Anda di halaman 1dari 15

Penyakit Kulit Herpes Zoster dan Tatalaksananya

Skenario 6
Perempuan berusia 45 tahun datang ke poli klinik dengan keluhan utama kulit melenting
kemerahan di daerah dada kiri yang terasa sakit dan panas.

PENDAHULUAN
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan
hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin
kesehatan seorang manusia. Kulit juga sangat kompleks, elastic dan sensitive, bervariasi pada
keadaan iklim, umur, seks, ras dan juga bergantung pada lokasi tubuh. Fungsi utama kulit
adalah proteksi, absorbsi, ekskresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh, pembentukanpigmen,
pembentukan vitamin D, dankeratinisasi.
Sayangnya, kulit manusia tidak steril. Hampir semua bakteri atau virus dapat
menimbulkan penyakit pada kulit manusia, baik secara langsung maupun dari dalam
(penyebaran sistemik). Salah satu contoh dari infeksi virus pada kulit manusia adalah virus
Varicella yang menyebabkan penyakit yang kita kenal sebagai cacar. Virus Varicella Zoster
bermanifestasi pada kulit menyebabkan herpes zoster.
Herpes Zoster atau dikenal dengan cacar ular (shingles) sudah ada sejak zaman
yunani kuno. Herpes zoster disebabkan oleh infeksi virus yang sama dengan varicella, yaitu
virus varicella zoster (VZV). Infeksi ini merupakan reaktivasi virus varicella zoster dari
infeksi endogen yang telah menetap dalam bentuk laten setelah infeksi primer oleh virus.
herpes zoster ditandai dengan adanya nyeri hebat unilateral serta timbulnya lesi vesikuler

yang terbatas pada dermatom yang dipersarafi serabut saraf spintal maupun ganglion serabut
saraf sensorik dan nervus kranialis.
PEMBAHASAN
Anamnesis
Anamnesis yang akurat sangat vital dalam menegakkan diagnosis yang tepat. Pada
pasien dewasa yang datang dengan keluhan kulit ringan-berat dimana kesadaran pasien
adalah compos mentis, akan dilakukan auto-anamnesis. Data yang dikumpulkan pada
anamnesis antara lain adalah keluhan utama, riwayat penyakit, riwayat penyakit dahulu,
riwayat keluarga, riwayat obat, sosial budaya kebiasaan pasien. 1,2
Pasien datang hal pertama yang perlu dilakukan setelah memperkenalkan diri adalah
melakukan pengambilan data pasien. Pada data keluhan utama dan riwayat penyakit antara
lain perlu ditanyakan: 1,2
Pada riwayat penyakit dahulu pasien, ditanyakan:

Kapan pertama kali pasien memperhatikan adanya ruam?

Di

mana

letaknya,

apakah

terasa

gatal?

Apakah

berdarah?

Apakah

bentuk/ukuran/warnanya berubah?

Adakah pemicu (misalnya pengobatan, makanan, sinar matahari, dan alergen


potensial)?

Adakah benjolan di tempat lain?

Bagaimana perubahan warna yang terjadi (misalnya pigmen meningkat, ikterus,


pucat)? Sudah berapa lama?

Adakah gejala penyerta yang menunjukkan adanya kondisi medis sistemik (misalnya
penurunan berat badan, artralgia, dll)?
Pada riwayat penyakit keluarga pasien, ditanyakan: 1,2

Apakah pasien pernah mengalami keluhan yang serupa di masa yang lampau?
Apakah pasien pada masa kecilnya pernah mengalami keluhan pada kulit?
Apakah ada riwayat kondisi medis pasien yangsignifikan?
Apakah pasien mempunyai riwayat alergi?
Pada riwayat penyakit keluarga pasien, ditanyakan: 1,2

Apakah keluarga pasien saat ini sedang mengalami keluhan yang serupa?
2

Apakah keluarga pasien di masa lampau pernah mengalami penyakit kulit?


Adakah riwayat alergi pada keluarga pasien?
Pada riwayat obat pasien, ditanyakan: 1,2

Apakah pasien sudah menggunakan obat untuk keluhan kulit nya saat ini?
Apakah pasien pernah menggunakan obat untuk oenyakit kulit dimasa lampau?
Apakah pasien saat ini sedang mengkonsumsi atau menggunakan obat lain untuk
kondisi medis pasien yang lain? Adakah pasien menggunakan obat imunosupresan?
Pada sosial budaya dan kebiasaan pasien, ditanyakan: 1,2

Apakah pekerjaan pasien saat ini?


Apakah pasien sering terpapar sinar matahari, alergen potensial, parasit kulit?
Adakah pasien memiliki hewan peliharaan baru? Produk pembersih baru?

Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik pertama-tama dengan melihat keadaan umum pasien apakah pasien
datang dengan sakit ringan, sedang atau berat. Lalu memeriksa TTV pasien dan perhatikan
apakah pasien demam, syok,dsb. 3

Inspeksi
Perhatikan kelainan kulit yang ditemukan. Adakah ruam, ulkus, benjolan, ,
diskolorasi. Apakah ada memar, petekie. Periksa juga kuku, kulit rambut pasien
seteliti mungkin, kemudian periksa rongga mulut dan mata pasien. Cek apakah ada
perubahan kulit sekunder yang memperberat atau merupakan akibat dari proses
primer (misalnya skuama, krusta, erosi, likenifikasi, ekskoriasi, fisura, dll). Perhatikan
bagaimana warna dan bentuk lesi (bulat, lonjong, poligonal, anular, bertangkai, dll). 3

Manifestasi klinis
Daerah yang paling sering terkena adalah daerah torakal, walaupun daerahdaerah lain tidak jarang. Frekuensi penyakit ini pada pria dan wanita sama, sedangkan
mengenai umur lebih sering pada orang dewasa.
Sebelum timbul gejala kulit, terdapat gejala prodormal baik sistemik (demam,
pusing, malaise) maupun gejala prodormal lokal (nyeri otot-tulang, gatal, pegal, dsb).
Setelah itu timbul eritema dalam waktu singkat menjadi vesikel yang berkelompok
dengan dasar kulit yang eritematosa dan edema. Vesikel ini berisi cairan yang jernih,
kemudian menjadi keruh (berwarna abu-abu), dapat menjadi pustul dan krusta.
Kadang-kadang vesikel mengandung darah dan dapat disebut sebagai herpes zoster

hemoragik. Dapat pula timbul infeksi sekunder sehingga menyebabkan ulkus dengan
penyembuhan berupa sikatriks. 4
Masa tunasnya 7-21 hari. Masa aktif penyakit ini berupa lesi-lesi baru yang
tetap timbul berlangsung kira-kira seminggu, sedangkan masa resolusi berlangsung
kira-kira 1-2 minggu. Di samping gejala kulit, dapat juga dijumpai pembesaran
kelenjar getah bening regional (KGBR). Lokalisasi penyakit ini adalah unilateral dan
bersifat dermatomal sesuai dengan tempat persarafan. Pada susunan saraf tepi jarang
timbul kelainan motorik, tetapi pada susunan saraf pusat kelainan ini lebih sering
karena struktur ganglion kranialis memungkinkan hal tersebut. Hiperestesi pada
daerah yang terkena mengalami gejala yang khas. Kelainan pada muka sering
disebabkan karena gangguan pada nervus trigeminus (dengan ganglion gaseri) atau
nervus fasialis dan otikus (dari ganglion genikulatum). Berdasarkan lokasi lesinya,
herpes zoster dibagi atas beberapa jenis. 4
Herpes zoster oftalmikus; merupakan infeksi virus herpes zoster yang
mengenai bagian ganglion gasseri yang menerima serabut saraf dari cabang
oftalmikus saraf trigeminus (N.V), ditandai erupsi herpetik unilateral pada
kulit.Infeksi diawali dengan nyeri kulit pada satu sisi kepala dan wajah disertai gejala
konstitusi seperti lesu, demam ringan. Gejala prodromal berlangsug 1-4 hari sebelum
kelainan kulit timbul. Fotofobia, banyak keluar air mata, kelopak mata bengkak dan
sukar dibuka. 4
Herpes zoster fasialis; merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai
bagian ganglion gasseri yang menerima serabut saraf fasialis (N.VII), ditandai erupsi
herpetik unilateral pada kulit.
Herpes zoster brakialis; merupakan infeksi virus herpes zoster yang
mengenai pleksus brakialis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.
Herpes zoster torakalis; merupakan infeksi virus herpes zoster yang
mengenai pleksus torakalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.
Herpes zoster lumbalis; infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus
lumbalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.
Herpes zoster sakralis; merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai
pleksus sakralis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.
Selain itu, ada juga yang disebut sebagai herpes zoster abortif, artinya
penyakit ini berlangsung dalam waktu yang singkat dan kelainan kulitnya hanya
berupa beberapa vesikel dan eritem. Pada herpes zoster generalisata, kelainan
kulitnya unilateral dan segmental ditambah kelainan kulit yang menyebar secara
generalisata berupa vesikel yang soliter dan ada umbilikasi. Kasus ini terutama terjadi
4

pada orang tua atau pada orang yang kondisi fisiknya sangat lemah, misalnya pada
penderita limfoma malignum. 1,4

Palpasi
Dilakukan pada lesi untuk mengetahui suhu, mobilitas, nyeri tekan, dan
kedalaman. Periksa adanya pembesaran kelenjar getah bening yang merupakan
drainase. Lakukan pemeriksaan fisik lengkap untuk menganamnesis adanaya penyakit
sistemik.

Pemeriksaan Penunjang
Jika hasil pemeriksaan fisik masih diragukan, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang
berupa tes laboratorium. Namun biasanya hal ini tidak diperlukan untuk menejemen yang
tepat anak sehat dengan varisela atau herpes zoster. 3
Tzanck Test. Dapat dilakukan dengan cara membuat sediaaan apus yang diwarnai
dengan Giemsa. Bahan diambil dari kerokan dasar vesikel dan akan didapati sel datia berinti
banyak.[kulit UI] Untuk hasil terbaik lesi harus berumur 1-3 hari. Dapat digunakan untuk
membedakan VZV dengan herpes simpleks virus.
PCR (Polimerase Chain Reaction). Pemeriksaan PCR sangat cepat dan sensitif.
Pemeriksaan ini dapat menggunakan berbagai jenis preparat seperti kerokan dasar vesikel
ataupun krusta yang sudah terbentuk. Sensitivitasnya sekitar 97%-100%. Tes ini dapat
menemukan asam nukleat dari VZV.
Biopsi

Kulit.

Hasil

pemeriksaan

histopatologik

dapat

ditemukan

vesikel

intraepidermal dengan degenerasi sel epidermal dan acantholisis. Pada dermis bagian atas
terlihat limfotik infiltrat. 1
Pemeriksaan cairan vesikel dan jaringan terinfeksi; memperlihatkan adanya
inklusi intraselular eosinofil dan virus varisela.
Punksi lumbal; menunjukkan tekanan LCS meningkat, analisis LCS memperlihatkan
kadar protein meningkat dan kemungkinan pleositosis (pada keterlibatan SSP). 4

Diganosis Kerja
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik serta penunjang, dapat ditegakkan bahwa
pasien menderita herpes zoster. Diagnosis dibuat berdasarkan riwayat dan hasil pemeriksaan
5

fisik (bila perlu penunjang). Salah satu petunjuk penting untuk mengetahui herpes zoster
adalah lokasi yang unilateral dan munculnya nyeri. Selain itu, pada herpes zoster,
pemeriksaan fisik memperlihatkan lesi yang berwarna merah muda, nodular, menyebar
unilateral sekitar toraks atau vertikal di lengan dan tungkai. Berisi cairan jernih atau pus. 4

Diagnosis Pembanding
1. Herpes Simpleks
Merupakan infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes simplex/VHS
(virus herpes hominis) tipe I atau tipe II yang ditandai oleh adanya vesikel yang
berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah dekat
mukokutan, berisi cairan jernih dan kemudian menjadi seropurulen, dapat menjadi
krusta dan kadang-kadang mengalami ulserasi yang dangkal biasanya sembuh tanpa
sikatriks. sedangkan infeksi dapat berlangsung baik primer maupun rekurens. Infeksi
VHS I biasanya dimulai pada anak-anak, sedangkan infeksi VHS tipe II biasanya
terjadi pada dekade II atau III, serta berhubungan dengan peningkatan aktivitas
seksual. Tempat predileksi VHS tipe I di daerah pinggang ke atas terutama di daerah
mulut dan hidung, biasanya dimulai pada usia anak-anak. Sementara VHS tipe II
mempunyai predileksi di daerah pinggang ke bawah, terutama di daerah genital.
Daerah-daerah ini sering kacau karena adanya cara hubungan seksual seperti orogenital. 5
2. Dermatitis Kontak
Dermatitis Kontak terbagi menjadi dua, dermatitis kontak alergi dan dermatitis
kontak iritan. Dermatitis kontak alergi terjadi pada orang yang keadaan kulitnya
sangat peka (hipersensitif). Penyebab DKA adalah bahan kimia sederhana dengan
berat molekul yang umumnya rendah merupakan alergen yang belum diproses disebut
hapten, bersifat lipofilik, sangat reaktif, dapat menembus stratum korneum sehingga
mencapai sel epidermis di bawahnya. Mekanisme ini merupakan reaksi imunologik
tipe IV, suatu hipersensitivitas tipe lambat. Penderita umumnya mengeluh gatal. Pada
yang akut dimulai dengan bercak eritematosa yang berbatas jelas kemudian diikuti
oleh oedema, papulovesikel, vesikel, atau bula. Vesikel atau bula dapat pecah
menimbulkan erosi dan eksudasi (basah). DKA akut di tempat tertentu misalnya
kelopak mata, penis, skrotum, eritema dan edema lebih dominan daripada vesikel.
6

Pada kronis yang terlihat adalah kulit kering, berskuama, papul, likenifikasi, dan
mungkin juga fisur, batasnya tidak jelas. Lokasi terjadinya DKA yaitu tangan, lengan,
wajah, telinga, leher, badan, genitalia, paha dan tungkai bawah, atau bahkan sistemik.
5

3. Dermatitis Herpetiformis
Dermatitis herpetiformis (DH) adalah kelanan kulit kronik yang ditandai
dengan lepuh berisi air. Tidak seperti namanya, kelainan kulit ini tidak berkaitan
dengan penyakit herpes; herpetiformis berarti gambaran kelainan kulit yang
menyerupai penyakit herpes, yaitu lepuh berisi air. DH diduga berkaitan dengan
penyakit celiac (intoleransi gluten). Penyakit ini paling sering ditemui pada individu
usia 20 40 tahun dan jarang ditemui pada anak anak.
Kelainan kulit pada DH berupa lepuh atau tonjolan tonjolan kecil berisi
cairan berukuran beberapa millimeter sampai 1 sentimeter yang sangat gatal.
Gambaran khas pada DH adalah lepuh kecil yang berkelompok dengan dasar
berwarna kemerahan. Kulit yang mengalami kelainan dapat terasa gatal, terbakar, atau
tersengat. Karena gatal, penderita sering menggaruk sehingga lepuh pecah dan
mengeluarkan cairan. Jika terinfeksi bakteri, kelainan kulit dapat disertai nanah
atau krusta (nanah yang mengering). Kelainan kulit dapat terjadi di area kulit mana
pun, namun yang paling sering adalah siku luar, lutut, bokong, dan kepala. Kelainan
kulit ini dapat menetap selama beberapa minggu dan umumnya tidak menghilang jika
tidak diobati. Keluhan dapat memburuk jika penderita mengkonsumsi gluten.
Penyakit ini bersifat kronis dan hilang timbul. Pada sebagian penderita DH dapat
ditemui gejala penyakitceliac, yaitu kembung, diare, nyeri perut, lemas dan feses
berminyak (steatorrhea).
Dermatitis

herpetiformis

diketahui

sebagai

manifestasi

kulit

dari

penyakit celiac, yaitu suatu bentuk intoleransi terhadap gluten. Gluten adalah protein
yang terkandung pada tanaman spesies Triticeae (seperti barley, rye, gandum, roti,
pasta). Pada penyakit ini, gluten memicu sistem imun tubuh untuk menyerang organ
penderita sendiri, yaitu kulit dan usus. Penyebab pasti penyakit celiac belum diketahui
secara pasti, namun memiliki unsur keturunan. 5
4. Dermatitis Venenata
7

Dermatitis Venenata adalah peradangan kulit yang berasal dari luar. Iritasi
eksternal yang paling dikenal dengan rata-rata awam poison ivy. Namun demikian,
ratusan zat kimia, hewan, atau sayuran alam yang mampu menghasilkan jenis letusan.
Wabah terjadi pada eksposur terhadap iritasi diberikan apabila individu yang rentan
terhadap iritasi tertentu. 5
Di antara yang paling umum iritan selain poison ivy adalah sumac, primrose,
pewarna rambut, pewarna yang digunakan dalam bulu dan pakaian, dan bahan kimia
seperti formaldehida, bichloride merkuri, lysol antiseptik dan lainnya, dan sabun yang
kuat. Seperti yang disebutkan, merupakan faktor penting dalam produksi letusan
adalah kerentanan pada bagian individu. Di mana seorang individu dapat memilih
sumac dan poison ivy dan pengalaman tanpa efek sakit, individu lain akan
mengembangkan penyakit kulit akut pada eksposur sedikit pun agen ini. 5
Area jika kulit terkena dampak sebagian besar bagian-bagian secara langsung
terkena iritasi tersebut. Letusan yang paling sering terjadi, oleh karena itu, pada
tangan, lengan, wajah, dan leher. 5
Tanda-tanda masalah sering muncul dalam beberapa jam setelah terkena.
Letusan mungkin hanya dalam bentuk kemerahan, scaling, dan sedikit bengkak di
daerah yang tak jelas, disertai gatal agak berat dan sensasi terbakar. Daerah ini juga
mungkin kursi lepuh banyak air dan daerah yg mengandung endapan yang dihasilkan
daripadanya serta kursi-seperti lesi jerawat dan sarang-seperti. Seorang individu
terkena dampak tidak dapat menularkan penyakit bahkan melalui kontak langsung ke
orang yang tidak terpengaruh. Mungkin, bagaimanapun, bahwa dalam kasus poison
ivy, atau nabati seperti iritasi kuat, individu dapat, dalam beberapa jam pertama,
menyebarkan letusan pada dirinya sendiri. 5
Etiologi
Herpes zoster disebabkanoleh Varicella Zoster Virus (VZV). VZV mempunyai kapsid
yang tersusun dari 162 sub unit protein dan berbentuk simetri ikosehedral dengan
diameter100 nm. Virion lengkapnya berdiameter 150-200nm dan hanya virion yang
berselubung yang bersifat infeksius. 5
Infeksiositas virus ini dengan cepat dapat dihancurkan oleh bahan organic, deterjen,
enzim proteolitik, panas, dan lingkungan PH yang tinggi. 5
FaktorResiko
8

Faktorresikoyang

paling

berpengaruhadalahfaktorimunseseorangterhadap

VZV

danumurseseorang. padabanyakkasus, faktor trigger tidakdiketahui. beberapahal yang


didugamerupakanfaktorresikoterjadinya

herpes

zoster

adalahkeganasan,

immunosupresanterutamapadapasiendengangangguanlimfoproliferatifdankemoterapi,
radioterapi, pasien yang terinfeksi HIV mempunyairesikoterkena herpes zoster 8 kali
lebihbesardaripasientanpainfeksi HIV. 5
Epidemiologi
Herpes zoster pada umumnya mengenai penderita dengan umur 50 tahun keatas
(lebihdari 66%), pada anak-anak kurang dari 15 tahun presentasi herpes zoster sekitar 5%.5
Di AmerikaSerikat, hampir 100% orang dewasa positif pemeriksaan serologi terhadap
VZV (anti-VZV-antibodi) dan beresiko tereaktivasi kembali dari fase laten. herpes zoster
terjadipada

25%

daripenderita

HIV

(padausia

20-50

tahun).

Herpes

zoster

rekurenlebihumumterjadipadapasienimmunocompromised. Pemberianimunisasiterhadap VZV


padaanak-anakakanmengurangiinsidensterjadinya herpes zoster. 5
Patofisiologi
Patogenitas

herpes

Selamaterjadinyainfeksi

zoster

miripdenganinfeksi

varicella,

VZV

herpes

simplekskambuhan.

meninggalkanlesi

di

kulitdanpermukaanmukosakeujungserabutsarafsensorik.

Kemudiansecarasentripetal

inidibawamelaluiserabutsarafsensoriktersebutmenujuke

ganglion

ganglion

ini,

virus

sarafsensorik.

memasukimasalatendanpadafaseini

virus
dalam
virus

tidakinfeksiusdantidakmengadakanmultiplikasi. SAmunwalaupundemikian, virus VZV yang


sedang tidur didalam ganglion sarafsensriktidakkehilangandayainfeksinya. 5
Biladayatahantubuhpenderitamengalamipenurunan,terjadi
atausedanggalampengobatanradioterapi,
mengalamimultiplikasidanmenyebar

trauma,

makaakanterjadireaktivasi
di

halinimenyebabkannekrosispadasarafsertaterjadiinflamasi

dalam
yang

virus.

tumor
Virus
ganglion.

beratdanbiasanyadisertai

neuralgia yang hebat. 5

Gambar 01. Patofiosiologi herpes zoster


VZV

yang

infeksiusinimengikutiserabutsarafsensoris,

sehinggaterjadi

neuritis.

neuritisiniberakhirpadaujungserabutsarafsensorik di kulitdenganerupsi yang khasuntukerupsi


herpes zoster. 5
1. Neuralgia

Pascaherpetikaadalah

timbulpadadaerahbekaspenyembuhan.

rasa

nyeri

yang

neuralgiainidapatberlangsungberbulan-

bulansampaibeberapatahun. keadaaninicenderungterjadipadapenderitadiatasusia 40
tahundengangradasinyeri

yang

bervariasi.

tahundikatakanakanmengalamikomplikasiini,

sepertigakasusdiatasusia

60

sedangpadausiamudahanyaterjadipada

10% kasus.
2. Infeksisekunderolehbakteriakanmenyebkanterhambatnyapenyembuhandanakanmenin
ggalkanbekassebagaisikatriks.
3. Paralisismotoric dapatterjadipadasebagiankecilpenderitadengan

herpes

zoster.

terutamabila VZV jugamenyerang ganglion anterior, bagian motoric kranialis.


terjadinyabiasanya 2 minggusetelahtimbulnyaerupsi. 5

Gambar 02. Garisdermatomsesuaisarafperiferal


10

Tatalaksana
Medikamentosa
Pengobatan topikal; bergantung pada stadiumnya. Jika masih stadium vesikel
diberikan bedak dengan tujuan protektif untuk mencegah pecahnya vesikel agar tidak terjadi
infeksi sekunder. Bila erosif diberikan kompres terbuka, sementara bila terjadi ulserasi dapat
diberikan salep antibiotik.
Pengobatan sistemik; umumnya bersifat simtompatik. Untuk nyerinya diberikan
analgetik. Jika disertai infeksi sekunder diberikan antibiotik. Indikasi obat antiviral ialah
herpes zoster oftalmikus dan pasien dengan defisiensi imunitas. Obat yang biasa digunakan
yakni asiklovir dan modifikasinya, misalnya valasiklovir. Asiklovir diberikan 5 x 800 mg
sehari dan biasanya diberikan 7 hari, sedangkan valasiklovir cukup 3 x 1000 mg sehari
karena konsentrasi dalam plasma lebih tinggi. Jika lesi baru masih tetap timbul, obat-obat
tersebut masih dapat diteruskan dan dihentikan sesudah 2 hari sejak lesi baru tidak timbul
lagi. 6
Obat yang lebih baru adalah famsiklovir dan pensiklovir yang mempunyai waktu paru
eliminasi yang lebih lama sehingga cukup diberikan 3 x 250 mg sehari. Obat-obat terssebut
diberikan dalam 3 hari pertama sejak lesi baru tidak timbul lagi. 6
Indikasi pemberian kortikosteroid adalah sindrom Ramsay Hunt. Pemberian harus
sedini-diniya untuk mencegah paralisis. Yang biasa diberikan adalah prednison dengan dosis
3 x 20 mg sehari, setelah seminggu dosis diturunkan secara bertahap. Dengan dosis setinggi
itu, imunitas akan tertekan sehingga lebih baik digabung dengan antiviral, untuk mencegah
fibrosis ganglion. 6
Menurut FDA, pilihan obat pertama yang dapat digunakan untuk nyeri neuropatik
pada neuropati perifer diabetik dan neuralgia pasca herpetik ialah pregabalin. Obat tersebut
lebih baik daripada gabapentin, karena efek sampingnya lebih sedikit, lebih poten (2-4 kali),
kerjanya lebih cepat, serta pengaturan dosisnya lebioh sederhana. Dosis awalnya ialah 2 x 75
mg sehari, setelah 3-7 hari bila responsnya kurang dapat dinaikkan menjadi 2 x 150 mg
sehari. Dosis maksimumnya 600 mg sehari. Efek sampingnya ringan berupa dizziness dan
somnolen yang akan menghilang sendiri. 6
Obat lain yang dapat diberikan adalah antidepresi trisiklik (misalnya notriptilin dan
amitriptilin) yang akan menghilangkan nyeri pada 44-67% kasus dengan efek samping
gangguan jantung, sedasi, dan hipotensi. Dosis awal amitriptilin ialah 75 mg sehari kemudian

11

ditinggikan sampai efek teurapetiknya timbul, biasanya antara 150-300 mg perhari. Dosis
nortriptilin ialah 50-150 mg sehari. 1,7
Non-Medikamentosa

Perhatikan agar vesikel tidak pecah, jangan gunakan baju yang terlalu ketat, dan
jangan digaruk.

Selama fase akut, pasien sebaiknya tidak keluar rumah agar tidak menularkan kepada
orang lain.

Jaga kebersihan tubuh, untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder, misalnya dengan
cara tetap mandi, dan ganti baju secara teratur.
Konsumsi buah-buahan dan makanan bernutrisi lainnya, untuk meningkatkan

kekebalan tubuh dan menambah kelembaban kulit. 6

Komplikasi
Neuralgia pasca herpetik; merupakan rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas
penyembuhan lebih dari sebulan setelah penyakitnya sembuh. Nyeri ini dapat berlangsung
sampai beberapa bulan. Bahkan bertahun-tahun dengan gradasi nyeri yang bervariasi dalam
kehidupan sehari-hari. Kecenderungan ini dijumpai pada orang yang mendapat herpes zoster
di atas usia 40 tahun. 6
Infeksi sekunder; tidak terjadi pada penderita tanpa defisiensi imunitas. Sebaliknya,
pada penderita yang disertai defisiensi imunitas, infeksi HIV, keganasan, atau berusia lanjut
dapat disertai komplikasi. Vesikel sering menjadi ulkus dengan jaringan nekrotik. 6
Kelainan lanjutan; pada herpes zoster oftalmikus dapat terjadi berbagai komplikasi,
di antaranya ptosis paralitik, keratitis, skleritis, uveitis, korioretinitis, dan neuritis optik.
Sindrom Ramsay Hunt; terjadi karena gangguan pada nervus fasialis dan otikus,
sehingga memberikangejala paralisis otot muka (paralisis Bell), kelainan kulit yang sesuai
dengan tingkat persarafan, tinitus,vertigo, gangguan pendengaran, nistagmus, nausea, dan
gangguan pengecapan. 6
Paralisis motorik; terdapat pada 1-5% kasus, yang terjadi akibat penjalaran virus
secara per kontinuitatum dari ganglion sensorik ke sistem saraf yang berdekatan. Paralisis
biasanya timbul dalam 2 minggu sejak awitan munculnya lesi. Berbagai paralisis dapat

12

terjadi, misalnya di muka, diafragma, batang tubuh, ekstremitas, vesika urinaria, dan anus.
Umumnya akan sembuh spontan. 6
Penyebaran virus sistemik; yaitu infeksi yang menjalar ke alat dalam, misal paru,
hepar, otak. 6

13

Prognosis
Umumnya baik, pada herpes zoster oftalmikus prognosis bergantung pada tindakan
perawatan secara dini. 1,7

Pencegahan
Untuk mencegah herpes zoster, salah satu cara yang dapat ditempuh adalah pemberian
vaksinasi, salah satunya adalah Zostavaks. Vaksin berfungsi untuk meningkatkan respon spesifik
limfosit terhadap virus tersebut pada pasien seropositif usia lanjut. Vaksin ini berupa virus herpes
zoster yang telah dilemahkan atau komponen virus tersebut yang berperan sebagai antigen.
Penggunaan vaksin tersebut telah terbukti dapat mencegah atau mengurangi resiko terkena
penyakit tersebut pada pasien yang rentan.

Yang terutama adalah menjaga dan merawat

kesehatan tubuh individual serta bergaya hidup sehat, karena selalu mencegah lebih baik
daripada mengobati.

Edukasi
Edukasi pasien dapat dilakukan dengan memberitahu pasien beberapa hal yaitu:7

Menjelaskan pasien tentang kemungkinan neruralgia pasca herpetika, dan meyakinkan

pasien bahwa pengobatan yang dilakukan membantu menangani nyeri


Memberitahu pasien bahwa pasien dapat menulari orang yang belum mengalami cacar.
Maka dari itu pasien perlu memperhatikan tindakan-tindakan higena rutin seperti
mencuci tangan, dll.

KESIMPULAN
Herpes zoster (dampa, cacar ular, shingels) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
virus varisela zoster (VZV) yang menyerang kulit dan mukosa. Infeksi ini merupakan reaktivasi
virus yang terjadi setelah infeksi primer. Lebih sering mengenai usia dewasa, frekuensi penyakit
pada pria dan wanita sama. Terdapat gejala prodormal sistemik maupun lokal. Setelah itu timbul
14

eritema yang dalam waktu singkat menjadi vesikel yang berkelompok dengan dasar kulit yang
eritematosa dan edema. Vesikel ini berisi cairan yang jernih, kemudian menjadi keruh, berwarna
abu-abu, dan dapat menjadi pustul dan krusta.
Pengobatannya

dapat

diberikan

secara

topikal,

sistemik,

dan

didukung

dengan

nonmedikamentosa. Selain itu dapat juga dilakukan pencegahan melalui vaksinasi, maupun
menjaga kesehatan, sebab lebih baik mencegah daripada mengobati.

DAFTAR PUSTAKA
1. BIckley LS. Buku ajar pemeriksaaan fisik dan riwayat kesehatan.Edisi ke 8. Jakarta: EGC;
2009. Hal 494-7; 521- 7.
2. Kee JL; editor bahasa Indonesia: Ramona P. Pedoman pemeriksaan laboratorium dan
diagnostik. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2007.h.59-60,407-9,415-6.
3. Soeroso J, Isbagio H, Handono H, Broto R, Pramudiyo R. Osteoartritis. Dalam: Sudoyo AW,
Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi
ke-4.Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia,2006.h.1205-8.
4. Osteoarthritis. 2009. Diunduh dari http://www.lenterabiru.com/2009/01/osteoartritis.htm. 28
maret 2010.
5. Lupus Eritematosus Sistemik. 2008. Diunduh dari
http://medicastore.com/penyakit/538/Lupus_Eritematosus_Sistemik.html. 28 maret 2010.
6. Editor. Herpes zoster: penyakit kelanjutan cacar air. Edisi 11 September 2010. Diunduh dari:
www.majalakesehatan.com, 10 April 2012.
7. Mansjoer Arif. Kapita selekta kedokteran: penyakit virus. Edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapicus FKUI; 2000. h. 128-9.

15

Anda mungkin juga menyukai