Sumsum tulang atau bone marrow merupakan suatu jaringan ikat dengan
vaskularisasi yang tinggi bertempat di ruang antara trabekula jaringan tulang
spons. Tulang-tulang rangka axial, tulang-tulang melingkar pada pelvis dan
pektoral, serta di bagian epifisis proksimal tulang humerus dan femur adalah
tulang-tulang dengan sumsum tulang terbanyak di tubuh manusia. Terdapat dua
jenis sumsum tulang pada manusia, yaitu sumsum tulang merah dan sumsum
tulang kuning. Pada neonatus, seluruh sumsum tulangnya berwarna merah yang
bermakna sumsum tulang yang bersifat hemopoietik, sedangkan ketika dewasa,
sebagian besar dari sumsum tulang merahnya akan inaktif dan berubah menjadi
sumsum tulang kuning (fatty marrow) (Tortora, 2009). Hal ini terjadi akibat
adanya pertukaran sumsum menjadi lemak-lemak secara progresif terutama di
tulang-tulang panjang. Bahkan di sumsum hemopoietik sekalipun, 50%
penyusunnya adalah sel-sel lemak (Hoffbrand, 2006). Jadi pada dewasa, proses
hemopoiesis hanya terpusat di tulang-tulang rangka sentral dan ujung proksimal
dari humerus dan femur.
Hematopoiesis terjadi sejak masa embrional.
Granulosit dan monosit dalam darah dibentuk dalam sumsum tulang dari suatu
prekusor yang sama, yaitu Colony Forming unit (CFU)- Granulosit Eritroid,
Monosit, dan Megakariosit(GEMM). Sel prekusor ini merupakan mieloid
Campuran yang berasal dari sel induk pluripoten. 1 Sel-sel granulosit setelah
keluar dari sumsum tulang dan masuk ke peredaran darah
biasanya berada dalam peredaran darah selama 8 jam dan 4-5 hari pada
jaringan yang membutuhkan, misalnya jaringan yang megalami peradangan.
Pronormoblast/
Rubriblast
Basophilic Normoblast/
Prorubrisit
Polychromatic
normoblast/ Rubrisit
Orthochromatic
Normoblast/
Metarubrisit
Polychromatic
Erythrocyte/ Retikulosit
Eritrosit
• Epo terikat pada reseptor spesifik progenitor sel darah merah memberi
sinyal merangsang proliferasi dan diferensiasi sel Prekursor terbentuk
eritrosit matang
Hypoxia Induced Factor (HIF-2α dan β)
ERITROPOIETIN
• MENINGKAT
• Anemia
• Oksigen atmosfer ↓
• Tumor
• MENURUN
• Polisitemia vera
HEMOGLOBIN
Protein yang terdapat didalam eritrosit
– 4 Gugus Heme
suksinil CoA
Hemoglobin berfungsi
a)eritropoietin
1. Faktor Eritrosit
Pengendalian eritrosit sangat kompleks dan disebabkan tiga tingkatan dari LED
seperti penggumpalan, kecepatan pengendapan maksimal dan pemadatan.
Pengendapan eritrosit disebabkan oleh perubahan permukaan eritrosit yang
menyebabkan eritrosit saling menyatu dan mengendap. Perubahan permukaan
eritrosit tersebut dipengaruhi oleh permukaan plasma, terutama oleh sifat fisika
dari plasma koloid. Dalam darah normal nilai LED relatif kecil karena
pengendapan eritrosit akibat tarikan diimbangi oleh tarikan ke atas akibat
perpindahan plasma. Viskositas plasma yang tinggi tekanan ke atas mungkin dapat
menetralisir tarikan ke bawah terhadap setiap sel, sebaliknya setiap keadaan yang
meningkat penggumpalan atau pelekatan sel satu dan lainnya akan meningkatkan
LED
2. Faktor Kimia
Pengaruh dari protein plasma yaitu hubungan antara protein plasma dan
pembentukan rouleoux merupakan dasar pembentukan LED. Rouleaux adalah
gumpalan eritrosit yang disatukan oleh gaya tarik permukaan bukan oleh antibodi
atau ikatan kovalen. Kualitas ini mencerminkan kemampuan sel membentuk
agregat. Apabila proporsi globulin terhadap albumin meningkat, atau kadar
fibrinogen sangat tinggi. Pembentukan rouleaux meningkat dan kecepatan
pengendapan juga meningkat
3. Faktor Teknik
4. Faktor Fisik
Faktor fisik yang berperan dalam pemeriksaan LED, misalnya suhu atau
temperatur bahan pemeriksaan. Suhu yang ideal antara 22-27°C. Suhu yang tinggi
akan mempercepat pengendapan eritrosit sedangkan suhu yang rendah akan
memperlambat pengendapan eritrosit. Variasi yang kecil dari temperatur ruangan
tidak berpengaruh besar pada laju endap darah. Namun ketika terjadi perbedaan
suhu yang cukup besar, laju pengendapan darah akan dipengaruhi secara
signifikan. Suhu optimum selama pemeriksaan 20C, suhu yang tinggi akan
mempercepat pengendapan dan sebaliknya suhu rendah memperlambat
pengendapan. Darah yang disimpan di lemari pendingin, laju pengendapan darah
secara signifikan akan menurun disebabkan viskositas plasma yang meningkat
5. Faktor Fisiologi
Faktor fisiologi terjadi pada pasien hamil dan anemia mengakibatkan LED tinggi
karena akibat peningkatan fibrinogen.
6. Faktor Plasma
Kadar fibrinogen
Fibrinogen merupakan protein yang diproduksi oleh hati dan berfungsi untuk
membantu proses pembekuan darah Sehubungan dengan perannya dalam proses
pembekuan darah, jumlah fibrinogen akan meningkat saat terjadi luka atau infeksi
di dalam tubuh.Jumlah fibrinogen yang meningkat dapat menyebabkan sel - sel
darah merah saling mengikat satu sama lain dan membentuk gumpalan yang
disebut rouleaux sehingga sel - sel darah merah cenderung menjadi lebih berat
Rasio sel darah merah terhadap plasma darah
Saat rasio sel darah merah terhadap plasma darah cukup tinggi, maka dapat
dikatakan bahwa jumlah komponen sel lebih banyak dibandingkan dengan
komponen cair atau plasma sehingga komponen sel lebih berat dan lebih cepat
mengendap.
Keadaan sel darah merah yang abnormal
Keadaan sel darah merah yang tidak normal seperti pada penderita anemia sel sabit
dapat menurunkan nilai LED secara signifikan. Hal ini disebabkan oleh bentuk sel
darah merah yang lebih kecil dan kurang beraturan sehingga sel darah merah
menjadi lebih lambat saat mengendap.
Faktor teknis
Faktor teknis yang dapat mempengaruhi hasil uji LED mencakup posisi dan tinggi
tabung pengujian, proses pencampuran sampel darah dengan antikoagulan, serta
pengaruh lingkungan terhadap tabung pengujian dalam proses
pengamatan. Perhatian yang kurang terhdap hal - hal teknis tersebut dapat
memberikan pengaruh yang cukup besar terhdap hasil uji LED.
4. Pemeriksaan laboratorium hematology dan kadar normal dalam darah :
a. Pemeriksaan darah lengkap
3. Platelet
Platelet atau disebut juga trombosit adalah sel darah yang berperan dalam proses
pembekuan darah. Dalam tes hematologi lengkap, dokter akan menilai jumlah,
ukuran rata-rata, dan keseragaman ukuran platelet dalam darah.
6. Gula Darah
Tes gula darah dilakukan guna mengetahui kadar gula dalam darah. Seseorang
dengan diabetes akan memerlukan tes ini secara rutin. Tes gula darah ada banyak
jenis dengan fungsi yang berbeda. Selain untuk mendeteksi diabetes, tes gula darah
dilakukan untuk memastikan kadar gula darah pengidap diabetes dalam tahap
normal.
cara pemeriksaan Hb dengan Metode Sahli. Prinsip dalam metode sahli sendiri
yaitu ketika darah ditambahkan asam hidroklorida/hydrochloric acid (N/10 HCl),
hemoglobin diubah menjadi hematin asam (acid haematin) yang berwarna coklat.
Warna coklat yang dihasilkan dari hematin asam disesuaikan dengan warna coklat
standar pembanding, dalam colorimeter visual yang disebut colorimeter Sahli.
Intensitas warna coklat tergantung pada jumlah hematin asam yang diproduksi, dan
tergantung pada jumlah hemoglobin dalam sampel darah.
Peningkatan kadar Hb
Terdapat pada penderita : anemia, kanker, ginjal, pemberian cairan intravena
berlebih dan Hodgkin.
Penurunan kadar Hb
Pada pasien : dehidrasi, polisitemia, gagal jantung, luka bakar hebat.
c. Pemeriksaan indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC)
Nilai rujukan :
Dewasa : 80 - 100 fL
Bayi baru lahir : 98 - 122 fL
Anak usia 1-3 tahun : 73 - 101 fL
Anak usia 4-5 tahun : 72 - 88 fL
Anak usia 6-10 tahun : 69 - 93 fL
Nilai rujukan :
Dewasa : 26 - 34 pg
Bayi baru lahir : 33 - 41 pg
Anak usia 1-5 tahun : 23 - 31 pg
Anak usia 6-10 tahun : 22 - 34 pg
MCH dijumpai meningkat pada anemia makrositik-normokromik atau sferositosis,
dan menurun pada anemia mikrositik-normokromik atau anemia mikrositik-
hipokromik
Nilai rujukan :
Dewasa : 32 - 36 %
Bayi baru lahir : 31 - 35 %
Anak usia 1.5 - 3 tahun : 26 - 34 %
Anak usia 5 - 10 tahun : 32 - 36 %