Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

DERMATITIS PADA ANAK


(Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak)

Dosen Pengampu : Wuri Utami, M.Kep

Disusun Oleh :

Nadia Septiani : (202202099)

Kelas : 2B

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG

TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan dan Asuhan
Keperawatan Dermatitis pada Anak ini dengan tepat waktu dan benar.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan anak, penulis membuat
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Dermatitis pada Anak ini guna untuk
menambah wawasan bagi penulis maupun pembaca. Penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada Dosen mata kuliah Keperawatan Anak yang telah membimbing penulis agar dapat
mengerti tentang bagaimana cara penulis menyusun Laporan Pendahuluan dan Asuhan
Keperawatan ini.

Demikian Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Dermatitis pada Anak, penulis
berharap semoga dengan dibuatnya Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini dapat
bermanfaat dan menambah pengetahuan tentang penyakit Dermatitis pada Anak.

Puring, 8 November 2023

Nadia Septiani

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................................................... ii
BAB I ............................................................................................................................................... 1
TINJAUAN MEDIS ........................................................................................................................ 1
A. Definisi..................................................................................................................................... 1
B. Etiologi..................................................................................................................................... 2
C. Pathways ................................................................................................................................. 4
D. Manifestasi Klinis ................................................................................................................... 5
E. Pemeriksaan Penunjang ......................................................................................................... 6
BAB II .............................................................................................................................................. 7
TINJAUAN KEPERAWATAN........................................................................................................ 7
A. Pengkajian Fokus .................................................................................................................... 7
B. Diagnosa Keperawatan ......................................................................................................... 11
C. Intervensi Keperawatan ....................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 19

ii
iii
BAB I

TINJAUAN MEDIS
A. Definisi
Secara umum, definisi dermatitis adalah sebagai kelainan inflamasi pada
epidermis yang berkaitan dengan fisik atau provokasi imun. Oleh karena itu dermatitis
tangan dapat diartikan sebagai kelainan inflamasi pada epidermis yang berlokasi di
tangan yang diakibatkan oleh fisik atau akibat provokasi imun. Dermatitis tangan yang
diakibatkan oleh pekerjaan merupakan penyakit kulit yang paling sering terjadi
terutama di negara-negara barat.

Dermatitis seboroik (DS) adalah penyakit papuloskuamosa kronis yang


menyerang bayi dan juga orang dewasa (Collins dan Hivnor, 2017). Biasanya terjadi
pada area tubuh yang banyak mengandung kelenjar sebasea, scalp atau kulit kepala,
wajah, dan badan (Jacoeb, T.N.A., 2017). Menurut Collins dan Hivnor (2017) DS
sering ditemukan pada bagian tubuh dengan konsentrasi folikel sebasea yang tinggi
dan aktif termasuk wajah, kulit kepala, telinga, dan bagian fleksura (inguinal, lipatan
bawah payudara, dan aksila). Penyebaran lesi dermatitis seboroik dimulai dari derajat
ringan, misalnnya ketombe sampai dengan bentuk yang berat yaitu eritroderma (Jacoeb,
T.N.A., 2017).
Dermatitis kontak merupakan suatu reaksi inflamasi akut atau kronis dari suatu
zat yang bersentuhan dengan kulit. Dibagi menjadi dua jenis dermatitis kontak yaitu,
dermatitis kontak iritan (DKI) disebabkan oleh iritasi kimia, dan dermatitis kontak
alergi (DKA) disebabkan oleh antigen atau alergen. Keduanya memunculkan reaksi
hipersensitivitas tipe IV, yaitu cell-mediated atau tipe lambat. Karena DKI bersifat
toksik, maka reaksi inflamasi hanya terbatas pada daerah paparan, batasnya tegas dan
tidak pernah menyebar. Sedangkan DKA merupakan reaksi imun yang cenderung
melibatkan kulit di sekitarnya atau spreading phenomenon dan bahkan dapat menyebar
di luar area yangterkena. Pada DKA dapat terjadi penyebaran yang menyeluruh.
Dermatitis atopik (DA) atau atopik eczema adalah peradangan kulit berupa
dermatitis yang kronis residif, disertai rasa gatal, dan mengenai bagian tubuh tertentu
terutama di wajah pada bayi (fase infantil) dan bagian fleksural ekstremitas (pada fase
anak). Dermatitis atopik kerap terjadi pada bayi dan anak, sekitar 50% menghilang pada
saat remaja, kadang dapat menetap, atau bahkan baru mulai muncul saat dewasa.
Peningkatan insidensi DA kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor misalnya

1
urbanisasi, polusi, dan hygiene hypothesis. Dermatitis atopic merupakan masalah
kesehatan masyarakat dunia, dengan prevalensi pada anak sebesar 10-20% dan pada
dewasa sekitar 1-3%.

B. Etiologi
Pada awalnya, terjadinya dermatitis pada tangan akibat adanya bahan yang
mampu mengurangi atau menghilangkan lipid dari lapisan epidermis atau dengan
mengeringkan bagian stratum korneum yang berulang. Adanya kerusakan pada
keratinosit menyebabkan adanya sinyal bahaya dari kulit. Bahan kimia alergen atau
mikroorganisme mampu menstimulasi sistem imun bawaan dan toll-like receptors
memainkan peran dalam memediasi terjadinya dermatitis kontak alergi dan iritan.
Dermatitis kontak iritan terjadi akibat adanya sensitisasi alergi terhadap antigen yang
biasanya tidak menyebabkan dermatitis kontak alergi pada kulit yang tidak mengalami
inflamasi. Bahan sensitif yang kuat dapat menyebabkan alergi pada kulit yang tidak
mengalami inflamasi sebelumnya, bergantung pada lamanya bahan iritan yang terpapar.

Menurut Collins dan Hivnor (2017), patogenesis yang pasti dari dermatitis
seboroik belum dimengerti sepenuhnya, tetapi dermatitis ini umumnya berkaitan
dengan jamur Malassezia, kelainan immunologi, aktivitas sebasea yang meningkat dan
kerentanan pasien. Namun banyak peneliti yang mendukung bahwa keterlibatan jamur
Malassezia sebagai penyebab utama terjadi dermatitis seboroik (Gayatri dan Barakbah,
2011). Kejadian dermatitis seboroik berkaitan dengan beberapa faktor risiko yang
dimiliki oleh masing-masing individu seperti aktivitas kelenjar sebasea, hormone
androgenik, infeksi mikologis, dan gangguan neurologis dapat memiliki efek besar
pada pengembangan kondisi (Picardo dan Cameli, 2014). Teori yang menyatakan jenis
kelamin merupakan salah satu faktor risiko dari dermatitis seboroik dituliskan oleh
Lausarina (2018). Bas dkk (2016) mengatakan bahwa laki-laki mengalami peningkatan
insiden dua kali lebih besar dibandingkan perempuan, dikaitkan dengan stimulasi
hormon androgen. Produksi hormon androgen lebih tinggi pada laki-laki, sehingga
produksi sebum lebih banyak pada laki-laki akibat dari peningkatan aktivitas kelenjar
sebasea. Peningkatan sebum dapat menginduksi proliferasi Malassezia dan memicu
terjadinya dermatitis seboroik (Sanders, 2018).

Dermatitis kontak itu sendiri dapat diakibatkan karena beberapa faktor. Studi
data yang diambil di California terdapat lebih dari 13.000 jenis pestisida dimana
mengandung lebih dari 800 bahan aktif.3 Insiden tertinggi dermatitis kontak akibat

2
kerja terkait dengan pestisida terdapat pada selokan - selokan. Bahan-bahan lainnya
yang dapat menyebabkan terjadinya dermatitis kontak yaitu seperti emulsifier,
surfaktan, ataupun biosida.Contoh bahan iritan yang banyak ditemukan dan
mengakibatkan dermatitis kontak akibat kerja pada pekerja selokan dan tukang sapu
jalan adalah sabun dan deterjen, pestisida, debu, kotoran, keringat, desinfektan,
petroleum, pupuk buatan,dan sejenisnya. Sedangkan bahan allergen yang dapat
menyebabkan dermatitis kontak akibat kerja pada pekerja selokan dan tukang sapu
adalah bahan-bahan yang terbuat dari karet, yaitu sarung tangan, sepatu bot, Potassium
dichromate, yaitu alat-alat pertanian, preservatives pada pupuk buatan, pestisida,
antimikrobial, cow dander, serbuk gandum, tepung terigu, dan storage myte, molds.
Sedangkan faktor yang dapat menyebabkan dermatitis kontak iritan adalah bahan-
bahan iritan seperti, minyak, alcohol, glycol, sodium hidroksida dan asam hidroflurat
yang merupakan asam kuat dengan konsentrasi 100%. Selain faktor di atas, banyak
faktor yang menimbulkan kelainan kulit pada dermatitis kontak iritan, seperti faktor
individumisalnya, ras, usia, lokasi, atopi, penyakit kulit lain, faktor lingkungan
misalnya, suhu, kelembaban, udara, oklusi.

Faktor penyebab dermatitis atopic adalah timbulnya inflamasi dan rasa gatal
merupakan hasil interaksi berbagai faktor internal dan ekstemal. Faktor internal adalah
faktor predisposisi genetik (melibatkan banyak gen) yang menghasilkan disfungsi
sawar kulit serta perubahan pada sistem imun, khususnya hipersensitivitas terhadap
berbagai alergen dan antigen mikroba. Faktor psikologis dapat merupakan penyebab
atau sebagai dampak DA. Pada makalah ini akan ditinjau hubungan disfungsi sawar
kulit dan patogenesis DA meliputi perubahan pacla sistem imun (imunopatologik),
alergen dan antigen, predisposisi genetik, mekanisme pruritus, dan faktor psikologis.
Faktor higiene akhir-akhir ini diduga merupakan salah satu faktor risiko DA di dalarn
keluarga.

3
C. Pathways

Dermatitis
Fisik (sinar, suhu)
Mikroorganisme
(bakteri, jamur)

Faktor dari luar Faktor dari dalam


(eksogen) (endogen)

Dermatitis Kontak Dermatitis Atopik


(sabun, detergen, zat
kimia)

Allergen Sensitizen
Iritan Primer

Sel Langerhans
dan makrofag Mengiritasi Kulit

Sel T
Peradangan kulit Gangguan
(lesi) Integritas kulit
Sensivitas sel T
oleh saluran limfe
Resiko Infeksi Gangguan Citra
Tubuh

Reaksi Terpajan ulang


Hipersensitivitas
IV
Sel efektor mengeluarkan
limfoksin

Gatal, Panas, Kemerahan

Gangguan Pola Tidur

4
D. Manifestasi Klinis
Kasus dermatitis terjadi paling sering akibat rusaknya lapisan epidermis kulit
yang signifikan, ditandai dengan adanya kemerahan, fisura, keluarnya cairan, dan rasa
nyeri. Pada saat akut bisa ditandai dengan adanya makula atau papula eritema, pustula,
krusta dan erosi. Lesi berbatas tegas, tidak menyebar disertai gejala subjektif seperti
rasa terbakar dan gatal. Kronisitas bisa terjadi pada kulit yang terus menerus terpapar
bahan iritan. Kasus dermatitis harus diobati dengan cepat dan bahan iritan harus
dihindari beberapa minggu setelah pemulihan klinis. Pencegahan adalah strategi utama
dalam penanganan kasus dermatitis tangan, yaitu dengan cara :
a) Menghindari cuci tangan dengan air hangat.
b) Setelah mencuci tangan, bilas tangan dengan gerakan lembut tanpa menyebabkan
iritasi fisik ke kulit.
c) Aplikasi produk pelembab setelah mencuci tangan untuk menjaga kulit tetap
terhidrasi dan mencegah reaksi kulit abnormal lebih lanjut.
d) Jangan mencuci tangan sebelum dan sesudah menggunakan pembersih berbahan
dasar alkohol. Mencuci tangan sebelum menggunakan alkohol tidak disarankan
karena menghilangkan lapisan sebum alami yang melindungi kulit, sehingga
meningkatkan iritasi dan kekeringan kulit serta menghilangkan efek bakterisidal.
Mencuci tangan dengan sabun dan air setelah menggunakan alkohol juga tidak
disarankan karena menghilangkan lapisan sebum superfisial dan emolien yang yang
terkandung dalam produk antiseptik berbasis alkohol dapat meningkatkan risiko
dermatitis tangan.
e) Memilih produk yang tidak terlalu mengiritasi. Dari beberapa hasil penelitian yang
dilakukan Loffler dan Kampf diketahui mencuci tangan dengan sabun
menyebabkan lebih banyak kerusakan pada sawar kulit dibandingkan dengan
alkohol (etanol 80%).

Jika sudah timbul manifestasi kulit maka penatalaksanaan secara farmakologis


dapat diberikan baik secara topikal maupun sistemik. Kortikosteroid sistemik jangka
pendek (3 hari-2 minggu) dapat diberikan terutama untuk dermatitis yang luas, akut,
berat dan berulang. Selain itu, perlunya penggunaan pelembab juga menjadi salah satu
bagian pengobatan yang membantu perbaikan dari dermatitis tangan, seperti
petrolatum, lanolin, dan sebagainya.

5
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk mengetahui dermatitis yaitu :

a) Tes temple (patch test) adalah tes definitif untuk memastikan jenis dermatitis yang
diderita oleh pasien. Pelaksanaan uji tempel dilaksanakan setelah gejala dermatitis
yang diderita sembuh, bila memungkinkan lakukan setelah 3 minggu dari gejala
pertama muncul. Lokasi untuk melakukan uji temple biasanya dilakukan pada
permukaan kulit punggung atau dilakukan pada permukaan kulit lengan atas. Hasil
positif dapat berupa eritema dengan utikaria sampai vesikel atau bula, jika
penyebabnya karena iritasi, reaksi akan menurun setelah 48 jam (reaksi tipe
descrendo), sedangkan pada dermatitis alergi reaksi akan meningkat (reaksi tipe
crescendo).
b) Uji KOH merupakan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahi adanya hifa dan
spora jamur. Pasien ini tidak dilakukan tes temple, namun dilakukan tes KOH yang
bertujuan untuk menyingkirkan penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur, hasil
KOH pada pasien ini tidak ditemukan adanya hifa maupun spora jamur.

6
BAB II

TINJAUAN KEPERAWATAN
(ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN TEORI)

A. Pengkajian Fokus
Proses pengkajian merupakan pengumpulan informasi yang berkesinambungan,
dianalisa dan diinterprestasikan serta diidentifikasi secara mendalam (Yohanes &
Yasinta, 2013). Data diperoleh dari riwayat kesehatan keluarga, riwayat penyakit
sekarang, dan pemeriksaan fisik (Achjar, 2010). Berikut adalah pengkajian pada pasien
dermatitis:
1) Identitas : data yang dikumpulkan perawat dari klien dengan kemungkinan
dermatitis: nama, umur, alamat, jenis kelamin, agama, pekerjaan.
2) Keluhan utama : pada kasus dermatitis biasanya pasien mengeluh kulitnya
terasa gatal dan adanya kelainan pada kulit seperti vesikel, skuamosa, atau
kemerahan yang disertai dengan nyeri.
3) Riwayat kesehatan sekarang : riwayat kesehatan sekarang dapat diuraikan
mengenai penyakit yang diderita oleh klien dari mulai timbulnya keluhan yang
dirasakan sampai saat ini, apakah pernah memeriksakan diri di pelayanan
kesehatan, serta pengobatan apa saja yang sudah diberikan.
4) Riwayat kesehatan masa lalu : riwayat kesehatan lalu seperti riwayat penyakit
integumen sebelumnya, riwayat pekerjaan yang berhubungan dengan adanya
riwayat penyakit integumen, dan penggunaan obat-obatan.
5) Riwayat kesehatan keluarga : penyakit dermatitis bisa dalam anggota keluarga
ada yang pernah mengalami sakit yang sama dengan klien, dan bisa juga tidak
ada yang pernah megalami penyakit yang sama seperti yang dialami klien
sebelumnya.
6) Pemeriksaan fisik sistem integument : pemeriksaan kulit dilakukan untuk
menilai warna, adanya sianosis, ikterus, ekszema, pucat, purpura, eritema,
macula, papula, vesikula, pustule, ulkus, turgor kulit, kelembaban kulit, tekstur
kulit, dan edema. Pemilaian warna kulit untuk mengetahui adanya pigmentasi
dan kondisi normal yang dapat disebabkan oleh melanin pada kulit (Smeltzer,
Suzanne. 2002 dikutip dalam Risnawati, 2019).

7
7) Pemeriksaan kulit
Pemeriksaan kulit membutuhkan pencahayaan yang cukup untuk
mengkaji kulit klien. Suhu ruangan juga mempengaruhi pengkajian kulit.
Ruangan yang terlalu hangat menyebabkan vasodilatasi superficial sehingga
terjadi kemerahan pada kulit. Lingkungan yang dingin dapat menimbulkan
sianosis pada bibir dan bantalan kuku. (Talbot & Curtis, 1996 dikutip dalam
Potter & Perry, 2010). Hal-hal yang diperhatikan saat melakukan pemeriksaan
kulit, yaitu :
a. Warna : sianosis, ikterus, kerotenemia, perubahan melanin.
b. Kelembaban: lembab, kering, dan berminyak.
c. Temperature : dingin, hangat.
d. Tekstur : licin, kasar.
e. Turgor : menurun pada dehidrasi lipatan kulit kembali ke keadaan
semula.

Perhatikan adanya lesi :

a. Lokasi dan distribusi : merata terlokalisasi anatomisnya.


b. Susunan dan bentuknya : linier, berkumpul, dermatomal.
c. Tipe : macula, papula, pustule, bula, tumor.
d. Warna: merah, putih, cokelat, lembayung muda.
Pada lansia, pigmentasi bertambah tidak secara merata sehingga
menimbulkan kulit yang berwarna lain. Saat menginspeksi kulit, ingatlah bahwa
kosmetik dapat menyembunyikan warna kulit. Pemeriksaan warna pertama kali
dilihat pada area kulit yang tidak terpajan matahari seperti telapak tangan. Lihat
adanya warna pucat atau gelap. Perubahan kulit lokal seperti pucat atau eritema
(kemerahan), menandakan perubahan sirkulasi. Contohnya area eritema
diakibatkan vasodilatasi lokal oleh luka terbakar matahari, inflamasi, atau
demam. Jika sulit untuk melihat eritema pada klien berkulit gelap, maka
lakukan palpasi di beberapa area untuk mendeteksi panas yang menandakan
inflamasi kulit (Potter & Perry, 2010). Gunakan sarung tangan sekali pakai
untuk palpasi jika terdapat lesi terbuka, lembap atau basah. Palpasi dengan
menggunakan ujung jari yang tidak terbungkus sarung tangan untuk permukaan
kulit dan mengamati kesuraman, kekeringan, dan adanya flaking. Flaking
adalah tampilan butiran serupa ketombe saat permukaan kulit digosok ringan.

8
Sisik meliputi sisik seperti ikan yang mudah disingkirkan dari permukaaan
kulit. Flaking dan sisik menandakan kulit kering yang abnormal (Hardy, 1996
dikutip dalam Potter & Perry, 2010). Kulit kering yang berlebihan sering
ditemukan pada lansia dan mereka yang menggunakan sabun berlebihan. Faktor
lainnya adalah kurangnya kelembapan udara, pajanan sinar matahari, merokok,
stress, keringat berlebihan, dan dehidrasi. Kekeringan yang berlebihan akan
memperburuk kondisi kulit seperti eksim atau dermatitis (Hardy, 1996 dikutip
dalam Potter & Perry, 2010).
Pengkajian tekstur kulit dengan menentukan apakah kulit tersebut halus
atau kasar, tipis atau tebal, kencang atau elastis, dan mengalami indurasi
(pengerasan) atau lembut, dengan mengelusnya halus dengan ujung jari. Tekstur
kulit normal adalah halus, lembut, seimbang, serta fleksibel pada anak-anak dan
dewasa. Namun, hal ini tidak bersifat merata. Telapak tangan dan kaki
cenderung lebih tebal. Lansia memiliki kulit keriput karena berkurangnya
kolagen, lemak subkutan, dan kelenjar keringat (Potter & Perry, 2010).
Perubahan lokal dapat diakibatkan oleh trauma, luka operasi, atau lesi. Jika ada
perubahan tekstur seperti jaringan parut atau indurasi, tanyakan klien apakah
ada riwayat cedera baru pada kulit, dan juga lakukan palpasi untuk mendeteksi
adanya rasa nyeri (Potter & Perry, 2010).
Pengkajian turgor kulit dengan mencubit kulit di punggung lengan atau
area sternum dengan ujung jari lalu lepaskan. Normalnya, kulit mudah terangkat
dan langsung kembali ke posisi awalnya. Penurunan turgor kulit menempatkan
klien pada risiko gangguan kulit (Seidel et al, 2006 yang dikutip dalam Potter
& Perry, 2010). Pengkajian adanya lesi dengan melakukan inspeksi warna,
lokasi, tekstur, ukuran, bentuk, tipe, pengelompokan (berkelompok atau linear),
dan distribusi (lokal atau generalisata). Jika ada eksudat, amati warna, bau,
jumlah dan konsistensi. Ukur lesi dalam dimensi tinggi dan lebar.dengan
penggaris yang fleksibel dan jelas dalam satuan sentimeter (Seidel et al, 2006
yang dikutip dalam Potter & Perry, 2010).
8) Pemeriksaan rambut
Pemeriksaan rambut dilakukan untuk menilai adanya warna, kelebatan,
distribusi, dan karakteristik rambut lainnya. Dalam keadaan normal, rambut
menutupi semua bagian tubuh kecuali telapak tangan kaki, dan permukaan labia
sebelah dalam. Rambut yang kering, rapuh, dan kekurangan pigmen dapat

9
menunjukan adanya kekurangan gizi. Pada lansia, rambut tampak kelabu suram,
putih atau kunig. Rambut juga menipis pada kepala, aksila, dan pubis. Pria
lansia sering kehilangan rambut wajah, sedangkan wanita lansia memperoleh
rambut pada dagu dan diatas bibir (Potter & Perry, 2010). Inspeksi dan palpasi
rambut, perhatikan :
a) Kuantitas : tipis, tebal.
b) Distribusi : alopesia sebagian atau total.
c) Tekstur : halus, kasar.
9) Pemeriksaan kuku

Pemeriksaan kuku dilakukan dengan melakukan inspeksi terhadap


warna, bantalan kuku, kebersihan dan panjangnya; ketebalan dan bentuk kuku,
tekstur kulit; sudut antara kuku dan bantalan kuku, dan kondisi lipatan kuku
lateral dan proksimal disekitar kuku. Saat menginspeksi kuku, maka akan
mendapat gambaran cepat tentang praktik higine klien. Kuku normal akan
tampak transparan, mulus, melekuk, dan cembung dengan sudut bantalan kuku
sekitar 160 derajat. Kutikel sekitar tampak mulus, utuh, dan bebas radang. Jika
kuku kasar, kotor, dan tidak dijaga, ini menandakan bahwa klien jarang merawat
kuku atau tidak mampu melakukannya. Pinggir kuku yang kasar atau patah
menempatkan klien pada risiko infeksi lokal. Kuku tumbuh dengan kecepatan
yang tetap, namun ini dapat terganggu akibat cedera ataupun penyakit. Seiring
penuaan, kuku menjadi lebih keras dan tebal. Garis longitudinal mulai tampak
dan terjadi perlambatan pertumbuhan kuku. Kuku menjadi rapuh, suram, opak,
dan menguning karena berkurangnya kalsium. Kultikula juga menjadi lebih
tipis dan lebar. Bentuk kuku yang cekung atau cembung menunjukkan adanya
cedera defisiensi besi atau infeksi. Inspeksi dan palpasi kuku jari tangan dan
kaki, perhatikan :

a) Warna : sianosis, pucat.


b) Bentuk : jari tubuh (clubbed fingers), garis beau, kuku sendok,
perdarahan splinter, dan paronychia.

10
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan Integritas Kulit b.d Bahan Kimia Iriatif
2. Risiko Infeksi b.d Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer (Kerusakan Integritas
Kulit)
3. Gangguan Citra Tubuh b.d Perubahan fungsi tubuh (mis. proses penyakit)
4. Gangguan Pola Tidur b.d Hambatan Lingkungan (mis. Kelembapan lingkungan
sekitar, suhu lingkungan, pencahayaan, kebisingan, bau tidak sedap, jadwal
pemantauan/ pemeriksa/tindakab)
C. Intervensi Keperawatan
NO DX. KEP SLKI SIKI RASIONALISASI
1. Gangguan Setelah dilakukan Perawatan Integritas - Mengidentifikasi
Integritas tindakan keperawatan Kulit (I.11353) penyebab gangguan
Kulit (D.0129) selama 1x24 jam integritas kulit
diharapkan Gangguan Tindakan (mis.perubahan
Definisi : Integritas Kulit Observasi: sirkulasi, prubahan
Kerusakan kulit meningkat dengan - Identifikasi status nutrisi,
(dermis kriteria hasil : Penyebab gangguan penurunan
dan/atau integritas kulit kelembaban, suhu
eoidermis) atau Integritas Kulit dan (mis.perubahan lingkungan
jaringan Jaringan (L.14125) sirkulasi, prubahan ekstrem, penurunan
(membrane, status nutrisi, mobilitas
mukosa, kornea, - Kerusakan penurunan - Mengubah posisi
fasia, otot, Jaringan kelembaban, suhu tiap 2 jam, jika tirah
tendon, tulang, menurun dari 1 lingkungan baring
kartilago, menjadi 5 ekstrem, penurunan - Melakukan
kapsul sendi - Kerusakan kulit mobilitas pemijatan pada area
dan/atau menurun dari 1 penonjolan tulang,
ligament). menjadi 5 Terapeutik: jika perlu
- Kemerahan - Ubah posisi tiap 2 - Memebersihkan
menurun dari 1 jam jika tirah baring perineal dengan air
menjadi 5 - Lakukan pemijatan hangat, terutama
- Pigmentasi pada area selama masa diare
abnormal penonjolan tulang, - Menggunakan
menurun dari 1 jika perlu produk berbahan
menjadi 5 - Bersihkan perineal petroleum atau
- Suhu kulit dengan air hangat, minyak pada kulit
membaik dari 1 terutama selama kering
menjadi 5 periode diare - Menggunakan
- Sensasi - Gunakan produk produk berbahan
membaik dari 1 berbahan petroleum ringan/alami dan
menjadi 5 atau minyak pada hipoalergik pada
- Tekstur kulit kering kulot sensistif
membaik dari 1 - Gunakan produk - Menghindari
menjadi 5 berbahan produk berbahan
- Jaringan parut ringan/alami dan dasar alcohol pada
membaik dari 1 hipoalergik pada kulit kering
menjadi 5 kulit sensitif - Menganjurkan
untuk
menggunakan

11
- Hindari produk pelembap (mis.
berbahan dasar Lotion dan serum)
alcohol pada kulit - Menganjurkan
kering untuk meminum air
yang cukup
Edukasi : - Menganjurkan
- Anjurkan untuk
menggunakan meningkatkan
pelembap asupan nutrisi
(mis.lotiom, serum) - Menganjurkan
- Anjurkan minum untuk
air yang cukup meningkatkan
- Anjurkan asupan buah dan
meningkatkan sayur
asupan nutrisi - Menganjurkan
- Anjurkan untuk menghindari
meningkatkan terpapar suhu
asupan buah dan ekstrem
sayur - Menganjurkan
- Anjurkan untuk
menghindari menggunakan tabir
terpapar suhu surya SPF minimal
ekstrem 30 saat di luar
- Anjurkan ruangan
menggunakan tabir - Menganjurkan
surya SPF minimal mandi dan
30 saat berada di menggunakan
luar rumah sabun secukupnya
- Anjurkan mandi
dan menggunakan
sabun secukupnya
2. Risiko Infeksi Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi ‐ Memonitor tanda
(D.0142) tindakan keperawatan (I.14539) dan gejala infeksi
selama 1x24 jam Tindakan local dan sistemik
Definisi : diharapkan Tingkat Observasi : ‐ Membatasi jumlah
Berisiko Infeksi menurun dengan pengunjung
mengalami kriteria hasil : - Monitor tanda dan ‐ Memberikan
peningkatan gejala infeksi local perawatan kulit
terserang Tingkat Infeksi dan sistemik pada area edema
organisme (L.14137) ‐ Mencuci tangan
patogenik. Terapeutik : sebelum dan
- Kebersihan sesudah kontak
tangan - Batasi jumlah dengan pasien dan
meningkat dari 1 pengunjung lingkungan pasien
menjadi 5 - Berikan perawatan ‐ Mmempertahankan
- Kebersihan kulit pada area Teknik aseptic pada
badan edema pasien berisiko
meningkat dari 1 - Cuci tangan tinggi
menjadi 5 sebelum dan ‐ Menjelaskan tanda
sesudah kontak dan gejala infeksi

12
-
Kemerahan dengan pasien dan ‐ Mengajarkan cara
menurun dari 1 lingkungan pasien mencuci tangan
menjadi 5 - Pertahankan Teknik dengan baik dan
- Nyeri menurun aseptic pada pasien benar
dari 1 menjadi 5 berisiko tinggi ‐ Mengajarkan etiuka
- Bengkak batuk
menurun dari 1 Edukasi : ‐ Mengajarkan cara
menjadi 5 ‐ Jelaskan tanda dan memeriksa kondisi
- Kultur area luka gejala infeksi luka atau luka
membaik dari 1 ‐ Ajarkan cara operasi
menjadi 5 mencuci tangan ‐ Menganjurkan
dengan baik dan meningkatkan
benar asupan nutrisi
‐ Ajarkan etika batuk ‐ Menganjurkan
‐ Ajarkan cara meningkatkan
memeriksa kondisi asupan cairan
luka atau luka ‐ Mengkolaborasikan
operasi pemberian
‐ Anjurkan imunisasi, jika
meningkatkan perlu
asupan nutrisi
‐ Anjurkan
meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi :
- Kolaborasi
pemberian
imunisasi, jika
perlu
3. Gangguan Setelah dilakukan Edukasi Perawatan Diri - Mengidentifikasi
tindakan keperawatan
Citra Tubuh (I.12420) pengetahuan
selama 1x24 jam
(D.0083) diharapkan Citra tubuh Tindakan Observasi : tentang perawatan
membaik dengan
- Identifikasi diri
kriteria hasil :
Definisi : pengetahuan - Mengidentifikasi
Perubahan Citra Tubuh (L.09067) tentang perawatan kemampuan
persepsi tentang - Verbalisasi diri membaca, status
penampilan, perasaan - Identifikasi kognitif,
struktur dan negative tentang kemampuan psokologis, tingkat
fungsi fisik perubahan tubuh membaca, status kecemasan dan
individu. menurun dari 1 kognitif, budaya
menjadi 5 psokologis, tingkat - Mengidentifikasi
- Verbalisasi kecemasan dan masalah dan
kekhawatiran budaya hambatan

13
pada - Identifikasi perawatan diri yang
penolakan/reaksi masalah dan dialami
orang lain hambatan - Mengidentifikasi
menurun dari 1 perawatan diri yang metode
menjadi 5 dialami pembelajaran yang
- Melihat bagian - Identifikasi metode sesuai (mis. Diskusi
tubuh membaik pembelajaran yang tanya jawab,
dari 1 menjadi 5 sesuai (mis. Diskusi penggunaan alat
- Menyentuh tanya jawab, bantu audio visual,
bagian tubuh penggunaan alat lisan, tulisan)
membaik dari 1 bantu audio visual, - Merencanakan
menjadi 5 lisan, tulisan) strategi edukasi,
- Respon termasuk tujuan
nonverbal pada Terapeutik : yang realistis
perubahan tubuh - Rencanakan - Menjadwalkan
membaik dari 1 strategi edukasi, waktu dan
menjadi 5 termasuk tujuan intensitas
- Hubungan sosial yang realistis pembelajaran
membaik dari 1 - Jadwalkan waktu sesuai penyakit
menjadi 5 dan intensitas - Menyediakan
pembelajaran lingkungan yang
sesuai penyakit kondusif
- Sediakan pembelajaran
lingkungan yang optimal (mis.
kondusif Diruang kelas atau
pembelajaran ruang terapi)
optimal (mis. - Menciptakan
Diruang kelas atau edukasi interaktif
ruang terapi) untuk memicu
- Ciptakan edukasi partisipasi aktif
interaktif untuk selama edukasi
memicu partisipasi - Memberikan
penguatan posistif

14
aktif selama terhadap
edukasi kemampuan yang
- Berikan penguatan didapat
posistif terhadap - Menganjurkan
kemampuan yang perawatan diri,
didapat praktik perawatan
diri, aktivitas
Edukasi : kehidupan sehari-
- Anjurkan hari
perawatan diri, - Menganjurkan
praktik perawatan mendemonstrasikan
diri, aktivitas praktik perawatan
kehidupan sehari- diri sesuai
hari kemampuan
- Anjurkan - Menganjurkan
mendemonstrasikan mengulang kembali
praktik perawatan informasi edukasi
diri sesuai tentang perawatan
kemampuan mandiri
- Anjurkan
mengulang kembali
informasi edukasi
tentang perawatan
mandiri
4. Gangguan Pola Setelah dilakukan Dukungan Tidur - Mengidentifikasi
tindakan keperawatan
Tidur (D. 0055) (I.05174) pola aktivitas dan
selama 1x24 jam
diharapkan Pola Tidur tidur
membaik dengan
Definisi : Tindakan Observasi : - Mengidentifikasi
kriteria hasil :
Gangguan - Identifikasi pola factor pengganggu
Pola Tidur (L. 05045)
kualitas dan aktivitas dan tidur tidur (fisik dan/atau
- Keluhan sulit
kuantitas waktu tidur menurun - Identifikasi factor psikologis)
dari 1 menjadi 5
tidur akibat pengganggu tidur - Mengidentifikasi
- Keluhan sering
factor eksternal. terjaga menurun makanan dan
dari 1 menjadi 5

15
- Keluhan tidak (fisik dan/atau minuman yang
puas tidur
psikologis) mengganggu tidur
menurun dari 1
menjadi 5 - Identifikasi (mis.kopi, the,
- Keluhan pola
makanan dan alcohol, makan
tidur berubah
menurun dari 1 minuman yang mendekati waktu
menjadi 5
mengganggu tidur tidur, minum
- Keluhan
istirahat tidak (mis.kopi, the, banyak air sebelum
cukup menurun
alcohol, makan tidur)
dari 1 menjafi 5
mendekati waktu - Mengidentifikasi
tidur, minum obat tidur yang
banyak air sebelum dikonsumsi
tidur) - Memodifikasi
- Identifikasi obat lingkungan
tidur yang (mis,pencahayaan,
dikonsumsi kebisingan, suhu,
matras, dan tempat
Terapeutik : tidur)
- Modifikasi - Membatasi waktu
lingkungan tidur siang, jika
(mis,pencahayaan, perlu
kebisingan, suhu, - Memfasikitasi
matras, dan tempat untuk
tidur) menghilangkan
- Batasi waktu tidur stress sebelum tidur
siang, jika perlu - Menetapkan jadwal
- Fasilitasi tidur rutin
menghilangkan - Melakukan
stress sebelum tidur Prosedur untuk
- Tetapkan jadwal meningkatkan
tidur rutin kenyamanan
- Lakukan prosedur (mis.pijat,
untuk pengaturan
meningkatkan

16
kenyamanan posisi,terapi
(mis.pijat, akupresur)
pengaturan - Menyesuaikan
posisi,terapi jadwal pemberian
akupresur) obat dan atau
- Sesuaikan jadwal tindakan untuk
pemberian obat dan menunjang siklus
atau tindakan untuk tidur terjaga
menunjang siklus - Menjelaskan
tidur terjaga pentingnya tidur
selama sakit
Edukasi : - Menganjurkan
- Jelaskan menepati kebiasaan
pentingnya tidur waktu tidur
cukup saat sakit - Menganjurkan
- Anjurkan menepati menghindari
kebiasaan waktu makanan dan
tidur minuman yang
- Anjurkan menggangu tidur
menghindari - Menganjurkan
makanan dan penggunaan obat
minuman yang tidur yang tidak
menggangu tidur mengandung
- Anjurkan supresor terhadap
penggunaan obat tidur REM
tidur yang tidak - Menganjurkan
mengandung factor-faktor yang
supresor terhadap berkontribusi
tidur REM terhadap gangguan
- Anjurkan factor- pola tidur
faktor yang (mis.psokologis,
berkontribusi gaya hidup, sering
terhadap gangguan berubah shift kerja)

17
pola tidur - Mengajarkan
(mis.psokologis, relaksasi otot
gaya hidup, sering autogenic atau cara
berubah shift kerja) nonfarmakologi
- Ajarkan relaksasi lainnya
otot autogenic atau
cara
nonfarmakologi
lainnya

18
DAFTAR PUSTAKA

Ely, I. P., Nurdin, D., Nasir, M., & Sofyan, A. (2020). | No. 1| Februari. In Jurnal Medical
Profession (MedPro) (Vol. 2).
Abdi, D. A. (n.d.). WAL’AFIAT HOSPITAL JOURNAL DERMATITIS ATOPIK.
Suhan Nanto, S. (2015). Singgih Suhan Nanto | Kejadian Timbulnya Dermatitis Kontak Pada
Petugas Kebersihan Majority | (Vol. 4).
Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, J., PENELITIAN Hubungan Antara Jenis Kelamin Dengan
Angka Kejadian Dermatitis Seboroik, A., Silvia, E., Effendi, A., Nurfaridza, I., & Abdul
Moeloek Lampung, H. (2020). The Correlation between Gender and Incidence Rate off
Seborrheic Dermatitis. Juni, 9(1), 37–46. https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i2.216
Ricky Setiadi Yusuf1, Baiq Putri Aulia Qurratuaini, Dedianto Hidajat. EFEK HAND
HYGIENE TERHADAP DERMATITIS TANGAN.
I Putu Gilang Iswara Wijaya, IGK Darmada, Luh Made Mas Rusyati. Bagian/SMF Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit
Umum Pusat Sanglah, Denpasar. EDUKASI DAN PENATALAKSANAAN
DERMATITIS KONTAK IRITAN KRONIS DI RSUP SANGLAH DENPASAR BALI
TAHUN 2014/2015.
DEWANGGA, KADEK BAGUS (2021) ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN
KERUSAKAN INTEGRITAS KULIT PADA BAPAK K KELUARGA BAPAK K DENGAN
DERMATITIS KONTAK ALERGI DI DESA RAMA DEWA KECAMATAN SEPUTIH
RAMAN KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN 2021. Diploma thesis, Poltekkes
Tanjungkarang.

19

Anda mungkin juga menyukai