Anda di halaman 1dari 107

PEMICU 5

“DARAH YANG TAK KUNJUNG DATANG”


KELOMPOK 09
TUTOR : dr. Enny Irawaty, M.Pd.Ked
Ketua : Nesya C (405180097)
Sekretaris : Felisca Carisa (405180006)
Penulis : Nadya Putri P (405180021)
Anggota :

 Patrick Bima I (405170083)  Laurencia Sylvano (405180058)


 Bilandi Hakim E M (405170224)  Nabila Stevany (405180060)
 Jodi Setiawan (405180015)  Felix Chandra W (405180163)
 Annisya Rima O (405180024)  Stefany Melinia K (405180170)
DARAH YANG TAK KUNJUNG DATANG
• Seorang anak perempuan usia 12 tahun, dibawa ke IGD Rumah sakit akibat mengalami
kecelakaan lalu lintas dan mengalami perdarahan hebat. Kadar hemoglobin 6 gr/dL (normal:
12-14 g/dL), Ht 18 vol%(N:37-43 vol%), eritrosit 2 juta/µL (N 150.000-450.000/µL). Anak
tersebut membutuhkan transfusi darah segera dalam bentuk darah lengkap (whole blood).
Kedua orang tua menginginkan agar anaknya mendapat darah dari mereka, tapi anaknya
mempunyai golongan darah O sedangkan Ibu golongan darah A dan ayah golongan darah B.
setelah mendapat penjelasan dari Dokter kedua orang tua dapat mengerti keadaan yang
terjadi dan bersedia menerima darah dari Dinas Transfusi Darah PMI (DTD-PMI). Selang
beberapa waktu, ayah dari penderita marah karena merasa sangat lama menunggu darah
yang akan ditransfusi yang belum unjung datang. Ayah pasien berpendapat bahwa banyak
orang mempunyai golongan darah O, tetapi, kenapa harus menunggu lama. Dokter
menjelaskan pemberian darah harus menunggu prosedur pemeriksaan untuk mencocokkan
darah donor dan resipien.

• Apa yang dapat dipelajari dari pemicu ini ?


LANGKAH 1
ISTILAH ASING

• Whole blood  semua komponen darah (sel darah dan plasmanya)


LANGKAH 2
RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja bentuk transfusi darah ?
2. Apa saja prosedur untuk transfusi darah ?
3. Mengapa golongan darah orangtua dan anaknya bisa berbeda ?
4. Apa saja sistem golongan darah dan perbedaan diantaranya ?
5. Apa yang terjadi jika seseorang ditransfusikan darah yang salah ?
6. Pemeriksaan apa saja yang harus dilakukan transfuse ?
7. Apa saja indikasi dilakukannya transfuse darah ?
8. Apa resiko transfusi darah ?
9. Apa syarat jadi pendonor ?
LANGKAH 3
CURAHAN PENDAPAT
1&7. - packed red cell  anemia Hb < 6 g/dL
- substansi trombosit  trombositopenia, defek fungsi trombosit, trombosit < 50.000 /µL
- fresh frozen plasma  def. factor koagulasi (peny. Hati, overdosis antikoagulan)
- whole blood  perdarahan akut
 pada pemicu diberikan whole blood karena dia terkena perdarahan akut yang hebat akibat
kecelakaan , leukosit meningkat karena adanya inflamasi.

2. - penentuan golongan darah dan Rh


- donor  comb’s test indirect & tes serologic
- resipien  majo & minor side crossmatch
- pemeriksaan indentifikasi
LANGKAH 3
CURAHAN PENDAPAT
3. Ayah (gol. darah B) X Ibu (gol. darah A)
IB IO IA IO

IA IO
Golongan darah :
IB IAIB IB IO
Gol. darah AB Gol. darah B AB : A : B : O
1 :1:1:1
IO IAIO IOIO
Gol. darah A Gol. darah O
LANGKAH 3
CURAHAN PENDAPAT
4. - Sistem ABO  perbedaan antigen  gol. Darah A, B, AB, O  IgM (antibody alami)
- Sistem Rh  dari IgG (antibody yang terbentuk saat adanya perbedaan, contoh ibu Rh- anak Rh+)
- Kidd
Golongan darah antigen antibodi Antigen berikatan dengan
- Duffy
- Lutheran A A B n-asetil galaktosida
- Lewis B B A d-galaktosa
- Kell AB A,B - n-asetil galaktosida &
-P d-galaktosa
- MN O - A,B fukosa

5. Resipien memiliki antibody dalam darahnya, sehingga jika ada darah yang masuk dan tidak sesuai
dengan antigennya maka antibody dalam tubuh resipien akan menyerang sel darah yang diberikan
pendonor dengan mengakibatkan aglutinasi dan hemolysis (terjadi karena antibody merusak sel darah
yang mengandung antigen berbeda)
LANGKAH 3
CURAHAN PENDAPAT
6.  pasien : - tentukan golongan darah & Rh
- indirect comb’s test
 pendonor : - tekanan darah, BB, pemeriksaan penyakit, Hb
- periksa golongan darah & Rh
- pemeriksaan silang  pemeriksaan IgG (comb’s test)

8. RESIPIEN  - demam PENDONOR  - pusing


- kelebihan cairan pasca transfuse - infeksi (prosedur tidak steril)
- kelebihan besi pasca transfuse - Hb menurun
- penularan virus
- infeksi
LANGKAH 3
CURAHAN PENDAPAT
9. - usia 18-70 tahun (<18  masih dalam pertumbuhan dan dewasa dalam UU (ada inform
consent)), bila baru pertama kali maksimal 65 tahun
- BB > 50 kg
- interval antar donasi min. 12 minggu (karena usia ertitrosit 120hari), disarankan 16 minggu
- tidak boleh untuk ibu hamil dan menyusui (kebutuhan zat besi meningkat)
- tidak sedang menderita penyakit (HIV, Hep B&C, autoimun?, anemia, hipotensi <100mmHG,
hipertensi >140mmHg)
- dalam 6 bulan terakhir tidak tindik dan tato
- tidak konsumsi obat (warfarin antikoagulan, heparin dll)
- selama 2 bulan terakhir melakukan vaksinasi dengan antigen hidup (campak)
LANGKAH 4
REVIEW/MIND MAP

SISTEM GOLONGAN
TRANFUSI DARAH DARAH

JENIS TRANSFUSI PROSEDUR SYARAT


&
INDIKASI
RESIKO

PENDONOR RESIPIEN
LANGKAH 5
LEARNING ISSUES

MAMPU MENJELASKAN
1. Sistem golongan darah (antigen, antibody, dll)
2. Jenis transfusi dan indikasi dilakukan transfusi
3. Syarat dan persiapan yang dilakukan sebelum transfusi darah
4. Prosedur transfusi darah
 alur permintaan – transfusi
1) Pendonoran darah
2) Pengolahan dan penyimpanan darah
3) Permintaan darah
4) Pencocokan darah pendonor dan resipien
5) Transfusi darah
5. Resiko dan manfaat transfuse darah (bagi pendonor dan resipien)
6. Etika terkait transfuse darah
LI. 1
SISTEM GOLONGAN DARAH
Antigen

• Antigen golongan darah ABO tidak lazim pada antibodi alami


yang terdapat dalam plasma orang yang tidak memiliki antigen
golongan darah tertentu mungkin menghasilkan antibodi yang
bereaksi dengan antigen tersebut sehingga dapat menimbulkan
reaksi tranfusi.
• Antigen A, B, H terdapat sebagian besar di leukosit dan trombosit.
• Terdapat dalam bentuk larut dalam sekresi dan cairan tubuh
( Plasma, air liur, semen dan keringat )
Struktur gologan darah ABO
Antibodi

• Antibodi terdapat pada orang yang tidak memiliki antigen padanannya dan yang belum pernah
ditranfusi atau hamil.
• Antibodi yang terpenting dari antibodi alami: anti-A dan anti-B
• Keduanya biasanya adalah imunoglobulin M (IgM), bereaksi optimal pada suhu dingin (4°C)
(meskipun reaktif pada suhu 37 °C, sehingga keduanya disebut antibodi dingin).
• Antibodi imun terbentuk sebagai respons terhadap masuknya sel-sel darah merah yang memiliki
antigen yang tidak dimiliki resipien
• Dapat terjadi melalui transfusi / melalui rute plasenta selama kehamilan
• antibodi ini biasanya: IgG
• Bereaksi secara optimal pada 37 °C (antibodi hangat)
• Hanya antibodi IgG yg mampu menembus plasenta dari ibu ke janin, dan antibodi imun terpenting
adalah antibodi Rh, anti-D
Sistem Golongan Darah
Sistem RH

• Terdiri dari 2 gen struktural : RhD & RhCE yang menjadi protein membran
yang mengangkut antigen D, Cc, dan Ee
• Jarang terbentuk secara alami dan karenanya merupakan antibody imun yg
terbentuk akibat transfuse atau kehamilan sebelumnya
• Anti D: penyebab sebagian masalah klinis yang berkaitan dengan system dan
subdivisi sederhana individu menjadi Rh D+ dan Rh D- menggunakan
antibody anti-D sudah memadai untuk tujuan klinis rutin
• Anti-C, anti-c, anti-E, anti-e kadang ditemukan: dapat menyebabkan baik
reaksi transfusi maupun penyakit hemolitik pada neonatus
• Anti-d: tidak ada.
• diposisi 226 gen RhCcEe menentukan status antigen E/e

• antigen C/c ditentukan oleh perbedaan empat alel asam amino

• sebagian orang tidak memiliki antigen RhD dan karenanya RhD-


Sistem golongan darah lainnya

• Antibodi alami sistem P, Lewis, dan MN kadang


ditemukan, namun hanya bereaksi pada suhu rendah
dan karenanya tidak menimbulkan konsekuensi klinis.

• Antibodi imun terhadap antigen jarang terdeteksi.

• Antigen banyak yang bersifat antigenitas yang rendah


dan yang lain.
LI. 2
JENIS TRANSFUSI DAN INDIKASI
DILAKUKANNYA TRANSFUSI
Macam-macam Komponen Darah
 Selular
▫ Darah utuh (Whole Blood)
▫ Sel darah merah pekat (packed red blood cell)
⁻ Sel darah merah pekat dengan sedikit leukosit (packed red blood cell leukocytes reduced)
⁻ Sel darah merah pekat cuci (packed red blood cell washed)
⁻ Sel darah merah pekat beku (packed red blood cell frozen, packed red blood cell
deglycerolized)
▫ Trombosit konsentrat (concentrate platelets) :
⁻ Trombosit dengan sedikit leukosit (platelets concentrate leukocytes reduced)
▫ Granulosit feresis (granulocytes pheresis)
Macam-macam Komponen Darah
Non Selular
▫ Plasma segar beku (fresh frozen plasma)
▫ Plasma donor tunggal (single donor plasma)
▫ Kripresipitat factor anti hemophilia (cryoprecipitate AHF)
Darah Lengkap (Whole Blood)

• Berisi sel darah merah, leukosit, trombosit, dan plasma


• Satu unit kantong darah lengkap berisi 450 mL darah dan 63 mL antikoagulan
• Menurut masa simpan in vitro ada 2 macam darah lengkap yaitu darah segar dan darah
baru
• Pada darah segar trombosit, factor pembekuan labil (V,VIII) masih cukup untuk
terjadinya pembekuan, sedangkan darah baru kadar 2,3 difosfogliserat (2,3 DPG) suatu
molekul yang mempermudah pelepasan oksigen dari hemoglobin mulai menurun
http://ppds.fk.ub.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/transfusi-ordik-ppds-2016-no.pdf
Darah Lengkap (Whole Blood)

INDIKASI
• Untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan volume plasma dalam waktu
yang bersamaan. Misalnya pada perdarahan aktif dengan kehilangan darah
lebih dari 25-30% volume darah total.

KONTRAINDIKASI
• Tidak diberikan pada pasien dengan anemia kronik yang normovolemik atau
yang bertujuan meningkatkan sel darah merah
Sel Darah Merah Pekat (Packed Red Blood Cell)

• Merupakan sel darah merah tanpa plasma


• Volume diperkirakan 150-300 mL tergantung besarnya kantung darah yang dipakai,
dengan massa sel darah merah 100-200 mL
• Disimpan menggunakan
▫ Antikoagulan CPDA → 25 hari
▫ Antikoagulan CPD → 21 hari
▫ Larutan tambahan → 42 hari
• Sediaan ini bukan merupakan sumber trombosit dan granulosit, namun memiliki
kemampuan oksigenasi seperti darah lengkap
http://ppds.fk.ub.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/transfusi-ordik-ppds-2016-no.pdf
Sel Darah Merah Pekat (Packed Red Blood Cell)

INDIKASI
• Digunakan untuk meningkatkan jumlah sel darah merah pada pasien yang menunjukkan
gejala anemia yang hanya memerlukan massa sel darah merah pembawa oksigen saja,
misalnya pada pasien dengan gagal ginjal atau anemia karena keganasan
• Keuntungannya adalah perbaikan oksigenasi dan jumlah eritrosit tanpa menambah beban
volume seperti pasien anemia dengan gagal jantung
KONTRAINDIKASI
• Dapat menyebabkan hypervolemia jika diberikan dalam jumlah banyak dalam waktu
singkat
Sel Darah Merah Pekat dengan Sedikit Leukosit
(packed Red Blood Cell Leukocytes Reduced)
• Setiap unit sel darah merah pekat mengandung 1-3 × 109 leukosit
• American Association of Blood Bank Standard for Transfusion Services
menetapkan bahwa sel darah merah yang disebut dengan sedikit leukosit jika
kandungan leukositnya < 5 × 106 leukosit/unit
• sel darah ini dapat diperoleh dengan cara pemutaran (sentrifugasi), pencucian
sel darah merah dengan garam fisiologis, dengan filtrasi atau digliserolisasi sel
darah merah yang disimpan beku.
Sel Darah Merah Pekat dengan Sedikit Leukosit
(packed Red Blood Cell Leukocytes Reduced)

INDIKASI
• Dipakai untuk meningkatkan jumlah sel darah merah pada pasien yang
sering mendapat / bergantung pada transfusi darah
• Untuk yang sering mendapat reaksi transfuse panas yang berulang dan
reaksi alergi yang disebabkan oleh protein plasma atau antibodi leukosit
Sel Darah Merah Pekat Cuci
(Packed Red Blood Cell Washed)

• Sel darah merah yang dicuci dengan normal salin memiliki Ht 70-80%
dengan volume 180 mL.
• Pencucian dengan salin, membuang hampir seluruh plasma (98%),
menurunkan konsentrasi leukosit, dan trombosit serta debris
Sel Darah Merah Pekat Cuci
(Packed Red Blood Cell Washed)

INDIKASI
• Pada orang dewasa komponen ini dipakai untuk mencegah reaksi alergi
yang berulang, dapat pula digunakan pada transfuse neonatal atau
transfuse intrauteri
PERHATIAN
• Hati-hati terhadap kontaminasi bakteri akibat cara pembuatannya secara
terbuka, masih dapat menularkan hepatitis dan infeksi bakteri lainnya
Sel Darah Merah Pekat Beku yang Dicuci
(Packed Red Blood Cell Frozen)

• Dibuat dengan penambahan gliserol suatu sediaan krioprotektif


terhadap darah yang usianya kurang dari 6 hari
• Karena proses penyimpanan beku, pencairan dan pencuciannya ada sel
darah merah yang hilang maka kandungan sel darah merah minimal 80%
dari jumlah sel darah merah pekat asal, demikian pula Ht 70-80%
Trombosit Pekat (Concentrate Platelets)

• Berisi trombosit, beberapa leukosit dan sel darah merah serta plasma
• Dapat diperoleh dengan cara pemutaran (sentrifugasi) darah lengkap segar atau
cara tromboferesis
• Satu kantong trombosit pekat yang berasal dari 450 mL darah lengkap dari
pendonor
• Produk ini memungkinkan transfusi trombosit yang cocok pada pasien dengan
antibodi terhadap trombosit
http://ppds.fk.ub.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/transfusi-ordik-ppds-2016-no.pdf
Trombosit Pekat (Concentrate Platelets)

INDIKASI
• Kasus perdarahan pada trombositopenia atau trombositopati kongenital/didapat
• Pasien selama operasi atau prosedur invasive dengan trombosit <50.000/µL
• Sebaiknya diberikan trombosit pekat yang selama golongan ABO nya dengan pasien

KONTRAINDIKASI
• Pasien dengan dentruksi trombosit yang cepat : ITP, TTP, dan KID
Plasma Segar Beku (Fresh Frozen Plasma)

• Digunakan untuk mengganti kekurangan faktor koagulasi


• Berisi plasma, semua faktor pembekuan stabil dan labil, komplemen, dan
protein plasma
• Plasma ini dipisahkan dari darah lengkap yang kemudian dibekukan
selama 8 jam setelah pengambilan darah dari donor
http://ppds.fk.ub.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/transfusi-ordik-ppds-2016-no.pdf
Plasma Segar Beku (Fresh Frozen Plasma)

INDIKASI
• Untuk pasien dengan gangguan proses pembekuan bila tidak tersedia faktor pembekuan
pekat atau kriopresipitat

KONTRAINDIKASI
• Tidak digunakan untuk mempertahankan ekspansi volume karena resiko penularan penyakit
yang tinggi. Albumin, fraksi protein plasma, koloid, atau kristaloid yang tidak menularkan
penyakit merupakan produk yang lebih aman untuk mempertahankan volume darah
DONASI DAN TRANSFUSI AUTOLOG

Terjadi karena kecemasan HIV dan infeksi lainnya telah meningkat.

Ada 3 cara melakukan auto-transfusi :


• Predeposit
• Haemodilution
• Salvage
LI. 3
SYARAT DAN PERSIAPAN SEBELUM
TRANFUSI
SYARAT PENDONOR

▫ Usia 17 – 70 tahun (maksimum 65 tahun saat pertama kali jadi pendonor)


▫ Berat diatas 50kg
▫ Hemoglobin laki-laki  >13,4 g/dL , perempuan  >12 g/dL
▫ Interval antar donasi minimum 12 minggu (disarankan 16 minggu) dan
maksimum 3x / tahun
▫ Apheresis untuk trombosit / plasma sampai 24x dalam 12 bulan
▫ Perempuan hamil dan menyusui disingkirkan karena kebutuhan zat besi
yang tinggi ; donasi ditunda hingga 9 bulan pasca-melahirkan

Hoffbrand AV, Pettit JE., Kapita Selekta Hematologi, edisi 7, Jakarta, 2018.
SYARAT PENDONOR
 General appearance: the prospective donor shall appear to be in good physical
and mental health.
 Age: donors shall be between 18 and 60 years of age.
 Haemoglobin: Hb shall be not less than 12.5 g/dL for males and 11.5 g/dL for
females.
 Weight: minimum 45 kg.
 Blood pressure: systolic and diastolic pressures shall be normal (systolic: 100‐140
mm Hg and diastolic: 60‐90 mm Hg is recommended), without the aid of
anti‐hypertensive medication.
 Temperature: oral temperature shall not exceed 37.5°C/99.5°F.
 Pulse: pulse shall be between 60 and 100 beats per minute and regular.
 Donation interval: the interval between blood donations shall be 3 to 4 months

https://www.who.int/bloodsafety/transfusion_services/ClinicalTransfusionPracticeGuidelinesforMedicalInternsBangladesh.pdf
KRITERIA EKSKLUSI
▫ Diketahui mengidap penyakit kardiovaskular termasuk hipertensi
▫ Menderita gangguan pernafasan signifikan
▫ Mengidap epilepsy dan gangguan SSP lainnya
▫ Mengalami gangguan pencernaan disertai gangguan penyerapan
▫ Pemakaian obat – obat intravena
▫ Diabetes bergantung insulin
▫ Penyakit ginjal kronik
▫ Kanker
▫ Sedang menjalani pemeriksaan medis / uji coba klinik
▫ Pekerja profesi ( mengemudikan bus, pesawat, kereta api, mesin berat/crane operator, pengeboran,
pemasangan perancah )  pingsan yang tertunda akan membahayakan
▫ < 12 bln melakukan tindik tubuh ; sex komersil ; tato ; homosexsual
▫ < 2 bulan melakukan vaksinasi hidup ( campak ; gondongan )

Hoffbrand AV, Pettit JE., Kapita Selekta Hematologi, edisi 7, Jakarta, 2018.
PERSIAPAN SEBELUM DONOR
• Get plenty of sleep the night before you plan to donate.
• Eat a healthy meal before your donation. Preferably high iron foods
• Avoid fatty foods, such as hamburgers, french fries or ice cream before
donating. Tests for infections done on all donated blood can be affected
by fats that appear in your blood for several hours after eating fatty
foods.
• Drink an extra 16 ounces (473 milliliters) of water and other fluids
before the donation.
• If you are a platelet donor, remember that you must not take aspirin for
two days prior to donating. Otherwise, you can take your normal
medications as prescribed.

https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/blood-donation/about/pac-20385144
SETELAH DONOR
• Drink extra fluids for the next day or two.
• Avoid strenuous physical activity or heavy lifting for the next five hours.
• If you feel lightheaded, lie down with your feet up until the feeling
passes.
• Keep the bandage on your arm and dry for five hours.
• If you have bleeding after removing the bandage, put pressure on the
site and raise your arm until the bleeding stops.
• If bleeding or bruising occurs under the skin, apply a cold pack to the
area periodically during the first 24 hours.

https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/blood-donation/about/pac-20385144
LI. 4
PROSEDUR TRANSFUSI
Alur Pelayanan Transfusi Darah
Pemeriksaan lab:
gol. Darah, uji Pengolahan
Rekrutmen Pengambilan
Seleksi donor saring IMTLD, uji komponen
donor darah donor saring antibody darah
donor

Pemeriksaan lab
Pemberian darah: uji gol. Permintaan
Darah pasien dan Distribusi darah Penyimpanan
darah kepada donor, uji silang
darah dari
dari UTD darah di utd
pasien serasi, uji saring BDRS
antibody pasien

Monitoring Monitoring
Evaluasi/audit
pasien selama pasien pasca
proses tarnsfusi
proses transfusi transfusi
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN TRASFUSI DARAH
Rekrutmen donor

Berdasarkan motivasi donor hanya terdapat empat jenis donor yang


diperbolehkan:
• Donor sukarela
• Donor keluarga/pengganti
• Donor bayaran
• Donor plasma khusus

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN TRASFUSI DARAH
Kriteria Seleksi umum

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN TRASFUSI DARAH
Kondisi medis yang memerlukan penolakan permanen

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN TRASFUSI DARAH
Kondisi medis yang memerlukan penolakan sementara

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN TRASFUSI DARAH
Tahapan seleksi donor

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN TRASFUSI DARAH
Proses Pengambilan darah
• Tentukan lokasi vena untuk pengambilan darah
• Lakukan tindakan desinfeksi
• Desinfektan harus dibiarkan mengering dengan sempurna dan tidak boleh dilakukan perabaan ulang
terhadap vena di area yang telah dipersiapkan sebelum penusukan jarum, kecuali dipakai sarung tangan
steril yang baru.
• Penusukan vena harus dilakukan secara aseptik dan sekali darah telah memasuki kantong darah, tekanan
harus dilepaskan perlahan-lahan.
• Kantong darah harus digoyang dengan interval yang reguler untuk menjamin antikoagulan tercampur
dengan darah dan ditimbang sepanjang proses hingga berat (volume) yang ditargetkan telah tercapai.
• Aliran darah harus besar dan tidak terganggu. Jika aliran darah lambat, diperkenankan untuk mereposisi
sedikit dari jarum untuk pengambilan darah lengkap.
• Setelah proses penyumbangan darah dimulai dan sebelum selesai, label nomor donasi yang unik harus
ditempelkan pada tabung sampel dan semua kantong darah yang akan diisi komponen darah pada tahapan
proses pengolahan.
• Pada akhir penyumbangan, darah di dalam selang harus diserut balik ke arah kantong dan ujung selang
yang dipotong harus sesegera mungkin di seal/direkatkan. Sampel darah untuk uji saring harus diambil
pada setiap penyumbangan dan jika tabung dengan antikoagulan yang digunakan, maka harus dicampur
dengan baik sesegera mungkin.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN TRASFUSI DARAH
Penusukan vena dan pengambilan darah

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN TRASFUSI DARAH
Pengambilan darah apharesis
• Apheresis berasal dari bahasa Yunani artinya mengambil satu atau lebih
komponen darah kemudian komponen darah yang tidak diinginkan untuk
diambil dikembalikan kepada pendonor.
• Melalui apheresis, dapat diperoleh salah satu atau lebih komponen darah
seperti trombosit, sel darah merah, leukosit (limfosit, monosit, granulosit),
plasma dan sel punca.
• Keuntungan:
▫ Darah yang tidak akan digunakan dikembalikan kedalam tubuh donor
▫ Mutu komponen darah lebih konsisten
▫ Kandungan biologis lebih besar
▫ Komponen darah umumnya mengandung jumlah leukosit lebih rendah.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN TRASFUSI DARAH
Pengambilan darah apharesis
• Tekanan manset tensimeter harus dilakukan untuk mengidentifikasi vena yang akan
ditusuk.
• Lokasi penusukan kemudian dipersiapkan menggunakan desinfektan. Desinfektan
harus dibiarkan mengering dengan sempurna dan tidak boleh dilakukan perabaan
ulang terhadap vena di area yang telah dipersiapkan sebelum penusukan jarum,
kecuali dipakai sarung tangan steril yang baru.
• Penusukan vena harus dilakukan secara aseptik dan ketika darah telah memasuki kit
apheresis, tekanan harus dilepaskan perlahan-lahan. Aliran darah harus besar dan
tidak terganggu.
• Setiap ada gangguan aliran selama prosedur apheresis harus dinilai atas dampak
potensial terhadap komponen, untuk menetapkan apakah proses pengambilan
dapat diteruskan atau harus dihentikan dan komponen darah dapat digunakan atau
harus dibuang.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN TRASFUSI DARAH
Pengambilan darah apharesis

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN TRASFUSI DARAH
Proses Pengolahan darah
• Sentrifugasi
• Pemisahan Komponen darah
• Pembekuan (Freezing)
• Pengurangan leukosit (Leukocyte Depletion)
• Pooling
• Pencucian
• Iradiasi
• Apheresis

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN TRASFUSI DARAH
Sentrifugasi
• Sentrifugasi merupakan tahap kritis yang digunakan untuk memisahkan
komponen darah seluler dari plasma.
• Tahap pemisahan sel darah merah dan plasma, jika trombosit tidak akan
dibuat, harus dalam kondisi bersih. Jika trombosit akan dibuat,
sentrifugasi harus memisahkan sel darah merah dari plasma kaya akan
trombosit (platelet-rich plasma) atau dari buffy coat dan plasma.
• Trombosit harus dipisahkan saat tahap sentrifugasi kedua.
• Jika sentrifus tidak tersedia, sel darah merah dapat dipisahkan dengan
sedimentasi

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN TRASFUSI DARAH
Pemisahan Komponen Darah

• Kantong darah harus ditempatkan pada ekstraktor plasma atau pada


sistem pemisahan otomatik agar lapisan-lapisan komponen darah dapat
dipindahkan kedalam kantong satelit yang terangkai.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN TRASFUSI DARAH
Pembekuan darah (Freezing)
• Tahap pembekuan adalah kritis untuk menentukan mutu komponen
darah dan plasma harus dibekukan hingga bagian inti (paling dalam)
dalam kurun waktu yang menjamin bahwa mutu yang diinginkan
dicapai.
• Untuk plasma segar beku (fresh frozen plasma = FFP), pembekuan harus
cepat untuk meminimalkan kehilangan faktor koagulasi labil seperti
Faktor VIII.
• Plasma segar beku (fresh frozen plasma) harus dicairkan dalam kondisi
yang terawasi dan selanjutnya diproses untuk menghasilkan komponen
darah cryoprecipitate atau concentrated anti-haemophilic factor (AHF).

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN TRASFUSI DARAH
Pengurangan leukosit (Leukocyte Depletion)

• Darah lengkap atau komponen darah individual dapat difilter untuk


menghasilkan komponen darah yang jumlah leukositnya berkurang (leukocyte
depleted components) menggunakan kantong darah khusus dengan filter
yang terintegrasi.
• Proses dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kecepatan aliran dan suhu,
dan harus divalidasi agar mutu yang diinginkan dapat dicapai secara
konsisten.
• Pemisahan buffy coat pada pengolahan trombosit dapat menurunkan jumlah
leukosit yang tersisa di dalam komponen darah sel darah merah, namun tidak
se-efisien pengurangan jumlah leukosit dengan menggunakan filter.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN TRASFUSI DARAH
Pooling

• Jika komponen darah di pool dan diberikan nomor identifikasi unik yang
baru, harus ada pencatatan label nomor donasi dari masing-masing
komponen darah yang terhubung dengan nomor baru pada kantong
pooling. Nomor baru harus dicetak oleh mesin atau ditulis secara
manual, diperiksa atas akurasinya oleh orang kedua.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN TRASFUSI DARAH
Pencucian

• Komponen darah yang perlu dicuci untuk memenuhi keperluan klinis


harus dicuci dengan cairan yang cocok untuk menghilangkan hampir
semua plasma yang terkandung. Jika produk komponen darah cuci
membutuhkan nomor baru, nomor harus dicetak oleh mesin atau ditulis
secara manual, diperiksa atas akurasinya oleh orang kedua.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN TRASFUSI DARAH
Iradiasi

• Terapi iradiasi darah adalah prosedur di mana darah terpapar cahaya


merah tingkat rendah (sering kali sinar laser ) karena alasan terapeutik.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN TRASFUSI DARAH
Apheresis

• Mesin apheresis melakukan tahap sentrifugasi dan pemisahan secara


otomatis. Mesin harus divalidasi untuk digunakan dan dipelihara secara
teratur. Program operasional harus dipilih secara hati-hati untuk
komponen darah yang akan diambil dan cairan yang akan digunakan
harus diperiksa sebelum dihubungkan. Selama prosedur, komponen
darah yang tidak diambil harus dikembalikan ke tubuh donor.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN TRASFUSI DARAH
Uji saring Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah (IMLTD)

• IMLTD dilakukan untuk menghindari risiko penularan infeksi dari donor


kepada pasien
• Uji saring darah terhadap infeksi paling sedikit wajib ditujukan untuk
deteksi HIV, Hepatitis B, Hepatitis C dan Sifilis. Untuk jenis infeksi lain
seperti Malaria, dan lainnya tergantung prevalensi infeksi tersebut di
masing-masing daerah.
• Deteksi IMLTD dapat dilakukan terhadap antibodi dan atau antigen
seperti metode rapid test, Enzyme Immuno Assay (EIA),
Chemiluminescence Immuno Assay (ChLIA), dan terhadap materi
genetik virus seperti metoda Nucleic Acid Amplification Test (NAT).

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN TRASFUSI DARAH
Pemeriksaan (Screening) Pra-Transfusi
Terdiri dari:

1. Pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb)

2. Test serologis, untuk mendeteksi kemungkinan penularan penyakit syphilis, infeksi


HIV dan hepatitis

3. Pencocokan darah donor dan resipien, dengan cara :


▫ Penetapan golongan darah ABO, baik secara forward grouping maupun reverse grouping

▫ Penetapan Rhesus

▫ Cross-match major dan minor


Cross-match (Uji Silang)
Test ini ditujukan untuk mendeteksi aglutinasi pada pencampuran antara
eritrosit & serum

Aglutinasi  menandakan adanya antibody yang bereaksi pada


temperature tertentu

Cross-match ada 2:

1. Cross-match major : menguji serum resipien terhadap eritrosit donor

2. Cross-match minor : menguji serum donor terhadap eritrosit resipien


Cross-match baik major maupun minor, dikerjakan dalam 3 fase, antara lain :
Fase I (Fase Suhu Kamar)
▫ Dilakukan dalam medium saline dan suhu kamar
▫ Untuk mendeteksi antibody komplit : anti-A, anti-B, anti-M, anti-N, anti-Lewis, anti-P1 dan anti-H
Fase II (Fase Inkubasi)
▫ Dilakukan dalam medium Bovine albumin dan suhu 37℃
▫ Untuk mendeteksi antibody inkomplit / system Rhesus : anti-D, anti-E, anti-c, anti-Kell, dan anti-Duffy
Fase III (Fase Antiglobulin Test)
▫ Dilakukan dengan penambahan Coomb’s serum
▫ Untuk mendeteksi antibody inkomplit yang tidak bereaksi/tidak terikat dengan albumin pada fase II : anti-K
Pengolahan Darah
Darah yang ditransfusikan biasanya dalam bentuk whole blood (darah
lengkap). Dilihat dari masa penyimpanannya, whole blood dapat dibagi
menjadi :
• Darah segar (fresh blood)  penyimpanannya < dari 6 jam, masih
lengkap mengandung trombosit dan factor koagulasi
• Darah yang disimpan (stored blood)  penyimpanannya sudah > 6 jam,
trombosit dan factor koagulasi sudah menurun jumlahnya
Waktu penyimpanan maksimal darah  35 hari
Selain whole blood, kita juga bisa mentransfusikan komponen-komponen darah.
Komponen darah terdiri dari :
• Komponen seluler
▫ Packed Red Cell (PRC)
▫ Washed Red Cell
▫ Thrombocyte Concentrate
▫ Leucocyte Concentrate (Granulocyte Concentrate)
• Komponen non-seluler
▫ Fresh Frozen Plasma (FFP)
▫ Single Donor Plasma (Plasma Cair)
▫ Cryoprecipitate
Penyimpanan darah
• Komponen darah harus disimpan pada kondisi suhu yang optimal untuk
setiap jenis komponen.
• Komponen darah yang telah siap didistribiusi harus disimpan
berdasarkan jenis, golongan darah dan masa kedaluwarsa (FEFO – First
Expired First Out).

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN TRASFUSI DARAH
Penanganan
dan
penyimpanan
komponen
darah

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN TRASFUSI DARAH
Distribusi darah

• Darah yang distribusikan harus bebas dari sedikitnya empat penyakit


menular (HIV, HBsAg, HCV, dan Sifilis) yang ditunjukkan dengan hasil uji
saring IMLTD non reaktif menggunakan metoda uji saring dan reagen
IMLTD yang telah divalidasi dan disetujui.
• Darah yang distribusikan harus sudah diuji konfirmasi golongan darah
ABO dan Rhesus menggunakan metoda uji konfirmasi dan reagen
golongan darah yang telah divalidasi dan disetujui.
• Pendistribusian darah harus tetap mempertahankan rantai dingin darah
sesuai dengan jenis komponennya menggunakan alat distribusi yang
suhunya tervalidasi dan terkontrol oleh personil yang kompeten.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN TRASFUSI DARAH
LI. 5
MANFAAT DAN RESIKO
TRANSFUSI DARAH
MANFAAT

• Menjaga kesehatan jantung


• Meningkatkan produksi sel darah merah
• Membantu menurunkan berat badan
• Mendapatkan kesehatan psikologis
• Mendeteksi penyakit serius

www.pmi.or.id
FAKTOR RESIKO TRANSFUSI ( REAKSI TRANSFUSI )

Efek samping akut/segera pada transfusi


• Reaksi demam
- Penyebab  disebabkan oleh antibody penerima bereaksi dengan antigen sel
darah putih / fragmen sel darah putih dalam produk darah atau karena sitokin
yang terakumulasi dalam produk darah selama penyimpanan
- Tatalaksana  simptomatik, paracetamol
- Penyelidikan  demam bisa menjadi tanda awal reaksi transfusi yang lebih
parah ( hemolitik / bakteri sepsis ) dan harus ditanggapi dengan serius. Jika
demam disertai dengan perubahan signifikan pada tekanan darah / tanda
gejala lain, hentikan dan diselidiki. Pemeriksaan antibody HLA pada pasien
yang memiliki reaksi demam berulang perlu dilakukan
- Pencegahan  banyak yang dapat dicegah dengan penyaringan leukosit
• Reaksi urtikaria ( alergi )
- Penyebab  dapat terjadi pada sekitar 1% penerima disebabkan oleh
protein plasma asing. Kadang dapat berhubungan dengan edema laring
dan bronkospasme
- Tatalaksana  jika terjadi tanpa demam dan tanda lain, perlambat aliran /
hentikan sementara proses transfusi. Jika muncul gejala yang
mengganggu, pemberian antihistamin dipertimbangkan sebelum mulai
kembali transfusi. Jika muncul gejala lain, stop dan dilanjutkan dengan
penyelidikan
- Penyelidikan  dalam kasus ringan tanpa tanda/gejala lain, maka tidak
perlu mengirimkan spesimen darah untuk penyelidikan. Biasanya mungkin
untuk memulai kembali transfusi
• Reaksi alergi berat ( anafilaksis )  rx anafilaksis dan anafilaktoid memiliki
ketidakstabilan system KV ( hipotensi, takikardia, kehilangan kesadaran, aritmia
jantung, syok dan serangan jantung ), kadang system pernapasan ( dyspnea, stridor
yang mencolok )
- Penyebab  beberapa kasus dengan defisiensi IgA yang memiliki antibody anti-IgA
- Tatalaksana  transfusi segera dihentikan, dilakukan perawatan suportif. Adrenalin
dapat diindikasikan. Diberikan sebagai anafilaksis larutan 1:1000; 0,01 mg/kgSC/IM
atau lambat IV
- Penyelidikan  tingkat IgA dan antibody Ig-A
- Pencegahan  pasien dengan antibody anti-IgA membutuhkan produk darah
khusus seperti pencucian produk eritrosit dan plasma untuk mengurangi IgA donor
• Reaksi hemolitik akut
- Penyebab  sebagian besar karena transfusi darah yang tidak cocok pada
system ABO. Hemolisis eritrosit non imun dalam kantong darah / selama
transfusi dapat terjadi karena gangguan fisik ( perubahan suhu, kekuatan
mekanik, cairan non isotonic ).
- Gejala  menggigil, demam, nyeri, hipotens, urin berwarna gelap, serta
perdarahan tidak terkontrol akibat DIC
- Tata laksana  transfusi segera dihentikan. Biasanya pasien ini membutuhkan
dukungan ICU dan terapi, termasuk terapi hipotensi dan pemeliharaan aliran
darah ke ginjal
- Pencegahan  identifikasi pasien yang tepat untuk koleksi sampel donor, label
dari sampel dan produk serta memerlukan kepatuhan terhadap penanganan
yang tepat, penyimpanan dan manajemen administrasi produk darah
• Kontaminasi bakteri
- Penyebab  bakteri dapat masuk ke dalam kemasan pada saat pengumpulan
darah ( kulit donor, bacteremia donor / alat yang digunakan selama
pengumpulan dan pengolahan ). Bakteri dapat berkembangbiak dalam
penyimpanan
- Gejala  demam sangat tinggi, kejang, hipotensi, mual, diare
- Tatalaksana  transfusi segera dihentikan dan bank darah RS segera
diberitahukan. Setelah perawatan suportif awal, kultur darah harus dilakukan
dan diberikan antimikroba spectrum luas
- Pencegahan  produk darah diperiksa sebelum transfusi, beberapa produk
terkontaminasi bisa terkenali ( pembekuan / warna abnormal ). Suhu
penyimpanan dipertahankan. Transfusi tidak lebih dari waktu yang
direkomendasikan ( 4 jam )
• Cedera paru akut terkait transfusi  diagnosis klinis eksklusif ditandai dengan gangguan
pernapasan akut dan edema paru bilateral simetris dengan hipoksemia yang berlangsung
2-8 jam setelah transfusi
- Penyebab  efek vascular paru diperkirakan terjadi sekunder terhadap sitokin dalam
produk yang ditransfusikan / karena interaksi antigen leukosit pasien dengan antibody
donor
- Tatalaksana  penanganan simptomatik. Umumnya gejala akan hilang setelah lebih dari
24-48 jam

• Overload volume
- Penyebab  pasien dengan penyakit kardiopulmonal dan bayi memiliki resiko
mengalami overload volume terutama selama transfusi cepat
- Tatalaksana  hentikan transfusi, oksigen dan diuretik diberikan sesuai dosis
- Pencegahan  hindari cairan yang tidak diperlukan
• Hipotermia
- Penyebab  infus secara cepat dengan cadangan volume darah yang disimpan
berpengaruh terhadap terjadinya hipotermia. Bayi sangat beresiko selama
transfuse masif
- Pencegahan dan tatalaksana  penghangat darah harus dipertahankan dengan
tepat dan digunakan selama transfuse masif/pertukaran

• Keracunan sitrat
- Penyebab  sitrat adalah antikoagulan dalam produk darah, cepat dimetabolisme
hati. Pemberian darah yang cepat dan jumlah besar  hipokalsemia dan
hipomagnesia ketika sitrat mengikat Ca dan Mg  depresi miokard / koagulopati
- Tatalaksana  transfuse diperlambat / dihentikan
• Efek kalium
- Penyebab  eritrosit mengalami kebocoran kalium secara
proporsional pada masa penyimpanan. Iradiasi eritrosit 
kebocoran kalium. Secara klinis hyperkalemia  transfuse cepat,
volume besar eritrosit yang telah tua, pada bayi dan anak-anak
- Pencegahan  iradiasi hanya dilakukan sesaat sebelum digunakan
LI. 6
ETIKA TRANSFUSI DARAH
Seleksi Pedonor

• Pasal 28

(1) Seleksi pendonor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf b bertujuan


untuk mendapatkan pendonor potensial risiko rendah terhadap Infeksi
Menular Lewat Transfusi Darah (IMLTD) demi menjamin kesehatan dan
keselamatan pendonor, resipien, dan petugas.

(2) Seleksi pendonor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan


berdasarkan riwayat kesehatan pendonor dan pemeriksaan kesehatan.
Pengambilan Darah
Pasal 29

(1) Pengambilan darah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf c harus memperhatikan keselamatan pendonor darah,
terutama terkait jumlah darah yang diambil dan jangka waktu pengambilan darah.

(2) Pengambilan darah pendonor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada pendonor yang telah lolos seleksi.

(3) Pengambilan darah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan pada lokasi yang menetap (fixed site ) atau
berpindah-pindah (mobile site)

(4) Lokasi pengambilan darah yang menetap ( fixed site) sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dilaksanakan di gedung
UTD atau bangunan lainnya.

(5) Lokasi pengambilan darah berpindah-pindah (mobile site ) sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dilaksanakan di
dalam kendaraan (mobil pendonor ) atau tempat umum yang memenuhi persyaratan.

(6) Pengambilan darah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus terdokumentasi dengan baik.
Pengambilan Darah Apheresis
a. Pengambilan darah apheresis harus dilakukan menggunakan prosedur yang telah divalidasi berdasarkan instruksi dari
pabrik atau mesin yang digunakan.

b. Pendonor harus memenuhi semua persyaratan seleksi donor dan setiap persyaratan tambahan khusus untuk apheresis.

c. Set apheresis dan kantong antikoagulan harus dicek dengan hati-hati untuk menjamin barang yang benar telah dipilih dan
tidak ada kerusakan, perubahan warna atau lembab.

d. Program pelaksanaan dan setiap informasi seperti tinggi badan dan berat badan pendonor yang dimasukan kedalam mesin
harus dicek dengan hati-hati.

e. Penusukan vena harus dilakukan secara aseptik menggunakan larutan yang telah disetujui dan proses yang telah divalidasi.

f. Pendonor harus dimonitor selama prosedur dan 15 menit setelah proses selesai untuk melihat ada tidaknya kejadian yang
tidak diinginkan.

g. Dokter terlatih harus ada selama prosedur penanganan kejadian/reaksi serius yang tidak diinginkan.
Pengambilan Darah Lengkap
a. Pengambilan darah lengkap harus dilakukan mengacu pada prosedur yang
didokumentasikan yang telah divalidasi.
b. Identifikasi pendonor harus dikonfirmasi sebelum penusukan vena.
c. Setiap informasi selama proses pengambilan darah yang mungkin
berdampak terhadap mutu harus dicatat.
d. Petugas harus mempraktekkan desinfeksi tangan dan higiene diri sebelum
tiap penyumbangan darah.
e. Sistem kantong darah yang tepat harus dipilih dan diinspeksi terhadap
adanya kerusakan, perubahan warna dari isinya atau lembab. Jika hal ini
teridentifikasi, kantong darah tidak boleh dipakai dan harus dilaporkan
sebagai kerusakan bahan.
Pengambilan Darah Lengkap
f. Lokasi penusukan vena harus didesinfeksi menggunakan larutan yang disetujui
dan proses yang distandarisasi dan divalidasi. Penusukan vena harus dilakukan
secara aseptik.
g. Darah harus dicampur dengan anti koagulan pada interval waktu yang
ditentukan sejak darah mengalir kedalam kantong.
h. Lamanya waktu penyumbangan darah hingga selesai harus dicatat dan
digunakan untuk menentukan jenis komponen darah yang diolah dari kantong
tersebut. Penyumbangan darah yang lamanya lebih dari 15 menit tidak boleh
digunakan untuk pembuatan komponen darah yang akan ditransfusikan dan
penyumbangan darah yang melebihi waktu 20 menit harus dimusnahkan.
Pengambilan Darah Lengkap

i. Saat selesai, selang kantong darah harus di seal/direkatkan secara aseptik


dan isi selang diserut menuju kantong utama sesegera mungkin.
j. Sampel darah untuk pemeriksaan harus diambil saat penyumbangan darah.
k. Harus ada prosedur untuk mengontrol set label nomor tertentu dari
penyumbangan darah yang digunakan untuk mengidentifikasi setiap donor
dan komponen, sampel, kertas kerja dan setiap catatan lain yang berkaitan.
Label nomor yang digunakan dan yang tersisa harus berkesesuaian
jumlahnya dan semua nomor yang tidak digunakan harus dimusnahkan
disamping tempat tidur donor.
Pengambilan Darah Lengkap

l. Pengecekan terakhir harus dilakukan disamping tempat tidur donor


terhadap lembar kerja, komponen, sampel dan label sebelum donor
meninggalkan tempat tidur.
m. Lembar kerja, komponen, sampel harus ditangani sesuai dengan
prosedur yang didokumentasikan dan dijaga kerahasiaan donor serta
integritas dari penyumbangan darah dan sampel.
Pengambilan Darah Lengkap

n. Harus ada prosedur yang menjelaskan tindakan yang perlu diambil


terhadap kegagalan penusukan vena atau penyumbangan darah,
termasuk potensi untuk penusukan vena kedua dan tindak lanjut
terhadap bahan-bahan yang sudah diberi label.
Dokumentasi

a. Catatan harus dijaga untuk setiap pendonor dan setiap kegiatan,


termasuk:
- lokasi dan tanggal pengambilan.
- rincian lengkap data donor.
- penilaian seleksi donor.
- penyumbangan yang tidak berhasil / atau penusukan vena kedua.
- jenis dan volume komponen darah yang diambil.
- kejadian yang tidak diinginkan.
Dokumentasi

b. Catatan harus memungkinkan dilakukannya pelacakan penuh dari


penyumbangan darah hingga:
- semua bahan yang digunakan.
- semua peralatan yang digunakan.
- identifikasi semua petugas yang terlibat.

c. Catatan harus dijaga dibawah kondisi dan pengarsipan yang sesuai


untuk jangka waktu paling sedikit 5 tahun.
Pengamanan Darah
(1) Pengamanan darah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf d harus
dilaksanakan untuk menjaga keselamatan pasien dan mencegah penularan
penyakit akibat transfusi darah.

(2) Pengamanan darah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan dengan
cara pemeriksaan serologi terhadap semua darah sebelum ditransfusikan.

(3) Pemeriksaan serologi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit meliputi:
a. uji saring darah pendonor terhadap Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah
(IMLTD)
b. uji konfirmasi golongan darah.
Pengolahan Darah
Pasal 31

(1) Pengolahan darah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf e


diutamakan untuk menyiapkan darah yang aman dan siap pakai untuk
transfusi atau pengolahan lain menjadi komponen darah sesuai dengan
kebutuhan transfusi.

(2) Pengolahan darah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui
tindakan memisahkan darah lengkap (Whole Blood /WB) dengan prosedur
tertentu menjadi komponen darah yang siap pakai seperti darah merah
pekat ( Packed Red Cell /PRC), buffy coat , konsentrat trombosit
(Thrombocyte Concentrate /TC), plasma cair, dan plasma segar beku (Fresh
Frozen Plasma /FFP).
Penyimpanan Darah

Penyimpanan darah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf f harus


memenuhi persyaratan teknis penyimpanan, baik suhu, tempat, lama
penyimpanan maupun persyaratan lain untuk terpeliharanya mutu darah.
Pemusnahan Darah

(1) Pemusnahan darah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf


dilakukan terhadap darah yang tidak memenuhi persyaratan dan
standar.

(2) Pemusnahan darah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan


oleh UTD atau bekerja sama dengan fasilitas pelayanan kesehatan
lain yang memiliki sarana pengolahan limbah.
Teknisi Pelayanan Darah

Dalam melaksanakan pekerjaannya Teknisi Pelayanan Darah mempunyai kewajiban :


(1) Menghormati hak penrlonor darah dan penerima darah.
(2) Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan
(3) Meminta persetujuan tinclakan yang akan dilaksanakan kepada pendonor darah.
(4) Melakukan pencatatan, pelaporan dan dokumentasi yang wajib disimpan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan
(5) Meningkatkan mutu pelayanan profesinya dengan mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, melalui pendidikan dan pelatihan berkelanjutan sesuai
bidang tugasnya baik yang diselenggarakan oleh pemerintah, institusi pendidikan,
organisasi profesi tmaupun swasta.
(6). Melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi
(7). Mematuhi standar profesi, kode etik, standar pelayanan, hak
pengguna layanan dan standar prosedur operasional
(8). Meningkatkan mutu Pelayanan transfusi darah
(9). Membantu program pemerintah dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.
Daftar Pustaka

• Hoffbrand, A. Victor, Paul A.H. Moss. Hoffbrand’s Essential Haematology 7th


Edition. 2016. Wiley Blackwell
• Ilmu Penyakit Dalam FK UI Jilid III edisi 6
• Jurnal kedokteran usu
• Jurnal kedokteran unbraw
• http://www.pmi.or.id/index.php/aktivitas/pelayanan/donor-darah/donor-
sekarang.html?showall=&start=2
• http://www.pmi.or.id/index.php/aktivitas/pelayanan/donor-darah/donor-
sekarang.html?showall=&start=1

Anda mungkin juga menyukai