Anda di halaman 1dari 24

Triger 4 : Rona dan hasil laboratoriumnya

Rona (25 tahun) seorang fresh graduated ingin memasukkan lamaran


pekerjaan ke sebuah perusaan bonafid di kota Jakarta. Ia harus melakukan
serangkaian tes, salah satunya pemeriksaan laboratorium hematologi. Untuk
menunjang hasil pemeriksaan ini, Rona mulai mengkonsumsi makanan sehat
yang akan menunjang proses hemopoiesis tubuhnya, karena ini akan
mempengaruhi hasil laboratorium nantinya baik eritropoiesis maupun
granulopoiesis.

Pada lembar hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb : 13 gr/dL,


WBC (white blood count) 8000/uL, trombosit 400.000/uL, RBC (red blood
count) 4,5 juta/uL dan Ht 40%. Nilai eritrosit rerata(indeks eritrosit)
MCH/MCV/MCHC : 29 pg/ 89 fL/ 33 % dan laju endap darah 10 mm/jam.
Pemeriksaan sediaan hapus darah tepi didapatkan morfologi eritrosit normositik
normokrom, hitung jenis leukosit (differential count) 0/1/0/69/24/6.

Bagaimana anda menjelaskan tentang hasil laboratorium Rona?


STEP 5
DEFINE LEARNING OBJECTIVE

mahasiswa mengeriti, memahami dan mampu menjelaskan tentang

1. Proses dan regulasi:


a. Hemopoiesis

Hemopoiesis adalah proses pembentukan dan perkembangan sel-sel darah.


Sebelum dilahirkan, proses ini terjadi berpindah-pindah. Pada beberapa minggu
pertama kehamilan, hemopoiesis terjadi di yolk sac. Kemudian hingga fetus
berusia 6-7 bulan, hati dan limpa merupakan organ hemopoietik utama dan akan
terus memproduksi sel-sel darah hingga sekitar dua minggu setelah kelahiran.
Selanjutnya pekerjaan ini diambil alih oleh sumsum tulang dimulai pada masa
kanak-kanak hingga dewasa.

Sumsum tulang atau bone marrow merupakan suatu jaringan ikat dengan
vaskularisasi yang tinggi bertempat di ruang antara trabekula jaringan tulang
spons. Tulang-tulang rangka axial, tulang-tulang melingkar pada pelvis dan
pektoral, serta di bagian epifisis proksimal tulang humerus dan femur adalah
tulang-tulang dengan sumsum tulang terbanyak di tubuh manusia. Terdapat dua
jenis sumsum tulang pada manusia, yaitu sumsum tulang merah dan sumsum
tulang kuning. Pada neonatus, seluruh sumsum tulangnya berwarna merah yang
bermakna sumsum tulang yang bersifat hemopoietik, sedangkan ketika dewasa,
sebagian besar dari sumsum tulang merahnya akan inaktif dan berubah menjadi

sumsum tulang kuning (fatty marrow) (Tortora, 2009). Hal ini terjadi akibat
adanya pertukaran sumsum menjadi lemak-lemak secara progresif terutama di
tulang-tulang panjang. Bahkan di sumsum hemopoietik sekalipun, 50%
penyusunnya adalah sel-sel lemak (Hoffbrand, 2006). Jadi pada dewasa, proses
hemopoiesis hanya terpusat di tulang-tulang rangka sentral dan ujung proksimal
dari humerus dan femur.
Hematopoiesis terjadi sejak masa embrional.

Hematopoiesis menurut waktu terjadinya terbagi atas hematopoiesis prenatal


dan hematopoiesis postnatal.

1. Hematopoiesis prenatal terjadi selama dalam kandungan.

2. Hematopoiesis prenatal terdiri atas 3 fase: mesoblastik, hepatik, dan mieloid.


Fase mesoblastik dimulai sejak usia mudigah 14 hari sampai minggu kesepuluh,
berlangsung di yolk sac (saccus vitelinus). Sedangkan fase hepatik berlangsung
mulai minggu keenam sampai kelahiran, berlangsung di mesenkim hepar, dan
mulai terjadi differensiasi sel. Fase mieloid berlangsung dalam sumsum tulang
pada usia mudigah 12-17 minggu, ini menandakan sudah berfungsinya sumsum
tulang untuk menghasilkan sel darah. Organ yang berperan dalam proses
hematopoiesis adalah sumsum tulang dan organ retikuloendotelial (hati dan
spleen). Jika terdapat kelainan pada sumsum tulang, hematopoiesis terjadi di
hati dan spleen. Ini disebut hematopoiesis ekstra medular. Sumsum tulang yang
berperan dalam pembentukan sel darah adalah sumsum tulang merah,
sedangkan sumsum kuning hanya terisi lemak. Pada anak kurang dari 3 tahun,
semua sumsum tulang dari sumsum tulang berperan sebagai pembentuk sel
darah. Sedangkan saat dewasa, sumsum merah hanya mencakup tulang vertebra,
iga, sternum, tengkorak, sakrum, pelvis, ujung proksimal femur dan ujung
proksimal humerus.

Dalam setiap pembentukan sel darah, terjadi 3 proses yaitu: proliferasi,


diferensiasi dan maturasi. Sedangkan komponen yang terdapat dalam proses
pembentukan sel darah mencakup: stem sel, sel progenitor, dan sel prekursor.
Seluruh komponen sel darah berasal dari hematopoietic stem cells (HSC). HSC
bersigat multipoten karena dapat berdiferensiasi dan kemudian terbagi menjadi
beberapa proses terpisah yang mencakup: eritropoiesis, mielopoiesis (granulosit
dan monosit), dan trombopoiesis (trombosit). Proses hematopoiesis terjadi atas
regulasi dari hematopoietic growth factor. Hematopoietic growth factor ini
memiliki peran dalam proses proliferasi, diferensiasi, supresi apoptosis,
maturasi, aktivasi fungsi saat terjadi hematopoiesis.
b. Granulapoiesis

Granulosit dan monosit dalam darah dibentuk dalam sumsum tulang dari suatu
prekusor yang sama, yaitu Colony Forming unit (CFU)- Granulosit Eritroid,
Monosit, dan Megakariosit(GEMM). Sel prekusor ini merupakan mieloid
Campuran yang berasal dari sel induk pluripoten. 1 Sel-sel granulosit setelah
keluar dari sumsum tulang dan masuk ke peredaran darah
biasanya berada dalam peredaran darah selama 8 jam dan 4-5 hari  pada 
jaringan  yang membutuhkan, misalnya jaringan yang megalami peradangan.

Granulopoiesis meliputi enam tahapan, mulai dari mieloblas di sumsum tulang


sampai tahapan segmen yang berada di darah tepi. Tahapan sintesis sel
granulopoiesis dimulai dari mieloblas, promielosit, mielosit, metamielosit,
staf/batang, dan segmen. Tahapan ini berlaku bagisemua seri, baik basofil,
eosinofil, dan netrofil.

 Regulasi granulopoiesisdibawah kendali berbagai faktor pertumbuhan


 Sumsum tulang mengandung sel mieloiddari sel eritroid
 Granulosit di sumsum tulang 10-15x dari yang ditemukan di darah tepi
 Lama perjalanan di sumsum tulang (6-10) hari di darah (6-10jam) di
jaringan (4-5hari)
c. Eritropoiesis

Proses Pembentukan Eritrosit yang berasal dari Sel


Rubriblast/Pronormoblast yang secara kontiniu dibentuk dari sel induk/stem cell
terdapat di sumsum tulang.

- colony forming unit – granulocyte, erythrocyte, monocyte, megakaryocyte.

- BFU-E (burst forming unit-erythroid)


-

Pronormoblast/
Rubriblast

Basophilic Normoblast/
Prorubrisit

Polychromatic
normoblast/ Rubrisit

Orthochromatic
Normoblast/
Metarubrisit

Polychromatic
Erythrocyte/ Retikulosit

Eritrosit

- Proses produksi eritrosit dari


sel punca sampai terbentuk
eritrosit matang (eritropoiesis)
- sekitar 10 triliun eritrosit
matang setiap hari di dalam
sumsum tulang.
- Sel Punca → Sel Progenitor
→ Sel Prekursor
- Sel Prekursor : dimulai dari
Pronormoblast/Rubriblast
- Pronormoblast→
Normoblast→ Retikulosit →
eritrosit
- 1 Pronormoblast menurunkan
16 eritrosit matang
REGULASI ERITROPOIESIS : ERITROPOIETIN

• Eritropoietin (Epo): polipeptida, 34kDa

• Hormon Epo dihasilkan oleh ginjal (90%) dan hepar (10%).

• Hipoksia  induksi Hypoxia Induced Factor (HIF-2α dan β) merangsang


produksi Epo

• Epo terikat pada reseptor spesifik progenitor sel darah merah  memberi
sinyal merangsang proliferasi dan diferensiasi sel Prekursor  terbentuk
eritrosit matang
Hypoxia Induced Factor (HIF-2α dan β)

ERITROPOIETIN

• MENINGKAT

• Anemia

• Oksigen atmosfer ↓

• Fx jantung paru terganggu

• Ggn sirkulasi ginjal

• Tumor

• MENURUN

• Polisitemia vera

• Penyakit ginjal berat

HEMOGLOBIN
Protein yang terdapat didalam eritrosit

Tiap Eitrosit : 640 juta molekul Hb.

Satu Molekul Hb Terdiri dari :

– 4 Gugus Heme

– 4 rantai Globin (2 pasang rantai globin)

suksinil CoA

Heme disintesis di mitokondria sedangkan globin di ribosom

Hemoglobin berfungsi

• Mengangkut O2 dari paru ke jaringan (Eritrosit arteri sistemik)


• Membawa Co2 dari jaringan ke paru (Eritrosit dalam vena)

2. Faktor yang mepengaruhi :


a. Hemopoiesis ( granulopoiesis dan eritropoiesis )

Faktor Pembentukan Eritropoesis

Ada 3 faktor yang mempengaruhi eritropoiesis:

a)eritropoietin 

Penurunan penyaluran O2(Oksigen) ke ginjal merangsang ginjal darah untuk


mengeluarkan hormon eritropoietin ke dalamdarah, dan hormon ini kemudian
merangsang eritropoiesis di sumsum tulang. Eritropoietin bekerja pada turunansel-
sel bakal yang belum berdiferensiasi yang telah berkomitmen untuk menjaadi sel
darah merah, yaitu merangsang proliferasi dan pematangan mereka.

b)kemampuan respon sumsum tulang (anemia , perdarahan)

c)intergritas proses pematangan eritrosit


b. Laju endap darah

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Laju Endap Darah (LED)

1. Faktor Eritrosit

Pengendalian eritrosit sangat kompleks dan disebabkan tiga tingkatan dari LED
seperti penggumpalan, kecepatan pengendapan maksimal dan pemadatan.
Pengendapan eritrosit disebabkan oleh perubahan permukaan eritrosit yang
menyebabkan eritrosit saling menyatu dan mengendap. Perubahan permukaan
eritrosit tersebut dipengaruhi oleh permukaan plasma, terutama oleh sifat fisika
dari plasma koloid. Dalam darah normal nilai LED relatif kecil karena
pengendapan eritrosit akibat tarikan diimbangi oleh tarikan ke atas akibat
perpindahan plasma. Viskositas plasma yang tinggi tekanan ke atas mungkin dapat
menetralisir tarikan ke bawah terhadap setiap sel, sebaliknya setiap keadaan yang
meningkat penggumpalan atau pelekatan sel satu dan lainnya akan meningkatkan
LED

2. Faktor Kimia

Pengaruh dari protein plasma yaitu hubungan antara protein plasma dan
pembentukan rouleoux merupakan dasar pembentukan LED. Rouleaux adalah
gumpalan eritrosit yang disatukan oleh gaya tarik permukaan bukan oleh antibodi
atau ikatan kovalen. Kualitas ini mencerminkan kemampuan sel membentuk
agregat. Apabila proporsi globulin terhadap albumin meningkat, atau kadar
fibrinogen sangat tinggi. Pembentukan rouleaux meningkat dan kecepatan
pengendapan juga meningkat

3. Faktor Teknik

Faktor teknik yang mempengaruhi LED adalah posisi tabung, pemakaian


antikoagulan, dan penundaan pemeriksaan. Posisi tabung adalah posisi tegak lurus,
jika dalam posisi miring akan mempengaruhi hasil 30% lebih tinggi. Pemakaian
antikoagulan berlebih mengakibatkan LED tinggi. Penundaan pemeriksaan
maksimal 2 jam, apabila lebih dari 2 jam akan membuat bakteri lebih banyak dan
membuat lisis pada eritrosit sehingga LED tinggi

4. Faktor Fisik
Faktor fisik yang berperan dalam pemeriksaan LED, misalnya suhu atau
temperatur bahan pemeriksaan. Suhu yang ideal antara 22-27°C. Suhu yang tinggi
akan mempercepat pengendapan eritrosit sedangkan suhu yang rendah akan
memperlambat pengendapan eritrosit. Variasi yang kecil dari temperatur ruangan
tidak berpengaruh besar pada laju endap darah. Namun ketika terjadi perbedaan
suhu yang cukup besar, laju pengendapan darah akan dipengaruhi secara
signifikan. Suhu optimum selama pemeriksaan 20C, suhu yang tinggi akan
mempercepat pengendapan dan sebaliknya suhu rendah memperlambat
pengendapan. Darah yang disimpan di lemari pendingin, laju pengendapan darah
secara signifikan akan menurun disebabkan viskositas plasma yang meningkat

5. Faktor Fisiologi

Faktor fisiologi terjadi pada pasien hamil dan anemia mengakibatkan LED tinggi
karena akibat peningkatan fibrinogen.

6. Faktor Plasma

Faktor plasma mempengaruhi LED adalah kolesterol, fibrinogen dan globulin.


Kolesterol yang meningkat dapat menetralkan tarikan ke bawah terhadap sel atau
gumpalan sel. Keadaan yang meningkatkan LED dapat mengurangi sifat saling
menolak diantara eritrosit, dan mengakibatkan eritrosit lebih mudah melekat satu
dengan yang lain sehingga memudahkan terbentuknya rouleaoux. Perbandingan
globulin terhadap albumin yang meningkat atau kadar fibrinogen sangat tinggi,
maka pembentukan rouleoux sangat mudah sehingga LED meningkat. Alasan
paling sering peningkatan LED adalah peningkatan kadar fibrinogen plasma yang
berkaitan dengan reaksi kronis, tetapi peningkatan dalam makromolekul lainnya
dalam plasma akan meningkatkan fibrinogen terutama immunoglobulin. Nilai LED
dapat meningkat antara lain disebabkan jumlah eritrosit kurang dari normal, ukuran
eritrosit yang lebih besar dari ukuran normal sehingga lebih mudah atau cepat
membentuk rouleaux. Peningkatan kadar fibrinogen dalam darah akan
mempercepat pembentukan rouleaux sehingga LED dapat meningkat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai LED

 Kadar fibrinogen
Fibrinogen merupakan protein yang diproduksi oleh  hati dan berfungsi untuk
membantu proses  pembekuan darah Sehubungan dengan perannya dalam proses
pembekuan darah, jumlah fibrinogen akan meningkat saat terjadi luka atau infeksi
di dalam tubuh.Jumlah fibrinogen yang meningkat dapat menyebabkan sel - sel
darah merah saling mengikat satu sama lain dan membentuk gumpalan yang
disebut rouleaux sehingga sel - sel darah merah cenderung menjadi lebih berat
 Rasio sel darah merah terhadap plasma darah
Saat rasio sel darah merah terhadap plasma darah cukup tinggi, maka dapat
dikatakan bahwa jumlah komponen sel lebih banyak dibandingkan dengan
komponen cair atau plasma sehingga komponen sel lebih berat dan lebih cepat
mengendap.
 Keadaan sel darah merah yang abnormal
Keadaan sel darah merah yang tidak normal seperti pada penderita anemia sel sabit
dapat menurunkan nilai LED secara signifikan. Hal ini disebabkan oleh bentuk sel
darah merah yang lebih kecil dan kurang beraturan sehingga sel darah merah
menjadi lebih lambat saat mengendap.
 Faktor teknis
Faktor teknis yang dapat mempengaruhi hasil uji LED mencakup posisi dan tinggi
tabung pengujian, proses pencampuran sampel darah dengan antikoagulan, serta
pengaruh lingkungan terhadap tabung pengujian dalam proses
pengamatan. Perhatian yang kurang terhdap hal - hal teknis tersebut dapat
memberikan pengaruh yang cukup besar terhdap hasil uji LED.
4. Pemeriksaan laboratorium hematology dan kadar normal dalam darah :
a. Pemeriksaan darah lengkap

1. Sel darah putih


Sel-sel darah putih berperan dalam memerangi infeksi serta dalam proses alergi
dan peradangan. Sel darah putih bisa dihitung langsung secara keseluruhan, tetapi
bisa juga dihitung berdasarkan jenisnya. Jenis-jenis sel darah putih meliputi:

 Neutrofil, yang berperan dalam melawan virus atau bakteri


 Limfosit, yang berperan dalam menciptakan antibodi untuk melawan virus
dan bakteri
 Monosit, yang menyingkirkan sel dan jaringan rusak serta meningkatkan
respons tubuh terhadap serangan penyakit
 Eisonofil, yang melawan infeksi serta memicu peradangan dan reaksi alergi
 Basofil, yang melepaskan enzim untuk mengendalikan alergi

2. Sel darah merah


Sel darah merah berfungsi untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh. Komponen
sel darah merah yang diperiksa dalam tes hematologi lengkap adalah:

 Hemoglobin, yaitu jumlah seluruh hemoglobin di dalam darah


 Hematokrit, yaitu persentase jumlah sel darah merah di dalam darah
 MCV (mean corpuscular volume), yaitu ukuran rata-rata sel darah merah
 MCH (mean corpuscular hemoglobin), yaitu jumlah rata-rata hemoglobin di
dalam sel darah merah
 MCHC (mean corpuscular hemoglobin concentration), yaitu seberapa
padatnya molekul hemoglobin dalam sel darah merah
 RDW (red cell distribution width), yaitu variasi ukuran sel darah merah

3. Platelet
Platelet atau disebut juga trombosit adalah sel darah yang berperan dalam proses
pembekuan darah. Dalam tes hematologi lengkap, dokter akan menilai jumlah,
ukuran rata-rata, dan keseragaman ukuran platelet dalam darah.

Tujuan Pemeriksaan Hematologi Lengkap


Secara garis besar, di bawah ini adalah beberapa peran penting tes hematologi
lengkap:

 Mengevaluasi kesehatan secara menyeluruh.


 Melihat kemungkinan adanya penyakit yang dapat dideteksi dari
peningkatan ataupun penurunan kadar sel darah.
 Mendiagnosis penyebab gangguan kesehatan, terutama jika pasien
mengalami gejala tertentu, seperti demam, kelelahan, lemas, bengkak, dan
perdarahan.
 Memantau perkembangan kesehatan pasien dengan penyakit yang
memengaruhi kadar sel darah.
 Memantau penanganan penyakit, terutama yang memengaruhi kadar sel
darah dan memerlukan tes hematologi lengkap secara teratur

Tes hematologi lengkap dilakukan oleh dokter patologi klinik dengan cara


mengambil darah menggunakan jarum suntik dari pembuluh darah lengan. Sampel
darah ini akan diperiksa untuk kemudian dilaporkan sebagai hasil tes
Hasil tes hematologi lengkap umumnya dipaparkan dalam 2 kolom. Kolom yang
satu adalah nilai referensi, yaitu rentang nilai pemeriksaan normal, sementara
kolom yang lain adalah hasil pemeriksaan hematologi lengkap Anda. Jika hasil
Anda lebih rendah atau lebih tinggi dari nilai referensi, hasil tersebut dikatakan
tidak normal.
Tes hematologi lengkap  bukanlah pemeriksaan mutlak dalam penegakan
diagnosis. Pemeriksaan harus meliputi peninjauan keluhan dan riwayat penyakit
terdahulu, serta pemeriksaan fisik. Setelah itu pun, masih ada pemeriksaan
penunjang lain yang bisa dilakukan untuk menegakkan diagnosis.

Beberapa pemeriksaan yang termasuk dalam pemeriksaan darah lengkap, antara


lain:
1. Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin merupakan protein yang terkandung dalam sel darah merah dan
berfungsi membawa oksigen ke seluruh tubuh. Nah, kandungan oksigen dalam
darah ini lah yang membuat darah berwarna merah. Adanya perubahan hemoglobin
dalam darah bisa jadi pertanda kalau kamu tengah mengidap gangguan kesehatan.
2. Hematokrit (Ht)
Tingginya kadar hematokrit dalam tubuh menandakan kalau kamu tengah
mengalami dehidrasi. Tes kadar hematokrit merupakan bagian dari pemeriksaan
darah lengkap yang digunakan untuk mendeteksi anemia. Selain itu, pemeriksaan
hematokrit juga dilakukan guna mengetahui reaksi tubuh terhadap pengobatan
yang tengah dijalani.
3. Trombosit
Proses pembekuan darah dapat terganggu ketika kadar trombosit tidak normal.
Gangguan yang terjadi biasanya meliputi pembekuan sampai penggumpalan darah.
Karena sifatnya dapat membekukan darah, trombosit berfungsi untuk menutup dan
menyembuhkan luka. Trombosit juga berfungsi untuk menghentikan pendarahan
ketika terjadi luka
4. Sel Darah Merah
Sel darah merah mempunyai fungsi membawa oksigen dan nutrisi ke seluruh
tubuh. Sel darah merah dengan tingkat yang tidak normal akan menjadi pertanda
kalau kamu tengah mengidap penyakit tertentu. Penyakit tersebut meliputi anemia,
perdarahan, serta kekurangan cairan atau dehidrasi.
5. Sel Darah Putih
Sel darah putih mempunyai fungsi untuk melindungi tubuh dari segala serangan
penyakit. Sel darah putih juga bertugas untuk mendeteksi dan membasmi
mikroorganisme asing, seperti virus, bakteri, maupun parasit yang membawa
penyakit atau infeksi ke dalam tubuh.

6. Gula Darah
Tes gula darah dilakukan guna mengetahui kadar gula dalam darah. Seseorang
dengan diabetes akan memerlukan tes ini secara rutin. Tes gula darah ada banyak
jenis dengan fungsi yang berbeda. Selain untuk mendeteksi diabetes, tes gula darah
dilakukan untuk memastikan kadar gula darah pengidap diabetes dalam tahap
normal. 
cara pemeriksaan Hb dengan Metode Sahli. Prinsip dalam metode sahli sendiri
yaitu ketika darah ditambahkan asam hidroklorida/hydrochloric acid (N/10 HCl),
hemoglobin diubah menjadi hematin asam (acid haematin) yang berwarna coklat.
Warna coklat yang dihasilkan dari hematin asam disesuaikan dengan warna coklat
standar pembanding, dalam colorimeter visual yang disebut colorimeter Sahli.
Intensitas warna coklat tergantung pada jumlah hematin asam yang diproduksi, dan
tergantung pada jumlah hemoglobin dalam sampel darah.

Widyastuti, H. (2017). Gambaran Indeks Eritrosit Pada Pasien Gagal Ginjal


Kronik (Doctoral dissertation, Muhammadiyah University of Semarang).

LAJU ENDAP DARAH

Nofiyanti, I. (2017). Perbedaan hasil pemeriksaan laju endap darah metode


manual dan automatic (Doctoral dissertation, Muhammadiyah University of
Semarang).

LAJU ENDAP DARAH

Nofiyanti, I. (2017). Perbedaan hasil pemeriksaan laju endap darah metode


manual dan automatic (Doctoral dissertation, Muhammadiyah University of
Semarang).
b. Pemeriksaan Hb, shaly dan cyanmet
METODE CYANMETHEMOGLOBIN

 Hasilnya berwarna merah


 Intensitas warna dibaca dengan fotometer dan dibandingkan dengan standar
 Hasil lebih objektif, karena yang membandingkan alat elektronik
 Mahal
 Pengukuran Hb yang disarankan oleh WHO adalah dengan cara cyanment,
namun cara oxyhaemoglobin dapat juga dipakai asal distandarisir terhadap
cara cyanmet.

Peningkatan kadar Hb
Terdapat pada penderita : anemia, kanker, ginjal, pemberian cairan intravena
berlebih dan Hodgkin.

Penurunan kadar Hb
Pada pasien : dehidrasi, polisitemia, gagal jantung, luka bakar hebat.
c. Pemeriksaan indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC)

 mean corpuscular volume (MCV) atau Volume eritrosit rata-rata

Merupakan volume rata-rata eritrosit yang dihitung dari hematocrit dan


jumlah eritrosit.MCV mengindikasikan ukuran eritrosit : mikrositik (ukuran
kecil), normositik (ukuran normal), dan makrositik (ukuran besar). Nilai
MCV diperoleh dengan mengalikan hematokrit 10 kali lalu membaginya
dengan hitung eritrosit.

MCV = (hematokrit x 10) : hitung eritrosit

Nilai rujukan :

 Dewasa : 80 - 100 fL
 Bayi baru lahir : 98 - 122 fL
 Anak usia 1-3 tahun : 73 - 101 fL
 Anak usia 4-5 tahun : 72 - 88 fL
 Anak usia 6-10 tahun : 69 - 93 fL

 mean corpuscular hemoglobin (MCH) atau Hemoglobin eritrosit rata-


rata

MCH mengindikasikan bobot hemoglobin di dalam eritrosit tanpa


memperhatikan ukurannya. MCH diperoleh dengan mengalikan kadar Hb 10
kali, lalu membaginya dengan hitung eritrosit.

MCH = (hemoglobinx10) : hitung eritrosit

Nilai rujukan :

 Dewasa : 26 - 34 pg
 Bayi baru lahir : 33 - 41 pg
 Anak usia 1-5 tahun : 23 - 31 pg
 Anak usia 6-10 tahun : 22 - 34 pg
MCH dijumpai meningkat pada anemia makrositik-normokromik atau sferositosis,
dan menurun pada anemia mikrositik-normokromik atau anemia mikrositik-
hipokromik

 mean corpuscular hemoglobin concentration (MCHC) atau kadar


hemoglobin eritrosit rata-rata

MCHC mengindikasikan konsentrasi hemoglobin per unit volume eritrosit.


Penurunan nilai MCHC dijumpai pada anemia hipokromik, defisiensi zat
besi serta talasemia. Nilai MCHC dihitung dari nilai MCH dan MCV atau
dari hemoglobin dan hematokrit.

MCHC = ( MCH : MCV ) x 100 % atau MCHC = ( Hb : Hmt ) x 100 %

Nilai rujukan :

 Dewasa : 32 - 36 %
 Bayi baru lahir : 31 - 35 %
 Anak usia 1.5 - 3 tahun : 26 - 34 %
 Anak usia 5 - 10 tahun : 32 - 36 %

Anda mungkin juga menyukai