1. PENDAHULUAN
Sumsum tulang adalah struktur utama dalam hematopoiesis, yaitu
proses pembentukan sel-sel darah. Sumsum tulang terletak di dalam kavitas tulang-
tulang aksial dan tulang panjang, sekitar 85% kavitas tulang ditempati oleh sumsum
tulang, sementara sisanya ditempati oleh jaringan tulang meduler.1 Secara
fungsional, sumsum tulang memainkan dua peran utama, yaitu sebagai jaringan
hematopoietik primer dan sebagai organ retikuloendotelial utama. Proses
hematopoiesis pada orang dewasa normal akan melepaskan sekitar 2,5 miliar sel
darah merah; 2,5 miliar trombosit; dan 1,0 miliar granulosit per kilogram berat
badan per hari yang dihasilkan oleh sumsum tulang. Jumlah tersebut bergantung
pada kebutuhan tubuh, dan apabila tubuh mengalami stres akibat berbagai faktor
(misal paparan radiasi, kemoterapi, infeksi, dan lain-lain) yang dapat memicu
hemolisis, maka produksi rata-rata akan ditingkatkan hingga sekitar 5 sampai10 kali
lipat. Dinamika sel hematopoetik sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya radiasi secara langsung, agen kimiawi, serta kondisi patologis
lainnya.2,3 Penilaian terhadap sumsum tulang merupakan prosedur yang hingga saat
ini rutin dilakukan terhadap sejumlah gangguan darah.1-3
2.2. Vaskularisasi
Suplai arteri ke sumsum tulang secara garis besar diperoleh dari arteri
nutrisia. Arteri ini berjalan ke tengah dari kavum medularis, yang kemudian
terbagi menjadi cabang ascending dan descending yang berjalan paralel
terhadap tulang panjang. Selanjutnya kapiler yang berasal dari arteri nutrisia
tersebut memasuki kanalis haversian di korteks, melakukan anastomose
dengan kapiler intrakortikal, dan memasuki kavum osseum untuk membentuk
sinusoid. Pasa sumsum tulang merah, pembuluh darah lebih banyak
ditemukan dibandingkan sumsum tulang kuning. Sumsum tulang terdapat
diantara arteri radial dari cabang arteri nutrisia dan cabang dari arteri periosteal.
Terdapat juga sinusoid yang terbentuk dari cabang-cabang tersebut. Hematopetik
terjadi didalam ruang jaringan intersinusoidal (Gambar 1).4
3.2.1. Eritropoiesis
Fungsi utama eritrosit adalah mengangkut oksigen oleh
hemoglobin. Terdapat dua bentuk sel progenitor awal pada
eritropoiesis. Burst-forming unit-erythroid (BFU-E) adalah yang lebih
primitif dan mengandung eritropetik dengan konsentrasi tinggi. Sel
progenitor tersebut menghasilkan sel dewasa yang lebih kecil, colony
forming unit-erythroid (CFU-E).2
3.2.3. Monositopoesis
Monosit berasal dari promonosit di dalam sumsum tulang,
yang menyusun sekitar 3% dari seluruh sel di dalam sumsum tulang
yang normal. Proses diferensiasi terjadi secara cepat, dengan waktu
maturasi berkisar 50 – 60 jam. Namun, kondisi stres dapat melepaskan
sel ini dalam kondisi prematur dari lokasi proliferasinya. Masa hidup
sel monosit singkat, sel tersebut dapat berkembang menjadi makrofag
dan bertahan lebih lama hingga berkisar 2 – 3 bulan. Tahapan
diferensiasi dari progenitor monosit disertai dengan sitokin yang
meregulasi (Gambar 8).8-10
Gambar 8.
(Naeim F, Rao N, Song SX, Phan RT. Atlas of Hematopathology. 2nd Ed. Los
Angeles : Elsevier;2018)
Efek dari colony-stimulating factor 1 (CSF-1) juga dikenal
dengan M-CSF, regulator utama terhadap produksi fagosit
mononuklear, dimediasi oleh suatu reseptor yang disebut dengan
colony-stimulating factor 1 Receptor (CSF-1R). Sinyal melalui CSF-
1R sangat penting terhadap perkembangan makrofag. Namun hanya
sedikit yang diketahui mengenai aktivitas yang menyebabkan adanya
stimulasi terhadap gen yang menghasilkan monosit atau makrofag. IL-
3, G-CSF, dan TNF telah menunjukkan efek yang bersinergi dengan
M-CSF dalam proliferasi makrofag. Monosit matur diketahui dengan
tingginya kadar ekspresi cluster of differentiation molecule 11b
(CD11b) / CD18b ataupun CD14. CD14 merupakan suatu protein
fungsional yang berada di permukaan monosit. CD14 merupakan
reseptor terhadap lipopolisakarida, yang menyebabkan monosit atau
makrofag teraktivasi.8
3.2.4. Limfopoiesis
Limfopoiesis mulai berlangsung di sumsum tulang pada sel
stem commited limfoid. Langkah pertama dari diferensiasi sel tersebut
berbeda antara sel progenitor non-B (sel T dan natural killer (NK)
cell) dan yang terjadi pada sel progenitor B. Tahapan ini dianggap
sebagai suatu proses yang independen terhadap antigen.
Perkembangan sel progenitor B dpengaruhi oleh sejumlah sitokin
regulator, seperti IL-1, IL-2, IL-4, IL-10, dan interferon gamma
(Gambar 8).9
3.2.5. Trombopoiesis
Trombopoiesis mulai terjadi seiring dengan maturasi
colony forming unit-granulocyte, erythrocyte, monocyte,
magakaryocyte (CFU-GEMM). Menjadi bentuk colony-forming unti
dengan respon proliferasi yang tinggi terhadap sitokin (misalnya IL-1,
IL-3, dan IL-6), yang disebut juga sebagai agen proliferatif colony-
forming unit-megakaryocyte yang potensial. Tahapan selanjutnya
adalah pembetukan burst forming unit (BFU-MK) yang mampu
memproduksi sejumlah megakaryocytic colony-forming units (CFU-
Meg). Maturasi CFU-Meg akan menyababkan pembentukan
megakarioblas, megakariosit, dan pada akhirnya trombosit.
Megakariosit secara umum berada pada sekitar sinus. Pada lokasi ini,
sejumlah sitoplasmanya akan memasuki ruang sinusoid untuk
melepaskan trombosit.9
1. Travlos GS. Normal Structure, Function, and Histology of the Bone Marrow.
Toxicologic Pathology. 2006;34:548-9
2. Hall JE. Guyton and Hall : Tectbook of Medical Physiology. 11th Ed.
Philadeplhia : Elsevier; 2016.
3. Fliedner TM, Graessle D, Paulsen C, Reimers K. Structure and Function of
Bone Marrow Hemopoiesis: Mechanisms of Response to Ionizing Radiation
Exposure. Cancer Biotherapy & Radiopharmaceuticals. 2002;17(4):406-10
4. Moulopoulos LA, Koutoulidis V. Bone Marrow MRI: A Pattern-Based
Approach. Milan: Springer;2014.
5. Maryanovich M, Takeishi S, Frenette PS. Neural Regulation of Bone and
Bone Marrow. Cold Spring Harb Perspect Med. 2018;8(9):6-8
6. Beckman B, Silberstein P, Aldoss IT. Erythropoiesis. In: Enna SJ, Bylund DB
(eds.). xPharm : The Comprehensive Pharmacology Reference. New York :
Elsevier;2008. p.1-2
7. Glogauer M. Disorders of Phagocyte Function. In: Goldman L, Schafer AI
(eds.). Goldman’s Cecil Medicine. 24th Ed. Philadelphia: Elsevier; 2012.
p.1111-2
8. Khanna-Gupta A, Berliner N. Granulocytopoiesis and Monocytopoiesis. In:
Hoffman R, Benz EJ (eds). Hematology: Basic Principles and Practice. 7th
Ed. New York: Elsevier; 2018. p.321-2
9. Naeim F, Rao N, Song SX, Phan RT. Atlas of Hematopathology. 2nd Ed. Los
Angeles : Elsevier;2018.
10. Clarke B. Normal Bone Anatomy and Physiology. Clin J Am Soc Nephrol.
2008;3:131-4
11. Hays K. Physiology of normal bone marrow. Semin Oncol Nurs. 1990; 6(1):
3-8.