DosenPembimbing
Hepta Nur Anggrahini, S.Kep, Ns. M.Kep
DisusunOleh :
Findy Ella Verania
P27820118053
TINGKAT 1I REGULER B
1.2.5 Prosedur
a) Kumpulkan 3 sampai 5 ml darah vena dalam tabung bertutup
lembayung. Kirim segera ke laboratorium. Hemoglobin
abnormal biasanya tidak stabil.
b) Tidak terdapat pembatasan asupan makanan atau minuman.
1.2.6 Faktor yang Memengaruhi Temuan Laboratorium
a) Tranfusi darah yang diberikan 4 bulan sebelum elektroforesis
hemoglobin dapat menyebabkan temuan yang tidak akurat.
b) Pengumpulan sampel darah pada tabung yang berwarna salah
dapat memengaruhi temuan.
1.2.7 Implikasi Keperawatan dan Rasional
Pantau klien untuk menemukan tanda dan gejala anemia sel sabit.
Gejala awal adalah keletihan dan kelemahan. Gejala kronis adalah
keletihan, dispnea saat latihan fisik, pembengkakan sendi, nyeri
tulang, dan nyeri dada. Penderita rentan terhadap infeksi. Krisis sel
sabit biasanya terjadi akibat infark kecil pada berbagai organ.
Krisis biasanya berlangsung 5 sampai 7 hari, dan diperlukan
perawatan segera bila muncul gejala. Normalnya kadar hemoglobin
tidak berubah.
1.2.8 Penyuluhan Klien
a) Anjurkan mencari bantuan konseling genetik jika klien
menderita anemia sel sabit atau pembawa sifat sel sabit.
b) Anjurkan klien yang menderita anemia sel sabit untuk
meminimalkan aktivitas fisik yang berlebihan dan menghindari
daerah dataran tinggi atau yang sangat dingin. Anjurkan klien
berisitirahat.
c) Anjurkan klien menjauhi orang yang menderita infeksi.
d) Beri tahu klien selalu membawa gelang waspada medis dan/
atau kartu.
Peningkatan kadar
Peningkatan Kadar
3.3 Kreatinin
3.3.1 Nilai Rujukan
a) Dewasa : serum : 0,5 – 1,5 mg/dL, 45 – 132,5 mol/L (unit SI).
Pada wanita kadarnya sedikit lebih rendah akibat massa otot
yang kurang Urine : 1 – 2 g/24 jam
b) Anak : Bayi baru lahir : 0,8 – 1,4 mg/dL, Bayi : 0,7 – 1,7
mg/dL, 2-6 tahun : 0,3 – 0,6 mg/dL, 27 – 54 mol/L (unit SI).
Anak yang lebih besar : 0,4 – 1,2 mg/dL, 36 – 106 mol/L (unit
SI : nilai sedikit meningkat sesuai umur karena otot-otot yang
kuat)
c) Lansia : mempunyai kadar yang lebih rendag karena
berkurangnya kekuatan otot – otot dan menurunnya produksi
kreatinin
3.3.2 Deskripsi
Kreatinin adalah produksi katabolisme otot yang berasal
dari pemecahan kreatinin otot dan kreatinin fosfat. Jumlah
produksi kreatinin sesuai dengan massa otot. Ginjal mengeluarkan
kreatinin. Jika 50% atau lebih nefron rusak, kadar kreatinin
meningkat. Kreatinin serum secara khusus berguna dalam
mengevaluasi fungsi glomerulus.
Kreatinin serum dinilai lebih sensitive dan merupakan
indicator penyakit ginjal yang lebih spesifik daripada BUN. Serum
ini kemudian meningkat dan tidak dipengaruhi oleh diet atau
masukan cairan. Rasio normal BUN/kreatinin adalah 10:1. Nilai
rasio yang lebih tinggi dari normal menunjukkan adanya gangguan
prerenal.
3.3.3 Tujuan
Untuk mendiagnosis disfungsi ginjal
3.3.4 Masalah Klinis
a) Penurunan kadar : kehamilan, eklampsia.
b) Peningkatan kadar : gagal ginjal akut dan kronis, syok
(berkepanjangan), SLE, kanker (usus, kandung kemih, testis,
uterus, prostat), leukimia, penyakit Hodgkin, hipertensi
esensial, MCl akut, nefropati diabetik, CHF (jika berdiri lama),
diet tinggi kreatinin (misalnya daging sapi {kadar tinggi},
unggas dan ikan {efek minimal}). Pengaruh obat : Amfoterisin
B, sefalosporin (sefazolin {ancef}, sefalotin {keflin}),
gentamisin, kanamisin, metisilin, asam askorbat, barbiturat,
litium karbonat, mitramisin, metildopa (Aldomet), glukosa,
protein, badan keton (meningkat), triamteren {Dyrenium}).
3.3.5 Prosedur
a) Kumpulkan 3 sampai 5 ml darah vena dalam tabung bertutup
merah
b) Catat jenis obat yang dikonsumsi klien yang dapat
meningkatkan kadar serum dalam formulir laboratorium
c) Tidak ada pembatasan asupan makanan ataupun minuman.
Pada malam sebelum uji dilakukan, klien tidak boleh
mengonsumsi daging merah.
3.3.6 Faktor yang Memengaruhi Temuan Laboratorium
a) Obat tertentu (Amfoterisin B, sefalosporin (sefazolin {ancef},
sefalotin {keflin}), gentamisin, kanamisin, metisilin, asam
askorbat, barbiturat, litium karbonat, mitramisin, metildopa
(Aldomet), glukosa, protein, badan keton (meningkat),
triamteren {Dyrenium}) dapat meningkatkan kadar kreatinin
serum.
b) Konsumsi daging merah dalam jumlah besar dapat
mempengaruhi temuan laboratorium.
3.3.7 Implikasi Keperawatan dan Rasional
a) Kaitkan peningkatan kadar kreatinin serum dengan masalah
klinis. Kadar kreatinin serum mungkin menunjukkan nilai
yang rendah pada klien yang bermassa otot kecil, yang
menjalani amputasi, dan pada klien yang menderita penyakit
otot. Massa otot klien ansia mungkin mengalami penurunan.
b) Tangguhkan pengobatan Amfoterisin B, sefalosporin
(sefazolin {ancef}, sefalotin {keflin}), gentamisin, kanamisin,
metisilin, asam askorbat, barbiturat, litium karbonat,
mitramisin, metildopa (Aldomet), glukosa, protein, badan
keton (meningkat), triamteren {Dyrenium}) selama 24 jam
sebelum pemeriksaan atas seizin pemberi layanan kesehatan.
Obat tertentu yang tidak dapat ditangguhkan harus dicatat
dalam formulir laboratorium dan pada bagan pasien.
c) Periksa volume haluaran urine dalam 24 jam. Haluaran urine
<600 ml/ 24 jam dapat mengindikasikan insufisiensi ginjal.
Kreatinin diekskresi oleh ginjal dan penurunan pada haluaran
urine yang terus-menerus dapat mengakibatkan peningkatan
kadar kreatinin serum.
d) Bandingkan kadar BUN dan kadar kreatinin. Jika keduanya
meningkat, kemungkinan besar masalahnya adalah penyakit
ginjal.
3.3.8 Penyuluhan Klien
Anjurkan klien tidak terlalu banyak mengonsumsi daging sapi,
unggas, dan ikan jika kadar kreatinin serum meningkat sangat
tinggi. Biasanya, makanan tidak memiliki pengaruh pada kadar
kreatinin serum.
Urine : minta klien berkemih sebelum uji dimulai dan buang urine
yang keluar. Perhatikan waktunya. Tampung semua urine yang
dikeluarkan selama waktu tertentu (12 jam atau 24 jam) dalam
wadah urine, tanpa penambahan zat pengawet, yang kemudian
disimpan dalam lemari pendingin atau dalam es.
4.4 Insulin
4.4.1 Nilai Rujukan
a) Dewasa : insulin serum : 5 – 25 IU/ml. Kadar panik : 7 IU/ml.
b) Uji antibodi insulin : <4 % serum berikatan dengan insulin
babi dan sapi
4.4.2 Deskripsi
Insulin, suatu hormone dari sel beta pancreas yang sangat
penting dalam mengantarkan glukosa ke sel untuk metabolism.
Peningkatan kadar glukosa dapat menstimulasi sekresi insulin.
Kadar insulin serum dan glukosa darah dibandingkan untuk
menentukan apakah terdapat gangguan glukosa. Insulin serum
berguna dalam mendiagnosis insulinoma (tumor sel pulau
Langerhan) serta hyperplasia sel pulau Langerhan, dan begruna
dalam mengevaluasi produksi insulin pada kasus diabetes mellitus.
Pada insulinoma kadar insulin serum tinggi, dan glukosa darah <30
mg/dl. Hiperinsulinemia dapat terjadi pada obesitas dan insulinoma
Uji antibody insulin dilakukan saat penderita diabetes, yang
menggunakan insulin babi atau sapi, membutuhkan dosis insulin
yang semakin bertambah terus jumlahnya. Antibody insulin
terbentuk akibat ketidakmurnian insulin yang berasal dari hewan.
Antibodi ini adalah berbagai jenis immunoglobulin (mis. IgG
[sebagian besar], IgM, IgE). Antibody IgG menetralisasi insulin
sehingga menghambat terjadinya metabolism glukosa. Antibody
IgM dapat menyebabkan resistensi insulin, dan IgE diperkirakan
berperan dalam efek alergi.
4.4.3 Tujuan
a) Untuk mendeteksi status diabetes mellitus prahiperglikemik
awal
b) Untuk mengetahui apakah terdapat antibody insulin yang dapat
memengaruhi absorpsi dan dosis insulin
4.4.4 Masalah Klinis
a) Penurunan kadar : Diabetes Melitus. Pengaruh obat : Insulin.
b) Peningkatan kadar : Insulinoma, status diabetes resisten-
insulin, sindrom Cushing, obesitas. Pengaruh obat : obat
kortison, kontrasepsi oral, hormon tiroid, epinefrin, levodopa.
4.4.5 Prosedur
a) Kumpulkan 3 sampai 5 ml darah vena dalam tabung bertutup
merah. Cegah terjadinya hemolisis. Sampel darah harus
disimpan dalam lemari pendingin. Serum harus dipisahkan
dalam waktu 30 menit sebelum pengumpulan. Jika diperlukan
glukosa darah, ambil 3 sampai 5 ml dan masukkan dalam
tabung bertutup abu-abu atau merah.
b) Makanan dan minuman tidak boleh diberikan selama 10
sampai 12 jam sebelum uji dilakukan. Sekresi insulin
memuncak dalam waktu 30 menit sampai 2 jam setelah makan.
c) Tunda pemberian obat yang dapat memengaruhi temuan uji,
seperti insulin dan kortison, sampai selesai dilakukan.
4.4.6 Faktor yang Memengaruhi Temuan Laboratorium
a) Obat seperti insulin, kortison, kontrasepsi oral, dan hormon
dapat meningkatkan kadar insulin serum.
b) Hemolisis sampel darah atau specimen yang tidak disimpan
dalam lemari pendingin dapat memengaruhi temuan uji.
4.4.7 Implikasi Keperawatan dan Rasional
a) Kaji riwayat gangguan glukosa pada klien atau keluarga.
Laporkan keluhan klien.
b) Laporkan jika dosis insulin klien meningkat selama periode
tertentu sebagai respons terhadap peningkatan gula darah.
c) Waspadai tanda dan gejala hipoglikemia. Jika sangat dicurigai
terjadi insulinoma, sediakan selalu cairan dekstrosa 50% per
IV.
4.4.8 Penyuluhan Klien
a) Jelaskan pada klien tentang pentingnya berpuasa dan
beristirahat (tidak melakukan latihan fisik) sebelum uji
dilakukan. Makanan dan latihan fisik meningkatkan glukosa
darah sehingga meningkatkan kadar insulin serum. Dapat
terjadi temuan uji yang tidak benar.
b) Anjurkan pada klien untuk melaporkan tanda dan gejala reaksi
insulin (misalnya gugup, berkeringat, kelemahan, frekuensi
nadi cepat, konfusi).
ELEKTROLIT
5.1 K, Na dan Cl
5.1.1 Kalium
5.1.1.1 Nilai Rujukan
a) Dewasa : 3,5-5,3 mEq/ I; 3,5-5,3 mmol/ I (satuan SI)
b) Kadar Panik: <2,5 mEq/ I dan >7,0 mEq/I
c) Anak Bayi: 3,6-5,8 mEq / I Anak: 3,5-5,5 mEq/I
5.1.1.2 Deskripsi
Kalium adalah elektrolit yang paling banyak
ditemukan di cairan intraseluler (sel). Kadar kalium serum
memiliki kisaran yang sepit, dan keadaan henti jantung
dapat terjadi jika kadar serum <2,5 mEq/I atau > 7,0 mEq/I.
Delapan puluh sampai 90% kalium tubuh
diekskresikan melalui ginjal terdapat kerusakan jaringan,
kalium keluar dari sel dan masuk ke cairan ekstraseluler
(cairan interstisial dan intravaskuler). Jika fungsi ginjal
adekuat. Kalium pada cairan intravaskuler (kadar plasma/
darah) akan dideskresikan, dan pada keadaan ekskresi
kalium berlebih, terjadi defisit kalium serum (hipokalimia).
Namun demikian, jika ginjal mengksresikan urine sebanyak
<600 ml per hari, kalium akan terakumulasi dalam cairan
intravaskuler sehingga akan terjadi kalium serum berlebih
(hiperkalemia).
Tubuh tidak mengonservasi kalium, dan ginjal
mengekskresikan kalium rata-rata sebanyak 40 mEq /I per
hari (berkisar antara 25 sampai 120 mEq/ 1/24 jam).
Bahkan dengan asupan diet rendah kalium kebutuhan
kalium per hari adalah 3 sampai 4 g atau sebesar 40 sampai
60 mEq/l.
5.1.1.3 Tujuan
a) Untuk memeriksa kadar kalium.
b) Untuk mendeteksi keberadaan hipo-atau hiperkalemia.
c) Untuk memantau kadar kalium selama terjadi masalah
kesehatan (mis, insulisiensi ginjal, penyakit yang
melemahkan, kanker), dan dengan obat tertentu (mis,
diuretik tiazid).
5.1.1.4 Masalah Klinis
a) Penurunan kadar: muntah/ diare, dehidrasi,
malnutrisi/ kelaparan, diet ketal, stres (trauma, cedera,
atau pembedahan), pengisapan lambung, fistula
intestinal, asidosis adibetik, luka bakar, gangguan
tubulus ginjal, hiperaldostterunisme, ingesti licorice
berlebihan, ingesti glukosa berlebihan, alakolisis
(metabolik) pengaruh obat: Diuretik boros-kalium
(furosemid {lasie}, tazid [Hydrodiuril], asam
[etakrinal),steroid (kortison, estrogen), antibiotik
(gentamisin, amfoterisin, polimiksin B), insulin,
bikarbonat, salisilat (aspirin).
b) Penikatan kadar: Oliguria dan anuria, gagal ginjal
akut, kalium per IV dalam cairan, penyakit Addison
(hormon adrenokortikal), cedera tabrakan dan luka
bakar (disertai kerusakan ginjal), asidosis (metabolik
atau laktat) pengaruh obat diuretik-hemal kalium,
spironolakton (Aldactone), triameteren (Dyrenium),
antibiotik (penisilin G kalium), sefaloridin (loridin),
heparin, epinefrin, histamin, isoniazid.
5.1.1.5 Prosedur
a) Kumpulkan 3 sapi 5 ml darah vena dalam tabung
bertutup merah cegah terjadinya hemolisis.
b) Jika mungkin , jangan biarkan lurniket terpasang
dilengan lebih dari dua menit
c) Pembatasan terhadap makanan, cairan, dan obat tidak
perlu dilakukan
5.1.1.6 Faktor yang Memengaruhi Temuan Laboratorium
a) Status hidrasi klien dapat menyebabkan temuan palsu
pada kadar kalium hidrasi berlebihan dapat
menyebabkan defisit kalium-serum yang palsu melalui
proses hemodilus. Dehidrasi dapat menyebabkan
kelebihan kalium serum melalui proses
hemokonsentrasi. Setelah klien terhidrasi, kadar kalium
serum dapat kembali normal atau sedikit rendah
b) Penggunaan turniket dapat menyebabkan peningkatan
kadar kalium serum.
c) Hemolisis spesimen (darah) dapat menyebabkan
tingginya kadar kalium serum
d) Obat (lihat pengaruh obat)
5.1.1.7 Implikasi Keperawatan dan Rasional
Bandingkan kadar kalium serum dengan kadar kalium
urine. Jika kadar kalium serum menurunkan, kadar kalium
urine meningkat, atau begitu pula sebaliknya.
Penurunan Kadar
a) Pantau untuk menemukanmu tanda dan gejala
hipokalemia, seperti vertigo (pusing), hipotensi,
disritmia jantung, mual, muntah, diare, distensi
abdomen, pertalalsis menurun, kelemahan otot, dan
kram tungai.
b) Catat asupan dan haluaran. Poliurin dapat
menyebabkan mengeluarkan kalium yang berlebihan.
Kalium tidak dikonservensi dengan baik dalam tubuh
dan ginjal mengksksresikan kalium tanpa
memedulikan asupan kalium.
c) Laporkan jika kadar kalium serum <3,5 mEq/I jika
kadar kalium 3,0 sampai 3,5 mEq/I keadaan ini akan
memerlukan 100 sampai 200 mEq (kalium klorida
(KCl) untuk meningkatkan kadar kalium sebesar 1
mEq/I jika kadar kalium 2,9 mEq/I atau kurang,
diperlukan tambahan 200 sampai 400 mEq/I KCI
untuk meningkatkan kadar sebesar 1 mEq/I.
d) Tentukan status hidrasi klien jika hipokalemia hidrasi
berlebihan dan melarutkan kadar kalium serum.
e) Kenali perubahan perilakusebagai tanda hipokalemia.
Kadar kalium yang rendah dapat menyebabkan
konfusi, iritabilitas, dan depresi mental. Kadar kalium
serum harus diperiksa jika terdapat perubahan
perilaku.
f) Laporkan setiap ada perubahan elektrokardiografik
segmen ST yang memanjang dan depresi serta
gelombang T yang terbaik atau datar, merupakan
indikasi hipokalemia.
g) Larutkan suplemen kalium per oral sedikitnya dengan
120 ml cairan atau jus. Kalium adalah agens korosif,
dan sangat mengeritasi mukosa lambung.
h) Pantau kadar serum pada klien yang menerima
deuretik boros-kalium dan steroid. Contoh diuretik
boros kalium adalah Hydordiuril, Laix, dan Edecrin.
Steroid kortison (seperti prednison) dapat
menyebabkan retensi natrium dan ekskresi natrium.
i) Kaji untuk menemukan tanda dan gejala toksisitas
digitalis jika klien menerima bahan digitalis dan
diuretik boros-kalium atau steroid kadar kalium serum
yang rendah dapat meningkatkan kerja digitalis.
Tanda dan gejala toksisitas digitalis adalah muntah,
anoreksia, brakardia, disritmia jantung, serta
gangguan penglihatan.
j) Pantau temuan uji klorida serum, magnesium serum,
dan protein serum jika terdapat hipokalemia.
Mengatasi keadaan defisit kalium hanya dengan
penggantian kalium tidak efektif, sementara kadar
klorida, magnesium, dan protein dan juga rendah.
k) Berikan KCI per IV dalam satu liter larutan
parenteral. Jangan pernah memebrikan KCI per bolus
atau per IV karena dapat terjadi henti jantung.KCI
parenteral hanya boleh diberikan per intravena jika
dilarutkan (20 samapi 40 mEq/I) serta tidak boleh
diberikan secara subkutan atau intramuskular. Larutan
KCI per IV yang pekat dapat mengiritasi otot jantung
dan vena sehingga dapat menyebabkan flebitis.
l) Pemeriksaan tempat penyuntikan IV jika klien
menerima KCI dalam cairan IV. Kalium yang
terinfiltrasi sangat mengiritasi jaringan subkutan
(jaringan lemak) serta dapat menyebabkan
pengelupasan jaringan.
m) Ukuran kehilangan cairan gastrointestinal akibat
tindak pengisapan, muntah, atau diare agar dapat
memebrikan penggantian kalium dan elektrolit lain
dengan tepat. Kalium, natrium, hidrogen, dan klorida
banyak ditemukan di saluran gastrointestinal.
n) Irigasi slang gastrointestinal menggunakan larutan
salin yang normal untuk mecegah kehilangan
elektrolit. Per oral atau rektal dan dianggap sebagai
metode yang paling efektif untuk mengobati
hiperkalemia.
o) Beri tahun pemebrian pelayanan kesehatan jika klien
menerima obat digitalis ketika kalsium glukonat
sedang diberikan. Peningkatan kadar kalsium serum
dapat meningkatkan kerja digitalis sehingga
menyebabkan toksisitas digitalis.
p) Kaji untuk menemukan tanda dan gejala hipokalemia
ketika membarikan kayaxalate untuk periode waktu
yang lama (2 hari atau lebih)
5.1.2 Natrium
5.1.2.1 Nilai Rujukan
a) Dewasa: 135-145mEq/I, 135-145mmol/I (satuan SI)
b) Anak bayi: 134-150 MeQ/I Anak: 135-145mEq/I
5.1.2.2 Deskripsi
Natrium (Na) adalah kation utama dalam cairan
ekstraseluler, dan memiliki efek menahan air. Jika terdapat
kalium natrium di dalam cairan ekstraseluler, akan lebih
banyak air yang direabsorpsi dari ginjal.
Natrium memiliki berbagai fungsi tersebut antara
lain unruk membantu mempertahankan cairan tubuh.
Bertanggung jawab terhadap konduksi implus
neuromuskular melalui pompa natrium (natrium masuk ke
dalam sel pada kalium keluar untuk proses aktivitas
seluler), natrium juga terlibat dalam aktivitas enzim, dan
mengatur keseimbangan asam-basa dengan cara
menggabungkan ion klorida atau bikarbonat.
Tubuh memerlukan kira-kira 2 samapi 4 g natrium
setiap hari. Orang amerika biasanya mengonsumsi natrium
per hari kira-kira 6 sampai 12 g (90 samapai 240 mEq/I)
dalam bentuk garam (NaCI) satu sendok teh garam
mengandung 2,3 g natrium.
Istilah untuk ketidak seimbangan natrium adalah
hiponatrium (defisit natrium serum). Jika kadar natrium
serum adalah 125 mEq/I, harus dipertimbangkan
penggantian natrium dengan cairan salin normal (NaCI
0,9%), dan jika kadar natrium serum adalah 115 mEq/I atau
lebih rendah, larutan saling pekat (NaCI 3% atau 5 %)
dapat dipesan. Pada saat melakukan penggantian dengan
cepat terhadap hilangnya natrium, hal tersebut harus
disertai dengan pengkajian terhadap hidrasi yang
berlebihan.
5.1.2.3 Tujuan
a) Untuk memantau kadar natrium
b) Untuk mendeteksi terjadinya ketidak seimabangan
natrium (hipo-atau hipernatrermia)
c) Untuk membandingkan kadar natrium dengan kadar
elektrolit lainnya (misalnya kalsium, kalium, klorida).
5.1.2.4 Masalah Klinis
a) Penurunan kadar: muntah, diare, penghisap lambung,
SIADH, infus D5W terus-menerus, cedera jaringan,
diet rendah natrium, luka bakar, penyakit ginjal yang
menyebabkan pengeluaran garam-garam. Pengaruh
obat: Diuretik (furosemide[Lasix], asam
etakrinik[Edecrin], tiazid,manntiol)
b) Peningkatan kadar: Dehidrasi, muntah dan diare
berat, GJK, hiperfungsi adrenal, diet tinggi
natrium,gagal hepatik. Pengaruh obat: sediaan
kortisone, antibiotik, laksatif, obat batuk.
5.1.2.5 Prosedur
a) Kumpulkan 3 sampai 5 ml darah vena dalam tabung
bertutup merah atau hijau.
b) Tidak terdapat pembatasan asupan makanan atau
cairan. Jika klien mengonsumsi banyak makanan yang
mengandung tinggi garam selama 24 sampai 48 jam
terakhir, asupan ini harus dicatat dalam formulir
laboratorium dan pemberi layanan kesehatan harus
diberi tahu. Natrium jarang diperiksa secara terpisah,
tetapi lebih sering menjadi bagian dari pemeriksaan
elektrolit serum (misalnya natrium, kalium, klorida,
karbondioksida).
5.1.2.6 Faktor yang Memengaruhi Temuan Laboratorium
a) Diet tinggi natrium
b) Obat diuretik yang kuat, senyawa kortison, berbagai
agens anti hipertensif, obat batuk.
5.1.2.7 Implikasi Keperawatan dan Rasional
Penurunan kadar
a) Kaji untuk menemukan tanda dan hiponatremia
(misalnya ketakutan, ansietas, kedutan otot,
kelemahan otot, sakit kepala, takikardia, dan
hipotensi)
b) Ketahui bahwa kondisi hiponatremia yang terjadi
setelah pembedahan, dapat terjadi akibat SIADH.
Biasanya terjadi juga kelebihan sekresi hormon
antidiuretik selama sehari atau dua hari setelah
pembedahan, yang menyebabkan reabsorpsi air dari
ginjal serta pelarutan natrium.
c) Laporkan jika klien menerima infus D5 W selama
lebih dari 2 hari karena pemberian ini dapat
menyebabkan hiponatremia dan intoksikasi air. Cairan
per IV dengan dekstrosa ditambah dengan sepertiga
atau setengah larutan salin normal (0,33% sampai
0,45%) sering kali diberikan.
d) Pantau program pengobatan yang ditujukan untuk
mengatasi hiponatrema (misal pembatasn air, lauran
salin normal [0,9%] untuk memperbaiki kadar
natrium serum yang beriksar 120 sampai 130 mEq/l
serta pemberian cairan salin dengan kadar 3% atau
5% untuk mengatasi kadar natrium serum yang
kurang dari 115 mEq/l).
e) Pantau untuk menemukan tanda dan gejala hidrasi
berlebihan jika klien menerima cairan salin 3% atau
5% per intravena. Gejala hidrasi berlebihan, antara
lain batuk konstan dan bersifat teriritasi; dispnea;
kongesti vena leher dan tangan; serta rales dada.
f) Periksa berat jenis urine. Berat jenis <1,010 dapat
mengindikaiskan hiponatremia.
g) Periksa natrium serum dan hasil uji laboratorium
lainnya dan laporkan adanya perubahan elektrolit
serum. Kadar serum yang sangat rendah
mengharuskan uji tersebut diulang.
h) Irigasi slang nasogastrik dan luka dengan cairan salin
normal, bukan dengan air steril.
i) Ukur tanda vital untuk menentukan status jantung
selama hiponatremia.
j) Bandingkan kadar natrium serum dengan kadar
natrium urine. Kadar natrium serum yang rendah atau
normal dapat mengindikasikan retensi natrium atau
penurunan asupan natrium.
5.1.2.8 Penyuluhan Klien
Anjurkan klien tidak hanya meminum air putih. Anjurkan
klien meminum cairan dalam bentuk larutan (misalnya air
kaldu dan jus)
5.1.3 Clorida
5.1.3.1 Nilai Rujukan
a) Dewasa : 95-105 mEq/I, 95-105 mmol/I (satuan SI)
b) Anak bayi baru lahir: 94-112 mEq/I. BAYI: 95-110
mEq/I. Anak: 98-105 mEq/I.
5.1.3.2 Deskripsi
Klorida merupakan anion yang paling banyak
ditemukan di cairan ekstra seluler. Klorida berperan penting
memepertahankan keseimabangan cairan tubuh, osmolalitas
cairan tubuh (dengan natrium), serta keseimabangan asam
basa. Ion ini bergabung dengan ion hidrogen untuk
menghasilkan kadar keasaman (asam hidroklorida
[hydrochloric acid, HCI) di lambung.
Untuk memepertahankan keseimabangan asam-
basa, klorida bersaing dengan karbonat untuk mendapatkan
natrium. Apabila cairan tubuh menjadi lebih asam, ginjal
mengompensasinya dengan mengkresikan klorida dan
natrium, dan bikarbohidrat direabsorpsi. Sebagai tambahan,
klorida saling memasuk dan keluar untuk bertukar dengan
karbonat.
Banyak klorida yang dicerna bergabung dengan
nantrium (natrium klorida [natrium choride, NaCI] atau
“garam”). Asupan klorida sehari-hari yang diperlukan
adalah 2 g. Istilah hipogloremia berarti berkurang klorida
serum, hiperkloremia berarti kelebihan kadar klorida serum.
5.1.3.3 Tujuan
Untuk memantau kadar klorida serum yang dikaitkan
dengan kadar kalium, natrium, serta keseimabangan asam-
basa.
5.1.3.4 Masalah Klinis
a) Penurunan kadar: muntah, pengisap gastrik,diare,
hipokalemia (penurunan kadar kalium), (penurunan
kadar natrium), diet rendah garam, cairan infus
dekstrona 5% dalam air (D,W) yang berkelanjutan.
b) Penurunan kadar: dehidrasi hipernatremia
(meningkatkan natrium) hiperparatiroitisme, kanker
lambung, mieloma multipelhipernatremia, kelenjar
adrenal, cerdas kepala, eklamsia.
5.1.3.5 Prosedur
a) Kumpulkan 3-5 ml darah vena pada tabung bertutup
merah atau hijau
b) Tidak ada pembatas asupan makanan atau minuman, uji
ini dapat dikombinasikan dengan uji yang lain. (contoh
untuk memeriksakan elektrolit serum) sehingga klien
harus berpuasa konfirmasi prosedur uji dengan bagian
laboratorium.
5.1.3.6 Faktor yang Memengaruhi Temuan Laboratorium
Obat (lihat pengaruh obat)
5.1.3.7 Implikasi Keperawatan dan Rasional
Penurunan kadar
a) Kaji tanda dan gejala hipokloremia (rangsangan pada
sistem saraf dan otot yang berlebihan, (kedukan,
tremor) pernafasan dangkal dan labat, serta penurunan
tekanan darah akibat hilangnya cairan dan klorida).
b) Biarkan penjelasan kepada pemberi pelayanan
kesehatan bahwa klien sedang dalam pemberian terapi
dektrosa 5% dalam air per IV secara brkelanjutan
c) Pantau kadar kaliun atau natrium klorida sering kali
keluar bersama natrium dan kalium (volume yang
keluar sangat banyak disalurkan gas trointestinal).
Saat muntah ion kalium, hidrogen, dan klorida juga
ikut dimuntahkan keadaan ini dapat menyebabkan
alkolonis hipokloromik dan hipokalemik.
d) Amati gejala dehidrasi yang berlebihan jika klien
menerima beberapa cairan sedikit normal (NaCI
0,9%) untuk mengganti natrium dan klorida yang
hilang.
5.1.3.8 Penyuluhan Klien
a) Anjurkan klien tidak memenium banyak air biasa jika
ia mengalami kekurangan klorida serum. Anjurkan
klien menkonsumsi minuman yang mengandung
natrium dan klorida (air rebusan daging, jus tomat,
minuman kola)
b) Anjurkan klien menkonsumsi makanan dan minuman
yang menggandung tinggi klorida ( misalnya air
rebusan daging, makanan laut, susu, daging sapi, telur
dan garam meja)
Peningkatan Kadar
Penyuluhan Klien
5.2 Magnesium
5.2.1 Nilai Rujukan
a) Dewasa: 1,5-2,3 mEg/1, 1,8-3,0 mg.dl.
b) Anak: bayi baru lahir: 1,4-2,9 mEq/l. anak: 1,6-2,6 mEq/1.
5.2.2 Deskripsi
Magnesium adalah kation yang paling banyak terdapat
didalam sel (cairan intraseluler). Sepertiga dari totl magnesium
yang ditelan diabsorpsi melalui usus halus, dan sisanya berupa
magnesium yang dieksresikan melalui feses. Magnesium yang
telah diabsorpsi pada akhirnya diekskresikan melalui ginjal.
Seperti halnya kalium, natrium, dankalsium, magnesium
diperlukan untuk aktifitas neurumuskular. Magnesium
memengaruhi penggunaan kalium,kalsium, dan protein sehingga
jika terjadi deficit magnesium,seringakli terjadi juga disertai
dengan deficit kalium dan kalsium. Magnesiumjuga bertanggung
jawab terhadap transportasi natrium dan kalium melalui membrane
sel. Fungsi lain magnesium adalah aktivitasinya terhadap enzim
yang bermanfaat untuk metabolisme karbohidrat dan protein.
Magnesium ditemukan dihampir semua makanan sehingga
sulit di bagi individu yang melakukan diet normal untuk
mengalami defiseinsi magnesium. Kebutuhan asupan magnesium
harian untuk dewasa adalh 200 sampai 300 mg atau 0,2 sampai 0,3.
Kekurangan magnesium serum diistilahkan dengan
hipomagnesemia, da kelebihan magnesium serum diistilahkan
dengan hipermagnesemia.
5.2.3 Tujuan
a) Untuk mendeteksi keberadaan hipomagnesemia atau
hipermagnesemia.
b) Untuk memantau kadar magnesium apabila terdapat
kemungkinan pengeluaran magnesium.
5.2.4 Masalah Klinis
a) Penurunan Kadar : malnutrisi protein, malabsorbsi, sirosis
hati, alkoholisme, hipoparatiroidisme, hiperaldosteronisme,
hypokalemia (penurunan kalium), diare kronis, dehidrasi.
Pengaruh Obat : Diretik (merkuri, asam etakrinat), kalsium
glukonat, neomisin, insulin
b) Peningkatan Kadar : Dehidrasi berat, gagal ginjal, leukemia
(limfositik dan mielositik), diabetes mellitus (fase awal).
Pengaruh obat : Antasida (Maalox, Mylanta, Aludrox, DiGel),
Lakasatif (garam Epsom [MgSO4], susu magnesia, magnesium
sitrat).
5.2.5 Prosedur
a) Kumpulkan 3 – 5 m darah vena dalam tabung bertutup merah.
Cegah terjadinya hemolysis
b) Tidak terdapat pembatasan asupan makanan atau minuman
5.2.6 Faktor yang Memengaruhi Temuan Laboratorium
a) Hipokalemia dan hipokelsemia akan menurunkan kadar
magnesium.
b) Obat : Laksatif dan antacid yang mengandung magnesium
dapat menyebabkan hipermagnesemia, ssedangkan obat
duretik, kalsium glukonat, serta insulin dapat menyebabkan
hipomagnesemia. Insulin dapat menyebabkan kekurangan
magnesium serum
5.2.7 Implikasi Keperawatan dan Rasional
Penurunan kadar
a) Pantau untuk menemukan tanda dan gejala hipomagnesemia,
seperti gejala tetani (kedutan dan tremor, spasme karpopedal,
spastisitas generalisata), gelisah, konfusi, dan aritmia.
Iritabilitas neuromuskular dapat disalahartikan sebagai
hipokalsemia.
b) Periksa kadar kalium, natrium, kalsium, dan magnesium
serum. Kekurangan elektrolit dapat menyertai keadaan
kekurangan magnesium. Jika terjadi hipokalemia dan
hipomagnesemia, suplemen kalium tidak akan sepenuhnya
mengatasi keadaan kekurangan kalium, sampai keadaan
kekurangan magnesium dapat diatasi.
c) Periksa untuk menemukan tanda Chvostek positif dengan cara
menepuk nervus fasialis di depan telinga dan pantau apabila
terdapat spasme pada pipi dan kedutan di ujung bibir.
d) Laporkan kepada pemberi layanan kesehatan jika klien telah
dipuasakan dan telah menerima cairan IV, tanpa tambahan
garam magnesium selama berminggu-minggu. Larutan
hiperalimentasi harus mengandung magnesium.
e) Pada klien yang menerima obat digitalis bila terjadi intoksikasi
digitalis (anoreksia, mual, muntah, bradikardia). Kekurangan
ion magnesium dapat meningkatkan kerja digitalis sehingga
menyebabkan toksisitas digitalis.
f) Kaji fungsi ginjal klien jika klien menerima suplemen
magnesium. Kelebihan magnesium diekskresikan melalui
ginjal.
g) Kaji adanya perubahan dalam elektrokardiografik. Gelombang
T yang mendatar atau terbalik dapat mengindikasikan keadaan
hipomagnesemia. Gambaran ini dapat juga mengindikasikan
terjadinya hipokalemia.
h) Berikan magnesium sulfat per IV pada larutan secara perlahan
untuk mencegah rasa panas atau kemerahan yang memancar di
pipi.
i) Sediakan kalsium glukonat per IV untuk mengatasi
hipermagnesemia yang terjadi akibat koreksi magnesium yang
berlebihan. Kalsium mengantagoniskan efek sedatif
magnesium.
5.2.8 Penyuluhan Klien
Jelaskan kepada klien untuk mengonsumsi makanan yang tinggi
kandungan magnesium (ikan, makanan laut, daging, sayuran
berdaun hijau, gandum, dan kacang-kacangan).
Peningkatan kadar
a) Pantau untuk menemukan tanda dan gejala hipermagnesemia,
seperti kemerahan yang memancar di wajah, perasaan hangat,
peningkatan perspirasi (dengan kadar magnesium pada nilai 3
sampai 4 mEq/l), kelemahan otot, melemahnya refleks, gawat
pernapasan, hipotensi, efek sedatif (dengan kadar magnesium
antara 9 sampai 10 mEq/l).
b) Pantau haluaran urine. Haluaran urine efektif (>750 ml per
hari) akan menurunkan kadar magnesium serum.
c) Kaji tingkat sensorium dan aktivitas otot pada klien.
d) Kaji perubahan EKG. Penemuan gelombang T yang meninggi
dan kompleks QRS yang melebar dapat mengindikasikan
terdapatnya hiperkalemia (peningkatan kalium) dan
hipermagnesemia sehingga kadar kalium dan magnesium
serum harus diperiksa
e) Berikan cairan yang adekuat untuk memperbaiki fungsi ginjal
dan untuk mengembalikan cairan tubuh. Dehidrasi dapat
menyebabkan hemokonsentrasi, dan akibatnya dapat terjadi
kelebihan magnesium.
f) Pantau apakah terdapat intoksikasi digitalis apabila klien
menerima kalsium glukonat untuk mengatasi
hipermagnesemia. Kelebihan kalsium dapat meningkatkan
kerja digitalis.
Penyuluhan Klien
5.3 Kalsium
5.3.1 Nilai Rujukan
a) Ca total dewasa: 4,5-5,5 mEq/l, 9-11 mg/dl, 2,3-2,8 mmol/l
(satuan SI).
b) Ca terionisasi: 4,25-5,25 mg/dl, 2,2-2,5 mEq/l, 1,1-1,24
mmol/l.
c) Anak: Bayi baru lahir: 3,7-7,0 mEq/l, 7,4-14,0 mg/dl. Bayi:
5,0-6,0 mEq/l, 10-12 mg/dl. Anak: 4,5-5,8 mEq/l, 9-11,5
mg/dl.
5.3.2 Deskripsi
Kalsium paling banyak ditemukan dalam tulang dan gigi.
Sekitar 50% dari jumlah totalnya terionisasi, dan hanya kalsium
terionisasi ini yang dapat digunakan oleh tubuh. Protein dan
albumin dalam darah berikatan dengan kalsium sehingga
mengurangi jumlah kalsium terionisasi yang bebas. Kadar kalsium
terionisasi dapat ditentukan dengan menggunakan rumus yang
mengestimasi kalsium terionisasi dari kadar kalsium total. Rumus
ini masih dalam perdebatan. Hanya sedikit laboratorium yang
memiliki peralatan untuk mengukur kadar kalsium terionisasi-
serum. Pada asidosis, terdapat banyak kalsium yang terionisasi,
berapa pun kadar serumnya, sedangkan pada keadaan alkalosis,
sebagian besar kalsium berikatan dengan protein dan tidak dapat
diionisasi.
Kadar kalsium-terionisasi serum (serum-ionized calcium,
iCa) tidak dipengaruhi oeh perubahan yang terjadi dalam
konsentrasi protein/albumin serum, dan kadar ini lebih
mencerminkan metabolisme kalsium dari pada nilai total kalsium.
Penurunan kadar kalsium terionisasi, <2,2 mEq/l atau 4,25 mg/dl,
mungkin akan menyebabkan iritabilitas neuromuskular atau gejala
tetani (kesemutan, kedutan, kontraksi spasmodik).
Kalsium diperlukan untuk transmisi impuls saraf serta
untuk kontraksi otot miokardium dan otot rangka. Ion ini
menyebabkan pembekuan darah dengan cara mengubah
protrombin menjadi trombin. Ion ini juga memperkuat membran
kapiler. Jika terjadi kekurangan kalsium, permeabilitas kapiler akan
meningkat sehingga cairan dapat menembus kapiler.
Kadar kalsium serum yang rendah disebut hipokalsemia,
dan yang tinggi disebut hiperkalsemia. Ketidakseimbangan
kalsium membutuhkan tindakan yang segera karena kekurangan
kalsium serum dapat menyebabkan gejala tetani, kecuali jika
asidosis juga terjadi , sementara kelebihan kalsium serum dapat
menyebabkan distrimia jantung.
5.3.3 Tujuan
a) Untuk memantau kadar kalsium serum berlebih atau kurang.
b) Untuk memantau kadar kalsium
c) Untuk mendeteksi ketidakseimbangan kalsium.
5.3.4 Masalah Klinis
a) Penurunan kadar: diare, malabsorpsi kalsium dari saluran
gastrointestinal (GI), infeksi yang meluas, luka bakar, kurang
asupan kalsium dan vitamin D, hipoparatiroidisme, gagal
ginjal kronis akibat retensi fosfor, alkoholisme, pankreatitis.
Pengaruh obat: preparat kortison, antibiotik (gentamisin,
metisilin), produk magnesium (antasid), laksatif (penggunaan
yang berlebih), heparin, insulin, mitramisin, asetazolamid
(Diamox).
b) Peningkatan kadar: hipervitaminosis D; hiperparatiroidisme,
neoplasma ganas pada tulang, paru-paru, payudara, kandung
kemih, atau ginjal; mieloma multipel; imobilisasi yang
berkepanjangan; fraktur multipel; kulkulus ginjal; olahraga;
alkoholisme (kecanduan alkohol); sindrom milkalkali.
Pengaruh obat: antasid alkalin, preparat estrogen, garam
kalsium,vitamin D.
5.3.5 Prosedur
a) Kumpulkan 3 sampai 5 ml darah vena dalam tabung bertutup
merah.
b) Tidak ada pembatasan asupan makanan ataupun minuman,
kecuali uji SMA12 atau uji kelompok sejenis yang
diinstruksikan.
5.3.6 Faktor yang Memengaruhi Temuan Laboratorium
a) Obat (lihat pengaruh obat) dapat menyebabkan kelebihan atau
kekurangan kalsium.
b) Diet rendah atau tinggi kalsium dan vitamin D dapat
memengaruhi temuan.
c) Larutan salin IV (NaCl) dapat meningkatkan kehilangan
kalsium.
5.3.7 Implikasi Keperawatan dan Rasional
Penurunan kadar
a) Amati untuk menemukan tanda dan gejala hipokalsemia
(misalnya gejala tetani, kedutan otot dan tremor, spasme
laring, paratesia [kesemutan dan kebas pada jari tangan],
spasme wajah dan kontraksi spasmodik).
b) Pantau kadar kalsium serum dan laporkan temuan yang
abnormal kepada doketer, terutama jika tampak gejala tetani.
c) Kaji untuk menemukan tanda Chvostek dan Trousseau positif
yang diakibatkan oleh hipokalsemia. Untuk mendapatkan
tanda Chvostek yang positif, tepuk area di depan telinga dan
amati apakah terdapat spasme pada pipi dan di ujung bibir.
Untuk mendapatkan temuan Trousseau positif, gembungkan
manset tekanan darah dan pasangkan selama beberapa menit,
dan amati apakah terdapat spasme-spasme jari tangan.
d) Berikan suplemen kalsium per oral sebelum makan atau 1
sampai 1½ jam setelah makan.
e) Amati untuk menemukan gejala hipokalsemia jika klien
menerima tranfusi darah bersitrat secara masif. Sitrat dapat
menghalangi ionisasi kalsium sehingga kadar kalsium serum
dapat terpengaruh.
f) Pantau keteraturan frekuensi nadi jika klien menerima preparat
digitalis dan suplemen kalsium. Kalsium berlebih dapat
meningkatkan kerja digitalis, dan dapat menyebabkan
tokisisitas digitalis (mual, muntah, anoreksia, bradikardia-
aritmia).
g) Berikan cairan per IV yang berisikan kalsium glukonat 10%
secara perlahan. Kalsium harus diberikan dalam air yang
mengandung dekstrosa 5%, dan bukan dalam larutan salin
karena natrium dapat meningkatkan kehilangan kalsium.
Kalsium jangan ditambahkan dalam larutan yang mengandung
bikarbonat karena akan terjadi presipitasi yang cepat.
h) Pantau elektrokardiogram selama terjadi hipokalsemia untuk
melihat segmen ST dan interval QT yang memanjang.
5.3.8 Penyuluhan Klien
a) Anjurkan klien tidak mengonsumsi obat antasid dengan dosis
berlebih dan mencegah kebiasaan mengonsumsi laksatif terus-
menerus. Konsumsi antasid tertentu yang berlebih dapat
menyebabkan alkalosis dan mengurangi kadar kalsium
terionisasi. Selain itu, kebanyakan antasid mengandung
magnesium yang dapat menurunkan kadar kalsium serum.
Kebanyakan laksatif mengandung fosfat (fosfor) yang
memiliki efek berlawanan dengan kalsium sehingga
menyebabkan kalsium hilang. Penggunaan laksatif kronis akan
mengurangi absorpsi kalsium dari saluran GI. Sebaiknya
perbanyak konsumsi buah untuk memperlancar defekasi.
b) Anjurkan klien mengonsumsi makanan yang mengandung
tinggi kalsium, seperti susu dan produk susu, dan/ atau
makanan tinggi protein. Protein dibutuhkan untuk
meningkatkan absorpsi kalsium.
c) Ajarkan klien penderita hipokalsemia untuk mencegah
hiperventilasi dan tidak menyilangkan tungkainya karena dapat
menyebabkan gejala tetani.
Peningkatan kadar
a) Amati untuk menemukan tanda dan gejala hiperkalsemia
(misalnya letargi, mual, dan muntah).
b) Lakukan olahraga aktif dan pasif dengan sering bagi klien tirah
baring. Hal ini akan mencegah hilangnya kalsium dari tulang.
c) Identifikasi gejala toksisitas digitalis jika klien mengalami
peningkatan kadar kalsium serum dan sedang mengonsumsi
obat digitalis.
d) Beri tahu dokter jika klien menerima obat diuretik tiazid
karena obat ini akan menghambat ekskresi kalsium dan
menyebabkan hiperkalsemia.
e) Pantau pH urine. Garam kalsium lebih dapat larut dalam urine
asam (pH < 6,0) daripada dalam urine basa.
f) Hati-hati dalam menangani klien yang sudah lama mengalami
hiperkalsemia dan demineralisasi tulang untuk mencegah
fraktur patalogis.
Penyuluhan klien
6.2 Trigliserida
6.2.1 Nilai Rujukan
a) Dewasa: Usia 12 sampai 29 tahun: 10-140 mg/dl. Usia 30
sampai 39 tahun 20-150 mg/dl. Usia 40 sampai 49 tahun: 30-
160 mg/dl. Usia > 50 tahun: 40-190 mg/dl; 0,44-2,09 mmol/1
(satuan SI).
b) Anak: bayi: 5-40 mg/dl. Anak: 5-11 tahun: 10-135 mg/dl.
6.2.2 Deskripsi
Trigliserida merupakan lemak darah dibentuk oleh
esterifikasi gliserol dan tiga asam lemak,yang dibawa oleh
lipoprotein serum. Proses pencernaan trigleserida dari asam lemak
dalam diet (eksogenus), dan diantarkan ke aliran darah sebagai
kilomikron (droplet lemak kecil yang diselubungi protein),yang
memberikan tampilan seperti susu atau krim pada serum setelah
mengonsumsi makanan yang tinggi kandungan lemaknya. Hati
juga bertanggung jawab atas pengolahan trigliserida, tetapi
trigliserida tidak mengalami pengantaran seperti yang dilakukan
kilomikron. Sebagian besar trigliserida disimpan sebagai lemak
dalam jaringan adiposa. Fungsi trigliserida adalah memberikan
energi pada otot jantung dan rangka.
Trigliserida merupakan penyebab utama terjadinya penyakit
arteri dan sering dibandingkan dengan kolestrol melalui uji
elektroforesis lipoprotein. Pada saat konsentrasi trigliserida
meningkat,lipoprotein densitas sangat hiperlipoproteinemia.
Asupan alkohol dapat menyebabkan peningkatan sementara kadar
trigliserida serum.
6.2.3 Tujuan
a) Untuk memantau kadar trigliserida
b) Untuk membandingkan temuan uji dengan kelompok
lipoprotein (VLDL) yang mengindikasikan hiperlipemia.
6.2.4 Masalah Klinis
a) Penurunan Kadar: B-lipoproteinemia
kongenital,hipertiroidisme,hiperparatiroidisme,malnutrisi
protein,latihan fisik. Pengaruh Obat: Asam askorbat,klofibrat
(Atromid-S), fenformin,metformin.
b) Peningkatan Kadar: Hiperlipoproteinemia, infark miokardial
akut,hipertensi,trombosis serebral,hipotiriodisme,sindrom
nefrotik,arteriosk;erosis,sirosis laennec atau alkoholik,diabetes
militus tak terkontrol,pankreatilis,sindrom down,stres,diet
tinggi karbohidrat, kehamilan. Pengaruh obat :
Estrogen,kontrasepsi oral.
6.2.5 Prosedur
a) Kumpulkan 3 sampai 5 ml darah vena dalam tabung bertutup
merah.
b) Klien harus berpuasa (makan,minuman,atau obat) setelah
pukul 6 sore sebelum uji dilakukan, kecuali air. Pemberian
obat harus ditunda sampai darah selesai diambil. Klien harus
menjalani diet normal selama beberapa hari sebelum
pengujian. Klien tidak diperbolehkan mengonsumsi minuman
beralkohol selama 24 jam sebelum uji dilakukan.
c) Catat pada formulir laboratorium jika berat badan klien
bertamabh atau berkurang dalam 2 minggu terakhir.
6.2.6 Faktor yang Memengaruhi Temuan Laboratorium
Diet tinggi karbohidrat dan alkohol dapat meningkatkan kadar
trigliserida serum.
6.2.7 Implikasi Keperawatan dan Rasional
Peningkatan Kadar
a) Kaitkan antara masalah klinis dan penggunaan obat dengan
peningkatan kadar trigliserida serum. Jika kadar trigliserida
dan/atau kadar kolestrol meningkat, uji elektroforesis
lipoprotein sering kali dipesan untuk dilakukan.
b) Periksa untuk menentukan apakah pemeriksaan elektroforesis
lipoprotein telah dipesankan. Pemeriksaan ini sering dilakukan
jika kadar trigliserida meningkat.
6.2.8 Penyuluhan Klien
a) Beritahu klien bahwa ia tidak boleh memakan atau meminum
apa pun,kecuali hanya meminum air putih selama 12 sampai
24 jam sebelum uji dilakukan. Klien harus menghindari asupan
alkohol selama 24 jam. Tunda pemberian obat sampai uji
selesai dilakukan. Konfirmasikan hal ini kepada pemeberi
layanan kesehatan dan petugas laboratorium.
b) Beritahu klien yang memiliki kadar trigliserida serum tinggi
untuk tidak mengonsumsi gula dan karbohidrat dalam jumlah
berlebih, begitu juga halnya dengan asupan lemak dalam diaet.
Klien harus dianjurkan untuk mengonsumsi buah.
6.3 Kolesterol
6.3.1 Nilai Rujukan
a) Dewasa: Nilai ideal: <200 mg/dl. Risiko sedang: 200 – 240
mg/dl. Risiko Tinggi: >240 mg/dl. Kehamilan: kadar berisiko
tinggi, tetapi akan kembali ke kadar seperti sebelum
kehamilan, yaitu 1 bulan setelah pelahiran.
b) Anak: Bayi: 90-130 mg/dl. Anak (usia 2-19 tahun): Nilai ideal:
130-170 mg/dl. Risiko sedang: 171-184 mg/dl. Risiko tinggi:
>185 mg/dl.
6.3.2 Deskripsi
Kolestrol merupakan lemak darah yang disentesis dihati
serta ditemukan dalam sel darah merah, membran sel, dan otot.
Kira-kira sebanyak 70% kolestrol diesterifisikan (dikombinasi
dengan asam lemak), serta 30% dalam bentuk bebas. Kolestrol
digunakan tubuh untuk membentuk garam empedu sebagai
fasiliator pencernaan lemak dan untuk pembentukan hormon oleh
kelenjar adrenal,ovarium,dan testis. Hormon tiroid dan estrogen
dapat menurunkan konsentrasi kolestrol,serta sebaliknya tindakan
pembedahan ooforektomi,meningkatkan konsentrasinya.
Kolestrol serum digunakan sebagai indikator penyakit arteri
koroner dan aterosklerosis .hiperkolesterolemia menyebabkan
penumpukan plak di arteri koroner sehingga dapat menyebabkan
MCI. Kadar kolestrol serum yang tinggi dapat berhubungan
dengan kecenderungan genetik (herediteri) obstruksi bilier,
dan/atau asupan diet. Lebih kiurang sepertiga dan masyarakat di
amerika memiliki kadar kolestrol serum dibawah 200mg/dl, kadar
ini merupakan kadar ideal.
6.3.3 Tujuan
a) Untuk memeriksa kadar kolestrol klien
b) Untuk memantau kadar kolestrol
6.3.4 Masalah Klinis
a) Penurunan kadar : Hipertiroidisme,sindrom cushing (hormon
adrenal yang berlebih),kelaparan,malabsorpsi,anemia,infeksi
akut. Pengaruh obat antilipid
(zocor,mevacor,lipitor),tiroksin,antibiotik
(kanamisin,neomisin,parmomisin,tetrasiklin),asam nikotinat,
estrogen,glukagon,heparin,salisilat (aspirin),kolkisin,obat
hipoglikemik per oral.
b) Peningkatan kadar : MCI
akut:aterosklerosis:hipotiroidisme;obstruksi bilier,sirosis
bilier;kolangitis,hiperkolesterolemia keluarga;diabetes melitus
yang tidak terkontrol;sindrom
nefrotik;pankreatektomi;kehamilan (trimester III)
hiperlipoproteinemia tipe II,III, dan V; periode setres berat;diet
kolestrol tinggi (lemak hewani). Pengaruh obat :
aspirin,kortikosteroid,steroid,kontrasepsi oral, epinefrin dan
norepinefrin bromida,fenotiazin (klorpromazin [thorazine],
trifluoperazin [stelazine],vitamin A dan D,sulfonamid,fenitoin
(dilantin).
6.3.5 Prosedur
a) Jelaskan pada klien untuk puasa (makanan,cairan,dan obat)
selama 12 jam. Klien diperbolehkan minum.
b) Kumpulkan 3-5 ml darah vena pada tabung bertutup merah.
Cegah terjadinya hemolisis.
c) Catat penggunaan obat yang dikonsumsi klien yang tidak
terdaftar pada formulir laboratorium.
6.3.6 Faktor yang Memengaruhi Temuan Laboratorium
a) Obat aspirin dan kortison dapat menyebabkan penurunan atau
peningkatan kadar kolestrol serum.
b) Diet tinggi kolestrol yang dikonsumsi sebelum pemeriksaan
dapat menyebabkan peningkatan kadar kolestrol serum.
c) Hipoksia berat dapat meningkatkan kadar kolestrol serum.
d) Himolisis pada spesimen darah dapat menyebabkan
peningkatan kadar kolestrol serum.
6.3.7 Implikasi Keperawatan dan Rasional
a) Jelaskan pada klien dan keluarganya tentang persepsi
mengenai kadar kolestrol serum normal dan efek yang timbul
jika kadar kolestrol meningkat.
b) Anjurkan klien menurunkan beart badannya jika kegemukan
dan mengalami hiperkolesterolemia. Penurunan berat badan
pada obesitas dapat membantu menurunkan kadar kolestrol
serum.
c) Anjurkan klien yang menderita hiperkolesteromia untuk
mengurangi asupan makanan tinggi kolestrol (mis,daging babi
asap,telur,mentega,daging berlemak,makanan laut
tertentu,kelapa, dan coklat).
d) Instruksikan klien yang menderita hiperkolestromia berat
untuk mematuhi jadwal kunjungan medisnya guna perawatan
lanjut.
6.3.8 Penyuluhan Klien
a) Jelaskan pada klien dan keluarganya tentang persepsi
mengenai kadar kolesterol serum normal dan efek yang timbul
jika kadar kolesterol meningkat
b) Anjurkan klien menurunkan berat badannya jika kegemukan
dan mengalami hiperkolesterolemia. Penurunan berat badan
pada obesitas dapat membantu menurunkan kadar kolesterol
serum
c) Anjurkan klien yang menderita hiperkolesterolemia untuk
mengurangi asupan makanan tinggi kolesterol (mis. Daging
babi asap, telur, mentega, daging berlemak, makanan laut
tertentu, kelapa dan coklat)
d) Instruksikan klien yang menderita hiperkolesterolemia berat
untuk mematuhi jadwal kunjungan medisnya guna perawatan
lanjut
DAFTAR PUSTAKA
Kee, Joyce LeFever. 1997. Buku Saku : Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik
dengan implikasi Keperawatan Edisi 2. Jakarta : EGC
Kee, Joyce LeFever. 2007. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik
Edisi 6. Jakarta : EGC
TABUNG VACUTAINER