Anda di halaman 1dari 27

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK PKMRS

FAKULTAS KEDOKTERAN JUNI 2021


JUNI 2021
UNIVERSITAS HASANUDDIN
RUAM KULIT YANG SERING TERJADI PADA BAYI BARU LAHIR,
KAPAN HARUS KE DOKTER?

Oleh:
Widya Rezkita
C014202076

Residen Pembimbing :
dr. Sidrah Darma
dr. Dian Anggraeni Hafid

Supervisor pembimbing :
dr. A. Dwi Bahagia Febriani, Ph.D, Sp. A(K)

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertandatangan di bawah ini, menyatakan bahwa:

Nama : Widya Rezkita

NIM : C014202076

Judul : Ruam Kulit yang Sering Terjadi pada Bayi Baru Lahir, Kapan

Harus Ke Dokter?

Telah menyelesaikan tugas PKMRS dalam rangka kepaniteraan klinik pada

Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas

Hasanuddin, Makassar.

Makassar, Juni 2021


Residen Pembimbing I Residen Pembimbing II

dr. Sidrah Darma dr. Dian Anggraeni Hafid

Supervisor Pembimbing

dr. A. Dwi Bahagia Febriani, Ph.D, Sp. A(K)

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN............................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................3

2.1. Definisi......................................................................................................3

2.2. Anatomi dan Fisiologi Kulit Bayi.............................................................3

2.3. Jenis Jenis Ruam pada Kulit Bayi.............................................................5

2.4. Perawatan Kulit pada Bayi........................................................................14

2.5. Kapan Harus Ke Dokter............................................................................16

BAB III KESIMPULAN.......................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19
BAB I

PENDAHULUA

Bayi baru lahir memiliki kulit yang sangat sensitif. Kondisi kulit pada bayi

yang relatif lebih tipis menyebabkan bayi lebih rentan terhadap infeksi, iritasi dan

alergi. Beberapa perbedaan lain kulit neonatus dibandingkan dewasa antara lain

produksi melanin rendah membuat kulit neonatus rentan terhadap paparan sinar

ultraviolet (UV). Fungsi barrier epidermis tidak optimal menyebabkan neonatus

rentan terkena infeksi kulit, iritasi, dan maserasi. Pada kulit neonatus struktur

yang menghubungkan dermis dan epidermis kurang kuat membuat kulit menjadi

lebih tipis dan kurang elastis, sehingga bulla dapat terbentuk lebih mudah selama

proses inflamasi. Dalam empat minggu pertama kehidupan, banyak kemungkinan

masalah kulit yang dapat terjadi seperti erythema toxicum neonatorum, acne

neonatorum, dermatitis seboroik, dan diaper rash dermatitis.(1)

Beberapa jenis dari ruam kulit pada bayi yang biasa terjadi seperti eritema

toxicum neonatorum yang merupakan kondisi kulit jinak yang terjadi sekitar 30-

70% pada bayi baru lahir. Acne neonatorum yang terjadi pada 20% bayi baru

lahir. Milia mempengaruhi 40-50% bayi baru lahir yang sehat. Miliaria

mempengaruhi hingga 40% bayi dan biasanya muncul selama bulan pertama

kehidupan. Serta kejadian diaper rash dermatitis pada bayi (usia 1-12 bulan)

berkisar antara 7 hingga 35%. Selain itu, survei prevalensi di rumah sakit AS dan

Inggris menemukan prevalensi sekitar 16% pada anak yang memakai popok.(2,3)

Kulit bayi baru lahir sangat rentan dan membutuhkan perlindungan,

terutama selama 12 bulan pertama kehidupan. Kulit terdiri dari beberapa lapisan,

1
dengan epidermis membentuk lapisan terluar (eksternal) kulit—stratum korneum.

2
Fungsi utama stratum korneum adalah bertindak sebagai penghalang, mencegah

kehilangan air, menjaga kelembapan, mencegah iritasi dan masuknya mikroba

asing serta melindungi lapisan kulit yang lebih dalam atau yang dikenal sebagai

transepidermal water loss (TEWL). Dibutuhkan sekitar 12 bulan pertama

kehidupan untuk stratum korneum berkembang sepenuhnya. Stratum korneum

bayi baru lahir 30% lebih tipis daripada orang dewasa. Lawton (2013) mengakui

risiko masalah kulit yang terjadi pada tahap ini meningkat secara signifikan

karena ketidakmatangan stratum korneum. Selama periode rentan ini, sangat

penting untuk memberikan perawatan dan perlindungan yang optimal.(4)

Beberapa ruam kulit pada bayi baru lahir dapat sembuh dengan sendirinya

dan tidak menimbulkan gejala yang serius. Namun, juga ada yang bisa membuat

manifestasi yang buruk yang membuat bayi tidak nyaman dan membutuhkan

penanganan dari petugas medis. Kerja sama antara orang tua dan petugas medis

dalam mengatasi keluhan ruam pada bayi sangatlah penting untuk mencegah

perburukan yang lebih lanjut yang bahkan bisa menyebabkan peningkatan

mortalitas dari bayi yang baru lahir. Pentingnya edukasi kepada orang tua dalam

mengenali jenis-jenis ruam dan cara mengatasinya, serta pentingnya mengetahui

kapan harus mengkonsultasikan ke petugas medis untuk penaganan yang lebih

lanjut.
BAB II

PEMBAHASA

2.1 Definisi

Ruam menurut definisi KBBI adalah bintil-bintil merah pada kulit. Ruam

biasanya disebabkan karena beberapa etiologi pada bayi yang baru lahir

biasanya muncul dengan sendirinya ataupun disebabkan oleh kontak allergen,

ataupun infeksi kuman. Hal ini akan memberikan gambaran merah hingga

iritasi pada kulit karena terjadinya peradangan yang bisa membuat gejala

nyeri dan gatal sehingga bayi merasa tidak nyaman.(5)

2.2 Anatomi dan Fisiologi Kulit Bayi

Kulit bayi baru lahir sangat rentan dan membutuhkan perlindungan,

terutama selama 12 bulan pertama kehidupan. Maturasi kulit dimulai saat

embriogenesis melalui sinyal interselular dan intraselular antara lapisan

jaringan yang berbeda. Perkembangan sawar kulit meningkat seiring

meningkatnya usia kehamilan, dan maturasi epidermis lengkap dalam 34

minggu. Epidermis terdiri dari 4 lapisan utama, yaitu stratum basalis, stratum

spinosum, stratum granulosum, dan stratum korneum yang tertera pada

Gambar 1. Sawar fisik terutama terdapat pada stratum korneum. Fungsi

utama stratum korneum adalah bertindak sebagai penghalang, mencegah

kehilangan air dan menolak cairan, sementara juga melindungi lapisan kulit

yang lebih dalam. Ini dilakukan oleh fungsi yang dikenal sebagai

transepidermal water loss (TEWL). TEWL dilakukan oleh epidermis

mencegah kelebihan atau kekurangan, sehingga memungkinkan fungsi

penghalang kulit yang efektif. Stratum korneum mengatur kelembapan,


menjebak kelembapan untuk
mencegahnya mengering, sekaligus mencegah masuknya iritasi dan mikroba

asing.(4)

Gambar.1 Perkembangan Embriologi Kulit

Tingkat pH kulit pada bayi lebih tinggi daripada kulit orang dewasa.

Neonatus memiliki permukaan kulit yang basa berkisar antara 6.34-7.5,

tergantung dari lokasi anatomi. Beberapa mekanisme memainkan peranan

pada pH basa kulit saat lahir, yang paling relevan adalah paparan terhadap

cairan amniotik selama dalam kandungan. Lapisan asam merupakan

mekanisme pertahanan kulit melawan infeksi yang mempengaruhi komposisi

flora bakteri kulit. Vernix caseosa merupakan pelindung kulit, yang

berkembang selama trimester akhir kehamilan saat differensiasi terminal

epidermis dan pembentukan stratum korneum. Vernix caseosa terdiri dari air

(80.5%), protein, lipid sebum, dan properti yang berikatan dengan air. lapisan

vernix caseosa, memiliki sifat pelumas dan antibakteri yang pH-nya berkisar

antara 6,7 hingga 7,4. Di bawah vernix caseosa, kulit memiliki pH 5,5-6,0.
(4,5,6)
2.3 Jenis Jenis Ruam pada Kulit Bayi

Kulit bayi sangat rentan dalam 12 bulan pertama kehidupan. Berikut

beberapa jenis ruam yang sering muncul pada bulan pertama setelah kelahiran.
(7)

A. Eritema Toxicum Neonatorum

Eritema Toxicum Neonatorum adalah kondisi ruam yang jinak dari

kulit, self-limited atau sembuh sendiri dan tidak bergejala atau

asimptomatik selama periode neonatal atau beberapa hari setelah

kelahiran.(2)

Kondisi ini dapat terkena 30-70% dari bayi yang baru lahir dengan

berat badan lahir dan usia gestasi yang normal. Penyebab dari kondisi ini

masih tidak diketahui pasti. Peningkatan viskositas zat dasar pada kulit

neonatus, dengan trauma terkait dapat menyebabkan peradangan

eosinofilik di dalam kulit juga bisa menjadi dasar dalam menyebabkan

kondisi ini. Lesi eritematosa dengan papula atau pustula sentral cenderung

berlokasi di wajah, badan, dan ekstremitas proksimal. Lesi biasanya

dikelilingi oleh halo eritematosa yang menyebar, bernoda, dan khas

(Gambar 2). Temuan klinis sebagian besar cukup untuk diagnosis. Namun,

penelitian histopatologi terkadang diperlukan. Spesimen patologis

termasuk eosinofil dan 15-20% pasien memiliki eosinofil yang bersirkulasi

dalam darah tepi .(2)


Sumber : https://dermatologyoasis.net/erythema-toxicum-neonatorum/;

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470222/?report=printable

Gambar.2 Gambaran Lesi dari Eritomatous Toxicum Neonatorum

pada kulit bayi

Kondisi tersebut tidak memerlukan pengobatan. Biasanya sembuh

dalam waktu 7 hari sampai dengan 14 hari setelah lahir. Namun, tetap

perlu diperhatikan apabila lesi yang tampak bertahan lebih lama, dan jika

ada gejala lainnya seperti ruam bayi baru lahir yang dikombinasikan

dengan iritabilitas, lesu, atau ketidakstabilan suhu harus dirujuk untuk

pertimbangan lebih lanjut.(7)

B. Acne Neonatorum

Acne Neonatorum adalah kondisi umum bayi baru lahir dan dapat

muncul sebagai jerawat kecil, merah, benjolan di wajah, dada, kulit

kepala, dan punggung, benjolan dapat berupa komedo, papul, dan pustule .

Benjolan ini sebenarnya menyerupai versi yang lebih kecil dari jerawat
dewasa dan merupakan respons terhadap androgen ibu yang masih ada

dalam sistem mereka. Acne neonatorum dapat muncul dalam 30 hari

pertama kehidupan. Hal ini umumnya bersifat jinak sementara. Namun

dalam kasus yang parah, yang tidak sembuh, kelebihan androgenik harus

dipertimbangkan. Etiologi berdasarkan efek androgen dapat menyebabkan

hiperplasia kelenjar sebasea.(2)

Sumber: AFP (aafp.org)

Gambar.3 Jerawat neonatorum biasanya terdiri dari komedo tertutup

di dahi, hidung, dan pipi

Studi terbaru menunjukkan bahwa kolonisasi Malassezia sp. dapat

dikaitkan dengan acne neonatorum. Ini biasanya terdiri dari komedo

tertutup di dahi, hidung dan pipi, meskipun lokasi lain juga

memungkinkan. Bisa pula berkembang menjadi komedo terbuka, papula

inflamasi, dan pustula. Perawatan tidak dianjurkan secara khusus, tetapi

bayi dapat diobati dengan losion benzoil peroksida 2,5% jika lesinya luas

dan bertahan selama beberapa bulan. Acne neonatorum yang parah disertai
dengan tanda-tanda hiperandrogenisme lainnya harus segera diselidiki

untuk hiperplasia kortikal adrenal, tumor virilisasi.(7)

Jerawat biasanya hilang dan kembali selama beberapa minggu

yang kemudian dapat bertahan selama tiga sampai enam bulan. Meskipun

melihat ketidaksempurnaan pada kulit bayi cenderung menyebabkan orang

tua khawatir, kondisi ini sebenarnya tidak begitu serius. Perawatan dapat

dilakukan dengan menjaga kulit bayi tetap bersih dengan sabun lembut

dan air. Jangan mengoleskan minyak atau losion karena ini dapat

memperburuk keadaan tersebut. Jangan memencet benjolan karena dapat

menyebabkan infeksi lebih dalam di kulit. Lesi pada kulit akan memudar

dalam 1-3 bulan.(1)

C. Miliaria

Miliaria adalah penyakit kulit yang timbul akibat obstruksi duktus

kelenjar keringat ekrin (acrosyringoma) sehingga timbul aliran balik keringat ke

epidermis dan dermis. Miliaria sering disebut juga biang keringat oleh

masyarakat awam.(8)

Miliaria mempengaruhi hingga 40% bayi dan biasanya muncul selama

bulan pertama kehidupan. Temuan klinis berkorelasi dengan tingkat obstruksi.

Jenis yang paling umum pada bayi baru lahir adalah miliaria crystalina, yang

ditandai dengan vesikel non-inflamasi kecil di saluran kelenjar ekrin pada tingkat

stratum korneum; lokalisasi utamanya adalah daerah intertriginosa seperti daerah

ketiak yang ditutupi kain leher. Terdiri dari vesikel 1 hingga 2 mm tanpa eritema

di sekitarnya. Setiap vesikel berkembang dengan pecahnya diikuti oleh

deskuamasi, dan dapat bertahan selama berjam-jam sampai berhari-hari. (9)


Sumber :

http://www.aafp.org/afp Gambar.4 Miliria clistalina (kiri) vesikel yang berukuran 1-

2 mm tanpa disertai eritema disekitarnya Miliaria rubra (kanan) terdiri dari:

papula eritematosa kecil dan vesikel pada kulit.

Miliaria rubra ditandai dengan papula dan pustula inflamasi sekunder

yang kecil. Obstruksi pada miliaria jenis ini terjadi di pertengahan epidermis.

Temuan klinis sebagian besar pada dahi, batang tubuh bagian atas, aspek volar

lengan dan bagian kulit yang tertutup. Untuk menghindari retensi keringat,

meminimalkan panas berlebih adalah metode pencegahan terbaik.

Penatalaksanaan miliaria adalah dengan menghindari aktivitas yang

menyebabkan keringat berlebihan dan menghindari udara panas. Penatalaksanaan

lain juga meliputi anjuran untuk mengenakan pakaian dari bahan yang sejuk dan

menyerap keringat, mandi lebih sering, melakukan eksfoliasi kulit, dan mengatasi

demam bila ada. Miliaria kristalina bersifat self-limiting dan akan berkurang

dalam waktu 24 jam. Miliaria rubra umumnya memerlukan medikamentosa

berupa kortikosteroid potensi ringan-sedang.(7,10)

D. Dermatitis Popok (Diaper Rash Dermatitis)

Diaper rash dermatitis atau disebut juga ruam popok, merupakan

erupsi inflamasi di daerah yang tertutupi oleh popok, yaitu daerah paha,

bokong, dan anal. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit kulit

tersering pada bayi dan anak-anak yang popoknya selalu basah dan jarang
diganti, dapat pula terjadi pada pasien-pasien inkontinen yang memerlukan

popok untuk menampung urin ataupun feses.(11)

Diaper rash dermatitis adalah gangguan yang sebagian besar sembuh

sendiri dan hilang dalam waktu tiga hari. Kejadian diaper rash dermatitis

pada bayi (usia 1-12 bulan) berkisar antara 7 hingga 35%. Selain itu,

survei prevalensi di rumah sakit AS dan Inggris menemukan prevalensi

sekitar 16% pada anak yang memakai popok. Candida albicans dapat

diisolasi pada hingga 80% bayi dengan iritasi kulit perineum. Infeksi

terjadi umumnya 48-72 jam setelah iritasi. (3,11)

Diaper Dermatitis Iritan Merupakan dermatitis eritematosa terbatas

pada permukaan yang tertutup popok; bentuk diaper dermatitis paling

umum, dan mengenai berbagai usia. Gambaran klinis diaper dermatitis

iritan adalah patch eritematosa, lembap, dan terkadang skuama di area

yang cembung di genitalia dan bokong, dimulai dari area paling dekat

popok. Pada kasus parah didapatkan erosi dangkal bahkan ulserasi, ujung

penis dapat teriritasi disertai krusta, sehingga bayi sering miksi dan

didapatkan bercak darah di popok.(11)

Diaper dermatitis kandida adalah dermatitis area popok yang

disebabkan oleh jamur Kandida. Gejala klinisnya adalah tampak papul,

patch, dan plak merah cerah pada lipatan tubuh dan pada permukaan

cembung. Lesi tersebut awalnya muncul perianal kemudian menyebar ke

perineum dan terkadang sampai bagian paha atas. Diaper dermatitis

kandida terkadang disertai sariawan mulut yang harus segera diobati

sehingga mulut bayi harus selalu diperiksa. Lesi satelit adalah tanda khas
diaper dermatitis kandida. Kandida yang berasal dari flora usus sering

menyebabkan dermatitis popok lebih dari 3 hari dan jumlahnya meningkat

sesuai tingkat keparahan klinis. Infeksi Candida albicans jarang terjadi

pada bayi yang tidak menggunakan popok tetapi ditemukan sekitar 41%

sampai 77% pada bayi yang menggunakan popok.(11)

Sumber: Irfianti,2020

Gambar.5 Diaper dermatitis iritan, melibatkan konveksitas kulit

genitoana. Yang disebabkan oleh kontak lama dengan popok yang lembab.

Sumber: Irfianti,2020

Gambar.6 Diaper dermatitis kandida dengan pustul satelit dan papul yang

mencerminkan infeksi Candida albicans.

Diaper rash dermatitis dapat dicegah dengan menggunakan popok

daya serap tinggi; cara kerjanya adalah menyerap air dari kulit yang basah

dan melindungi pH tetap terjaga. Terapi paling utama diaper rash


dermatitis adalah menjaga kulit tetap kering dengan mengganti popok

sesering mungkin setelah terkena urin atau tinja. Popok superabsorben

lebih baik dibandingkan popok kain atau popok sekali pakai. Penggunaan

popok sekali pakai dengan gel penyerap (mengandung natrium poliakrilat)

dapat mengurangi dermatitis popok bayi.(11,12)

Secara garis besar pencegahan dan terapi praktis diaper dermatitis

dapat diringkas dengan terapi “ABCD”, yaitu:(13)

1. Air (Udara): pada area tertutupi popok harus sesering mungkin

terkena udara dengan membuka popok secara berkala.

2. Barrier (Penghalang): mengoleskan krim barrier (misalkan zink

oksida atau petrolatum) ke area yang tertutup popok untuk bayi

yang berisiko terkena dermatitis popok.

3. Cleansing (Pembersihan): selalu bersihkan area terkena popok

dengan lembut menggunakan air setiap penggantian popok,

hindari menggosok kuat.

4. Diaper (Popok): gunakan popok daya serap tinggi dan hindari

popok kain. Ganti popok setiap 1 hingga 3 jam.

5. Education (Edukasi): orang tua harus diberi edukasi tata cara

pencegahan dan pengobatan dermatitis popok.

E. Dermatitis Seboroik

Dermatitis seboroik adalah ruam yang sangat umum ditandai

dengan eritema dan sisik berminyak. Gambaran klinis dapat berupa area

kemerahan berbatas tegas dan terdapat skuama; muncul biasanya antara

minggu kedua dan keenam pertama setelah lahir, biasanya hilang dalam
beberapa minggu dan tidak kambuh. Dermatitis seboroik infantil dapat

menyerang semua area (Gambar 7). Meskipun penyebabnya adalah tidak

sepenuhnya dipahami, diyakini bahwa hormon ibu yang bersirkulasi

menyebabkan sel-sel kulit tua menempel di kulit kepala (1,9,11)

Sumber: AFP

(aafp.org) Gambar.7 Dermatitis seboroik infantil biasanya disebut "cradle

cap" ketika terjadi di kulit kepala. Dan dapat terjadi pada telinga, leher dan

area popok

Jika keraknya parah, dianjurkan untuk mengoleskan sedikit minyak

mineral atau emolien ke kulit kepala satu jam sebelum mandi dan sampo

serta menggunakan sikat yang lembut untuk kepala bayi. Hal ini akan

melembutkan sisik sehingga sampo dan aksi mekanis dari sikat lembut

melonggarkan mereka. Setelah ruam hilang, gunakan sampo bayi ringan

seminggu sekali. Jika tidak jelas menjadi dua minggu, kembali ke dokter

anak untuk evaluasi lebih lanjut. Dalam beberapa kasus, dokter anak

mungkin meresepkan anti inflamasi, seperti krim hidrokortison topikal

ringan atau anti-jamur sampo. Jika kondisi terus berlanjut selama 12 bulan,

harus di konsultasikan mengenai diagnosis potensial lainnya.(7,14)


2.4 Perawatan Pada Kulit Bayi

Bayi dikenal memiliki kulit yang halus, lembut, dan wangi khas bayi.

Namun, dibalik kelembutannya, kulit bayi terbilang rapuh dan sensitif.

Memikirkan bagaimana keadaan kulit bayi yang mengalami ruam dapat

menyebabkan orang tua khawatir. Sebagai organ tubuh terbesar, kulit

berperan penting sebagai pelindung dari cedera atau infeksi serta mengatur

suhu tubuh dan keseimbangan cairan. Pada bayi yang baru lahir, jaringan

kulitnya belum berkembang secara sempurna, pH atau tingkat keasamannya

pun netral, sehingga membuat kulitnya belum berfungsi maksimal untuk

melindungi kulit dari bakteri. Oleh karena itu kulit bayi rawan terhadap

ruam.(7)

Beberapa prinsip perawatan kulit neonatus yaitu hidrasi adekuat,

penggunaan pelembap dan bahan yang aman untuk kulit seperti tanpa

pewangi tambahan, mencegah gesekan berlebih dan maserasi daerah lipatan,

serta proteksi dari bahan iritan dan sinar matahari berlebih.(1)

Perawatan seperti mandi, aplikasi produk topikal yang cocok terhadap

bayi seperti pelembab dengan bahan yang aman perlu diperhatikan. Adapun

perawatan awal saat bayi baru lahir seperti dimulai dengan membiarkan

vernix caseosa untuk diabsorpsi secara alami; vernix caseosa dapat

memberikan perlindungan terhadap cairan amnion, enzim, menurunkan pH

permukaan kulit, menyediakan lipid, dan efek moisturizer. Disarankan agar

bayi baru lahir dibersihkan dengan handuk kering secara lembut,

ditambahkan air bersih jika perlu. Mandi pertama dapat dilakukan jika suhu

sudah stabil atau setelah 2 - 4 jam dengan air steril hangat (<37°C untuk
usia kurang dari 32 minggu) menggunakan sarung tangan. Tidak disarankan

membersihkan daerah mata kecuali ada indikasi seperti ada sekret lengket;

dapat dibersihkan dengan cotton wool bersih dan air steril atau air mendidih

yang sudah hangat.(1,15)

Selanjutnya melakukan mandi rutin, mandi setiap sore hari diperkirakan

bermanfaat seperti membantu tidur neonatus, stimulasi taktil, dan

mempererat hubungan antara bayi dan ibu. Mandi yang dimaksud adalah

minimal 2 hingga 3 kali dalam 1 minggu selama 5 hingga 10 menit dalam 1

periode mandi, bila terlalu lama dalam air maka kulit hiperhidrasi, stratum

korneum menjadi lebih tebal dan kohesi antar sel longgar, sehingga lebih

mudah trauma friksi. Jangan membersihkan dengan kain basah tetapi dibilas

dengan air bersih, menggosok dengan kain atau sponge tidak disarankan

karena dapat memicu hilangnya panas, peningkatan TEWL (transepidermal

water loss), Neonatus dapat dimandikan bahkan sebelum tali pusat terlepas.

Perlu diperhatikan lokasi seperti wajah, leher, lipatan, dan area popok.

Penggunaan sabun dan cleanser sebaiknya dihindari dalam minggu pertama,

setelah mandi dikeringkan secara cepat dari kepala hingga kaki lalu

diselimuti handuk hangat. Bila neonatus dimandikan dengan immersion

bath, tinggi air harus sekitar 5 inci atau hingga menutupi bahu bayi.(1)(16)

Pemberian bedak bayi bertujuan untuk menyerap kelembapan yang

berlebih agar mencegah maserasi kulit. Namun, penggunaan berlebih dapat

menyumbat duktus kelenjar keringat yang mencetuskan miliaria; ada juga

risiko terinhalasi, sehingga penggunaan bedak bayi pada neonatus tidak

dianjurkan. Untuk area scalp dan rambut neonatus prinsip perawatan sama
dengan bagian kulit lainnya. Bisa digunakan shampo bayi yang tidak

mengiritasi mata dengan pH dan konsentrasi salin sama dengan air mata.(15)

2.5 Kapan Harus Periksa ke Dokter?

Umumnya ruam pada bayi baru lahir dapat sembuh sendiri dan bukan

merupakan kondisi yang serius, namun terdapat beberapa hal yang harus

diperhatikan dan membutuhkan konsultasi dengan petugas medis, antara

lain;(1,15)

1. Jika bayi mengalami ruam disertai demam atau setelah demam

kemungkinan penyebabnya adalah infeksi.

2. Jika bayi mengalami ruam yang berlangsung lebih dari seminggu dan

tidak respon terhadap pengobatan rumahan, atau menyebabkan kulit

bayi iritasi.

3. Jika bayi mengalami ruam yang meluas, terutama di sekitar mulut, atau

mengalami ruam yang disertai batuk, muntah, mengi, atau gejala

pernapasan lainnya, keadaan tersebut merupakan keadaan yang sangat

darurat. Ini mungkin merupakan tanda dari reaksi alergi yang sangat

serius atau yang disebut anafilaksis.

4. Ruam disertai dengan demam yang sangat tinggi, leher kaku, kepekaan

terhadap cahaya, perubahan neurologis, atau gemetar tak terkendali

dapat disebabkan oleh meningitis dan dianggap sebagai keadaan darurat

medis.
BAB III
KESIMPULA
N
1. Bayi baru lahir memiliki kulit yang sangat sensitif. Kondisi kulit pada bayi

yang relatif lebih tipis menyebabkan bayi lebih rentan terhadap infeksi, iritasi

dan alergi. Dalam empat minggu pertama kehidupan, banyak kemungkinan

masalah kulit yang dapat terjadi seperti erythema toxicum neonatorum, acne

neonatorum, miliaria, dermatitis seboroik, dan diaper rash dermatitis.

2. Beberapa ruam kulit pada bayi baru lahir dapat sembuh dengan sendirinya

dan tidak menimbulkan gejala yang serius. Namun, juga ada yang bisa

membuat manifestasi yang buruk yang membuat bayi tidak nyaman dan

membutuhkan penanganan dari petugas medis.

3. Eritema Toxicum Neonatorum adalah kondisi ruam yang dapat sembuh

dalam waktu 7 hari sampai dengan 14 hari setelah lahir. Namun, tetap perlu

diperhatikan apabila lesi yang tampak bertahan lebih lama, dan jika ada gejala

lainnya seperti ruam bayi baru lahir yang dikombinasikan dengan iritabilitas,

lesu, atau ketidakstabilan suhu harus dirujuk untuk pertimbangan lebih lanjut.

4. Acne Neonatorum adalah kondisi umum bayi baru lahir dan dapat muncul

sebagai jerawat kecil, merah biasanya hilang dan kembali selama beberapa

minggu yang kemudian dapat bertahan selama tiga sampai enam bulan.

5. Miliaria adalah penyakit kulit yang bersifat self-limiting dan akan berkurang dalam

waktu 24 jam. Miliaria rubra umumnya memerlukan medikamentosa berupa

kortikosteroid potensi ringan-sedang.

6. Diaper rash dermatitis atau disebut juga ruam popok, merupakan erupsi

inflamasi di daerah yang tertutupi oleh popok, yaitu daerah paha, bokong, dan
anal. Penggunaan popok sekali pakai dengan gel penyerap (mengandung

natrium poliakrilat) dapat mengurangi dermatitis popok bayi.

7. Dermatitis seboroik adalah ruam yang sangat umum ditandai dengan eritema

dan sisik berminyak. Jika keraknya parah, dianjurkan untuk mengoleskan

sedikit minyak mineral atau emolien ke kulit kepala. Dalam beberapa kasus,

dokter anak mungkin meresepkan anti inflamasi, seperti krim hidrokortison

topikal ringan atau anti-jamur sampo.

8. Keadaan di atas umumnya dapat sembuh sendiri dan bukan merupakan

kondisi yang serius, namun terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dan

membutuhkan konsultasi dengan petugas medis apabila bayi mengalami ruam

disertai demam, ruam yang berlangsung lebih dari seminggu dan tidak respon

terhadap pengobatan rumahan, atau menyebabkan kulit bayi iritas, ruam yang

meluas, disertai gejala pernapasan, ruam disertai dengan demam yang sangat

tinggi, leher kaku, kepekaan terhadap cahaya, perubahan neurologis, atau

gemetar tak terkendali yang dianggap sebagai keadaan darurat medis.


DAFTAR PUSTAKA
1. Setiawan R. Teknik Perawatan Kulit Neonatus. Cdk. 2019;44(8):545–8.
2. Kutlubay Z, Tanakol A, Engýn B, Onel C, Sýmsek E, Serdaroglu S, et al.
Newborn Skin: Common Skin Problems. Maedica (Buchar).
2017;12(1):42–7.
3. Patrizi A. Frequent newborn skin diseases. Clin Dermatology. 2016;3(3–
4):82.
4. Lumbers M. Understanding the vulnerability of a baby’s skin to help
treat and prevent nappy rash. Br J Midwifery. 2019;27(12):752–7.
5. Hogade AS, D. S. A clinical study of cutaneous manifestations in neonates.
Int J Res Dermatology. 2017;3(1):130.
6. Deshpande AB, Tolat SN. Studi Klinis Kulit Fisiologis Manifestasi pada
Neonatus. 2019;(April):43–6.
7. Weatherspoon D, Sullivan DH. Baby’s Skin. Walden Univ Sch Coll
Heal Sci. 2018;
8. Nikki A Levin, MD, PhD; Chief Editor: Dirk M Elston M.
Miliaria. emedicine.medscape.com. 2020;1–13.
9. O’Connor NR, McLaughlin MR, Ham P. Newborn skin: Part I.
Common rashes. Am Fam Physician. 2008;77(1):47–52.
10. Watkins J. Common skin complaints in neonates. Br J Midwifery.
2016;24(1):12–6.
11. Irfanti RT, Betaubun AI, Arrochman F, Fiqri A, Rinandari U, Anggraeni R,
et al. Diaper Dermatitis. Contin Med Educ. 2020;47:50–5.
12. Bryant M. Childhood skin rashes. InnovAiT Educ Inspir Gen
Pract. 2016;9(9):544–51.
13. Vinet L, Zhedanov A. Treatment and Parent Education for Diaper
Dermatitis. J Phys A Math Theor. 2011;44(8):085201.
14. Leung AKC, Barankin B. Seborrheic Dermatitis International Journal of
Pediatric Health Care & Advancements ( IJPA ) IISSN 2572-7354.
2017;2(July 2015):10–3.
15. Blume-Peytavi U, Lavender T, Jenerowicz D, Ryumina I, Stalder JF,
Torrelo A, et al. Recommendations from a European Roundtable Meeting
on Best Practice Healthy Infant Skin Care. Pediatr Dermatol.
2016;33(3):311–21.
16. Vidal Santos S, Souza Ramos FR, Costa R, da Cunha Batalha LM.
Evidence on prevention of skin lesions in newborns: integrative
review. ESTIMA, Brazilian J Enteros Ther. 2019;1–20.
Hot I A hf AN PFiN€i£iSAiJAN

Yaag bcnan ‹Iatan¿80 di bav'ah ink, menyatakan

baha'a- Nama Widyz Rezkita

:C0l4202D76

: Ruam Kulit yang Scring Terjadi pada Bayi Baru Lahir, Kapan

TCIlh mcoye]csa jkan j-g/ PAIRS Jatam rangka kcpauitcroaJl klinik yada

8{*J llWlU k PSehatan o ak FuLmltas Kcdoktcran Univcrsiras Hasanuddin,

Makassar, Juni 202 I


RmldenP emN mh Residen Pembimbing It
ng!

r. Dian Anggraeni Hafid

’ebriani, Ph.D, Sp. A(K)


ABSENSi PXhfR1

No. TA 'DA TANGAN

Makassar, 06 Juli 2021

Mengetahui,

Residen Pembimbinp
Rtsiden Pembirnbirg II
I

dr. Dian Anggreni Hafid

Anda mungkin juga menyukai