darah merah berinti (normoblas) tampak dalam darah apabila eritropoiesis terjadi diluar sumsum
tulang (eritropoiesis ekstramedular) dan juga terdapat pada beberapa penyakit sumsum tulang.
Dalam pembentukan eritropoesis pada gambar 1.1 terdapat beberapa urutan atau lebih
dikenal dengan maturasi sel eritrosit, maturasi sel ini berlangsung kira-kira selama 23 hari untuk
merubah sel puncak menjadi eritrosit melalui retikulosit, dalam urutan tersebut karakteristik yang
paling menonjol saat pematangan eritrosit adalah ukuran sel yang menurun, volume sitoplasma
yang meningkat dan berkurang sampai hilangnya inti saat sel telah matang dengan pelarutan
Dari gambar di atas kita dapat mengetahui berapa lama proses yang diperlukan untuk
membuat sel eritrosit matang. Dari Stem Cell menjadi sel Rubrisit terjadi selama 10-13 hari, dan
dari Rubrisit ke retikulosit selama 8-11 hari, kemudian dari retikulosit berubah menjadi sel
eritrosit membutuhkan waktu selama 1-2 hari. Berikut adalah penjabaran lebih lengkap mengenai
a. Bentuknya Ireguler
e. Warnanya tidak teratur, tampak agregasi kromatin, dikelilingi oleh “halo” yang tipis yang
f. Anak inti dan kromatin yang halus. sitoplasma biru tua, dengan inti di tengah dan nukleoli, serta
a. Bentuknya Irreguler
c. Berinti besar dengan benang kromatin tampak jelas dengan warna gelap, sering tersusun seperti
terali sepeda.
d. Sitoplasmanya menempati 60 – 70 % bagian sel, lebih banyak tetapi lebih kurang basophilik
daripada rubriblast.
a. Bentuknya Irreguler.
c. Berinti besar dengan benang kromatin padat berwarna gelap dan sering tersusun seperti terali
d. Sitoplasma menempati 60 – 70 % bagian sel, lebih banyak dari sitoplasma pronormoblast namun
e. Tidak bergranula.
2.4.4 Metarubrisit / Normoblast Ortokromatik / Eritroblast Ortokromatik
a. Bentuknya regular.
2.4.5 Retikulosit
a. Sel Darah Merah (SDM) yang masih muda tidak berinti berasal dari proses pematangan
b. Setelah dilepaskan dari sumsum tulang sel normal akan beredar sebagai retikulosit selama 1-2
hari.. Retikulosit akan masuk ke sirkulasi darah tepi dan bertahan kurang lebih selama 24 jam
2.4.6 Eritrosit
Sel eritrosit itu sendiri memiliki 3 komponen penting yang menyusunnya yaitu :
Eritrosit memiliki membrane yang tipis, kuat dan fleksibel sehingga eritrosit dapat bergerak
dengan mudah melewati pembuluh darah yang kecil sekalipun. Membran ini terdiri atas lipid dua
lapis (lipid bilayer), protein membran integral, dan suatu rangka membran.
2.5.1.1 Lipid
Setiap molekul lipid memiliki sifat amfitatik yang mengandung ekor yang bersifat hidrofobik
(tidak suka air) dan komponen kepala yang bersifat hidrofilik (suka air). Lipid membran terdiri
2.5.1.1.1 Fosfolipid
Terdapat dua fosfolipid yaitu fosfogliserida dan sfingomielin. Fosfogliserida merupakan unsure
yang paling banyak, mempunyai rangka gliserin. Sedangkan sfingomielin mempunyai rangka
2.5.1.1.2 Glikospingolipid
Merupakan lipid yang mengandung gula seperti serebrosida dan gangliosida yang keduannya
2.5.1.1.3 Sterol
Sterol yang umum dijumpai adalah kolesterol. Merupakan komponen utama dalam membrane
plasma, sedikit pada badan golgi, mitokondria dan nucleus. Letak kolesterol tersisip diantara
Berdasarkan posisinya pada membran, terdapat dua macam protein yaitu protein integral
(globular, amfiatik dengan ujung hidrofil yang dipisahkan dalam lapisan bilayer lipid) dan
2.5.1.3 Karbohidrat
Karbohidrat pada membrane plasma terikat pada lipid atau protein dalam bentuk glikolipid dan
sederhana. Karbohidrat ini berperan penting terhadap berbagai aktivitas sel, antara lain dalam
sistem kekebalan. Karbohidrat dalam membran plasma merupakan hasil sekresi sel dan tetap
System enzim yang terpenting di dalam sel eritrosit dalam Embden Meyerhoff pathway adalah
pyrufat kinase dan enzim G6PD (glucose 6-phospate dehydrogenase) yang berguna dalam
2.5.3 Hemoglobin
Hemoglobin berperan dalam memelihara fungsi transpor oksigen dari paru-paru ke jaringan-
jaringan. Sel darah merah dalam darah arteri sistemik mengangkut oksigen dari paru-paru ke
jaringan dan kembali dalam darah vena dengan karbon dioksida (CO2) ke paru-paru.
2.6 Fungsi Sel Eritrosit
2.6.1 Mengikat oksigen dari paru–paru untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh dan mengikat
2.6.3 Eritrosit juga berperan dalam sistem kekebalan.Hemoglobin di dalam sel Eritrosit akan
melepaskan radikal bebas yang akan menghancurkan dinding dan membran sel patogen, serta
membunuhnya.
2.6.4 Eritrosit juga melepaskan senyawa S-nitrosothiol saat hemoglobin terdeoksigenasi, yang
berfungsi Vasodilatasi pembuluh darah dan melancarkan arus darah agar darah menuju ke daerah
Sel darah merah atau eritrosit manusia pada umumnya memiliki umur rata-rata 120 hari,
apabila sel-sel tersebut telah rusak maka sel-sel tersebut akan dihancurkan dalam system
retikulum endothelium terutama dalam limfa dan hati. Umur sel eritrosit juga dapat dipengaruhi
Hemolisis yang terjadi akibat faktor yang ada pada eritrosit itu sendiri, misal kekurangan bahan
baku pembuat eritrosit, herediter (kelainan eritrosit yang bersifat kongenital seperti pada
thalasemia dan sferosis kongenital), gangguan pembentukan hemoglobin dan abnormalitas enzim
dalam eritrosit.
reaksi/pengaruh obat-obatan.
Proses destruksi sel eritrosit terjadi melalui mekanisme yang terdiri dari :
1. Fragmentasi
2. Lisis Osmotik
Kecenderungan mendorong air dan Na dari daerah konsentrasi tinggi ke konsentrasi air rendah di
3. Eritrofagositosis
4. Sitolisis
Sitolisis biasanya dilakukan oleh komplemen (C5, C6, C7, C8, C9)
5. Denaturasi Hemoglobin
reticuloendothelial. Protein dan hemoglobin dihancurkan atau dimakan oleh sel penghancur yang
disebut makrofag, kemudian komponen asam amino diangkut melalui plasma dan diangkut ke
sumsum tulang, di mana asam amino dapat digunakan dalam sintesis hemoglobin baru dan
membentuk sel darah merah. Kemudian zat besi yang ada digunakan untuk memperbaiki apabila
ada kerusakan pada sel-sel darah merah. Cincin porfirin hemoglobin yang berguna mengikat zat
besi mengalami perubahan struktur secara kimiawi yang mengubahnya menjadi bilirubin.
Bilirubin yang dihasilkan dari sisa proses destruksi sel eritrosit kemudian di
transportasikan ke hati melalui plasma yang kemudian akan diubah dan dipersiapkan untuk di
sekresi ke empedu, sehingga jumlah bilirubin yang dihasilkan dan dikeluarkan ke empedu
Setelah bilirubin masuk ke empedu bilirubin akan dikeluarkan melalui urine sebagai
BAB III
PENUTUP
Eritropoiesis merupakan proses pembentukan sel eritrosit yang diregulasi ketat melalui
kendali umpan balik. Dalam pembentukannya diperlukan bahan antara lain asam folat dan
vitamin b12, besi, mineral, asam amino dan vitamin yang lain, kemudian faktor yang
mempengaruhi pembentukan dari sel eritrosit adalah eritropoietin, kemampuan respon sumsum
tulang dan intergritas proses pematangan eritrosit. Proses yang dilalui untuk membentuk sel
eritrosit selama 23 hari untuk merubah sel puncak menjadi eritrosit melalui retikulosit.
Struktur sel eritrosit memiliki 3 struktur utama yang terbagi atas membran eritrosit,
sistem enzim dan hemoglobin. Di karenakan sel eritrosit mengandung hemoglobin maka fungsi
utama dari sel ini ialah sebagai sistem transportasi untuk mengedarkan oksigen dan nutrisi ke
seluruh jaringan tubuh dan mengangkut sisa metabolismeuntuk di buang melalui proses ekskresi.
Umur dari sel eritrosit ini rata-rata hanya sekitar 120 hari, sehingga apabila sel telah mencapai
umurnya (menua) atau rusak maka sel eritrosit ini akan di destruksi atau dihancurkan melalui
makrofag dan di lakukan di dalam reticuloendothelial yang kemudian sisa dari penghancuran sel
https://www.scribd.com/doc/208111011/3-4-hematopoiesis-script-type-text-javascript-src-http-
app-mam-conduit-com-getapp-ct3314884-webMam-js-ctid-ct3314884-id-valueApps-script-id
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/156/jtptunimus-gdl-fitriindah-7799-3-babii.pdf
P. B. Notopoero. 2007.Eritropoitin Fisiologi, Aspek Klinik, Dan Laboratorik(Erythropoietin
Physiology, Clinical, And Laboratory Aspect). Vol. 14, No. 1: 28-36
Hoffbrand A.V dkk. 2005. Essential Haematology . Jakarta : EGC.
Usu institutional repository- universitas sumatra utara/ ww.Repository.usu.ac.id
http://repository.usu.ac.id/bitstream/1234567
http://www.academia.edu/1953047/Reish_Amanda_Fitria_1102013250_Fk-
B_B11_Lekas_Lelah_Bila_Bekerja
http://www.academia.edu/8361465/Eritrosit