Anda di halaman 1dari 4

ERITROPOIESIS

Eritrosit atau sel darah merah merupakan salah satu komponen sel yang terdapat
dalam darah, fungsi utamanya adalah sebagai pengangkut hemoglobin yang akan membawa
oksigen dari paru-paru ke jaringan (Guyton, 1995). Eritrosit merupakan suatu sel yang
kompleks, membrannya terdiri dari lipid dan protein, sedangkan bagian dalam sel merupakan
mekanisme yang mempertahankan sel selama 120 hari masa hidupnya serta menjaga fungsi
hemoglobin selama masa hidup sel tersebut (Williams, 2007). Eritrosit berbentu bikonkaf
dengan diameter sekitar 7,5 μm, dan tebal 2 μm, pada pria dewasa dengan jumlah eritrosit
normal sekitar 5,4jt/ μl didapati kadar hemoglobin sekitar 15,6 mg/dl (Ganong, 1999).
Eritropoiesis merupakan proses yang diregulasi ketat melalui kendali umpan balik.
Pembentukan eritrosit dihambat oleh kadar hemoglobin diatas normal dan dirangsang oleh
keadaan anemia dan hipoksia. Eritropoiesis pada masa awal janin terjadi dalam yolk sac, pada
bulan kedua kehamilan eritropoiesis berpindah ke liver dan saat bayi lahir eritropoiesis
di liver berhenti dan pusat pembentukan eritrosit berpindah ke sumsum tulang (Williams,
2007).
Pengertian Eritropoiesis
Proses pembentukan eritrosit yang disebut sebagai eritropoiesis merupakan proses
yang diregulasi ketat melalui kendali umpan balik. Pembentukan eritrosit dihambat oleh kadar
hemoglobin diatas normal dan dirangsang oleh keadaan anemia dan hipoksia. Eritropoiesis
pada masa awal janin terjadi dalam yolk sac, pada bulan kedua kehamilan eritropoiesis
berpindah ke liver dan saat bayi lahir eritropoiesis di liverberhenti dan pusat pembentukan
eritrosit berpindah ke sumsum tulang (Williams, 2007).
Pada masa anak-anak dan remaja semua sumsum tulang terlibat dalam hematopoiesis,
namun pada usia dewasa hanya tulang-tulang tertentu seperti tulang panggul, sternum,
vertebra, costa, ujung proksimal femur dan beberapa tulang lain yang terlibat eritropoiesis.
Bahkan pada tulang-tulang seperti disebut diatas beberapa bagiannya terdiri dari jaringan
adiposit. Pada periode stress hematopoietik tubuh dapat melakukan reaktivasi pada limpa,
hepar dan sumsum berisi lemak untuk memproduksi sel darah, keadaan ini disebut sebagai
hematopoiesis ekstramedular (Munker, 2006).
Bahan Yang Diperlukan Dalam Proses Eritropoiesis
 Asam folat dan vitamin B12, merupakan bahan pokok pembentuk inti sel, Asam folat dan
vitamin B12 bergabung untuk membantu tubuh dalam memecah, menggunakan dan
membentuk protein dan sel darah merah atau eritrosit.
 Besi, Sangat diperlukan dalam pembentukan hemoglobin dalam tubuh yang kemudian
digunakan untuk mentransportasikan oksigen dan nutrisi makanan ke seluruh jaringan
tubuh.
 Mineral (Cobalt, magnesium, Cu, Zn), ini dibutuhkan untuk proses pembentukan dan
pertumbuhan protein di dalam tubuh sehingga mempercepat proses pembentukan sel.
 Asam amino, asam amino merupakan bahan yang paling dasar dalam pembentukan protein
dalam tubuh manusia, asam amino akan bergabung menjadi rantai asam amino yang disebut
polipeptida yang disebut juga sebagai protein.
 Vitamin lain : vitamin C. vitamin B kompleks dan lain-lain.
Faktor Yang Mempengaruhi Eritropoiesis
1. Eritropoietin merangsang eritropoiesis dengan meningkatkan jumlah sel progenitor yang
terikat untuk eritropoiesis. BFUE dan CFUE lanjut yang mempunyai reseptor eritropoietin
terangsang untuk berproliferasi, berdiferensiasi, dan menghasilkan hemoglobin.
2. Kemampuan respon sumsum tulang (anemia, perdarahan).
3. Intergritas proses pematangan eritrosit.
Proses Pembentukan Eritrosit
Setiap orang memproduksi sekitar 1012 atau 10.000.000.000.000 eritrosit baru tiap hari
melalui proses eritropoiesis yang kompleks dan teratur dengan baik. Eritropoiesis berjalan dari
sel induk menjadi prekursor eritrosit yang dapat dikenali pertama kali di sumsum tulang, yaitu
pronormoblas. Pronormoblas adalah sel besar dengan sitoplasma biru tua, dengan inti ditengah
dan nucleoli, serta kromatin yang sedikit menggumpal. Pronormoblas menyebabkan
terbentuknya suatu rangkaian normoblas yang makin kecil melalui sejumlah pembelahan sel.
Normoblas ini juga mengandung sejunlah hemoglobin yang makin banyak (yang berwarna
merah muda) dalam sitoplasma, warna sitoplasma makin biru pucat sejalan dengan hilangnya
RNA dan apparatus yang mensintesis protein, sedangkan kromatin inti menjadi makin padat.
Inti akhirnya dikeluarkan dari normoblas lanjut didalam sumsum tulang dan menghasilkan
stadium retikulosit yang masih mengandung sedikit RNA ribosom dan masih mampu
mensintesis hemoglobin.
Sel ini sedikit lebih besar daripada eritrosit matur, berada selama 1-2 hari dalam
sumsum tulang dan juga beredar di darah tepi selama 1-2 hari sebelum menjadi matur, terutama
berada di limpa, saat RNA hilang seluruhnya. Eritrosit matur berwarna merah muda
seluruhnya, adalah cakram bikonkaf tak berinti. Satu pronormoblas biasanya menghasilkan 16
eritrosit matur. Sel darah merah berinti (normoblas) tampak dalam darah apabila eritropoiesis
terjadi diluar sumsum tulang (eritropoiesis ekstramedular) dan juga terdapat pada beberapa
penyakit sumsum tulang. Normoblas tidak ditemukan dalam darah tepi manusia yang normal.
hbk
Eritropoitin (EPO) merupakan regulator humoral eritropoesis yang lineage specific. Produksi
eritropoitin dalam tubuh bergantung pada tekanan oksigen jaringan dan dimodulasi oleh suatu
mekanisme umpan balik positif maupun negatif. Pada tekanan oksigen yang rendah, produksi
meningkat yang akan menimbulkan peningkatan produksi eritrosit di sumsum tulang.
Peningkatan suplai oksigen menuju jaringan akan menyebabkan penurunan produksi EPO.
Sedikit penurunan produksi EPO akan menimbulkan anemia. Satu contoh yang klasik dari
anemia ini adalah anemia pada gagal ginjal terminal. Penggunaan recombinant human EPO
(rHuEPO) pada keadaan ini telah dikenal secara luas dan memiliki dampak dramatik pada
peningkatan kualitas hidup penderita penyakit ginjal. Dengan meluasnya penggunaan EPO
pada berbagai kondisi klinik dan dimulainya pendekatan terapi yang baru dengan EPO,
diperlukan suatu pemahaman tentang fisiologi dan patofisiologi hormon ini.
Produksi EPO
Sel yang mengandung EPO mRNA terletak di peritubular (interstisial dan endotelial) pada
ginjal tikus yang anemik. Fisher2 dengan menggunakan teknik yang sama juga melaporkan
tingginya kadar EPO mRNA di sel peritubular (interstisial) ginjal kera yang mengalami
hipoksia. EPO mRNA di sel tubulus dengan menggunakan RT-PCR (Reverse Transcriptase -
Polymerase Chain Reaction) pada microdissected isolated nephron segment (yang terdiri dari
bagian ascending loop of Henle di medula, bagian proksimal loop of Henle, bagian ascending
loop of Henle di korteks, bagian medula dan korteks ductus colligentes).
Faktor yang Berperan dalam Regulasi Eritropoesis
Produksi eritrosit (eritropoesis) diatur oleh beberapa sitokin. Faktor pertumbuhan yang
dikenal terlibat dalam eritropoesis yaitu granulocyte colonystimulating factor (G-CSF),
interleukin (IL)-6, stem cell factor (SCF), IL-1, IL-3, IL-4, IL-9, IL-11,
granulocytemacrophage (GM)-CSF, insulin growth factor-1 (IGF-1) dan EPO. EPO berperan
pada tahap lanjut perkembangan sel progenitor eritroid. EPO terutama merangsang colony
forming unit eritroid (CFU-E) untuk berproliferasi menjadi normoblas, retikulosit, dan
eritrosit matur. Target primer EPO dalam sumsum tulang adalah CFU-E. EPO bersama
dengan SCF, GM-CSF, IL-3, IL-4, IL-9, dan IGF-1 menyebabkan maturasi dan proliferasi
dari tahap burst forming unit

Anda mungkin juga menyukai