DERMATITIS ATOPIK
Oleh :
201510401011063
Pembimbing :
FAKULTAS KEDOKTERAN
2016
1
LEMBAR PENGESAHAN
REFERAT
DERMATITIS ATOPIK
Referat dengan topik “Dermatitis Atopik” telah diperiksa dan disetujui sebagai
salah satu tugas dalam rangka menyelesaikan studi kepaniteraan Dokter Muda di
bagian SMF Ilmu Kesehatan Anak.
2
KATA PENGANTAR
Penulis
3
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................ i
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................... 5
2.1 Definisi................................................................................................. 8
2.3 Etiologi................................................................................................. 9
2.4 Patogenesis........................................................................................... 11
2.6 Diagnosis.............................................................................................. 30
2.8 Penatalaksanaan.................................................................................... 35
2.9 Prognosis............................................................................................... 47
BAB 3 KESIMPULAN........................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 50
4
BAB I
PENDAHULUAN
kronik, ditandai dengan rasa gatal, eritema, edema, vesikel, dan luka pada stadium
akut, pada stadium kronik ditandai dengan penebalan kulit (likenifikasi) dan
distribusi lesi spesifik sesuai fase DA, keadaan ini juga berhubungan dengan
kondisi atopik lain pada penderita ataupun keluarganya (Fauzi N., dkk.,2009).
Terminologi “atopi” berasal dari kata atopos (bahasa Yunani) yang berarti
aneh atau tidak biasa. Pada tahun 1923, Coca & Cooke menggunakan terminologi
ini untuk sekelompok penyakit pada individu yang mempunyai riwayat atopi
terdeteksi pada individu tersebut dan bisa ditransfer ke individu normal dengan uji
yang aneh bagi manusia, tetapi sekarang diakui bahwa ada beberapa spesies yang
Dermatitis atopik merupakan salah satu penyakit kulit yang paling umum
yang mempengaruhi hingga 20% pada anak-anak dan 1-3% pada orang dewasa di
sebagian besar negara dari dunia. DA sering merupakan dampak utama dalam
perkembangan penyakit atopik lain seperti rhinitis dan asma. Angka prevalensinya
meningkat pesat pada dekade terakhir. Di Indonesia tahun 2012 terdapat 1,1 %
pasien dermatitis atopik berusia 13-14 tahun. Sedangkan tahun 2013 dari laporan
5 rumah sakit yang melayani dermatologi anak yaitu Dr. Hasan Sadikin Bandung,
5
RS Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, RS Adam Malik Medan, RS Dr. Kandou
Manado, RSU Palembang dan RSUD Sjaiful Anwar malang tercatat sejumlah 261
kasus diantara 2356 pasien baru (11,8%) (Diana IA, dkk, 2014). Umumnya
akan hilang timbul hingga anak melewati masa tertentu. Sebagian besar anak akan
sembuh dari eksema sebelum usia 5 tahun. Sebagian kecil anak akan terus
adalah sekitar 1-3% dan pada anak < 5 tahun sebesar 3,1% dan prevalensi DA
pada anak meningkat 5-10% pada 20-30 tahun terakhir (Judarwanto W., 2009).
and Alergies in Children prevalensi gejala dermatitis atopik pada anak usia enam
atau tujuh tahun sejak periode tahun pertama bervariasi yakni kurang dari dua
persen di Iran dan Cina sampai kira-kira 20 persen di Australia, Inggris dan
survei populasi pada 1760 anak-anak yang menderita DA dari usia satu sampai
lima tahun ditemukan kira-kira 84 persen kasus ringan, 14 persen kasus sedang, 2
persen kasus berat (William H.C., 2005). Menurut laporan kunjungan bayi dan
anak di RS di Indonesia, dermatitis atopik berada pada urutan pertama (611 kasus)
2005 sampai Desember 2007, terdapat 73 kasus dermatitis atopik pada bayi
6
usia. Dalam penatalaksanaan penderita DA adalah menghindari atau sedikitnya
DA sering ditemukan pada pasien dengan latar belakang asma, alergi, dan
menjadi 80% dari pasien akan memiliki riwayat keluarga atopik disease. Hal ini
Referat ini akan membahas dermatitis atopik terutama pada anak tentang
7
BAB II
DERMATITIS ATOPIK
2.1 Definisi
gatal yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak, sering
berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi
2.2 Epidemiologi
mencapai 80% kasus pada anak di bawah 2 tahun. Tidak ada perbedaan
sering pada wanita (60%) dibandingkan pada laki-laki (40%) setelah berusia
kekambuhan sebelum usia 5 tahun pada 40-80 % kasus dan 60- 90% pada
8
tahun 2012 terdapat 1,1 % pasien DA berusia 13-14 tahun. Sedangkan tahun
2013 dari laporan 5 rumah sakit yang melayani dermatologi anak yaitu Dr.
Malik Medan, RS Dr. Kandou Manado, RSU Palembang dan RSUD Sjaiful
Anwar malang tercatat sejumlah 261 kasus diantara 2356 pasien baru (11,8%)
Makanan
(DBPCFC), hampir 40% bayi dan anak dengan DA sedang dan berat
mempunyai riwayat alergi terhadap makanan. Bayi dan anak dengan alergi
makanan umumnya disertai uji kulit (skin prick test) dan kadar IgE
kulit positif terhadap suatu makanan tertentu, tidak berarti bahwa penderita
9
alergi makanan lebih banyak pada anak dengan dermatitis atopik berat.
Mahadi., 2009).
Alergen hirup
dibuktikan dengan uji tempel positif pada 30-50% penderita DA, atau lewat
inhalasi. Reaksi positif dapat terlihat pada alergi debu rumah, dimana IgE
diukur secara in vitro dengan teknik RAST (Radio Allergo Sorbent Test)
Perlu juga diperhatikan bahwa DA juga bisa diakibatkan oleh alergen hirup
4 musim. Suhu dan kelembaban udara juga merupakan faktor pencetus DA,
suhu udara yang terlampau panas atau dingin, keringat dan perubahan udara
Infeksi kulit
Staphylococcus aureus pada kulit dengan lesi ataupun non lesi pada
10
mempengaruhi beratnya penyakit. Faktor lain dari mikroorganisme yang
sebagai superantigen, yang secara kuat dapat menstimulasi aktifasi sel T dan
Stress emosi
sering kali frustasi, malu dan mengalami tekanan mental lain yang
2.4 Patogenesis
Berbagai faktor turut berperan pada pathogenesis DA, antara lain faktor
a. Genetik
11
melibatkan gen yang independen dari mekanisme alergi. Ada
bersama penyakit atopi lainnya, seperti asma dan rhinitis. Risiko seorang
Lebih dari seperempat anak dari seorang ibu yang menderita atopi
salah satu orang tua menderita atopi, lebih dari separuh jumlah anak akan
mengalami gejala alergi sampai usia 2 tahun, dan meningkat sampai 79%
b. Sawar kulit
CD8+ yang diisolasi dari kulit (CLA+ CD45RO+ T cells) maupun dari
12
terjadi induksi pada produksi IgE. Lesi akut didominasi oleh ekspresi IL-
4 dan IL-13, sedangkan lesi kronik didominasi oleh ekspresi IL-5, GM-
pembuluh darah perifer pasien DA, sel T subset CD4+ maupun subset
c. Lingkungan
lain jamur, bakteri dan virus, juga pajanan tungau debu rumah dan
13
Hygiene Hypothesis menyatakan bahwa berkurangnya stimulasi
semuanya diketahui, demikian pula pruritus pada DA. Rasa gatal dan
d. Imnopatogenesis DA
produksi sel T. Sel mast meningkat pada lesi dermatitis atopik kronis.
14
(interleukin IL-4, IL-5 dan IL-13) meningkat. Juga terjadi Eosinophilia
IgE total dan eosinofil di dalam darah. Anak dengan DA terutama yang
moderat dan berat akan berlanjut dengan asma dan rinitis alergika di
lesi yang akut ditandai dengan kadar Il-4, Il-5, dan Il-13 yang tinggi
sedangkan pada DA yang kronis disertai kadar Il-4 dan Il-13 yang lebih
akut.
15
Di antara mediator yang dilepaskan oleh sel mast, yang berperan
saat ini masih banyak silang pendapat para ahli mengenai manfaat
mempunyai afinitas tinggi untuk mengikat antigen asing (Ag) dan IgE
Th2 di kulit dan yang juga berperan mengaktifkan Th0 menjadi Th2 di
antara lain adanya faktor genetik, yaitu kulit DA yang kering (xerosis).
Kulit yang kering akan menyebabkan nilai ambang rasa gatal menurun,
2009).
g. Autoalergen
16
Sebagian besar serum pasien dermatitis atopik mengandung
kerusakan keratinosit akibat garukan dan dapat memicu respon IgE atau
(TH2) dan sintesis IgE, yang dikenal sebagai sensitisasi alergi. Paparan
(acute) allergic responses (EARs) dan late allergic responses (LARs). Pada
17
EAR, dalam beberapa menit 3 kontak dengan alergen, sel mast yang
yang dilepas sel mast dan sel-sel lain merekrut sel-sel inflamasi yang
menyebabkan LAR, yang ditandai dengan influks eosinofil dan sel-sel TH2.
18
Gambar 2: Patogenesis DA (Judarwanto W., 2009).
perkembangan kehidupan, mulai dari saat bayi hingga dewasa. Pada setiap
anak didapatkan tingkat keparahan yang berbeda, tetapi secara umum mereka
19
Subyektif selalu terdapat pruritus. Terdiri atas 3 bentuk, yaitu:
Gambar 3: Dermatitis Atopik Infantil (Simpson E.L., & Hanifin J.M., 2005).
20
2. Bentuk anak (2 - 12 tahun)
dan cenderung kronis. Lesi lebih kering, tidak begitu eksudatif, lebih
di lipat siku, lipat lutut, pergelangan tangan bagian fleksor, kelopak mata,
biasanya kering, kasar, garis palmar lebih dalam dan nyata serta
mengalami luka (fisura). Bibir terlihat kering, bersisik, sudut bibir terlihat
Lesi dermatitis atopik pada anak juga dapat ditemukan di paha dan
bokong. Penderita sensitive terhadap wol, bulu kucing dan anjing juga
bulu ayam, burung dan sejenisnya. Dermatitis atopik berat yang melebihi
2009).
21
Gambar 4.a
Gambar 4.b.
Gambar 4.c.
Gambar 4a, b, c: Dermatitis Atopik pada Anak-anak (Simpson
E.L., & Hanifin J.M., 2005).
22
Gambar Pitiriasis alba
23
3. Bentuk dewasa (> 12 tahun)
Bentuk lesi pada fase dewasa hampir serupa dengan lesi kulit fase
akhir anak-anak (Zulkarnain I., 2009). Lesi selalu kering dan dapat
Gambar 5.a.
24
Gambar 5.b.
Gambar 5.a,b: Dermatitis Atopik Dewasa (Simpson E.L., & Hanifin J.M., 2005).
25
Gambar 7a Ertikaria
26
Gambar 7d Eritema Morbiliformis
Gambar 7e SJS
Gambar 7 drugs eruption
Terdapat beberapa gambaran klinis dan stigmata yang terjadi pada DA, yaitu:
• ‘White dermatographism’
Goresan pada kulit penderita DA akan menyebabkan kemerahan
berikutnya.
27
Merupakan adaptasi terhadap perubahan suhu pada penderita DA.
dapat ditemukan satu atau dua cekungan dibawah kelopak mata bagian
bawah.keadaan ini pada saat lahir atau segera sesudah itu dan bertahan
sangat gatal.
• ‘Allergic shiner’
Sering dijumpai pada penderita penyakit alergi karena gosokan dan
28
Kulit penderita DA umumnya kering, bersisik, pecah-pecah, dan
sebum, sel pengeluaran air dan xerosis, terutama pada musim panas.
• ‘Delayed blanch’
Penyuntikan asetilkolin pada kulit normal menghasilkan keluarnya
keringat dan eritema. Pada penderita atopi akan terjadi eritema ringan
bertambah.
• Gatal dan garukan berlebihan
Penyuntikan bahan pemacu rasa gatal (tripsin) pada orang normal
• Variasi musim
Mekanisme terjadinya eksaserbasi sesuai dengan perubahan musim
2.6 Diagnosis
29
Diagnosis memerlukan bukti adanya kulit yang gatal (atau laporan
hal berikut :
2. Riwayat asma atau rhinitis alergi (atau dermatitis atopic pada orantua
4. Onset pada anak < 2 tahun (kriteria tidak digunakan bila anak < 4
tahun)
mengenai pipi, dahu atau bagian ekstrimitas luar pada anak < 4 tahun)
30
Perlakuan khusus diperlukan untuk penderita DA Berat. Penentuan
31
I. Luasnya lesi kulit
fase anak / dewasa
< 9% luas tubuh =1
9-36% luas tubuh =2
> 36 % luas tubuh =3
fase infantile
< 18% luas tubuh =1
18-54% luas tubuh =2
> 54% luas tubuh =3
II. Perjalanan penyakit
remisi > 3 bulan/ tahun =1
remisi < 3 bulan/ tahun =2
Kambuhan /terus mkenerus = 3
III. Intensitas penyakit
gatal ringan, kadang mengganggu tidur malam hari = + 1
gatal sedang, sering mengganggu tidur ( tidak terus-menerus) = + 2
gatal hebat, gangguan tidur sepanjang malam(terus-menerus) = + 3
32
pengobatan prednison atau azatioprin. Kadar IgE ini akan menjadi
normal 6-12 bulan setelah terjadi remisi.
Uji kulit dan IgE-RAST
Pemeriksaan uji tusuk dapat memperlihatkan allergen mana
yang berperan, namun kepositifannya harus sejalan dengan derajat
kepositifan IgE RAST (spesifik terhadap allergen tersebut). Khususnya
pada alergi makanan, anjuran diet sebaiknya dipertimbangkan secara
hati-hati setelah uji tusuk, IgE RAST dan uji provokasi. Cara laim
adalah dengan double blind placebo contolled food challenges
(DPCFC) yang dianggapsebagai baku emas untuk diagnosis alergi
makanan.
Peningkatan kadar IgE pada sel langerhans
Hasil penelitian adanya IgE pada sel langerhans membuktikan
mekanisme respon imun tipe I pada dermatitis atopik, adanya pajanan
terhadap allergen luar dan peran IgE di kulit.
Jumlah eosinofil
Peningkatan jumlah eosinofil di perifer maupun di jaringan
kulit umumnya seirama dengan beratnya penyakit dan lebih banyak
ditemukan pada keadaan yang kronis.
33
ruam pada area yang terpapar, tidak
ada riwayat keluarga.
Dermatitis Herpetiformis Vesikel pada area extensor, ada
hubungannya dengan enteropati
Infeksi dermatofita (termasuk tinea Plak serpiginosa dengan central
pedis/manum) clearing, KOH positif.
Penyakit imunodefisiensi Riwayat infeksi berulang
Impetigo Infeksi staphylococcus atau
streptococcus, infeksi minor akibat
injury (gigitan serangga), adanya
vesikel yang ruptur meniggalkan
krusta pada permukaan lesi
Lichen planus Erupsi yang muncul selama beberapa
minggu, riwayat keluarga negatif,
mungkin berhubungan dengan faktor
stres, muncul terutama pada usia 30-
60 tahun
Neurodermatitis Biasanya bercak single pada area yang
gatal, tidak ada riwayat keluarga.
Psoriasis Bercak terlokalisir pada permukaan
extensor,
Scabies Papul, sela-sela jari terlibat, skin
scraping positif.
Dermatitis seboroik Skuama berminyak pada kulit, tidak
ada riwayat keluarga
Penyakit sistemik Ditemukan gejala klinis dan
pemeriksaan fisik yang lengkap
berbagai penyakit.
2.8 Penatalaksanaan
usia. Langkah yang paling penting adalah menjalin hubungan baik dengan orang
34
tua penderita, menjelaskan mengenai penyakit tersebut secara rinci termasuk
Terapi yang bisa dilakukan adalah hidrasi kulit, terapi farmakologik dan
identifikasi serta eliminasi faktor pencetus dermatitis atopik seperti bahan iritan,
deterjen, alergen, agen infeksi, dan stres emosional. Terdapat banyak faktor
menyumbang kepada simptom dermatitis atopik yang kompleks. Oleh sebab itu,
rencana terapi berbeda-beda dan unik pada bagi setiap pasien karena reaksi kulit
dengan orang normal. Oleh itu, adalah penting bagi pasien untuk mengidentifikasi
dan mencegah faktor yang bisa mencetuskan itch-scratch cycle (siklus gatal-
garuk). Faktor pencetus ini antaranya adalah sabun dan deterjen, kontak dengan
bahan kimia, asap, memakai pakaian baru, dan paparan pada suhu dan
bahan kimia yang lain. Deterjen yang tertinggal pada pakaian turut bisa
deterjen cair .
Kondisi persekitaran seperti suhu panas dan lembap serta berkeringat
35
Alergen spesifik
Alergen ini harus diidentifikasi secara teliti dalam anamnesis dengan pasien serta
dilakukan tes tusuk (skin prick test) dan test serum IgE pada pasien.
Stres emosional
dengan pasien yang sedang dalam kondisi stres, malu frustasi dan berbagai stres
emosional yang lain. Respon ini disertai dengan rasa gatal dan diikuti degan
Agen infeksi
Bagi pasien yang telah terkena infeksi atau kolonisasi S.aureus berat,
terkolonisasi dengan tipe aureus yang resisten bisa dirawat dengan sefalosporin
obat-obatan baru seperti makrolida yang baru untuk merawat dermatitis atopik.
vesikel, dan/atau lesi pada kulit yang terinfeksi tetapi tidak berepon dengan
36
dilakukan. Antara pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan adalah pewarnaan
Giemsa dengan smear Tzanck (sampel diambil dari dasar vesikel), test direct
dengan kultur virus. Untuk infeksi yang dicurigai disebabkan oleh herpes
dengan lesi herpes simpleks pada kulit, terapi yang bisa diberikan kepada pasien
adalah acyclovir 400 mg peroral 3 kali sehari selama 10 hari atau 200 mg peroral
4 kali sehari selama 10 hari. Terapi intravena juga bisa diberikan pada pasien
Pruritus
inflamasi kulit dan kulit kering dapat diatasi dengan cara mengaplikasikan
ringan dan bisa mengurangkan gejala simptomatik melalui efek penenang dan
sedatif. Disebabkan pruritus bertambah berat pada malam hari, antihistamin yang
berat, maka penggunaan jangka pendek obat sedatif dapat diberikan. Rawatan
37
mencetuskan sensitisasi pada kulit. Namun begitu, aplikasi krem topikal doxepin
sensitisasi.
1. Terapi topikal
Hidrasi kutaneus
Pasien dermatitis atopik mempunyai kulit yang kering dan fungsi sawar
kulit yang terganggu. Kondisi ini bisa menyebabkan morbiditas dengan cara
membentuk mikrofisura dan celahan pada kulit sekaligus menjadi port de entry
bagi patogen kulit, bahan iritan, dan alergen, sekaligus mengakibatkan infeksi
sekunder. Kondisi ini bisa menjadi lebih parah ketika musim dingin. Untuk
mengurangi gejala secara simptomatis, dapat dilakukan mandi dengan air hangat
Pelembap tersedia dalam berbagai sediaan antaranya krem, losion, atau ointment.
Tetapi, sesetengah losion dan krem bersifat iritatif akibat penambahan substansi
lain seperti preservatif, pelarut, dan pewangi. Losion yang mengandungi air bisa
kadangkala tidak bisa ditoleransi dengan baik karena mengganggu fungsi duktus
disfungsi sawar kulit bisa diberikan pada pasien dermatitis atopik ini. Hidrasi
38
glukokortikoid topikal. Kompres basah tersebut juga bisa melindungi lesi dari
dermatitis atopik berat atau bagian yang melibatkan terapi dalam jangka waktu
kontrol dermatitis atopik bisa dilaksanakan dengan regimen terapi setiap hari
dengan glukokortikoid topikal. Kontrol untuk jangka waktu yang lama bisa
bagian kulit yang telah sembuh tetapi beresiko untuk terjadinya ekzema sebanyak
diberikan secara jelas dan lengkap untuk mencegah terjadinya efek samping.
genitalia dan bagian lipatan kulit, tetapi preparasi glukokortikoid yang berpotensi
rendah bisa diaplikasikan ke bagian ini. Pasien juga harus diberikan instruksi
emolien pada bagian kulit yang sehat. Kadangkala penyebab kegagalan terapi
obat yang tidak mencukupi. Jumlah topikal glukokortikoid yang diperlukan untuk
39
diaplikasi ke seluruh tubuh adalah kira-kira 30 gram krem atau ointment. Jadi,
glukokortikoid yang sangat poten hanya digunakan untuk jangka waktu pendek
dan pada bagian yang mengalami likenifikasi tetapi bukan pada daerah wajah atau
lipatan kulit. Tujuan utama penggunaan emolien adalah untuk menghidrasi kuli
Glukokortikoid potensi sedang bisa digunakan untuk jangka waktu panjang bagi
merawat dermatitis atopik kronik yang melibatkan bagian badan dan ekstrimitas.
mengiritasi serta menyebabkan kekeringan pada kulit. Obat ini tidak boleh
yang diaplikasi, durasi aplikasi, sifat oklusif, serta faktor si pemakai seperti umur,
luas permukaan badan dan berat, inflamasi pada kulit, anatomi kulit, dan
perbedaan metabolisme kutaneus dan sistemik pada setiap individu. Efek samping
menjadi dua yaitu efek samping lokal dan efek samping sistemik yang disebabkan
40
Efek sampingnya termasuklah striae, atrofi kulit, dermatitis perioral dan
(terutamanya pada bayi dan anak kecil). Pada bentuk anak dan dewasa dengan
0.05% krem pada bagian wajah dan bagian tubuh lain yang signifikan adalah
aman untuk digunakan pada anak-anak berumur 1 bulan sampai 3 bulan. Pada
penggunaan fluticason 0.05% krem juga bisa diaplikasikan pada anak-anak seawal
umur 3 bulan selama maksimal 4 minggu. Fluticason losion pula bisa digunakan
pada anak-anak 12 bulan dan ke atas. Krem dan ointment mometason bisa
yang bekerja menghambat aktivasi sel yang terlibat dalam D.A.yaitu: sel
Langerhans, sel T, sel mast, dan keratinosit. Ointment takrolimus 0.03% bisa
tahun) dengan tingkat severitas sedang hingga berat. Ointment takrolimus 0.1%
pula bisa digunakan pada orang dewasa, manakala dalam sedian krem (1%)
digunakan untuk terapi bagi pasien ≥ 2 tahun dengan tingkat severitas dermatitis
atopik dari ringan sampai sedang. Kedua-dua obat ini efektif dan aman digunakan
samping bagi penggunaan obat ini adalah rasa sensasi terbakar pada kulit. Obat ini
tidak mengakibatkan atrofi kulit. Oleh itu, obat ini bisa dipakai pada wajah dan
lipatan kulit.
41
Preparat ter
Preparat ter mempunyai efek antipruritus dan anti inflamasi pada kulit.
Dipakai pada lesi kronis, jangan pada lesi akut. Sediaan dalam bentuk salap
Antihistamin
Pengobatan D.A. dengan antihistamin topikal tidak dianjurkan karena
topikal krim doksepin 5% dalam jangka pendek (satu minggu), dapat mengurangi
gatal tanpa terjadi sensitisasi. Tetapi perlu diperhatikan, bila dipakai pada area
Fototerapi
UVB (311 nm), UVA-1 (340 hingga 400 nm) dan kombinasi fototerapi dengan
epidermis dan eosinofil mungkin merupakan sasaran dari UVA fototerapi dengan
dengan psoralen dan UVA adalah pasien dengan dermatitis atopik yang parah dan
menyebar. Efek samping jangka waktu pendek bagi fototerapi adalah eritema,
42
nyeri kulit, pruritus, dan pigmentasi. Efek samping jangka panjang adalah proses
penuaan.
Rawat inap
Pasien dermatitis atopik dengan kondisi eritodermik atau menderita
penyakit ini dengan tingkat severitas yang berat tidak memungkinkan untuk di
rawat jalan. Pasien seperti ini harus di rawat inap sebelum mempertimbangkan
terapi sistemik alternatif yang lain. Pada kebanyakan kasus, tindakan mengisolasi
pasien daripada alergen yang ada di sekitarnya atau mengatasi stres emosional dan
mereka.
2. Terapi sistemik
Glukokortikoid sistemik
Penggunaan glukokortikoid sistemik seperti prednison jarang diberikan
pada pasien dengan dermatitis atopik yang kronik. Setengah pasien dan dokter
perawatan kulit (hidrasi dan terapi topikal) yang mengambil waktu sangat lama.
glukokortikoid sistemik biasanya berkait rapat dengan rebound yang parah selepas
oral sesuai untuk eksaserbasi akut dermatitis atopik. Sekiranya terapi dengan
dan perawatan kulit juga harus dilakukan dengan cara aplikasi glukokortikoid
topikal dan sering mandi serta aplikasi emolien untuk mencegah terjadinya
rebound Pasien dengan lesi yang masih basah atau akut dapat menggunakan
prednison selama 7 hari dengan dosis 40-60 mg/hr untuk dewasa dan 1 mg/kg/hr
43
Siklosporin
Siklosporin merupakan imunosupresif poten yang bekerja pada sel T
siklosporin jangka pendek bisa memberi kebaikan kepada pasien dermatitis atopik
dewasa dan anak-anak. Dosis 5mg/kgBB biasanya diberikan dengan jangka waktu
pendek (6minggu) dan jangka waktu panjang (1 tahun). Ada juga sumber yang
hari pada pasien dewasa dengan dosis 150 mg (dosis rendah) dan 300 mg (dosis
dan memperbaiki kualitas hidup mereka. Efek dari diskontinuitas obat ini adalah
relaps penyakit kulit yang cepat, peningkatan serum kreatinin atau gangguan
Antihistamin
Hidroksizine (dewasa 3 x 25 mg/hari, anak 0,6 mg/kgBB/hari)
1,2,4,17
Klorfeniramin (dewasa 3-4 x 4 mg/hari, anak 3-4 x 2-4 mg/hari)
44
Jika pruritus nokturnal semakin parah, maka dapat digunakan sedatif
jangka pendek untuk menghasilkan istirahat yang adekuat. Kontra indikasi pada
jangka pendek sebanyak 2 g setiap hari bisa menghilangkan lesi pada pasien
glikokortikoid topikal dan sistemik, dan fototerapi psoralen dan UVA. Namun
begitu, tidak semua pasien yang berespon baik dengan obat ini. Terapi dengan
obat ini harus dihentikan jika pasien tidak menunjukkan respon setelah 4 hingga 8
minggu perawatan.
Methotrexate merupakan anti-metabolit yang mempunyai efek poten
sering digunakan pada pasien dengan dermatitis atopik berat. Efek samping dari
Antibiotik
S. aureus pada kulit penderita dermatitis atopik sehingga dapat diberi eritromisin
dan azitromisin. Bila ada infeksi virus seperti virus herpes simpleks dapat diberi
asiklovir 3 kali 400 mg/hari selama 10 hari atau 4 kali 200 mg/hari selama 10 hari.
dalam 4 dosis)
Cefadroxil (dewasa dan anak BB>40 kg, 500 mg 2 kali sehari, anak
45
2.9 Prognosis
dermatitis atopik ini tidak bisa dilakukan dengan pasti pada setiap pasien, namun,
46
penyakit ini lebih berat dan persisten pada anak-anak. Waktu remisi muncul lebih
sering dengan pertambahan usia anak tersebut. Sekitar 40% hingga 60% anak-
anak yang mendapat dermatitis atopik dengan severitas ringan pada waktu bayi
sembuh secara spontan selepas umur 5 tahun. Walaupun studi awal menunjukkan
bahwa sekitar 84% anak-anak dengan dermatitis atopik akan lebih cenderung
untuk memiliki tingkat severitas yang lebih berat pada usia remaja, namun, studi
terbaru menunjukkan bahwa gejala dermatitis atopik hilang pada 20% anak-anak
dengan dermatitis atopik yang didapat sejak bayi hingga usia remaja., dan 65%
pasien mempunyai gejala dermatitis atopik yang sedang. Selain itu, lebih satu per
dua dari remaja yang dirawat dengan dermatitis ringan akan mengalami relaps
dermatitis tangan, terutamanya jika mereka terlibat dengan pekerjaan yang sering
menyebabkan tangan dalam kondisi yang basah dan lembap. Faktor yang diduga
menyebabkan prognosa buruk pada pasien dermatitis atopik adalah penyakit lesi
penyakit asma atau rhinitis alergi (orang tua atau saudara), onset dermatitis atopik
yang terjadi sangat awal, anak tunggal, dan kadar serum IgE yang sangat tinggi.
47
BAB III
KESIMPULAN
residif yang bersifat kronis, residif sebagai respon terhadap pengaruh faktor
eksogen dan atau endogen dan keluhan gatal, sering berhubungan dengan individu
atau keluarga dengan riwayat atopi, distribusi simetris, biasanya terjadi pada
Dermatitis atopik dapat terjadi pada segala usia tetapi sering mulai timbul
pada usia balita. Berdasarkan usia kejadian dermatitis atopi dibagi dalam 3
stadium yaitu tipe infantil ( 2 bulan - 2 tahun), tipe anak-anak ( 3 -10 tahun) dan
tipe dewasa.
merupakan dasar pertama untuk timbulnya penyakit Gejala klinis yang spesifik
yaitu rasa gatal yang khas dengan predileksi yang khas, berlangsung kronis dan
residif.
infeksi jamur kulit, infeksi virus dan eritroderma. Aspek yang paling penting
48
interferon, dan siklosporin. Prognosis dermatitis atopik pada seseorang sulit
ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA
Fauzi N., Sawitri, Pohan S.S., 2009. Korelasi antara Jumlah Koloni
Kang K, Polster AM, Nedorost ST. Stevens SR, Cooper KD. Atopic dermatitis. In
Bolognia JL, Jorizzo JL, Rapini RP, Schaffer JV, editors. Dermatology
Position Paper from the Latin American Society of Allergy, Asthma and
www.Childrenallergicclinic.wordpress.com.
Budiastuti M., Wandita S., Sumandiono., 2007 . Exclusive breastfeeding and risk
49
Zulkarnain I., 2009. Manifestasi Klinis dan Diagnosis Dermatitis Atopik. dalam
Boediarja S.A., Sugito T.L., Indriatmi W., Devita M., Prihanti S., (Ed).
Sularsito S.A., & Djuanda A., 2005. Dermatitis. dalam Ilmu Penyakit Kulit dan
Indriatmi W., Devita M., Prihanti S., (Ed). Dermatitis Atopik. Balai
Mansjoer A., Kuspuji T., Rakhmi S., Wahyu I.W., Wiwiek S.,(Ed). 2001.
Dermatitis Atopik dalam Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid II.
dalam Boediarja S.A., Sugito T.L., Indriatmi W., Devita M., Prihanti S.,
S.A., Sugito T.L., Indriatmi W., Devita M., Prihanti S., (Ed). Dermatitis
Endaryanto E., & Harsono A., 2010. Prospek Probiotik dalam pencegahan alergi
Surabaya.
Kariossentono H., 2006. Dermatitis Atopik (Eksema). Cetakan I.LPP UNS dan
Simpson E.L., & Hanifin J.M., 2005. Atopic dermatitis. Periodic synopsis. J Am
50
Bhakta I.M.,2006. Pendekatan Terhadap Pasien Anemia. dalam Ari W.S.,
Bambang S., Idrus A., Marcelius S.K., Siti S.s (eds). Buku Ajar Ilmu
51