1
Eritroblast Eritrosit
Eusinofil
Neutrofil
Megalokarioblast Trombosit
Limfosit B
Prolimfoblast Limfoid
Limfosit T
2
TALASEMIÀ
3
Talasemia Adalah
Penyakit anemia hemolitik dimana terjadi kerusakan
sel darah merah didalam pembuluh darah sehingga
umur eritrosit menjadi lebih pendek (kurang dari 100
hari).
4
Penyebab
• Talasemia disebabkan oleh faktor genetik atau
herediter.
Talasemia merupakan penyakit genetik yang
diturunkan secara autosomal tresesif dari
orang tua pada anaknya. Hal ini terjadi akibat
migrasi genetik melalui perkawinan atau hasil
mutasi spontan.
5
Patofisiologi
Hemoglobin tersusun atas heme dan globin. Heme akan
mengikat besi, globin merupakan protein yang terdiri dari 2
rantai α polipeptide, 2 rantai β, rantai γ dan rantai δ
polopeptide.
- Hb A terdiri dari : 2 rantai α polipeptide dan 2 rantai β. 95%
dari total Hb merupakan Hb A.
- Hb F terdiri dari : 2 rantai α polipeptide dan 2 rantai γ. Hb F
diproduksi pada masa kehamilan dan akan meurun seiring
bertamhanya usia. <2% dari total Hb, merupakan Hb F.
- Hb A2 terdiri dari : rantai α dan 2 rantai δ
6
Talasemia terdiri atas 2 golongan :
1. Talasemia mayor : menunjukkan gejala klinik
yang jelas.
2. Talasemia minor : tidak menunjukkan gejala
klinis
7
Pada talasemia mayor terjadi kelainan gen yang
mengatur pembentukan rantai β hemoglobin,
sehingga produksinya terganggu. Gangguan
pembentukan rantai globin mengakibatkan
kerusakan eritrosit yang akan menimbulkan
lisisnya eritrosit tersebut.
8
Gejala klinik
Pada talasemia mayor, gejala klinik telah terlihat sejak anak
berumur kurang dari 1 tahun. Manifestasi klinis talasemia
umumnya tampak sekitar usia 6 bulan, setelah efek pelindung
Hb F menghilang. Gajala yang tampak adalah :
• Pucat, ikterik, Lemah, bahkan sampai pingsan, apatis, iritabel.
• Abdomen membesar karena adanya hepatomegali dan splenomegali.
Limpa yang membesar akan mudah ruptur karena trauma yang ringan
saja
• Akibat ketidakefektivan eritropoisis menyebabkan ekspansi padang
sum-sum tulang sehingga menimbulkan deformitas tulang. Bentuk
muka mongoloid karena gangguan perkembangan tulang muka dan
tengkorak (gambaran radilologis tulang menunjukkan medula yang
lebar, korteks yang tipis dan trabekula kasar)
• pertumbuhan fisik tidak sesuai dengan umur, pada anak yang lebih
besar sering dijumpai gizi buruk. 9
• Jika pasien telah sering mendapatkan transfusi
darah kulit menjadi gelap karena penimbunan
besi dalam jaringan kulit.
• Komplikasi gagal jantung dapat terjadi karena
kompensasi akibat gejala anemia berat,
seperti takikardi, peningkatan denyut jantung.
• Akibat hepatomegali dapat berlanjut menjadi
serosis dan penyakit kandung empedu.
10
Pemeriksaan Diagnostik
• Pemeriksaan hapusan darah tepi memperlihatkan gambaran
anisositosis, hipokromik, poikilositosis, fragmentosis dan
banyak sel normoblas.
• Kadar besi dalam serum meningkat dan daya ikat serum
terhadap besi menajadi rendah dan dapat mencapai nol.
• Hemoglobin banyak mengandung Hb F (lebih dari 30%)
• Di Indonesia 45 % pasien talasemia juga mempunyai Hb E.
pada umumnya pasien talasemia Hb E atau Hb S secara kllinik
lebih ringan, mereka biasanya datang berobat setelah berumur
4-6 tahun, sedangkan talasemia mayor gejalanya telah
tamapak sejak umur 3 bulan.
11
Eritrosit normal
12
Pemeriksaan hapusan darah tepi pada
talasemia
Anisositosis Hipokromik Poikilositosis
(tidak sama ukuran sel eritosit) (kelainan bentuk eritrosit)
13
Penatalaksanaan medik
• Hingga kini belum ada obat yang dapat menyembuhkan
pasien talasemia
• Transfusi darah selalu diberikan jika kadar Hb menurun
(kurang dari 6 g%) atau anak terlihat lemah, tidak nafsu
makan.
• Splenektomi dilakukan jika terjadi hipersplenisme atau
splenomegali untuk mencegah peningkatan hemolisis dan
peningkatan kadar besi dalam darah yang terlalu tinggi
(hemosiderosis).
• Pemberian vitamin, tapi preparat yang mengandung besi
tidak boleh.
• Pertimbangan untuk transpalntasi sum-sum tulang. 14
Prognosis
• Pasien talasemia mayor jika tidak diberi transfusi darah,
dapat meninggal pada usia 2-6 tahun, dan selama hidup
kondisi kesehatannya memburuk.
• Pasien yang diberi transfusi dapat bertahan hidup sampai
dewasa, meskipun terdapat gangguan pada beberapa
sistem tubuh akibat efek samping transfusi yang terus
menerus.
• Penyebab kematian yang paling umum adalah akibat
penyakit jantung, hemosiderosis yang dapat menyebabkan
kegagalan organ multipel, sepsis post splenektomi dan
penyakit hepar.
15
Dampak transfusi berulang untuk jangka
waktu yang panjang
• Kulit
akumulasi zat besi pada kulit menimbulkan peningkatan pigmentasi kulit
• Jantung
akumulasi zat besi pada jantung dapat menyebabkan miokarditis yang dapat
mengakibatkan gagal jantung.
• Endokrin
akumulasi zat besi pada hipofise anterior menyebabkan keterlambatan maturasi
seksual. Selain itu dapat menyebabkan terganggunya produksi hormon pertumbuhan
sehingga tubuh tampak lebih pendek.
• Tulang :
Akumulasi zat besi pada tulang menyebabkan tulang kranial menebal (pipi menonjol,
wajah seperti mongoloid), gigi mudah berlobang, rentan patah tulang spontan
• Saluran cerna : Akumulasi zat besi pada saluran cerna terjadi diare
• Hepar dan Lien : Hepatosplenomegali
16
Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul
1. Intoleran aktivitas
2. Resiko tinggi penurunan cardiac output
3. Gangguan rasa nyaman : nyeri
4. Gangguan citra tubuh: Harga diri rendah
5. Resiko tinggi cedera
6. Gangguan tumbuh kembang
17
ÀNEMIA APLASTIKA
18
Anemia Aplastika Adalah
Kegagalan hemopoisis yang ditandai dengan
pasitopenia dan aplasia sumsum tulang.
- Anemia Hipoplastik
- Anemia Refrakter - Panmieloftisis
- Hipositemia Progresif - Anemia Paralitik Toksik
- Anemia Aregeneratif - Aleukia Hemoragika
19
Penyebab
1. Genetik : Sindroma Fankoni
2. Didapat
Dapat dicetuskan oleh :
- Iatogenik (Radiasi)
- Senyawa kimia Benzena, insektisida
- Metabolit beberapa jenis obat (Kloramfenikol, fenil butazon,
Sulfur, Antikonvulsan, sitostatistika/obat kemoterapi)
- Infeksi ( virus dengue, influenza A, tuberkulosis milier,
sitomegalovirus, HIV, Hepatitis)
- Idiopatik
20
Gambaran Klinik
Anemia aplastik mungkin muncul mendadak
atau perlahan lahan (beberapa bulan atau
beberapa tahun setelah kontak dengan agen
penyebab).
21
• Penegakan diagnosa memerlukan
pemeriksaan darah lengkap dengan hitung
jenis leukosit, hitung retikulosist, aspirasi dan
biopsi sumsum tulang.
• Keluhan yang umum dialami oleh pasien
anemia apalstik adalah perdarahan, badan
lemah, pusing, jantung berdebar, demam,
pucat, sesak nafas, penglihatan kabur.
22
Hasil pemeriksaan fisik ditemukan
• Anak terlihat pucat,
• Perdarahan dapat terjadi di kulit, gusi, retina,
hidung, saluran cerna, dll.
• Demam
24
Diagnosa banding :
ITP (Idiopathic Thrombicytopenic Purpura) ATP
(Amegacaryocytic Thrombicytopenic Purpura) dan
leukemia.
Pada ITP pemeriksaan darah tepi menunjukkkan
trombositopenia tanpa retikulositopenia dan
granulositopenia/ leukositopenia. Sumsum tulang
menunjukkan gambaran normal
Pada ATP yang tidak ditemukan hanya megakariosit
Pada leukemia selain pansitopenia, juga ditemukan
splenomegali dan hepatomegali
25
Penatalaksanaan
• Terapi konservatif
- imunosupresif : antithymocyte globulin (ATG) Antilymposite globulin
(ALG) dan siklosforin. Pengobatan berlansung selama lebih kurang 6
bulan.
- Faktor pertumbuhan hemopoitik : granulocyte-colony stimulating
factor (G-CSF)
- Steroid anabolik : oxymethylone
• Transplantasi sum-sum tulang
• Terapi supportif
- Bila anemia diberikan transfusi PRC
- Bila terjadi perdarahan, penurunan trombosit, diberikan transfusi
trombosit
- bila terjadi infeksi akibat penurunan leukosit, dapat diberikan antibiotik
26
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
28
3. Intervensi Keperawatan
a. Gangguan perfusi jaringan
• Pantau adanya pucat, kelemahan, sinkop
• Bantu klien untuk posisi istirahat
• Pantau kadar Hb
• Kolaborasi dalam pemberian transfusi
29
2. Intoleran aktivitas b.d kelemahan, penurunan
produksi energi
30