1. Adakah riwayat penyakit kronis (misalnya infeksi, rheumatoid artritis atau gejala
keganasan)?
2. Adakah tanda-tanda kegagalan sum-sum tulang (memar, perdarahan dan infeksi yang tak
lazim atau rekuren)?
3. Adakah alasan untuk mencurigai adanya hemolysis (misalnya icterus, katup buatan yang
diketahui bocor)?
4. Adakah riwayat anemia sebelumnya atau pemeriksaan penunjang seperti endoskopi
gastrointestinal?
5. Adakah disfagia (akibat lesi esophagus yang menyebabkan anemia atau selaput pada
esophagus akibat anemia defisiensi Fe)?
Riwayat Keluarga
1. Adakah riwayat anemia dalam keluarga? Khususnya pertimbangkan penyakit sel sabit,
thalassemaia dan anemia hemolitik yang diturunkan.
2. Dapat juga ditanyakan riwayat transfusi jangka panjang dalam keluarga.
Bepergian
Tanyakan riwayat bepergian dan pertimbangkan kemungkinan infeksi parasit (misalnya
cacing tambang dan malaria).2
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada kasus kelainan darah tidaklah banyak, karena untuk
mendiagnosa suatu kelainan darah dibutuhkan kelengkapan dan kecocokan antara gejala
klinis yang muncul dengan hasil temuan pemeriksaaan laboratorium penunjang. Namun jika
pemeriksaan dan anamnesis dilakukan dengan baik maka hanya dibutuhkan beberapa
pemeriksaan untuk menegakan diagnosis. Berikut beberapa pemeriksaan yang dapat
dilakukan:
Pemeriksaan keadaan umum (KU) & TTV
Pemeriksaan KU pasien ialah melihat kondisi pasien langsung ketika datang ke
klinik atau rumah sakit. Hal-hal yang perlu diperhatikan ialah kesadaran dan keaktifan
pasien. Kemudian pada pemeriksaan TTV (tanda-tanda vital), yang perlu diperiksa
ialah tensi, laju nafas, frekuensi nadi, dan suhu tubuh. Kedua pemeriksaan ini
dalam keadaan anemia maka akan muncul gambaran wajah pucat dengan sclera
anemis. Namun bila pasien tersebut mengalami gangguan metabolic misalnya
Memang pada kasus-kasus kelainan darah, pemeriksaan fisik kurang bermakna, karena itu
dibutuhkan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium.3
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang perlu di periksa dalam kasus anemia yaitu:
Screening test
Pemeriksaan penyaring untuk kasus anemia terdiri dari pengukuran kadar hemoglobin, indeks
eritrosit (MCV, MCH dan MCHC) dan hapusan darah tepi.
Pemeriksaan darah seri anemia
Pemeriksaan darah seri anemia meliputi hitung leukosit, trombosit, hitung retikulosit dan
lanjut endapan darah.
Pemeriksaan sumsum tulang
Pemeriksaan sumsum tulang memberikan informasi mengenai keadaan sistem hematopoesis.
Pemeriksaan ini dibutuhkan untuk diagnosis definitif pada beberapa jenis anemia.
Pemeriksaan sumsum tulang mutlak diperlukan untuk diagnosis anemia aplastik, anemia
megaloblastik, serta pada kelainan hematologik yang dapat mensupresi sistem eritoid.
3
Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan ini hanya dikerjakan atas indikasi khusus, misalnya pada:
- Anemia defisiensi besi : serum iron, TIBC (total iron binding capacity), saturasi
-
tes Schiling.
Anemia hemolitik : bilirubin serum, tes Coomb, elektroforesisi hemoglobin dan lain-
lain
Anemia aplastik : biopsi sumsum tulang
Juga diperlukan pemeriksaan non-hematologik tertentu seperti misalnya pemeriksaan
eritroist mikrositik dengan poikilositosis ringan sampai dengan menengah. Pada talassemia
0 heterozigot terdapat mikrositik dan hipokrom ringan, tetapi kurang poikilositosis.
Pada penderita talassemia homozigot dan heterozigot berganda, dapat ditemukan
poikilositosis yang hebat, dalam keadaan ini kita dapat menemukan sel targert, eliptosit dan
juga polikromasia, basophilic stippling, dan nRBC (nucleated Red Blood Cell). Hitung
retikulosit meningkat menunjukkan sumsum tulang merespon proses hemolitik. Pada HbH
disease, hitung retikulosit dapat mencapai 10%. Pada thalassemia- homozigot hitung
retikulosit kurang lebih 5%.
Sumsum tulang penderita thalassemia yang tidak diobati memperlihatkan hiperselularitas
yang nyata dengan hyperplasia eritroid yang ekstrim. Hemopoiesis ekstramedular terlihat
menonjol. Namun HbH disease kurang menunjukkan hyperplasia eritroid. Sementara itu,
thalassemia heterozigot hanya menunjukkan hiperplasia eritroid ringan. Sementara itu,
thalassemia heterozigot hanya menunjukkan hyperplasia eritroid ringan.
Eritrosit thalassemia yang mikrositik hipokrom memiliki fragilitas osmotic yang menurun.
hal ini digunakan sebagai dasar variasi one-tube tes fragilitas osmotic sebagai uji tapis
pembawa sifat thalassemia pada populasi di mana thalassemia sering dijumpai. Namun, tes
ini tidak dapat membedakan dengan anemia defisiensi besi, karena pada anemia defisiensi
besi ditemukan fragilitas osmotic yang juga menurunn.
Pada thalassemia minor (trait), HbH disease dan thalassemia pembawa sifat
tersembunyi (silent) tes pewarnaan brilliant cresyl blue untuk HbH inclusions dapat
digunakan untuk merangsang presipitasi HbH yang secara intrisik tidak stabil. HbH
inclusions (rantai globin yang terdenaturasi) mempunyai ciri khas berupa materi yang
kecil, multiple, berbentuk ireguler, bewarna biru kehijauan, yang mirip golf atau buah
raspberry. Materi ini tersebar merata dalam eritrosit. Pada HbH disease hampir seluruh
eritrosit mengandung inclusions, sedangkan pada thalassemia minor hanya sedikit
eritrosit yang mengandung inclusions, sementara itu pada thalassemia pembawa sifat
tersembunyi inclusions ini jarang ditemukan. Inclusions ini berbeda dengan Heinz bodies,
dimana materi ini menunjukkan ukuran yang lebih besar, jumlahnya sedikit, dan sering
letaknya ekstrensik di sepanjang membran eritrosit. Bila tidak ditemukan HbH inclusions
tidak berarti menghilangkan kemungkinan diagnosis thalassemia minor atau pembawa
sifat tersembunyi.
Elektroforesi dengan selulosa asetat pada pH basa penting untuk menapis diagnosis
hemoglobin H Barts Constant Springs, Lepore, dan variasi lainnya. HbH dan Barts cepat
bergerak pada selulosa asetat pada pH basanya tetapi pada pH asama hanya merupakan
hemoglobin yang bermigrasi anodally. Peningkatan HbA2 peningkatan dengan elektroforesis
hemoglobin dapat dilakukan pada uji tapis mikrohematografi. Nilai HbA 2. Peningkatan HbF
yang ditemukan pada thalassemia-. HPFH dan varian thalassemia- lainnya dapat dideteksi
juga dengan elektroforesis.
Prosedur khusus lainhya seperti tes rantai globin dan analisis DNA dikerjakan untuk
mengidentifikasikan genotip spesifik. Uji ini dapat dilakukan untuk tujuan penelitian
carrier, untuk mengidentifikasikan gen pembawa sifat gen yang banyak. Harus ditemukan
apakah keuntungan uji lengkap ini melebihi biayanya.2,4,5
Working diagnosis
Talasemia1,2,3,5
Talasemia adalah kelompok anemia hipokromik herediter yang disebabkan tidak adanya
sintesis satu atau lebih rantai polipeptida globin yang bergabung membentuk hemoglobin.
Sindrom -talesemia biasanya disebabkan oleh delesi satu gen globin atau lebih. -talesemia
depat juga kerena delesi gen, tetapi lebih lazim merupakan akibat kelainan pembacaan atau
pemoresesan DNA.
Anemia merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan penurunan kadar hemoglobin atau
nilai hematokrit atau jumlah eritrosit dalam sirkulasi darah.
WHO menetapkan kriteria anemia untuk keperluan penelitian lapangan pandang seperi yang
terlihat pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Tabel 1. Kriteria Anemia Menurut WHO
Kelompok
Kriteria Anemia
(Hb)
Laki-laki dewasa
< 13 g/dl
Wanita
< 12 g/dl
dewasa
tidak hamil
Wanita
dewas
< 11 g/dl
hamil
Tabel 2. Kriteria Anemia Menurut WHO pada Anak
Usia
Hemoglobin
(g/dl)
6 bulan - < 5
< 11
tahun
5 tahun 14
< 12
tahun
Geno
Fenot
uk
tip
ip
Thal
Thala
Berva
asse
ssemi
riasi
mia-
(ringa
homo
n-
zigot
berat)
thala
sse
mia
(0
0)
Thal
Muta
Berva
asse
si gen
riasi
mia-
berva
(ringa
riasi
n-
heter
berat)
ozigo
t
Thal
Heterozigot ganda:
2 0 berbeda atau 2
asse
mia-
+ berbeda
Atau 0 dan +
0
dan
thala
sse
mia
asimptomatik.
Thalassemia mayor
Thalassemia mayor, dengan genotip homozigot atau heterozigot ganda thalassemia, menunjukkan fenotip klinis berupa kelainan yang sangat berat dan penderita
Thalassemia-2- trait (- / )
Ditemukan delesi satu rantai (-), yang didapatkan dari salah satu orang tuanya.
Sedangkan rantai lainnya yang lengkap (), diwarisi dari pasangan orang tuanya
dengan rantai- normal. Penderita kelainan ini merupakan pembawa fenotip yang
asimptomatik atau silent carrier state. Kelainan ini ditemukan pada 15-20% populasi
keturunan Afrika.
Thalassemia-1- trait (-/- atau /--)
Pada keadaan ini ditemukan delesi dua lokus. Delesi ini daoat berbentuk thalassemia-2a-
homozigot (-/-) atau thalassemia-1a- heterozigot (/ --). Fenotip thalassemia-1- trait
Secara ringkas genotip dan fenotip dari berbagai mutasi gen pada thalassemia- akan
dipersingkat dalam bentuk tabel di bawah ini
10
Sumber : Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid II edisi V : dasardasar talasemia
Bent
Geno
Fenot
uk
tip
ip
Thal
(-/
Asim
asse
ptom
thala
ssem
ia-
mia-
atik
2-
trait
Thalassemia-1- trait:
Thalassemia-2a-
homozigot
Thalassemia-1a-
(-/
Men
-)
yerup
ai
heterozigot
thala
( /
- -)
ssemi
a-
mino
r
Hem
(--/
Thala
oglo
- )
ssemi
bin
inter
disea
medi
se
11
Hydr
(- - /
Hydr
ops
- -)
ops
fetali
fetali
deng
meni
an
nggal
Hb
in
Barts
utero
Per
ba
ndi
ng
an
Ta
las
em
ia
A
n
e
m
i
a
D
e
f
i
s
i
e
n
s
i
B
e
s
i
Mi
kro
siti
k
An
em
ia
ec.
Pe
nya
kit
Kr
oni
s
12
Hi
po
kro
m
Be
si
Ser
um
Tra
nsf
erri
n
He
mo
sid
eri
n
Da
ya
Ika
t
u
r
u
n
/
-
N/t
uru
n
t
u
r
u
n
/
-
t
u
r
u
n
/
-
tur
un
Be
si
Ter
api
Be
13
si
Ele
ktr
ofo
res
is
Ab
no
rm
al
He
pat
osp
len
om
ega
li
+/-
S
H
D
T
sel
tar
get
,
ter
da
pat
Hb
F
G
l
o
s
it
i
s
,
k
o
il
o
n
i
k
i
a
,
s
t
o
m
a
ti
Ke
gan
asa
n,
infl
am
asi
kro
nis
Ta
nd
atan
da
lai
n
14
ti
s
,
&
p
i
c
a
15
peningkatan jumlah eritrosit yang mikrositik hipokrom. Pada saat postnatal dapat ditemukan
HbH Barts 2 10 %. Pada waktu dewasa tidak ditemukan adanya HbH (4).
HbH disease
HbH disease disebabkan oleh keadaan yang mengakibatkan hanya ada satu gen yang
memproduksi rantai globin ( - - / - ) atau dapat juga disebabkan oleh kkombinasi gen 0
dengan Hb Constant Spring ( - - / CS).
Penderita HbH disease pada umumnya mengalami anemia hemolitik kronik yang ringan
sampai sedang. Dari pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya pembesaran limpa dan
terdapat kelainan skeletal. Pemeriksaan laboraturium dapat ditemukan kadar Hb antara 7 10
g%, dan dapat ditemukan retikulosit 5 10%. Eritrosit menunjukkan mikrositik hipokromik
dengan poikilositosis yang nyata, termasuk sel target dan gambaran beraneka ragam. HbH
mudah teroksidasi dan in vivo secara perlahan ke bentuk Heinz-lika bodies dari hemoglobin
yang terdenaturasi. Inclusion bodies mengubah bentuk dan sifat viskoelastika dari eritrosit,
menyebabkan umur eritrosit menjadi lebih pendek. Dalam keadaan ini splenektomi sering
memberikan perbaikan.
Retradasi mental juga dapat terjadi bila lokus dekat cluster gen pada kromosom 16
bermutasi atau ko-delesi dengan cluster gen .
Suatu keadaan serius berupa krisis hemolitik dapat terjadi pada penderita yang mengalami
infeksi, hamil atau terpapar obat-obat oksidatif. Krisis hemolitik dapat menjadi penyebab
terdeteksinya kelainan HbH disease karna pada umumnya HbH disease sering bersifat
asimptomatik.
Hydrops Fetalis
Thalassemia homozigot ( - -/ - -) tidak dapat bertahan hidup karena sintesis rantai globin
tidak terjadi. Bayi lahir dengan hydrops fetalis, yakni bayi mengalami edema disebabkan
penumpukan cairan serosa dalam jaringan fetus akibat anemia berat.
Hemoglobin didominasi oleh Hb Barts ( 4), bersama dengan Hb Portland 5 2-%, dan
19
sedikit HbH. Hb Barts mempunyai afinitas oksigen yang tinggi, sehingga tidak dapat
membawa oksigen ke jaringan. Fetus dapat bertahan hidup karena adanya Hb Portland, tetapi
Hb henis ini tidak dapat mendukung tahap berikutnya pertumbuhan fetus, dan akhirnya fetus
meninggal karena anoksia berat.
Bayi dilahirkan prematur, bayi dapat hidup lalu meninggal beberapa saat kemudian.
Fetus menunjukkan anemia, edema, asites, hepatosplenomegali berat dan kardiomegali.
Rongga sumsum tulang bayi melebar dengan hyperplasia sel-sel eritoid. Hal ini menunjukkan
eritropoeisis ekstrameduler.
Kehamilan dengan hydrops fetalis berbahaya bagi si ibu, karena dapat menyebabkan
toksemia dan pendarahan berat pasca partus. Adanya hydrops fetalis ini dapat diketahui pada
pertengahan umur kehamilan dengan ultrasonografi. Terminasi awal perlu dilakukan untuk
menghindarkan kejadian berbahaya ini pada si ibu.7,9
Penatalaksanaan
Penanganan dari thalassemia sampai saat ini beluma ada yang dapat menyembuhkan
karena thalassemia terjadi karena adanya kelainan genetic, oleh sebab itu diperlukan terapi
gen untuk mengobati thalassemia yang sampai saat ini belum dapat dilakukan karena
tingginya variasi mutasi gen dalam thalassemia.
Penanganan Thalassemia
Penderita thalassemia tidak membutuhkan penanganan. Kecuali pada keadaan
hemoglobin H disease memerlukan penambahan asam folat dan harus menghindari obat-obat
yang bersifat oksidatif karena penggunaan obat yang bersifat oksidatif akan mengakibatkan
munculnya anemia. Hiperslepenisme dapat diatasi dengan spelenktomi. Genetic konseling
perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya hydrops fetalis.
Penanganan Thalassemia
Untuk pasien dengan thalassemia mayor, ada dua bentuk terapi yang tersedia yaitu
transfusi darah dan menggunakan kelator besi yaitu deferoksamin, atau tranplantasi stem sel.
Tindakan tranfusi darah bertujuan untuk meningkatkan Hb 9 10 g/dL. \
Kelator besi deferoksamin saat ini hanya bisa diberikan melalui suntikan subkutan, dan masih
diteliti lebih lanjut untuk kemungkinan untuk penggunaan oral.
Tindakan splenektomi juga kadang-kadang diperlukan untuk mengurangni jumlah transfuse,
dan mencegah terjadi tumpukan besi / hemosiderin di limpa. Untuk penderita yang sudah
20
asimtomatis)
Ulkus maleolar
Deformitas dan kelainan tulang.1
Pencegahan
a. Edukasi
Edukasi masyarakat tentang penyakit thalassemia memegang peranan yang sangat penting
dalam program pencegahan. Masyarakat harus diberi pengetahuan tentang penyakit yang
bersifat genetik dan diturunkan, terutama tentang thalassemia dengan frekuensi kariernya
yang cukup tinggi di masyarakat. Pendidikan genetika harus diajarkan di sekolah,
demikian pula pengetahuan tentang gejala awal thalassemia. Media massa harus dapat
berperan lebih aktif dalam menyebarluaskan informasi tentang thalassemia, meliputi
gejala awal, cara penyakit diturunkan dan cara pencegahannya.2,11
b. Skrining Karier
Skrining massal dan konseling genetika telah berhasil di Italia, Yunani dan tempat yang
memiliki fekuensi gen thalassemia tinggi. Skrining pada populasi (skrining prospektif)
dikombinasikan dengan diagnostik pranatal telah menurunkan insidens thalassemia secara
dramatis. Skrining thalassemia ditujukan untuk menjaring individu karier thalassemia pada
suatu populasi, idealnya dilakukan sebelum memiliki anak. Skrining ini bertujuan untuk
21
thalassemia, serta Hb S,
C, D, E.
Skrining dapat dilakukan di sekolah, klinik dokter keluarga, klinik keluarga berencana,
klinik antenatal, saat pranikah, atau pada saat bayi baru lahir. Pada daerah dengan risiko
tinggi dapat dilakukan program skrining khusus pranikah atau sebelum memiliki anak.
Pendekatan genetik klasik dalam mendeteksi karier berdasarkan penelusuran silsilah
keluarga dianggap kurang efektif dibanding dengan skrining populasi. Bila ada individu
yang teridentifikasi sebagai karier, maka skrining pada anggota keluarga yang lain dapat
dilakukan. Skrining silsilah genetik khususnya efektif pada daerah yang sering terjadi
perkawinan antar kerabat dekat. 2
Metode pemeriksaan thalassemia yang definitif dan akurat meliputi pemeriksaan kualitatif
HbA2, HbF, rasio sintesis rantai globin dan analisis DNA untuk mengetahui mutasi
spesifik. Namun, semua pemeriksaan ini mahal. Pasien thalassemia selalu mengalami
anemia hipokrom (MCH < 26 pg) dan mikrositik (MCV < 75 fl), karenanya kedua
kelainan ini tepat digunakan untuk pemeriksaan awal karier thalassemia.
Kemungkinan anemia mikrositik akibat defisiensi besi harus disingkirkan melalui
pemeriksaan porfirin bebas eritrosit, feritin serum atau kadar besi serum, dengan total
iron-binding capacity. 2,11
c. Konseling genetika
Informasi dan konseling genetika harus tersedia ditempat skrining karier dilakukan.
Tenaga kesehatan tidak boleh memaksa orang untuk menjalani skrining dan harus mampu
menginformasikan pada peserta skirining bila mereka teridentifikasi karier dan
implikasinya. Prinsip dasar dalam konseling adalah bahwa masing-masing individu atau
pasangan memiliki hak otonomi untuk menentukan pilihan, hak untuk mendapat informasi
akurat secara utuh, dan kerahasiaan mereka terjamin penuh. Hal yang harus
diinformasikan berhubungan dengan kelainan genetik secara detil, prosedur obstetri yang
mungkin dijalani dan kemungkinan kesalahan diagnosis pranatal.
22
Informasi tertulis harus tersedia, dan catatan medis untuk pilihan konseling harus
tersimpan. Pemberian informasi pada pasangan ini sangat penting karena memiliki
implikasi moral dan psikologi ketika pasangan karier dihadapkan pada pilihan setelah
dilakukan diagnosis pranatal. Pilihan yang tersedia tidak mudah, dan mungkin tiap
pasangan memiliki pilihan yang berbeda-beda. Tanggung jawab utama seorang konselor
adalah memberikan informasi yang akurat dan komprehensif yang memungkinkan
pasangan karier menentukan pilihan yang paling mungkin mereka jalani sesuai kondisi
masing-masing. 2,11
d. Diagnosis Pranatal
Diagnosis pranatal meliputi skrining karier thalassemia saat kunjungan pranatal pada
wanita hamil, yang dilanjutkan dengan skrining karier pada suaminya bila wanita hamil
tersebut teridentifikasi karier.
Bila keduanya adalah karier, maka ditawarkan diagnosis pranatal pada janin serta
pengakhiran kehamilan bila ada risiko gen thalassemia homozigot. Saat ini, program ini
+
O
hanya ditujukan pada thalassemia dan yang tergantung transfusi dan sindroma Hb
Barts hydrops. Diagnosis pranatal dapat dilakukan antara usia 8-18 minggu kehamilan.
Metode yang digunakan adalah identifkasi gen abnormal pada analisis DNA janin.
Pengambilan sampel janin dilakukan melalui amniosentesis atau biopsi vili korialis (VCS/
villi chorealis sampling).
Biopsi vili korialis lebih disukai, karena bila dilakukan oleh tenaga ahli, pengambilan
sampel dapat dilakukan pada usia kehamilan yang lebih dini, yaitu pada usia gestasi 9
minggu. Namun WHO menganjurkan biopsi vili korialis pada usia gestasi 10- 12 minggu,
karena pada usia kurang dari 10 minggu ditemukan risiko malformasi janin. Seluruh
prosedur pengambilan sampel janin harus dilakukan oleh ahli fetomaternal dengan
panduan USG kualitas tinggi. Risiko terjadinya abortus pada biopsi villi korialis sekitar 12% bila dilakukan oleh tenaga ahli. Sedangkan tindakan amniosentesis, yaitu mengambil
cairan amnion, umumnya efektif dilakukan pada usia kehamilan > 14 minggu. Hal ini
dikarenakan untuk menjaring sel-sel janin yang baru lepas dalam jumlah cukup ke dalam
cairan amnion. Teknik ini relatif lebih mudah, namun mempunyai kelemahan pada usia
kehamilan yang lebih besar.
Teknik lain yang juga sudah dikembangkan adalah isolasi darah janin (fetal nucleated red
23
blood cell) sebagai sumber DNA janin dari darah perifer ibu. DNA janin dianalisis dengan
metode polymerase chain reaction (PCR). Untuk mutasi thalassemia, analisis dilakukan
dengan Southern blot analysis, pemetaan gen (gene mapping), dan restriction fragmen
length polymorphism (RFLP) analysis. Seiring dengan munculnya trauma akibat terminasi
kehamilan pada ibu hamil dengan janin yang dicurigai mengidap thalassemia mayor, saat
ini sedang dikembangkan diagnosis pranatal untuk thalassemia sebelum terjadinya
implantasi janin dengan polar body analysis.2,11
Prognosis
Individu dengan thalassemia mayor memiliki prognosis tidak terlalu baik karena
pasien harus menjalani transfuse seumur hidup dan penggunaan obat kelator besi seumur
hidup yang tentu saja akan memberatkan baik di segi sosial atau segi ekonomi. Pasien
talasemia- mayor umumnya meninggal setelah usia 15 tahun.
Angka kesakitan dan angka kematian pada thalassemia mayor terjadi karena adanya iron
over loading dan anemia yang berat yang dapat mengakibatkan hipoksia jaringan yang berat
bila pasien tidak mengalami transfusi darah dang penggunaan obat kelator besi. Penumpukan
besi dijaringan (hemokromatosis) dapat mengakibatkan terjadinya gangguan fungsi
endocrine, gangguan fungsi hati, ginjal dan gangguan fungsi jantung.
Bayi dengan thalassemia mayor kebanyakan lahir mati atau lahir hidup dan meninggal
dalam beberapa jam.10
Kesimpulan
Talassemia merupakan suatu kelompok kelainan sintesis hemoglobin yang heterogen.
Talassemia memberikan gambaran klinis anemia yang bervariasi dari ringan sampai berat.
Transfusi darah masih merupakan tata laksana suportif utama pada talassemia agar anak
dapat tumbuh dan berkembang secara normal. Transfusi dapat menyebabkan terjadinya reaksi
transfusi tipe cepat maupun tipe lambat. Transfusi berulang pada thalassemia akan
menyebabkan berbagai dampak, antara lain hemosiderosis, infeksi virus dan bakteri, serta
hipersplenisme. Terapi hemosiderosis pada thalassemia adalah terapi kombinasi dari obat
pengkelasi besi (iron chelating drugs), terapi infeksi bakteri adalah pemberian antibiotik, dan
terapi hipersplenisme yaitu dengan splenektomi.
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Rudolph,Abraham M. Rudolphs pediatrics vol. 2 20th edition (edisi bahasa
indonesia, ahli bahasa : a. samik wahab, sugiarto). EGC: Jakarta; 2007. h. 1290
2. Atmakusuma,Djumhana. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid II edisi V :
manifestasi klinis, pendekatan diagnosis dan thalassemia intermedia.
Internapublishing: Jakarta; 2009. h. 1387-93
3. Nelson, Waldo E., Behman,Richard E., Kliegman,Robert., Arvin,Ann M. Nelson
textbook of pediactrics vol. 3 15th : syndromes of herediter persistence of fetak
hemoglobin (edisi bahasa indonesia, ahli bahasa : a. samik wahab). EGC:
Jakarta; 2012. h. 1708-12
4. Bakta,I Made. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid II edisi V: pendekatan
terhadap pasien anemia. Internapublishing: Jakarta; 2009. h. 1111-2
5. Williams,William J., Lichtman,Marshall A., Beutler,Ernest., Kipps,Thomas J.
Williams manual of hematology 6th edition : the thalassemias. Mcgrawhill: USA;
2003. p. 91-8
25
26