Anda di halaman 1dari 4

CONTINUING PROFESSIONAL DEVELOPMENT

Akreditasi PP IAI2 SKP

Formulasi Topikal untuk Manajemen


Dermatitis Popok pada Bayi
Oktatika Pratiwi Agustinus,1 Cintyadewi Wignjosoesastro,2 Daniela Angeline3
1
Dokter Internship RS Port Medical Center Puskesmas Tanjung Priok, Tanjung Priok Jakarta Utara
2
Dokter Internship RSUD Asembagus Puskesmas Besuki, Situbondo, Jawa Timur
3
Dokter Internship RSUD DR. Agoesdjam Puskesmas Kedondong, Ketapang, Kalimantan Barat,
Indonesia

ABSTrAk
Dermatitis popok adalah berbagai jenis erupsi pada area kulit yang tertutup oleh popok. Inflamasi cenderung akut dan dipicu oleh iritasi pada
area tersebut. Kondisi lingkungan serta kondisi kulit, baik anatomis maupun fisiologis bayi berperan penting dalam perkembangan dermatitis
popok. Artikel ini membahas formulasi topikal untuk pencegahan dan tatalaksana dermatitis popok.

kata kunci: Bayi, dermatitis popok, formulasi topikal, vehikulum, zat aktif

ABSTrAcT
Diaper dermatitis is an eruption in skin areas covered by nappy or diaper. Inflammation tends to be acute and triggered by irritation.
Environment, also anatomy, and physiology of neonatal skin has an important role in development of diaper dermatitis. This article discusses
topical formulations in the prevention and management of diaper dermatitis. Oktatika Pratiwi Agustinus, cintyadewi Wignjosoesastro,
daniela Angeline. The role of Topical Formulations in the Management of diaper dermatitis in Infants

keywords: Active ingredients, diaper dermatitis, infant, topical formulation, vehicle

PENdAHULUAN prematur memiliki struktur kulit yang lebih dan tatalaksana dermatitis popok dengan
Dermatitis popok adalah segala erupsi tipis dan rapuh dibandingkan dengan bayi formulasi topikal yang terdiri dari berbagai
yang mengenai kulit daerah yang ditutupi yang aterm.2,8 vehikulum dengan kandungan zat aktif.
popok. Dermatitis popok merupakan kondisi
dermatologi yang sering dialami bayi dan Dermatitis popok iritan paling sering terjadi Anatomi dan Fisiologi kulit Bayi
anak.1 Biasanya dialami oleh bayi 3-12 pada area yang berkontak dengan popok. Lesi Kulit akan mengalami perubahan selama
minggu, puncaknya pada usia 9-12 bulan, biasanya terbatas pada area yang terekspos zat periode postnatal sebagai bagian dari adaptasi
namun dapat juga dialami oleh orang dewasa iritan, seperti regio genitalia, bokong, femoral akhir untuk kehidupan di luar rahim. Saat
yang memakai popok.2-5 Selama periode atas, dan perut bagian bawah dengan derajat lahir, kulit ditutupi vernix caseosa, zat lipofilik
pemakaian popok, diperkirakan terdapat 7% - keparahan bervariasi dari minimal-berat.6,7,9 yang dibentuk oleh kelenjar sebasea dan sel
35% populasi bayi terkena dermatitis popok,6,7 Manifestasi klinis beragam, umumnya berupa folikel rambut. Vernix caseosa adalah formulasi
perbandingannya sama antara laki-laki dan gejala iritasi, seperti eritema akut. Manifestasi topikal alami pada kulit bayi yang berperan
perempuan.2,7 dapat makin kompleks apabila disertai infeksi dalam adaptasi bayi pada lingkungan di luar
mikroorganisme dan kondisi medik lain.1,6,10 rahim.
Lapisan stratum korneum lebih tipis dan
rapat pada bayi usia <12 bulan. Hal ini yang Selain manajemen umum pencegahan Proses adaptasi terhadap perubahan
mempengaruhi insidens dermatitis popok dermatitis popok, penting untuk memahami lingkungan setelah lahir akan mempengaruhi
pada bayi berusia <12 bulan. Faktor lainnya peranan formulasi topikal dalam upaya perubahan karakteristik kulit, termasuk
yang menentukan fragilitas kulit bayi adalah pencegahan dan penatalaksanaan dermatitis transepidermal water loss (TEWL), hidrasi kulit,
maturitas kulit pada bayi prematur.8 Bayi popok. Artikel ini membahas pencegahan dan pH kulit. Vernix caseosa berkontribusi

Alamat Korespondensi email: oktatikapratiwi@yahoo.co.id

CDK-250/ vol. 44 no. 3 th. 2017 185


CONTINUING PROFESSIONAL DEVELOPMENT

terhadap maturitas epidermal dalam uterus Mekanisme Terjadinya dermatitis Popok lembap mempengaruhi pemilihan vehikulum
dan postnatal. Stratum korneum pada bayi Terdapat beragam etiologi yang saling dan bahan aktif terkandung.8,14
aterm berfungsi penuh, terutama sebagai berpengaruh. Terdapat hubungan erat antara
pelindung semipermeabel antara lingkungan keparahan dermatitis popok dan kondisi kulit Tujuan pemberian formulasi topikal pada
dalam dan luar tubuh. Selain komponen basah berlebihan, sehingga menimbulkan dermatitis popok terutama untuk pencegahan
eksogen seperti asam laktat dan kelenjar maserasi kulit. Kulit lembap akan lebih mudah dengan meningkatkan perlindungan pada
keringat ekrin, vernix caseosa selanjutnya juga mengalami abrasi oleh gesekan bahan popok kulit. Selanjutnya, apabila sudah terjadi,
berpengaruh dalam menciptakan suasana pH ketika bayi bergerak. Abrasi yang berkelanjutan formulasi topikal berperan mempertahankan,
kulit lebih rendah, yaitu 5,5-6,7, dibandingkan merusak stratum korneum, sehingga akan mengembalikan fungsi barrier stratum
pH saat lahir, yaitu 7,1-7,4 karena dipengaruhi lebih mudah ditembus oleh iritan, seperti korneum, serta regenerasi kulit, dan mencegah
oleh cairan ketuban.3,8 pH kulit postnatal juga amonia yang berasal dari pemecahan urea komplikasi lebih lanjut.2,14 Formulasi topikal
ditentukan oleh komponen eksogen seperti oleh urease feses. Kelembapan berlebih juga yang ideal adalah:2,8,14
asam laktat, kelenjar keringat ekrin, dan asam memberikan lingkungan yang baik untuk 1. Menciptakan perlindungan antara kulit
lemak bebas yang dihasilkan dari kelenjar berkembangnya infeksi bakteri serta jamur. dan iritan
sebasea.3 Pengasaman stratum korneum Infeksi bakteri dan amonia meningkatkan 2. Membentuk lapisan atau film pada kulit
diperlukan untuk homeostasis barrier kulit, pH sekitar lesi, sehingga akan meningkatkan yang rusak, sehingga dapat memfasilitasi
termasuk penghalang mikroorganisme. aktivitas iritasi dari enzim protease, lipase, dan perbaikan dan regenerasi pada stratum
Vernix caseosa mengandung antimikroba urease dari feses. Enzim-enzim tersebut akan korneum, serta mendukung proteksi alami
seperti lizozim, laktoferin, dan berbagai zat mendegradasi protein di stratum korneum, kulit
antiinfeksi.8,11 juga meningkatkan permeabilitas garam 3. Menetap di kulit dan tidak hilang oleh
empedu dan iritan lainnya. Peningkatan pH feses dan urin
Integritas stratum korneum ditentukan oleh juga makin meningkatkan risiko kolonisasi 4. Mudah dibersihkan
TEWL. Kadar TEWL normal adalah 6-8 gram/ patogen dan infeksi sekunder. Infeksi 5. Mempertahankan kelembapan optimum
m2. Angka yang tinggi mengindikasikan oportunistik Candida albicans menunjukkan 6. Mengandung bahan-bahan yang
kerusakan barrier kulit. TEWL pada neonatus lesi kronis dan lebih parah, dengan lesi terdaftar, aman, dan bermanfaat. Tidak
lebih rendah daripada dewasa. Rendahnya eritematosa atau pustul satelit di area perifer mengandung bahan yang dapat memicu
nilai TEWL pada neonatus dikaitkan pula lesi.3-5,9,13 sensitivitas, seperti parfum, antiseptik.
dengan vernix caseosa yang memberikan Antiseptik terdiri dari alkohol, fenol,
penghalang tambahan terhadap kehilangan Studi menunjukkan bahwa urin saja tidak halogen, zat pengoksidasi, senyawa
air epidermal.3 Pada bayi prematur berusia selalu mencetuskan dermatitis popok. logam berat. Zat lainnya yang dihindari
<28 minggu, stratum korneum lebih tipis Terdapat kontributor utama, yaitu kombinasi pada formulasi topikal adalah pewarna
dibandingkan bayi aterm serta tidak ditutupi urin dan feses bersama pH tinggi. Enzim feses dan pengawet
oleh vernix caseosa. Kemampuan kulit untuk dapat menjadi lebih aktif pada pH tinggi. 7. Tidak mengandung zat yang tidak perlu
menghasilkan barrier yang efektif bergantung pH tinggi dapat dipengaruhi oleh oklusi dan berpotensi toksik
pada usia kehamilan, yaitu sekitar 24-34 karena pemakaian popok dan peningkatan 8. Nyaman digunakan
minggu.8,11,12 permeabilitas kulit karena kerusakan stratum
korneum. Kadar pH kulit tinggi juga dapat Prinsip Formulasi Topikal pada dermatitis
Protein filagrin yang berlokasi di stratum ditemui pada bayi prematur atau yang Popok
korneum mengalami konversi menjadi memiliki bakat atopi.5,8,13 Terdiri dari 2 bagian, yaitu vehikulum dan
small water-binding amino acids atau natural zat aktif. Vehikulum dan zat aktif yang lazim
moisturizing factor (NMF). NMF berperan Selain itu, status nutrisi/diet dapat dipakai dan dikenal selama ini adalah sebagai
menciptakan hidrasi yang sesuai pada stratum mempengaruhi komposisi feses; penggunaan berikut:
korneum. Kehilangan atau gangguan fungsi obat-obatan tertentu seperti antibiotik, serta A. Vehikulum2,6,14,15
NMF dapat menyebabkan kerusakan barrier kondisi medis seperti diare, turut berkontribusi Vehikulum berperan sebagai substansi inaktif
kulit. Pada bayi aterm, penurunan hidrasi memicu dermatitis popok.4,8,9,13 Kejadian dengan kandungan berbagai bahan aktif dan
secara cepat terjadi pada hari pertama, dermatitis popok berulang dikaitkan dengan bahan tambahan di dalamnya. Bahan aktif
kemudian meningkat pada 2 minggu pertambahan usia, kurangnya penggunaan dan bahan tambahan dapat dipertimbangkan
pertama terkait pembentukan protein filagrin krim pelindung, kejadian dermatitis popok pada aplikasi topikal dengan memperhatikan
sebagai bagian dari proses adaptasi terhadap saat ini, dan rendahnya frekuensi pergantian standar-standar formulasi topikal untuk kulit
lingkungan yang kering. Bayi prematur popok.4 bayi dan keadaan fisiologis kulit bayi (Tabel 1).
dengan usia gestasi <30 minggu memiliki
nilai hidrasi lebih tinggi dibandingkan dengan Peranan Formulasi Topikal pada dermatitis B. Bahan Aktif 6,8,14,15
bayi usia gestasi >30 minggu. Namun, pada Popok Bahan aktif yang dibawa oleh vehikulum
hari ke-5, hidrasi menurun, menandakan Perawatan kulit pada neonatus harus berperan dalam pencegahan dan terapi
perkembangan barrier yang cepat.8 memperhatikan struktur dan maturitas kulit. dermatitis popok. Masing-masing zat aktif
Kondisi lingkungan di area sekitar popok yang memiliki kadar aman (Tabel 2).

186 CDK-250/ vol. 44 no. 3 th. 2017


CONTINUING PROFESSIONAL DEVELOPMENT

Selain bahan aktif di atas, terdapat berbagai Tabel 1. Berbagai jenis vehikulum yang lazim digunakan pada dermatitis Popok
zat aktif, bahan alami, pengatur viskositas,
Vehikulum keterangan
dan pelarut yang ditambahkan. Bahan-
Bedak Kandungan yang sering dipakai: talkum (magnesium silikat), zink, titanium oksida, clay, kaolin dan
bahan tersebut akan membentuk suatu starch.
komposisi tertentu dan menghasilkan agen I : dermatosis kering dan superfisial.
+ : mudah diabsorbsi kulit, protektif, kering, me-minimalisir gesekan.
topikal untuk pencegahan dan penanganan - : tidak direkomendasikan karena tidak dapat membentuk perlindungan kontinu pada kulit, abrasif,
dermatitis popok.9.14-16 Komposisi obat harus berisiko terinhalasi.
memperhatikan standar dan ketentuan
Emulsi Kombinasi 2 komponen zat yang tidak larut yang terdiri dari:
yang berlaku, serta teruji keamanan dan a. Water in oil (w/o): komposisi air <45%. Dapat berupa krim, salep, atau pasta. Secara umum bersifat
efektivitasnya. Efektivitas penambahan oklusif.
vitamin A, D, dan E dalam agen topikal masih I : terapi pada kulit kering, ekzema kronik, dan xerosis. Membantu penyerapan zat aktif yang lebih baik.
Jenis pasta baik digunakan pada pasien dengan diare dan iritasi.
belum jelas, sehingga pemakaiannya masih + : saat ini, penggunaan salep w/o lebih dipilih karena menghasilkan kelembapan yang baik, sehingga
kontroversial.6,8,17 kulit dapat bernapas serta lebih nyaman digunakan.
- : dapat menimbulkan efek samping folikulitis, akne, biang keringat, dan pruritus
b. Oil in water (o/w): komposisi air >45%. Dapat berupa krim, losion, atau pasta.
Peranan Formulasi Topikal pada dermatitis I : dermatitis akut dan eksudatif pada lipatan.
+ : Mudah diaplikasikan, adherensi baik
Popok8,14 - : tidak membentuk perlindungan yang cukup efektif, sehingga tidak cocok digunakan untuk sehari-
Formulasi topikal pada dermatittis popok hari.
memiliki peranan sebagai agen pembersih, F a t / l i p o p h i l i c Berupa cairan atau minyak (sweet almond oil, sun flower oil, liquid paraffin, olive oil, mustard oil), semisolid
excipients (lanolin, petroleum jelly, white soft paraffin), solid (solid paraffin, waxes).
emolien, antiinfeksi, dan antiinflamasi. Fungsi I : petrolatum based barrier -- terdapat pada lapisan popok, berperan dalam penyerapan dan menjaga
dan peranan tersebut diformulasikan dalam kelembapan kulit. Komponen minyak berperan mencegah water loss, diaplikasikan setelah mandi.
komposisi berbagai zat aktif dalam vehikulum. + : mempertahankan kelembapan, membersihkan kulit dari skuama dan krusta (berperan sebagai
emolien), menjaga viskositas kulit. Terutama pada jenis semisolid dan solid.
- : tidak direkomendasikan digunakan rutin. Tidak untuk dermatosis eksudatif, inflamasi, atau fleksura
Agen pembersih, termasuk bathing karena bersifat oklusif. Dapat mengganggu repair stratum korneum.
practice, tidak memiliki standar khusus. Saat Suspensi (bedak Kombinasi cairan dan bedak.
kocok) I : dermatosis eksudatif di daerah intertriginosa
memperkenalkan agen pembersih tergantung + : cepat kering
usia bayi serta disesuaikan dengan kondisi - : pengaplikasian kurang nyaman, mudah hilang
medis. Perkenalan terhadap agen pembersih Keterangan: I : indikasi, +: kelebihan, - : kekurangan
dimulai saat tali pusar sudah puput/lepas, atau
lebih spesifik saat 2-6 minggu pasca-lahir.14 Terdapat 3 jenis agen pembersih yang dikenal adalah syndets (synthetic detergents/soap
saat ini, yang pertama adalah sabun. Sabun without soap). Agen pembersih jenis ini lebih
Syarat ideal agen pembersih adalah berupa terdiri dari campuran basa dan fatty acid ester. unggul karena tidak memiliki kekurangan
cairan, lembut, bebas dari bahan sabun, bebas Sabun tradisional batangan saat ini tidak seperti sabun. Merupakan agen pembersih
parfum, pH netral sampai sedikit asam; pH direkomendasikan karena dapat menimbulkan dengan pH yang lebih sesuai. Terdapat
yang sedikit asam, yaitu sekitar 5,5 penting iritasi dan memiliki pH alkali yang dapat dalam bentuk padat atau cair, namun tidak
dalam formasi stratum korneum dan integritas merusak lapisan lipid di kulit, sehingga direkomendasikan untuk digunakan terus-
kulit. menyebabkan kulit bayi menjadi kering. Kedua menerus terkait kandungan surfaktan/surface

Tabel 2. Berbagai bahan aktif yang lazim digunakan pada dermatitis popok

Bahan Aktif kadar yang diperbolehkan/ Tersedia Fungsi dan Anjuran Pemakaian Efek Samping

Zinc oxide, lanolin 1-25%, Pelindung kulit (menurunkan TEWL, hidrasi Reaksi alergi
12,5-50% stratum korneum, mencegah perburukan)
Petrolatum, white, petrolatum 30-100% Pelindung kulit, anti-air Menurunkan absorpsi oksigen pada kulit, reaksi
alergi
Dimethicone 1-30% Pelindung kulit Reaksi alergi
Kortikosteroid Potensi paling rendah, seperti hidrokortison, Terapi jika tampak inflamasi sedang-berat Reaksi alergi, kulit kering dan pecah-pecah,
deksametason, glumekton, prednisolon, akne, gatal, rasa terbakar, perubahan warna
metilprednisolon kulit, atrofi, rebound skin reaction, supresi
adrenal
Klotrimazol, mikonazol nitrat, nistatin 1% (klotrimazol), 2% (mikonazol nitrat), 100.000 Anti-fungal, penggunaan bersamaan dengan Reaksi alergi, rasa terbakar, kulit kering (nistatin),
U/g (nistatin) kortikosteroid tidak dianjurkan. Pemberian interaksi obat jika masuk sirkulasi darah
dapat dipertimbangkan jika ruam persisten (mikonazol nitrat),
>3 hari
Antibiotik topikal 2% (mupirocin) Mupirocin paling banyak digunakan sebagai Reaksi alergi
tambahan jika ruam semakin berat, jika terjadi
komplikasi dan tanda-tanda infeksi bakteri
sekunder. Dipertimbangkan sebagai terapi
alternatif nistatin untuk eradikasi kandida
karena respons perbaikan klinis yang lebih
cepat. Diaplikasikan 3-4x/hari.

CDK-250/ vol. 44 no. 3 th. 2017 187


CONTINUING PROFESSIONAL DEVELOPMENT

active agent yang dapat menimbulkan iritasi. pecah-pecah. Selain itu, pemakaian emolien SIMPULAN
Surfaktan bermanfaat untuk emulsifikasi dapat mengurangi iritasi kulit (eritema, ruam) Kulit bayi <12 bulan, terutama bayi prematur
kotoran tetapi memiliki potensi iritasi. Agen serta menurunkan TEWL pada bayi prematur memiliki struktur berbeda dibandingkan
pembersih yang ketiga adalah shampo. Tidak dan aterm. Emolien diaplikasikan setelah anak >12 bulan. Stratum korneum dan
ada standar khusus dalam pemilihan shampo. mandi dan diindikasikan untuk bayi-bayi epidermisnya lebih tipis dan rapuh, sehingga
Jika rambut rapuh dan pendek, pemakaian dengan risiko tinggi atopi, yaitu yang memiliki membutuhkan perhatian khusus. Dermatitis
shampo tidak diharuskan. Produk pembersih riwayat atopi pada keluarga. Komposisi popok terutama tipe iritan adalah penyakit
tubuh juga dapat dipakai untuk rambut. emolien harus seimbang dengan fisiologi kulit yang sering dialami bayi, terkait anatomi
lipid epidermal, sehingga mendukung fungsi dan fisiologi kulit bayi yang lebih rentan.
perlindungan kulit. Contoh emolien adalah Manajemen khusus dibutuhkan untuk
Syarat kedua terkait peranannya sebagai
dexpanthenol, nicotinamide, dan phospolipid. pencegahan dan penatalaksanaannya.
emolien, yaitu menjaga integritas stratum
Pemberian formulasi topikal sangat penting
korneum dan memperkuat barrier kulit
dengan menyesuaikan terhadap kondisi kulit
terhadap lingkungan eksternal dengan Ketiga, sebagai agen antiinflamasi, antijamur,
bayi dan klinis yang menyertainya. Dengan
meningkatkan lipid alami, mengurangi iritasi, dan antibiotik. Pemakaian antijamur dan
memahami prinsip formulasi topikal, terkait
repair barrier kulit, dan mempertahankan antibiotik topikal harus sesuai indikasi dan
pemilihan tipe vehikulum dan zat aktif di
kelembapan kulit. Emolien juga berperan prosedur agar berhasil baik.6,15,16
dalamnya, diharapkan tercapai manajemen
dalam pencegahan dan terapi kulit kering dan
yang tepat.
dAFTAr PUSTAkA:
1. Coughlin C, Eichenfield L, Frieden I. Diaper dermatitis: Clinical characteristics and differential diagnosis. Pediatr Dermatol. 2014;31(Suppl 1):19-24. doi: 10.1111/
pde.12500.
2. Atherton D, Proksch E, Schauber J, Stalder JF. Irritant diaper dermatitis: Best practice management. Selfcare 2015;6(S1):1-11.
3. James W, Berger T, Elston D. Atopic dermatitis, eczema, and noninfectious immunodeficiency disorders. In: Gabbedy R, Pinczewski S, editors. Andrews diseases of
the skin: Clinical dermatology. 11th ed. London: Saunders Elsevier; 2011. p. 75.
4. Adalat S, Wall D, Goodyear H. Diaper dermatitis-frequency and contributory factors in hospital attending children. Pediatr Dermatol [Internet]. 2007 [cited 2016 Jul
03];24(5): 483-8. Available from: EBSCOhost. https://www.ebscohost.com.
5. Odio M, Thaman L. Diapering, diaper technology, and diaper area skin health. Pediatr Dermatol. 2014;31(Suppl 1):9-14. doi: 10.1111/pde.12501.
6. Serdaroglu S, Ustunbas TK. Diaper dermatitis (napkin dermatitis, nappy rash). J Turk Dermatol. 2010;4(4):1-4.
7. Alonso C, Larburu I, Bon E, Gonzalez MM, Iglesias MT, Urre I, et al. Efficacy of petrolatum jelly for the prevention of diaper rash: A randomized clinical trial. J for
Specialist in Pediatric Nursing 2013 :123-32.
8. Visscher MO. Update on the use of topical agents in neonates. Newborn & infant nursing reviews 2009;9(1):31-47.
9. Stamatas G, Tierney N. Diaper dermatitis: Etiology, manifestations, prevention, and management. Pediatr Dermatol. 2014;31(1):1-7. doi: 10.1111/pde.12245.
10. Humphrey S, Bergman JN. Practical management strategies for diaper dermatitis. Skin Therapy Letter.com [Internet]. 2006 [cited 2016 July 16]. Available from: http://
www.skintherapyletter.com/2006/11.7/1.html.
11. Adam R. Skin care of the diaper area. Pediatr Dermatol. 2008;25(4): 427-33.
12. Chang MW, Orlow SJ. Neonatal, pediatric, and adolescent dermatology. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editors. Fitzpatricks
dermatology in general medicine.7th ed. New York: Mc-Graw Hill; 2008. p. 942-5.
13. Yonezawa K, Haruna M, Shiraishi M, Matsuzaki M, Sanada H. Relationship between skin barrier function in early neonates and diaper dermatitis during the first
month of life: A prospective observational study. Pediatr Dermatol. 2014;31(6):692-7. doi: 10.1111/pde.12394.
14. Fernandes JD, Oliverira ZNP, Machado MCR. Children and newborn skin care and prevention. An Bras Dermatol. 2011;86(1):102-10.
15. Hamzah M. Dermato-terapi. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. 6th ed. Jakarta: FKUI; 2010. p.342 52.
16. Bikowski J. Update on prevention and treatment of diaper dermatitis. Pract Dermatol for Pediatrics 2011;16-9.
17. Davies MW, Dore AJ, Perissinotto KL. Topical vitamin A, or its derivates, for treating and preventing napkin dermatitis in infants (review). The Cochrane Collaboration
[Internet]. 2006 [cited 2016 June 13];I:1-12. Available from: Http://www.thecochranelibrary.com.

188 CDK-250/ vol. 44 no. 3 th. 2017

Anda mungkin juga menyukai