IA IO
Golongan darah :
IB IAIB IB IO
Gol. darah AB Gol. darah B AB : A : B : O
1 :1:1:1
IO IAIO IOIO
Gol. darah A Gol. darah O
LANGKAH 3
CURAHAN PENDAPAT
4. - Sistem ABO perbedaan antigen gol. Darah A, B, AB, O IgM (antibody alami)
- Sistem Rh dari IgG (antibody yang terbentuk saat adanya perbedaan, contoh ibu Rh- anak Rh+)
- Kidd
Golongan darah antigen antibodi Antigen berikatan dengan
- Duffy
- Lutheran A A B n-asetil galaktosida
- Lewis B B A d-galaktosa
- Kell AB A,B - n-asetil galaktosida &
-P d-galaktosa
- MN O - A,B fukosa
5. Resipien memiliki antibody dalam darahnya, sehingga jika ada darah yang masuk dan tidak sesuai
dengan antigennya maka antibody dalam tubuh resipien akan menyerang sel darah yang diberikan
pendonor dengan mengakibatkan aglutinasi dan hemolysis (terjadi karena antibody merusak sel darah
yang mengandung antigen berbeda)
LANGKAH 3
CURAHAN PENDAPAT
6. pasien : - tentukan golongan darah & Rh
- indirect comb’s test
pendonor : - tekanan darah, BB, pemeriksaan penyakit, Hb
- periksa golongan darah & Rh
- pemeriksaan silang pemeriksaan IgG (comb’s test)
SISTEM GOLONGAN
TRANFUSI DARAH DARAH
PENDONOR RESIPIEN
LANGKAH 5
LEARNING ISSUES
MAMPU MENJELASKAN
1. Sistem golongan darah (antigen, antibody, dll)
2. Jenis transfusi dan indikasi dilakukan transfusi
3. Syarat dan persiapan yang dilakukan sebelum transfusi darah
4. Prosedur transfusi darah
alur permintaan – transfusi
1) Pendonoran darah
2) Pengolahan dan penyimpanan darah
3) Permintaan darah
4) Pencocokan darah pendonor dan resipien
5) Transfusi darah
5. Resiko dan manfaat transfuse darah (bagi pendonor dan resipien)
6. Etika terkait transfuse darah
LI. 1
SISTEM GOLONGAN DARAH
Antigen
• Antibodi terdapat pada orang yang tidak memiliki antigen padanannya dan yang belum pernah
ditranfusi atau hamil.
• Antibodi yang terpenting dari antibodi alami: anti-A dan anti-B
• Keduanya biasanya adalah imunoglobulin M (IgM), bereaksi optimal pada suhu dingin (4°C)
(meskipun reaktif pada suhu 37 °C, sehingga keduanya disebut antibodi dingin).
• Antibodi imun terbentuk sebagai respons terhadap masuknya sel-sel darah merah yang memiliki
antigen yang tidak dimiliki resipien
• Dapat terjadi melalui transfusi / melalui rute plasenta selama kehamilan
• antibodi ini biasanya: IgG
• Bereaksi secara optimal pada 37 °C (antibodi hangat)
• Hanya antibodi IgG yg mampu menembus plasenta dari ibu ke janin, dan antibodi imun terpenting
adalah antibodi Rh, anti-D
Sistem Golongan Darah
Sistem RH
• Terdiri dari 2 gen struktural : RhD & RhCE yang menjadi protein membran
yang mengangkut antigen D, Cc, dan Ee
• Jarang terbentuk secara alami dan karenanya merupakan antibody imun yg
terbentuk akibat transfuse atau kehamilan sebelumnya
• Anti D: penyebab sebagian masalah klinis yang berkaitan dengan system dan
subdivisi sederhana individu menjadi Rh D+ dan Rh D- menggunakan
antibody anti-D sudah memadai untuk tujuan klinis rutin
• Anti-C, anti-c, anti-E, anti-e kadang ditemukan: dapat menyebabkan baik
reaksi transfusi maupun penyakit hemolitik pada neonatus
• Anti-d: tidak ada.
• diposisi 226 gen RhCcEe menentukan status antigen E/e
INDIKASI
• Untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan volume plasma dalam waktu
yang bersamaan. Misalnya pada perdarahan aktif dengan kehilangan darah
lebih dari 25-30% volume darah total.
KONTRAINDIKASI
• Tidak diberikan pada pasien dengan anemia kronik yang normovolemik atau
yang bertujuan meningkatkan sel darah merah
Sel Darah Merah Pekat (Packed Red Blood Cell)
INDIKASI
• Digunakan untuk meningkatkan jumlah sel darah merah pada pasien yang menunjukkan
gejala anemia yang hanya memerlukan massa sel darah merah pembawa oksigen saja,
misalnya pada pasien dengan gagal ginjal atau anemia karena keganasan
• Keuntungannya adalah perbaikan oksigenasi dan jumlah eritrosit tanpa menambah beban
volume seperti pasien anemia dengan gagal jantung
KONTRAINDIKASI
• Dapat menyebabkan hypervolemia jika diberikan dalam jumlah banyak dalam waktu
singkat
Sel Darah Merah Pekat dengan Sedikit Leukosit
(packed Red Blood Cell Leukocytes Reduced)
• Setiap unit sel darah merah pekat mengandung 1-3 × 109 leukosit
• American Association of Blood Bank Standard for Transfusion Services
menetapkan bahwa sel darah merah yang disebut dengan sedikit leukosit jika
kandungan leukositnya < 5 × 106 leukosit/unit
• sel darah ini dapat diperoleh dengan cara pemutaran (sentrifugasi), pencucian
sel darah merah dengan garam fisiologis, dengan filtrasi atau digliserolisasi sel
darah merah yang disimpan beku.
Sel Darah Merah Pekat dengan Sedikit Leukosit
(packed Red Blood Cell Leukocytes Reduced)
INDIKASI
• Dipakai untuk meningkatkan jumlah sel darah merah pada pasien yang
sering mendapat / bergantung pada transfusi darah
• Untuk yang sering mendapat reaksi transfuse panas yang berulang dan
reaksi alergi yang disebabkan oleh protein plasma atau antibodi leukosit
Sel Darah Merah Pekat Cuci
(Packed Red Blood Cell Washed)
• Sel darah merah yang dicuci dengan normal salin memiliki Ht 70-80%
dengan volume 180 mL.
• Pencucian dengan salin, membuang hampir seluruh plasma (98%),
menurunkan konsentrasi leukosit, dan trombosit serta debris
Sel Darah Merah Pekat Cuci
(Packed Red Blood Cell Washed)
INDIKASI
• Pada orang dewasa komponen ini dipakai untuk mencegah reaksi alergi
yang berulang, dapat pula digunakan pada transfuse neonatal atau
transfuse intrauteri
PERHATIAN
• Hati-hati terhadap kontaminasi bakteri akibat cara pembuatannya secara
terbuka, masih dapat menularkan hepatitis dan infeksi bakteri lainnya
Sel Darah Merah Pekat Beku yang Dicuci
(Packed Red Blood Cell Frozen)
• Berisi trombosit, beberapa leukosit dan sel darah merah serta plasma
• Dapat diperoleh dengan cara pemutaran (sentrifugasi) darah lengkap segar atau
cara tromboferesis
• Satu kantong trombosit pekat yang berasal dari 450 mL darah lengkap dari
pendonor
• Produk ini memungkinkan transfusi trombosit yang cocok pada pasien dengan
antibodi terhadap trombosit
http://ppds.fk.ub.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/transfusi-ordik-ppds-2016-no.pdf
Trombosit Pekat (Concentrate Platelets)
INDIKASI
• Kasus perdarahan pada trombositopenia atau trombositopati kongenital/didapat
• Pasien selama operasi atau prosedur invasive dengan trombosit <50.000/µL
• Sebaiknya diberikan trombosit pekat yang selama golongan ABO nya dengan pasien
KONTRAINDIKASI
• Pasien dengan dentruksi trombosit yang cepat : ITP, TTP, dan KID
Plasma Segar Beku (Fresh Frozen Plasma)
INDIKASI
• Untuk pasien dengan gangguan proses pembekuan bila tidak tersedia faktor pembekuan
pekat atau kriopresipitat
KONTRAINDIKASI
• Tidak digunakan untuk mempertahankan ekspansi volume karena resiko penularan penyakit
yang tinggi. Albumin, fraksi protein plasma, koloid, atau kristaloid yang tidak menularkan
penyakit merupakan produk yang lebih aman untuk mempertahankan volume darah
DONASI DAN TRANSFUSI AUTOLOG
Hoffbrand AV, Pettit JE., Kapita Selekta Hematologi, edisi 7, Jakarta, 2018.
SYARAT PENDONOR
General appearance: the prospective donor shall appear to be in good physical
and mental health.
Age: donors shall be between 18 and 60 years of age.
Haemoglobin: Hb shall be not less than 12.5 g/dL for males and 11.5 g/dL for
females.
Weight: minimum 45 kg.
Blood pressure: systolic and diastolic pressures shall be normal (systolic: 100‐140
mm Hg and diastolic: 60‐90 mm Hg is recommended), without the aid of
anti‐hypertensive medication.
Temperature: oral temperature shall not exceed 37.5°C/99.5°F.
Pulse: pulse shall be between 60 and 100 beats per minute and regular.
Donation interval: the interval between blood donations shall be 3 to 4 months
https://www.who.int/bloodsafety/transfusion_services/ClinicalTransfusionPracticeGuidelinesforMedicalInternsBangladesh.pdf
KRITERIA EKSKLUSI
▫ Diketahui mengidap penyakit kardiovaskular termasuk hipertensi
▫ Menderita gangguan pernafasan signifikan
▫ Mengidap epilepsy dan gangguan SSP lainnya
▫ Mengalami gangguan pencernaan disertai gangguan penyerapan
▫ Pemakaian obat – obat intravena
▫ Diabetes bergantung insulin
▫ Penyakit ginjal kronik
▫ Kanker
▫ Sedang menjalani pemeriksaan medis / uji coba klinik
▫ Pekerja profesi ( mengemudikan bus, pesawat, kereta api, mesin berat/crane operator, pengeboran,
pemasangan perancah ) pingsan yang tertunda akan membahayakan
▫ < 12 bln melakukan tindik tubuh ; sex komersil ; tato ; homosexsual
▫ < 2 bulan melakukan vaksinasi hidup ( campak ; gondongan )
Hoffbrand AV, Pettit JE., Kapita Selekta Hematologi, edisi 7, Jakarta, 2018.
PERSIAPAN SEBELUM DONOR
• Get plenty of sleep the night before you plan to donate.
• Eat a healthy meal before your donation. Preferably high iron foods
• Avoid fatty foods, such as hamburgers, french fries or ice cream before
donating. Tests for infections done on all donated blood can be affected
by fats that appear in your blood for several hours after eating fatty
foods.
• Drink an extra 16 ounces (473 milliliters) of water and other fluids
before the donation.
• If you are a platelet donor, remember that you must not take aspirin for
two days prior to donating. Otherwise, you can take your normal
medications as prescribed.
https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/blood-donation/about/pac-20385144
SETELAH DONOR
• Drink extra fluids for the next day or two.
• Avoid strenuous physical activity or heavy lifting for the next five hours.
• If you feel lightheaded, lie down with your feet up until the feeling
passes.
• Keep the bandage on your arm and dry for five hours.
• If you have bleeding after removing the bandage, put pressure on the
site and raise your arm until the bleeding stops.
• If bleeding or bruising occurs under the skin, apply a cold pack to the
area periodically during the first 24 hours.
https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/blood-donation/about/pac-20385144
LI. 4
PROSEDUR TRANSFUSI
Alur Pelayanan Transfusi Darah
Pemeriksaan lab:
gol. Darah, uji Pengolahan
Rekrutmen Pengambilan
Seleksi donor saring IMTLD, uji komponen
donor darah donor saring antibody darah
donor
Pemeriksaan lab
Pemberian darah: uji gol. Permintaan
Darah pasien dan Distribusi darah Penyimpanan
darah kepada donor, uji silang
darah dari
dari UTD darah di utd
pasien serasi, uji saring BDRS
antibody pasien
Monitoring Monitoring
Evaluasi/audit
pasien selama pasien pasca
proses tarnsfusi
proses transfusi transfusi
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN TRASFUSI DARAH
Rekrutmen donor
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN TRASFUSI DARAH
Kriteria Seleksi umum
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN TRASFUSI DARAH
Kondisi medis yang memerlukan penolakan permanen
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN TRASFUSI DARAH
Kondisi medis yang memerlukan penolakan sementara
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN TRASFUSI DARAH
Tahapan seleksi donor
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN TRASFUSI DARAH
Proses Pengambilan darah
• Tentukan lokasi vena untuk pengambilan darah
• Lakukan tindakan desinfeksi
• Desinfektan harus dibiarkan mengering dengan sempurna dan tidak boleh dilakukan perabaan ulang
terhadap vena di area yang telah dipersiapkan sebelum penusukan jarum, kecuali dipakai sarung tangan
steril yang baru.
• Penusukan vena harus dilakukan secara aseptik dan sekali darah telah memasuki kantong darah, tekanan
harus dilepaskan perlahan-lahan.
• Kantong darah harus digoyang dengan interval yang reguler untuk menjamin antikoagulan tercampur
dengan darah dan ditimbang sepanjang proses hingga berat (volume) yang ditargetkan telah tercapai.
• Aliran darah harus besar dan tidak terganggu. Jika aliran darah lambat, diperkenankan untuk mereposisi
sedikit dari jarum untuk pengambilan darah lengkap.
• Setelah proses penyumbangan darah dimulai dan sebelum selesai, label nomor donasi yang unik harus
ditempelkan pada tabung sampel dan semua kantong darah yang akan diisi komponen darah pada tahapan
proses pengolahan.
• Pada akhir penyumbangan, darah di dalam selang harus diserut balik ke arah kantong dan ujung selang
yang dipotong harus sesegera mungkin di seal/direkatkan. Sampel darah untuk uji saring harus diambil
pada setiap penyumbangan dan jika tabung dengan antikoagulan yang digunakan, maka harus dicampur
dengan baik sesegera mungkin.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN TRASFUSI DARAH
Penusukan vena dan pengambilan darah
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN TRASFUSI DARAH
Pengambilan darah apharesis
• Apheresis berasal dari bahasa Yunani artinya mengambil satu atau lebih
komponen darah kemudian komponen darah yang tidak diinginkan untuk
diambil dikembalikan kepada pendonor.
• Melalui apheresis, dapat diperoleh salah satu atau lebih komponen darah
seperti trombosit, sel darah merah, leukosit (limfosit, monosit, granulosit),
plasma dan sel punca.
• Keuntungan:
▫ Darah yang tidak akan digunakan dikembalikan kedalam tubuh donor
▫ Mutu komponen darah lebih konsisten
▫ Kandungan biologis lebih besar
▫ Komponen darah umumnya mengandung jumlah leukosit lebih rendah.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN TRASFUSI DARAH
Pengambilan darah apharesis
• Tekanan manset tensimeter harus dilakukan untuk mengidentifikasi vena yang akan
ditusuk.
• Lokasi penusukan kemudian dipersiapkan menggunakan desinfektan. Desinfektan
harus dibiarkan mengering dengan sempurna dan tidak boleh dilakukan perabaan
ulang terhadap vena di area yang telah dipersiapkan sebelum penusukan jarum,
kecuali dipakai sarung tangan steril yang baru.
• Penusukan vena harus dilakukan secara aseptik dan ketika darah telah memasuki kit
apheresis, tekanan harus dilepaskan perlahan-lahan. Aliran darah harus besar dan
tidak terganggu.
• Setiap ada gangguan aliran selama prosedur apheresis harus dinilai atas dampak
potensial terhadap komponen, untuk menetapkan apakah proses pengambilan
dapat diteruskan atau harus dihentikan dan komponen darah dapat digunakan atau
harus dibuang.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN TRASFUSI DARAH
Pengambilan darah apharesis
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN TRASFUSI DARAH
Proses Pengolahan darah
• Sentrifugasi
• Pemisahan Komponen darah
• Pembekuan (Freezing)
• Pengurangan leukosit (Leukocyte Depletion)
• Pooling
• Pencucian
• Iradiasi
• Apheresis
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN TRASFUSI DARAH
Sentrifugasi
• Sentrifugasi merupakan tahap kritis yang digunakan untuk memisahkan
komponen darah seluler dari plasma.
• Tahap pemisahan sel darah merah dan plasma, jika trombosit tidak akan
dibuat, harus dalam kondisi bersih. Jika trombosit akan dibuat,
sentrifugasi harus memisahkan sel darah merah dari plasma kaya akan
trombosit (platelet-rich plasma) atau dari buffy coat dan plasma.
• Trombosit harus dipisahkan saat tahap sentrifugasi kedua.
• Jika sentrifus tidak tersedia, sel darah merah dapat dipisahkan dengan
sedimentasi
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN TRASFUSI DARAH
Pemisahan Komponen Darah
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN TRASFUSI DARAH
Pembekuan darah (Freezing)
• Tahap pembekuan adalah kritis untuk menentukan mutu komponen
darah dan plasma harus dibekukan hingga bagian inti (paling dalam)
dalam kurun waktu yang menjamin bahwa mutu yang diinginkan
dicapai.
• Untuk plasma segar beku (fresh frozen plasma = FFP), pembekuan harus
cepat untuk meminimalkan kehilangan faktor koagulasi labil seperti
Faktor VIII.
• Plasma segar beku (fresh frozen plasma) harus dicairkan dalam kondisi
yang terawasi dan selanjutnya diproses untuk menghasilkan komponen
darah cryoprecipitate atau concentrated anti-haemophilic factor (AHF).
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN TRASFUSI DARAH
Pengurangan leukosit (Leukocyte Depletion)
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN TRASFUSI DARAH
Pooling
• Jika komponen darah di pool dan diberikan nomor identifikasi unik yang
baru, harus ada pencatatan label nomor donasi dari masing-masing
komponen darah yang terhubung dengan nomor baru pada kantong
pooling. Nomor baru harus dicetak oleh mesin atau ditulis secara
manual, diperiksa atas akurasinya oleh orang kedua.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN TRASFUSI DARAH
Pencucian
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN TRASFUSI DARAH
Iradiasi
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN TRASFUSI DARAH
Apheresis
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN TRASFUSI DARAH
Uji saring Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah (IMLTD)
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN TRASFUSI DARAH
Pemeriksaan (Screening) Pra-Transfusi
Terdiri dari:
▫ Penetapan Rhesus
Cross-match ada 2:
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN TRASFUSI DARAH
Penanganan
dan
penyimpanan
komponen
darah
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN TRASFUSI DARAH
Distribusi darah
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN TRASFUSI DARAH
LI. 5
MANFAAT DAN RESIKO
TRANSFUSI DARAH
MANFAAT
www.pmi.or.id
FAKTOR RESIKO TRANSFUSI ( REAKSI TRANSFUSI )
• Overload volume
- Penyebab pasien dengan penyakit kardiopulmonal dan bayi memiliki resiko
mengalami overload volume terutama selama transfusi cepat
- Tatalaksana hentikan transfusi, oksigen dan diuretik diberikan sesuai dosis
- Pencegahan hindari cairan yang tidak diperlukan
• Hipotermia
- Penyebab infus secara cepat dengan cadangan volume darah yang disimpan
berpengaruh terhadap terjadinya hipotermia. Bayi sangat beresiko selama
transfuse masif
- Pencegahan dan tatalaksana penghangat darah harus dipertahankan dengan
tepat dan digunakan selama transfuse masif/pertukaran
• Keracunan sitrat
- Penyebab sitrat adalah antikoagulan dalam produk darah, cepat dimetabolisme
hati. Pemberian darah yang cepat dan jumlah besar hipokalsemia dan
hipomagnesia ketika sitrat mengikat Ca dan Mg depresi miokard / koagulopati
- Tatalaksana transfuse diperlambat / dihentikan
• Efek kalium
- Penyebab eritrosit mengalami kebocoran kalium secara
proporsional pada masa penyimpanan. Iradiasi eritrosit
kebocoran kalium. Secara klinis hyperkalemia transfuse cepat,
volume besar eritrosit yang telah tua, pada bayi dan anak-anak
- Pencegahan iradiasi hanya dilakukan sesaat sebelum digunakan
LI. 6
ETIKA TRANSFUSI DARAH
Seleksi Pedonor
• Pasal 28
(1) Pengambilan darah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf c harus memperhatikan keselamatan pendonor darah,
terutama terkait jumlah darah yang diambil dan jangka waktu pengambilan darah.
(2) Pengambilan darah pendonor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada pendonor yang telah lolos seleksi.
(3) Pengambilan darah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan pada lokasi yang menetap (fixed site ) atau
berpindah-pindah (mobile site)
(4) Lokasi pengambilan darah yang menetap ( fixed site) sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dilaksanakan di gedung
UTD atau bangunan lainnya.
(5) Lokasi pengambilan darah berpindah-pindah (mobile site ) sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dilaksanakan di
dalam kendaraan (mobil pendonor ) atau tempat umum yang memenuhi persyaratan.
(6) Pengambilan darah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus terdokumentasi dengan baik.
Pengambilan Darah Apheresis
a. Pengambilan darah apheresis harus dilakukan menggunakan prosedur yang telah divalidasi berdasarkan instruksi dari
pabrik atau mesin yang digunakan.
b. Pendonor harus memenuhi semua persyaratan seleksi donor dan setiap persyaratan tambahan khusus untuk apheresis.
c. Set apheresis dan kantong antikoagulan harus dicek dengan hati-hati untuk menjamin barang yang benar telah dipilih dan
tidak ada kerusakan, perubahan warna atau lembab.
d. Program pelaksanaan dan setiap informasi seperti tinggi badan dan berat badan pendonor yang dimasukan kedalam mesin
harus dicek dengan hati-hati.
e. Penusukan vena harus dilakukan secara aseptik menggunakan larutan yang telah disetujui dan proses yang telah divalidasi.
f. Pendonor harus dimonitor selama prosedur dan 15 menit setelah proses selesai untuk melihat ada tidaknya kejadian yang
tidak diinginkan.
g. Dokter terlatih harus ada selama prosedur penanganan kejadian/reaksi serius yang tidak diinginkan.
Pengambilan Darah Lengkap
a. Pengambilan darah lengkap harus dilakukan mengacu pada prosedur yang
didokumentasikan yang telah divalidasi.
b. Identifikasi pendonor harus dikonfirmasi sebelum penusukan vena.
c. Setiap informasi selama proses pengambilan darah yang mungkin
berdampak terhadap mutu harus dicatat.
d. Petugas harus mempraktekkan desinfeksi tangan dan higiene diri sebelum
tiap penyumbangan darah.
e. Sistem kantong darah yang tepat harus dipilih dan diinspeksi terhadap
adanya kerusakan, perubahan warna dari isinya atau lembab. Jika hal ini
teridentifikasi, kantong darah tidak boleh dipakai dan harus dilaporkan
sebagai kerusakan bahan.
Pengambilan Darah Lengkap
f. Lokasi penusukan vena harus didesinfeksi menggunakan larutan yang disetujui
dan proses yang distandarisasi dan divalidasi. Penusukan vena harus dilakukan
secara aseptik.
g. Darah harus dicampur dengan anti koagulan pada interval waktu yang
ditentukan sejak darah mengalir kedalam kantong.
h. Lamanya waktu penyumbangan darah hingga selesai harus dicatat dan
digunakan untuk menentukan jenis komponen darah yang diolah dari kantong
tersebut. Penyumbangan darah yang lamanya lebih dari 15 menit tidak boleh
digunakan untuk pembuatan komponen darah yang akan ditransfusikan dan
penyumbangan darah yang melebihi waktu 20 menit harus dimusnahkan.
Pengambilan Darah Lengkap
(2) Pengamanan darah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan dengan
cara pemeriksaan serologi terhadap semua darah sebelum ditransfusikan.
(3) Pemeriksaan serologi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit meliputi:
a. uji saring darah pendonor terhadap Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah
(IMLTD)
b. uji konfirmasi golongan darah.
Pengolahan Darah
Pasal 31
(2) Pengolahan darah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui
tindakan memisahkan darah lengkap (Whole Blood /WB) dengan prosedur
tertentu menjadi komponen darah yang siap pakai seperti darah merah
pekat ( Packed Red Cell /PRC), buffy coat , konsentrat trombosit
(Thrombocyte Concentrate /TC), plasma cair, dan plasma segar beku (Fresh
Frozen Plasma /FFP).
Penyimpanan Darah