Skenario 6.
Seorang anak perempuan berusia 2 tahun dibawa ibunya ke puskesmas karena sesak
napas sejak2 hari yang lalu. Keluhan didahului oleh demam naik-turun dan batukpilek sejak 1 minggu yang lalu. Batuk disertai dahak berwarna kuning. Napsu makan
pasien juga menurun. Pada pemeriksaan fisik didapati kesadaran compos mentis, anak
tampak sesak dan rewel, tidak ada sianosis, BB 12 kg, frekuensi napas 55x/menit,
denyut nadi 110x/menit, suhu 38,50C, pernapasan cuping hidung (+), retraksi
intercostal (+), faring hiperemis, terdapat ronkhi basah halus dan wheezing pada
kedua lapang paru. Laboratorium : leukosit 20.000/uL
Pendahuluan
Pneumonia merupakan penyakit yang menjadi masalah kesehatan utama pada
anak di berbagai negara terutama di negara berkembang termasuk Indonesia.
Pneumonia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak berusia
dibawah 5 tahun. Menurut laporan WHO, hampir 1 dari 5 balita di negara
berkembang meninggal karena pneumonia. Di Indonesia, pneumonia merupakan
penyebab kematian nomer 3 setelah kardiovaskuler dan tuberculosis. Faktor social
ekonomi yang rendah akan meningkatkan angka kematian akibat penyakit ini.
Terdapat beberapa faktor resiko yang menyebabkan tingginya angka mortalitas
pneumonia pada anak balita tersebut. Faktor resiko itu adalah antara lain bayi yang
lahir dengan berat badan yang rendah, tidak mendapat imunisasi, tidak mendapat ASI
yang adekuat, malnutrisi, defisiensi vitamin A, tingginya prevalensi kolonisasi bakteri
pathogen di nasofaring, dan tingginya pajanan terhadap polusi udara.
Derajat pneumonia ada yang berat maupun sangat berat. Oleh karena itu,
gejala klinis dan derajat beratnya penyakit ini harus ditangani dengan cepat dan tepat
serta sesuai dengan penyebabnya akan mengurangi angka mortalitas dari penyakit ini.
Isi
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, yang kita periksa adalah sebagai berikut :
1. Pemeriksaan tanda-tanda vital ( TTV )
Frekuensi napas : 55x / menit
Nadi : 110x / menit
Suhu : 38,50C
2. Pemeriksaan keadaan umum pasien
Kesadaran compos mentis, tampak sesak, rewel
3. Sianosis (-)
4. BB anak : 12 kg
5. Pernapasan cuping hidung (+)
6. Retraksi intercostal (+)
7. Faring hiperemis
8. Ronkhi basah halus (+) disertai wheezing pada kedua lapang paru
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Spesimen diambil dari sputum ataupun darah untuk menentukan organisme penyebab
Tergantung dari luas paru yang terkena penyakit dan penyakit paru yang ada
X-Ray
Mengidentifikasi distribusi structural (misalnya lobaris atau bronchial, dan dapat juga
menyatakan abses), melihat luas infiltrasi, empyema,infiltrasi menyebar atau
terlokalisasi, atau melihat penyebaran/pelebaran infiltrasi nodul.
Differential Diagnosis
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, yang
bisa kita tentukan sebagai differential diagnosis adalah :
Tabel 1. Perbedaan pneumonia, bronchitis, tuberculosis, dan asma.
Pembeda
Etiologi
Batuk
Demam
Sesak napas
Cuping Hidung
Leukosit
PP
Pneumonia
Infeksi virus,
Bronkitis
Infeksi virus dan
Tuberkulosis
Infeksi bakteri
Asma
Allergen
bakteri, jamur,
bakteri
parasit
Dahak +/+
+
+
^
Lab darah,
Dahak - nanah
+
+
^
Lab darah, Analisa
+
+
^
Lab darah, Uji
+
+
Penilaian status
Biakan dahak,
Mantoux, Biakan
alergi,
Analisa Gas
Fungsi Paru,
dahak
Pemeriksaan
Darah,
Rontgen
Bronkoskopi,
dari sputum
Pungsi paru
Pneumonia
Pneumonia adalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut bagian bawah yang
mengenai parenkim paru. Penyakit ini bisa disebabkan oleh bakteri maupun virus.
Gejala yang ditimbulkan dari penyakit ini bervariasi, tergantung umur penderita dan
penyebab infeksinya. Gejala yang didapat pada seorang anak yang terkena penyakit
ini adalah seperti napas cepat dan sulit bernapas, mengi, batuk pilek, demam,
menggigil, sakit kepala, dan napsu makan berkurang. 1-3
Bronkitis
Bronkitis adalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut bagian bawah, dimana
terjadi peradangan pada daerah laring, trakea, dan bronkus. Penyebab penyakit ini
bisa disebabkan oleh virus (rhinovirus, respiratory syncytial virus, virus influenza,
virus para influenza, dan coxsackie virus) dan bakteri (streptococcus, staphylococcus).
Faktor predisposisi dari timbulnya penyakit ini antara lain adalah alergi, perubahan
cuaca, dan polusi udara. Gejala yang ditimbulkan adalah seperti batuk kering bahkan
hingga bernanah, suhu badan normal maupun demam, kejang, kehilangan napsu
makan, stridor, napas berbunyi, dan sakit di tengah depan dada. 1-3
Tuberkulosis
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium
tuberculosis dan mycobacterium bovis. Penyakit tuberculosis pada bayi dan anak
disebut sebagai tuberculosis primer dan merupakan penyakit sistemik, dan
berlangsung secara perlahan. Gejala yang ditimbulkan dari dari penyakit ini adalah
seperti batuk, demam, berkeringat malam hari, penurunan aktifitas, kehilangan berat
badan, dan kesulitan dalam bernapas. 1-3
Asma
Asma adalah penyakit obstruksi jalan napas, yang reversible dan kronis,
dengan karakteristik adanya mengi. Asma disebabkan oleh spasme saluran bronkial,
ataupun pembengkakan mukosa bronkial setelah terpajan beberapa stimulus. Asma
adalah penyakit kronis yang paling umum terjadi pada anak-anak. Sebagian besar
terjadi pada usia 5 tahun. Asma biasanya terjadi akibat trakea dan bronkus yang
hiperresponsif terhadap iritans. Gejala yang biasa ditimbulkan asma adalah seperti
peningkatan frekuensi napas, mengi, batuk, dan sesak napas. 1-3
Working Diagnosis
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang,
working diagnosis yang bisa ditegakkan adalah pneumonia, yang secara umum
diartikan sebagai peradangan pada parenkim paru yang bisa disebabkan oleh
mikroorganisme, virus, jamur, maupun parasit. 4
Etiologi
Pneumonia adalah suatu peradangan di mana terdapat konsolidasi yang
disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Hal ini menyebabkan pertukaran
gas di dalam alveolus tidak dapat berlangsung secara sempurna. Semakin banyak
jaringan paru yang mengalami kerusakan, akan semakin berpotensi menyebabkan
keadaan hipoksia. 5,6
Pneumonia bisa diklasifikasikan berdasarkan anatomi, etiologi, gejala klinik,
maupun menurut lingkungannya.
-
Berdasarkan etiologinya :
Tanda klinisnya adalah : batuk atau kesulitan bernafas yang disertai dengan sianosis
sentral, tidak dapat minum dan disertai penarikan dinding dada sebelah bawah ke
dalam (severe chest indrawing).
b.
Pneumonia berat
Batuk dan atau kesulitan bernapas ditambah minimal salah satu hal berikut ini:
Kepala terangguk-angguk
Pernapasan cuping hidung
Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
Foto dada menunjukkan gambaran pneumonia (infiltrat luas, konsolidasi, dll)
Selain itu bisa didapatkan pula tanda berikut ini:
Napas cepat:
Anak umur < 2 bulan : 60 kali/menit
Anak umur 2 11 bulan : 50 kali/menit
Anak umur 1 5 tahun : 40 kali/menit
Anak umur 5 tahun : 30 kali/menit
Suara merintih (grunting) pada bayi muda
Pada auskultasi terdengar:
Crackles (ronki)
Suara pernapasan menurun
Suara pernapasan bronkial
Epidemiologi
Lebih dari 10 juta anak yang berusia dibawah 5 tahun mengalami kematian,
yang disebabkan oleh 6 penyebab utama yang mana sebagian besarnya dapat dicegah.
Dari sekitar 10,6 juta balita yang meninggal 73% nya disebabkan oleh 6 penyebab
utama yaitu : Pneumonia (radang paru) 19%, diare 18%, infeksi pada darah atau
pneumonia pada BBL 10%, prematur 10%, dan asfiksia (sumbatan jalan nafas) 8%,
malaria 8%. Ada 1 juta balita meninggal setiap tahun akibat penyakit yang disebut
InvasivePneumoccoccalDissease (IPD). Penyakit ini cukup berbahaya dan tidak
jarang menyebabkan kematian pada anak balita. Orang tua hendaknya tetap waspada
terhadap bahaya serangan penyakit IPD karena dapat mengancam nyawa, terutama
pada anak dibawah usia 2 tahun.
Hasil penelitian dinegara berkembang yang dilakukan oleh United Nations For
Children Fund (UNICEF) tahun 2001 menunjukan bahwa (20-35%) kematian bayi
dan anak balita disebabkan oleh penyakit radang paru. Diperkirakan bahwa 2-4 juta
bayi dan anak balita diberbagai negara setiap tahun meninggal karena penyakit radang
paru, dua per tiga dari kematian itu terjadi pada kelompok usia bayi, terutama bayi
yang berusia 2 bulan pertama sejak lahir. Dilaporkan, di kawasan Asia - Pasifik
diperkirakan sebanyak 860.000 balita meninggal setiap tahunnya atau sekitar 98 anak
setiap jam. Secara nasional angka kejadian Pneumonia belum diketahui secara pasti,
data yang ada baru berasal dari laporan Subdit ISPA Ditjen P2M-PL Depkes RI tahun
2007. Dalam laporan tersebut disebutkan, dari 31 provinsi ditemukan 477.429 anak
Balita dengan pneumonia atau 21,52 persen dari jumlah seluruh Balita di Indonesia.
Proporsinya 35,02 persen pada usia di bawah satu tahun dan 64,97 persen pada usia
satu hingga empat tahun. Pneumonia merupakan penyakit infeksi yang masih
menjadi masalah kesehatan di Indonesia, dan menjadi penyebab kematian nomor tiga
di Indonesia setelah kardiovaskuler dan tuberculosis.
Gejala Klinis
Secara umum, gejala klinis yang ditemui pada pasien pneumonia adalah
seperti demam, sakit kepala, iritabel, gelisah, malaise, nafsu makan kurang, keluhan
gastrointestinal. Gejala umum saluran pernapasan bawah berupa batuk, takipneu,
sputum, napas cuping hidung, sesak napas, air hunger, merintih, dan sianosis. Anak
yang lebih besar dengan pneumonia akan lebih suka berbaring pada sisi yang sakit
dengan lutut tertekuk karena nyeri dada. Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan
dinding dada bagian bawah ke dalam saat bernapas bersama dengan peningkatan
frekuensi napas), perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, dan ronki. 7
Patofisiologi
kematian sel, sebagian virus langsung mematikan sel atau melalui suatu tipe
penghancur sel yang disebut apoptosis. 5,8
Ketika sistem imun merespon terhadap infeksi virus,dapat terjadi kerusakan paru.Sel
darah putih,sebagian besar limfosit, akan mengaktivasi sejenis sitokin yang membuat
cairan masuk ke dalam alveoli. 5,8
Kumpulan dari sel yang rusak dan cairan dalam alveoli mempengaruhi pengangkutan
oksigen ke dalam aliran darah. Sebagai tambahan dari proses kerusakan paru,banyak
virus merusak organ lain dan kemudian menyebabkan fungsi organ lain
terganggu.Virus juga dapat membuat tubuh rentan terhadap infeksi bakteri, untuk
alasan ini, pneumonia karena bakteri sering merupakan komplikasi dari pneumonia
yang disebabkan oleh virus. 5,8
Pneumonia virus biasanya disebabkan oleh virus seperti vitus influensa,virus syccytial
respiratory(RSV),adenovirus dan metapneumovirus.Virus herpes simpleks jarang
menyebabkan pneumonia kecuali pada bayi baru lahir. Orang dengan masalah pada
sistem
imun
juga
berresiko
terhadap
pneumonia
yang
disebabkan
oleh
cytomegalovirus(CMV). 5,8
Pada bayi dan anak-anak penyebab yang paling sering adalah: virus sinsisial
pernafasan, adenovirus, virus parainfluenza dan, virus influenza. 5,8
2. Bakteri
Bakteri secara khusus memasuki paru-paru ketika droplet yang berada di udara
dihirup, tetapi mereka juga dapat mencapai paru-paru melalui aliran darah ketika ada
infeksi pada bagian lain dari tubuh. 5,8
Banyak bakteri hidup pada bagian atas dari saluran pernapasan atas seperti
hidung,mulut,dan sinus dan dapat dengan mudah dihirup menuju alveoli.Setelah
memasuki alveoli,bakteri mungkin menginvasi ruangan diantara sel dan diantara
alveoli melalui rongga penghubung.Invasi ini memacu sistem imun untuk mengirim
neutrophil yang adalah tipe dari pertahanan sel darah putih,menuju paru. Neutrophil
menelan dan membunuh organisme yang berlawanan dan mereka juga melepaskan
cytokin,menyebabkan aktivasi umum dari sistem imun. 5,8
Tipe dari bakteri gram positif yang menyebabkan pneumonia pada hidung atau mulut
dari banyak orang sehat. Streptococcus pneumoniae, sering disebut pneumococcus
adalah bakteri penyebab paling umum dari pneumoni pada segala usia kecuali pada
neonatus.Gram positif penting lain penyebab dari pneumonia adalah Staphylococcus
aureus. Bakteri Gram negatif penyebab pneumonia lebih jarang daripada bakteri gram
negatif.Beberapa dari bakteri gram negatif yang menyebabkan pneumoni antara lain
Haemophilus influenzae,Klebsiella pneumoniae, Escherichia coli, Pseudomonas
aeruginosa, dan Moraxella catarrhalis. Bakteri ini sering hidup pada perut atau
intestinal dan mungkin memasuki paru-paru jika muntahan terhirup. 5,8
3. Jamur
Pneumonia yang disebabkan jamur tidak umum, tetapi hal ini mungkin terjadi pada
individu dengan masalah sistem imun yang disebabkan AIDS, obat-obatan
imunosupresif atau masalah kesehatan lain. Patofisiologi dari pneumonia yang
disebabkan oleh jamur mirip dengan pneumonia yang disebabkan bakteri, Pneumonia
yang disebabkan jamur paling sering disebabkan oleh Histoplasma capsulatum,
Cryptococcus neoformans, Pneumocystis jiroveci dan Coccidioides immitis. 5,8
Efusi Pleura
Efusi Pleura merupakan istilah yang digunakan untuk penimbunan cairan dalam
rongga pleura. Efusi pleura, pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak di
antara permukaan visceral dan parietal, adalah proses penyakit primer yang jarang
terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. 9
Empiema
Empiema merupakan keadaan terdapatnya nanah dalam rongga pleura yang biasanya
merupakan kelanjutan proses efuis parapneumonia. Efusi parapneumonia adalah efusi
pleura yang menyertai pneumonia bakteri, abses paru dan bronkiektasis. Empiema
dapat juga terjadi akibat komplikasi torakotomi, trauma toraks, perforasi esophagus,
torakosentesis (aspirasi cairan pleura), proses keganasan dan infeksi kuman
tuberculosis. 9
Perikarditis
Perikarditis ialah peradangan pericardium viseralis dan parietalis dengan atau tanpa
disertai timbulnya cairan dalam rongga perikard yang baik bersifat transudat atau
eksudat maupun seraosanguinis atau purulen dan disebabkan oleh berbagai macam
penyebab. 9
Tatalaksana
Menurut WHO, penatalakasanaan pnumonia terdiri dari : 6
A.Pneumonia sangat berat
Penatalaksanaannya melalui cara : 6
1)
2)
3)
cara
memberikan
kloramfenikol
secara
berat badan per oral, setiap 6 jam. Menyeka dengan air suam-suam kuku atau air
dingin sebaiknya tidak dilakukan karena hal tersebut akan meningkatkan konsumsi
oksigen dan meningkatkan produksi karbon dioksida yang dapat menyebabkan
kegagalan pernapasan pada anak yang menderita pneumonia. 6
5)
6)
Suhu lingkungan, tidak membuat suhu terlalu panas atau dingin pada anak
yang menderita pneumonia merupakan hal yang penting. Tekanan panas dan
dingin dapat meningkatkan produksi karbon dioksida dan mencetuskan terjadinya
kegagalan pernafasan. Suhu lingkungan yang netral memperkecil konsumsi
oksigen. 6
7)
(ADH) dalam jumlah besar secara tidak sesuai dan berisiko terjadi kelebihan cairan
serta edema paru. Oleh karena itu jika anak dalam keadaan shock, sebaiknya hindari
pemberian cairan intravena dan sebagai gantinya dapat diberikan secara oral atau
dengan selang nasogastrik. 6
8)
Nilai ulang setiap 2 jam oleh perawat dan setiap 2 kali sehari oleh dokter.
Apabila anak memiliki respon buruk terhadap pengobatan : maka periksa
adanya komplikasi seperti empiema dimana terdapat demam persisten, perkusi yang
pekak, adanya cairan pleura pada pemeriksaan sinar X. Gagal jantung, jika adanya
pembesaran hati, denyut jantung > 160 x/menit, pembeseran jantung, bunyi murmur
jantung, tekanan vena yang tinggi, pengaliran darah yang buruk ke ekstermitas,
bronkospasme. Antibiotika diganti dengan kloksasilin ditambah dengan gentamicin
jika diduga adanya pneumonia stafilokokus. Bila pneumonia menetap lebih dari 10
hari walaupun telah diberi therapi antibiotik, pertimbangkan penyebab pneumonia
persisten. 6
B. Pneumonia Berat
Penatalaksanaannnya dengan cara : 6
1)
2)
intra muskuler setiap 6 jam paling sedikit selama 3 hari. Setelah anak membaik
ganti dengan ampisilin atau amoksilin oral.
Pencegahan
Pencegahan penyakit Pneumonia dapat dilakukan dengan cara meningkatkan
tahap menjaga kesehatan, seperti : pemberian ASI eksklusif, menjauhi tempat yang
sesak dan berdebu, mengutamakan tempat tinggal yang bersih, pengadaan rumah
dengan ventilasi yang memadai, perbaikan lingkungan serta perilaku hidup bersih dan
sehat. Peningkatan gizi balita dengan pemberian nutrisi yang baik, istirahat yang
cukup, dan menghindari kontak dengan penderita, menghindari pajanan asap rokok,
asap dapur dan asap kendaraan bermotor, menutup hidung dan mulut dengan sapu
tangan ketika batuk dan bersin, pemberian imunsasi DPT dan campak sesuai jadwal,
dan penderita yang sakit harus berobat dan menghindari kontak dengan orang sehat.
Vaksinasi dapat membantu mencegah sebagian jenis bakteri pada golongan anak-anak
dan golongan dewasa yang berisiko. Vaksin yang diberikan adalah : 6
a.
streptoccus pneumonia.
b.
c.
Vaksin influenza
Vaksin Hib untuk mencegah pneumonia yang disebabkan oleh influenza
haemopilus jenis B. Vaksin ini diberikan pada bayi dan anak-anak yang berusia
diantara 2 sampai 15 bulan.
Selain itu, vaksin pnumococcal polusaccharide mampu memberi pertahanan terhadap
kuman streptococcus pneumonia, bakteri yang dikenal pasti sebagai penyebab
meningitis dan radang paru-paru. Vaksin itu juga untuk mencegah pneumonia yang
disebabkan oleh kuman streptococcus pneumonia dikalangan anak-anak berusia 2
tahun keatas dan orang tua yang mengalami penyakit-penyakit kronik.
Prognosis
Dengan pemberian antibiotic yang tepat dan adekuat, mortalitas akan turun
hingga kurang dari 1%. Anak dalam keadaan malnutrisi energy protein dan datang
terlambat akan menunjukkan mortalitas yang lebih tinggi. 9
Kesimpulan
Kesimpulan yang bisa kita ambil adalah bahwa anak perempuan berusia 2
tahun yang datang dengan keluhan sesak serta batuk berdahak, ada pernapasan cuping
hidung, tidak ada sianosis, retraksi intercostal yang postif, terdengar ronkhi basah
halus dan wheezing serta leukosit 20.000 menunjuk kepada penyakit pneumonia
dimana masuk ke dalam stadium yang berat dan harus ditangani dengan cepat dan
tepat untuk mengurangi kemungkinan kematian dari anak tersebut.
Daftar Pustaka
1. Behrman, Kliegman, Arvin. Ilmu kesehatan anak. Jakarta. EGC. 2007.h.
151,633
2. Ngastiyah. Perawatan anak sakit. Jakarta. EGC. 2005. h. 448-51
3. Muscari M. Panduan belajar pediatric. Jakrta. EGC. 2005. h. 231-4
4. Somantri I. Gangguan sistem pernapasan. Jakarta. Salemba Medika. 2007. h.
67-70
5. Djojodibroto D. Respiratory medicine. Jakarta. EGC. 2007. h. 136-47
6. Rudolph A, Hoffman J, Rudolph C. Buku ajar pediatric Rudolph. Jakarta.
2006. h. 617-34
7. Misnadiarly. Pneumonia. Jakarta. Pustaka Obor Populer. Jakarta. 2008. h. 6-36
8. Muttaqin A. Buku ajar saluran pernapasan. Salemba Medika. Jakarta. 2012. h.
98-103
9. Bradley J.S, Byington C.L, Shah S.S, Alverson B, Carter E.R, Harrison C. The
Management of Community-Acquired Pneumonia in Infants and Children.
Clinical Practice Guidelines by the Pediatric Infectious Diseases Society and
the Infectious Diseases Society of America. Clin Infect Dis. 2011. p. 617-630